Anda di halaman 1dari 25

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN KELOMPOK


PADA PASIEN DENGAN PEFURASI GASTER DI BANGSAL ICU
RSUD SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Profesi Ners Stase
Keperawatan Geawat Darurat

Pembimbing Akademik :
Novita Nirmalasari, M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 23
1. Devi Alfian Apriani (223203036)
2. Riska Rahmafitri (223203024)
3. Cahya Tri Kuncoro (223203078)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN KELOMPOK PADA


PASIEN DENGAN...........DI BANGSAL ICU RSUD SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Profesi Ners Stase
Keperawatan Geawat Darurat

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 23
1. Devi Alfian Apriani (223203036)
2. Riska Rahmafitri (223203024)
3. Cahya Tri Kuncoro (223203078)

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Novita Nirmalasari, M.Kep) () (Kelompok 23)


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perforasi gaster merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan destruksi
pada dinding gaster yang mengakibatkan adanya hubungan antara lumen gaster dan
kavum peritoneum. Penyebab tersering perforasi gaster adalah ulkus peptikum.
Penyakit ini umumnya terjadi pada usia lanjut dengan riwayat konsumsi NSAID dan
pada pasien yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Perforasi merupakan salah
satu komplikasi serius dengan munculan gejala berupa akut abdomen yang
membutuhkan penanganan segera. Perforasi gaster akan menyebabkan peritonitis akut
yang menyebabkan penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri yang dirasakan tiba-tiba, takikardi,
dan ketegangan pada dinding abdomen. Perforasi ini sendiri menyumbangkan (70%)
kematian dari seluruh kematian akibat penyakit ulkus peptikum (Andrian et al., 2022)
Perforasi dari lambung berkembang menjadi peritonitis kimia yang disebabkan
karena kebocoran asam lambung dalam rongga perut. Pemberian diet lambung
bertahap pada kasus perforasi gaster bertujuan untuk memberikan makanan dan cairan
yang secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambung yang berlebihan. Kondisi intestinal failure karena penurunan
fungsi dan pengurangan saluran pencernaan (short bowel syndrome, SBS). SBS dapat
didefinisikan sebagai ketidakmampuan absorbsi yang merupakan akibat dari
pengurangan panjang atau penurunan fungsi defekasi setelah dilakukan pembedahan.
Perforasi gaster adalah suatu penetrasi yang kompleks dari dinding lambung, usus
besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut (Haspari,
2021)
B. TUJUAN
Tujuan dari pengambilan kasus ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
penatalaksanaan menggunakan EBN untuk mengoptimalkan kondisi hemodinamika
pasien yang mengalami penurunan kesadaran dengan Diagnosa Medis Post
Laparotomy Perforasi Gaster

30
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinik
D. Pemeriksaan Diagnostic
E. Patofisiologi
F. Penatalaksanaan Medis
G. Penatalaksanaan Keperawatan

31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN DAN EVALUASI
FORMAT ASKEP KELOLAAN

NAMA MAHASISWA :
PENGKAJIAN KEPERAWATAN NPM :
ICU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA................


DENGAN ....................................
DI.......................................

A. PENGKAJIAN
Sumber Data :
Tanggal/jam masuk ICU :
Tanggal/jam pengkajian :
Diagnosis Medis :

1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
No Reg :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat :
Hubungan :

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang :
c. Riwayat penyakit dahulu :
d. Riwayat penyakit keluarga :
e. Alasan masuk ICU :

3. AIRWAY
Penggunaan alat:
 ETT : ukuran ……
 Trakheostomi : ukuran ……
 OPA : ukuran ……
 NPA : ukuran ……
Kepatenan jalan nafas:
 Sekret : Ada / Tidak
 Karakteristik sekret : …..

32
 Jumlah : …..
 Selang ETT
Kebocoran : Ya/ Tidak
Terlipat : Ya/ Tidak
Lainnya : ….
4. BREATHING
Ventilator : Ya/ Tidak
Mode ventilator
 Kontrol : Pressure control (Pc) : mmHg
Volume kontrol : cc
RR : x/ menit
Lainnya :…
 SIMV : Pressure control (Pc) : mmHg
RR : x/ menit
Lainnya :…
 Lainnya : ….
 PEEP/ CPAP : …. Tidal Volume : cc
 FiO2 : …. % I: E Ratio :…
 SaO2 : …... % RR :… x/menit
 Lainnya :…
Terapi Oksigen
 Nasal kanul : …. l/menit; FiO2 : … %
 Face mask : …. l/menit; FiO2 : … %
 Rebreathing mask : …. l/menit; FiO2 : … %
 Non rebreathing mask : …. l/menit; FiO2 : … %
 Lainnya : ….
Sianosis : Ya/ Tidak
 Perifer : Ekstremitas/ Telinga/ Hidung
 Sentral : Lidah/ Bibir
 Lainnya :…
Pernafasan
 RR :… x/ menit
 Kedalaman : normal/ dangkal/ dalam
 Suara nafas : Kanan : … Kiri :…
 Taktil fremitus : Kanan : … Kiri :…
 Lainnya :…
Hasil pemeriksaan penunjang
(terkait status oksigenasi, diperbolehkan lebih dari satu kali pemeriksaan) (tanggal dan jam
pemeriksaan)
 Rontgen Thoraks : ..
 Analisa Gas Darah :…
Uraian Hasil Nilai rujukan
Tanggal, jam:
PH
PCO2
PO2
SatO2
HCO3
BE
TCO2

 Lainnya :…

33
5. CIRCULATION
Pemeriksaan jantung
 Auskultasi S1 : Normal/ Tidak S2 : Normal/ Tidak
 Gallop : Ada/ Tidak Murmur : Ada/ Tidak
 Tekanan darah :… mmHg MAP : … mmHg
 Frekuensi jantung :… x/menit
 Distensi vena jugularis : Ya / Tidak
 CVP :… cmH2O
Pulsasi nadi
 Pulsasi Nadi Ulnaris : Tidak teraba/ Lemah/ Kuat
 Dorsalis pedis : Tidak teraba Lemah Kuat
 Capillary refill time : < 2 detik/ > 2 detik
Edema
Ekstremitas atas : Kanan … Kiri ….
Ekstremitas bawah : Kanan… Kiri …
Lainnya :…
Hasil pemeriksaan penunjang
(terkait status sirkulasi, diperbolehkan lebih dari satu kali pemeriksaan) (tanggal dan jam pemeriksaan)
 Hasil EKG :
 Pemeriksaan enzim Jantung
Uraian Hasil Nilai rujukan
Tanggal, jam:
CK
CK-MB
Troponin T

 Lainnya :…

6. DISABILITY
Kesadaran : composmentis/ letargi/ koma/ lainnya ….
GCS : Eyes :…
Motorik :…
Verbal :…
Total :…
Pupil :
 Ukuran : kiri: … mm kanan : … mm
 Reflek cahaya : positif/ negatif
Motorik/ Sensorik :
Kanan Kiri

Pengkajian resiko jatuh


 Skala : Morse/ lainnya
 Skor :
 Penjelasan kualitas skor:
Pengkajian resiko dekubitus
 Skala : Braden lainnya
 Skor :
 Penjelasan kualitas skor:
Pengkajian nyeri
 Verbal :
P :
Q :

34
R :
S :
T :

 Non-verbal: Critical care pain observation tool (CPOT)


Indikator Skor Deskripsi Keterangan
Ekspresi 0 Tidak ada tegang otot/rileks Target 0 –
wajah 1 Tegang, dahi berkerut 2
2 Menyeringai, mengigit ETT
Gerakan tubuh 0 Tidak ada gerakan/posisi normal
1 Lokalisasi nyeri
2 Gelisah, mencabut ETT
Terintubasi/ 0 Toleransi terhadap ventilator/ Berbicara dengan
Ekstubasi nada normal
1 Batuk masih toleransi/ Menguap atau bergumam
2 Melawan ventilator/ Menangis
Ketegangan 0 Rileks
otot 1 Tegang, kaku, resisten ringan, terhadap tahanan
pasif
2 Sangat tegang atau kaku, sangat resisten terhadap
tahanan pasif
Total skor dari 4 indikator
Skor pasien:
Keterangan
0 = tidak merasakan nyeri
8 = maksimal merasakan nyeri

7. ELIMINATION
Urine
Intake (sebelumnya) Output (sebelumnya)
Infus : …. Cc Urine : … cc
Oral/NGT : … cc IWL : … cc
Medication Drip : … cc Drain : … cc
Lainnya : … cc Lainnya : … cc
Balance cairan :
 Kebutuhan cairan aktual :…
 Kateter urin
Terpasang : Ya / Tidak
Jenis : Folley Kondom Suprapubic
 Karakteristik urin
Warna :…
 Pola BAK : (deskripsikan)
Hasil pemeriksaan penunjang
(terkait fungsi ginjal, diperbolehkan lebih dari satu kali pemeriksaan) (tanggal dan jam
pemeriksaan)
 Elektrolit
Uraian Hasil Nilai rujukan
Tanggal, jam:
Na+
Creatinin
K+
Ureum
Cl-

35
Ca2+
Fosfat Mg2+
….

Bowel
 Karakteristik feses : (warna, konsistensi)
 Pola BAB : (deskripsikan)
 Bising usus :… x/menit
 Asites : Ya/ Tidak
 Lingkar abdomen :… cm
 Hemoroid : Ya/ Tidak
 Stoma : Ya/ Tidak
 Tipe/Lokasi : ..
 Nyeri tekan abdomen/ teraba masa (+/-)
Kanan Kiri

 Status Nutrisi
Berat badan :… Kg
Tinggi Badan :… Kg
IMT :… Kg/m2
Konjungtiva anemis : Ya/ Tidak
 Kebutuhan nutrisi aktual :
Hasil pemeriksaan penunjang
(terkait fungsi abdomen, diperbolehkan lebih dari satu kali pemeriksaan) (tanggal dan jam
pemeriksaan)
Uraian Hasil Nilai rujukan
Tanggal, jam:
Albumin
PT
Hb
GDS
….

36
B. ANALISIS DATA
(bersifat dinamis setiap hari sesuai kondisi pasien)

ANALISA DATA

NO Tanggal/Jam DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


S:
O:

C. Diagnosa Keperawatan :
Bisa aktual, resiko maupun potensial. Sesuaikan diagnosa keperawatan dengan kegawat daruratan
dan kritis

D. Buat Pathway Kasus kelolaan

Keterangan: misalnya memunculkan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada
kasus Bronkopneumonia. Maka harus di buat runtutan patofisiologinya dalam bentuk pathway
bagaimana mulainya, proses dan dampaknya bronkopneumonia sehingga muncul masalah bersihan
jalan napas tidak efektif. Semua penjelasan berdasarkan teori atau literatur dan dilihat pada kondisi
yang nyata terjadi pada pasien (menganalisa konsep patofisiologi dari teks dengan kondisi riil pada
pasien).

37
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal/jam NO. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


DX KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
1,2,3 07.00 A S:
O:

2 09.00 B S:
dst O:

1,2,3 14.00 S:
C O:

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL DX. Keperawatan Jam Evaluasi TTD
1 14.00 S:
O:
A:
P:

38
39
LEMBAR PEMANTAUAN ICU

(diisi setiap jam sesuai dengan pengelolaan pasien)

Tanggal Perawatan
Pemantauan
Jam: Jam: Jam: Jam: Jam: Jam: Jam: Jam:
Tekanan Darah (mmHg)
Frekuensi (kali/menit)
Nadi Irama
Regangann (kuat/lemah)
Frekuensi (kali/menit)
Irama
Work of breathing (usaha
Napas napas): distress/tidak
Support (mode) dan setting
ventilator (FiO2, PEEP, PS,
I:E, dll)
Suhu ( C)
o

Saturasi O2 (%)
CVP (cmH2O)
Terapi
(jenis, dosis, indikasi/kontra indikasi, efek
samping, rute pemberian)
Gambaran EKG
GCS (E M V)
Tingkat Kesadaran
Skala Nyeri
Mata
Ukuran pupil

40
Reaksi cahaya
Kekuatan otot ekstremitas atas ka/ki
Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan/kiri
CAIRAN MASUK (NAMA/ DOSIS)
1. Jalur 1
2. Jalur 2
3. Jalur 3
4. Jalur 4
Dst
Total cairan masuk (cc)
Enteral (Semua/ > ½ porsi/ < ½ porsi)
Makan/ snack pagi
CAIRAN KELUAR
NGT
Urine (cc)
BAB
Drain
Total cairan keluar (cc)
IWL
BALANCE CAIRAN
PERAWATAN UMUM PASIEN
(Personal hygiene)

41
BAB IV
PEMBAHASAN

42
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

43
DAFTAR PUSTAKA

44
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN EBP (EVIDENCE BASED PRACTICE) DENGAN TEMA ……..


TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
……………….. DI BANGSAL ICU RSUD SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Profesi Ners Stase
Keperawatan Geawat Darurat

Pembimbing Akademik :
Novita Nirmalasari, M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 23
1. Devi Alfian Apriani (223203036)
2. Riska Rahmafitri (223203024)
3. Cahya Tri Kuncoro (223203078)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023

45
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EBP (EVIDENCE BASED PRACTICE) DENGAN TEMA


…….. TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ……………….. DI BANGSAL ICU RSUD SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Profesi Ners Stase
Keperawatan Geawat Darurat

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 23
4. Devi Alfian Apriani (223203036)
5. Riska Rahmafitri (223203024)
6. Cahya Tri Kuncoro (223203078)

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Novita Nirmalasari, M.Kep) () (Kelompok 23)

46
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perforasi gaster merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan
destruksi pada dinding gaster yang mengakibatkan adanya hubungan antara
lumen gaster dan kavum peritoneum. Penyebab tersering perforasi gaster adalah
ulkus peptikum. Penyakit ini umumnya terjadi pada usia lanjut dengan riwayat
konsumsi NSAID dan pada pasien yang mengonsumsi alkohol secara
berlebihan. Perforasi merupakan salah satu komplikasi serius dengan munculan
gejala berupa akut abdomen yang membutuhkan penanganan segera. Perforasi
gaster akan menyebabkan peritonitis akut yang menyebabkan penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah nyeri yang dirasakan tiba-tiba, takikardi, dan ketegangan pada
dinding abdomen. Perforasi ini sendiri menyumbangkan (70%) kematian dari
seluruh kematian akibat penyakit ulkus peptikum (Andrian et al., 2022)
Perforasi dari lambung berkembang menjadi peritonitis kimia yang
disebabkan karena kebocoran asam lambung dalam rongga perut. Pemberian diet
lambung bertahap pada kasus perforasi gaster bertujuan untuk memberikan
makanan dan cairan yang secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan. Kondisi
intestinal failure karena penurunan fungsi dan pengurangan saluran pencernaan
(short bowel syndrome, SBS). SBS dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan
absorbsi yang merupakan akibat dari pengurangan panjang atau penurunan
fungsi defekasi setelah dilakukan pembedahan. Perforasi gaster adalah suatu
penetrasi yang kompleks dari dinding lambung, usus besar, usus halus akibat
dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut (Haspari, 2021)
B. TUJUAN
Tujuan dari pengambilan kasus ini diharapkan penatalaksanaan menggunakan
mobilisasi progresif untuk mengoptimalkan kondisi hemodinamika pasien yang
mengalami penurunan kesadaran dengan pada pasien dengan masalah Post
Laparotomy Perforasi Gaster

47
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Introduction
Pasien yang dirawat di ruang ICU dengan gangguan status mental misalnya oleh
karena stroke, injuri kepala atau penurunan kesadaran tidak mampu untuk
merasakan atau mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan atau pasien
merasakan adanya tekanan namun mereka tidak bisa mengatakan kepada orang
lain untuk membantu mereka mengubah posisi. Pemantauan hemodinamika perlu
diperhatikan, pemantauan tersebut merupakan suatu teknik pengkajian pada pasien
kritis, mengetahui kondisi perkembangan pasien, serta untuk antisipasi kondisi pasien
yang memburuk. Dasar dari pemantauan hemodinamika adalah perfusi jaringan
yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang
dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan
elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa
gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat
akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel. Perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan dalam merawat pasien-pasien kritis mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam memonitor keadaan hemodinamik.
B. Metode
Tindakan mobilisasi sederhana dilakukan di ICU RSUD Karanganyar pada
pasien kritis di ruang ICU yang berjumlah 19 pasien dengan kriteria inklusi
PaO2 : FiO2 > 250, nilai PEEP 60559090%, tingkat kesadaran pasien dengan
respon mata baik (RASS -5 sampai -3). Kriteria eksklusi pasien dengan
peningkatan tekanan intrakranial dan status hemodinamik tidak stabil.
C. Result
Terdapat perbedaan yang bermakna antara Heart Rate (HR), Respiratory Rate
(RR), saturasi oksigen (SaO2) tekanan darah dan Mean Arterial Pressure (MAP)
sebelum dan sesudah pemberian mobilisasi progresif (p value 0,000 ≤ 0,05)
berarti mobilisasi progresif mempengaruhi status hemodinamik pada pasien
kritis di RSUD Karanganyar. Nilai t negatif menunjukkan bahwa Heart Rate
(HR), Respiratory Rate (RR), saturasi oksigen (SaO2), tekanan darah dan Mean

48
Arterial Pressure (MAP) sebelum mobilisasi progresif lebih rendah
dibandingkan setelah mobilisasi progresif
D. Discusion
Asuhan keperawatan pada klien didapatkan masalah prioritas Gangguan
Ventilasi Spontan dengan penurunan kesadaran. Tindakan asuhan keperawatan
dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari proses pengkajian, analisa data,
penentuan diagnosa, pembuatan rencana intervensi, implementasi hingga proses
evaluasi, Implentasi yang dilakukan pada pasien kelolaan menggunakan
Mobilisasi Progresif untuk menstabilkan hemodinamika dan meningkatkan
saturasi oksigen.

49
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aplikasi Jurnal pada Kasus
Cara penerapan terapi pada jurnal yaitu mencari pasien dengan kondisi
hemodinamikanya tidak stabil di ruang ICU RSUD Sleman Pasien yang dipilih
untuk diberikan intervensi adalah Tn.. M sebelum dilakukan intervensi
Mobilisasi Progresif kami terlebih dahulu menjelaskan prosedur tindakan,
lamanya tindakan, tujuan tindakan, dan menanyakan kesediaan pasien untuk
mengikuti tindakan yang akan kami berikan
SOP Mobilisasi Progresif diantaranya:

 Dimulai dengan mengkaji pasien dari riwayat penyakit yang dimilki


apakah terdapat gangguan kardiovaskuler dan respirasi.
 suhu <380C. RR 10-30x/menit, HR >60 <120x/menit. MAP >55 <140,
tekanan sistolik berkisar >90 <180 mmHg, saturasi oksigen berkisar >90%
 Tingkat kesadaran, pasien mulai sadar dengan respon mata baik
 Pada level I dimulai dengan meninggikan posisi pasien head of bed 300
kemudian diberikan pasif ROM selama 5 menit dilakukan dua kali sehari.
 Mobilisasi progresif dilanjutkan dengan continous lateraly rotation therapy
(CLRT) latihan dilakukan setiap dua jam. Bentuk latihan berupa
memberikan posisi miring kanan dan miring kiri sesuai dengan
kemampuan pasien.
B. Analisis Jurnal
Dasar dari pemantauan hemodinamika adalah perfusi jaringan yang
adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektrokimiawi sehingga
manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa gangguan fungsi organ
tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal
fungsi organ multipel. Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam
merawat pasien-pasien kritis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam

50
memonitor keadaan hemodinamik. Monitoring hemodinamik merupakan suatu
pengkajian fisiologis yang penting dalam perawatan pasien.
Tujuan dilaksanakan mobilisasi progresif pada pasien di ruang ICU
adalah mengurangi resiko dekubitus, menurunkan lama penggunaan ventilator,
untuk mengurangi insiden Ventilated Acute Pneumonia (VAP), mengurangi
waktu penggunaan sedasi, menurunkan delirium, meningkatkan kemampuan
pasien untuk berpindah dan meningkatkan fungsi organ-organ tubuh.
Pelaksanaan mobilisasi progresif dilaksanakan tiap 2 jam sekali dan memiliki
waktu jeda atau istirahat untuk merubah ke posisi lainnya selama kurang lebih 5-
10 menit.
C. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi riil di lapangan
Jika disesuaikan dengan kondisi lahan, pada pasien Tn. M yang sedang
mengalami penurunan kesadaran dan kondisi tidak stabil, diperoleh hasil
pengkajian bahwa kondisi hemodinamika pasien berangsur angsur stabil
setelah 10 menit dilakukan intervensi mobilisasi progresif Manajemen non
farmakologi yang dapat diberikan perawat untuk menstabilkan hemodinamika
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran adalah mobilisasi progresif.
Proses ini akan membantu mengurangi ketegangan otot, memperbaiki saturasi
oksigen, menstabilkan tekanan darah.

51
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan implementasi tindakan keperawatan selama 3 hari bahwa
mobilisasi progresif berpengaruh terhadap meningkatnya status
hemodinamik, yang ditandai dengan meningkatnya Heart Rate (HR),
Respiratory Rate (RR), saturasi oksigen (SaO2), tekanan siastole dan diastole,
dan Mean Arterial Pressure (MAP)pada pasien kritis di ICU RSUD Sleman
B. SARAN

52

Anda mungkin juga menyukai