Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN

PADA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


DI BALAI BENIH IKAN (BBI) OMPO KEC. LALABATA
KAB. SOPPENG SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:
ABDUL AZIS
1622010126

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN


POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN
PANGKEP
2019
2
3
4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2019


Yang menyatakan,

Abdul Azis
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya yang dilakukan penulis
tidak akan terwujud tanpa diiringi doa yang dikabulkan oleh-Nya.
Kesempatan kali ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang-
orang yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara
lain:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Andi Ongkeng, S.Sos selaku pembimbing Lapangan yang telah memberikan
bimbingan selama melaksanakan PKPM di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo,
Kab. Soppeng.
3. Ir. La Paturusi La Sennung, M.Si selaku pembimbing pertama dan Ir.H.
Bustamin, M.P.selaku pembimbing kedua.
4. Ardiansyah, S.Pi.,M.Biotech, Stu.,ph.D. selaku ketua Jurusan Budidaya
Perikanan.
5. Dr.Ir. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;
6. Teman teman mahasiswa budidaya perikanan yang tidak bias saya sebutkan
satu per satu.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat memberkan
informasi bagi semua pihak, khususnya dalam dunia perikanan.

Pangkep, Mei 2019

Penulis
6

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan
dan Manfaat..................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksono
mi Ikan Nila..................................................................... 4
2.2 Morfologi
Ikan Nila.......................................................................... 4
2.3 Habitat
dan Penyebaran ............................................................... 5
2.4 Lingkung
an Hidup Ikan Nila .......................................................... 7
7
2.5 Pakan
dan Kebiasaan Makan ..................................................... 7
2.6 Pakan
Tambahan ........................................................................ 8
2.7 Kandunga
n Gizi Pakan .................................................................... 9
2.8 Hubunga
n Kualitas Air dengan Pemberian Pakan......................... 11
2.8.1 ........................................................................Suhu Air 12
2.8.2 Oksigen
Terlarut (DO)....................................................... 13
2.8.3 Derajat
Keasaman (pH) Air ............................................. 13
BAB III. METODE
3.1 Waktu
dan Tempat...................................................................... 15
3.2 Alat dan
Bahan............................................................................... 15
3.3 Metode
Pengumpulan Data .......................................................... 16
3.4 Metode
pelaksanaan ..................................................................... 16
3.4.1 Pemberia
n Pakan ................................................................ 16
3.4.2 Sampling
Pertumbuhan........................................................ 16
3.4.3 Panen
17
3.4.4 Pengukur
an Parameter Kualitas Air ................................... 17
3.5 Parameter
yang Diamati dan Analisa Data ...................................... 18
8

3.5.1 Parameter
yang Diamati ....................................................... 18
3.5.2 Analisa
Data ..................................................................... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentas
e jumlah pakan ............................................................... 22
4.2 Pertumbu
han Ikan Nila ................................................................... 23
4.3 FCR
(Food Convention Ratio)................................................. 26
4.4 Tingkat
Kelangsungan Hidup (SR)............................................... 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.............................................................................................Kesimpul
an ..................................................................................... 28
5.2....................................................................................Saran 28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
9

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1. Alat praktikum yang digunakan ............................................. 15

Tabel 3.2. Bahan praktikum yang digunakan.......................................... 15

Tabel 4.1. Persentase dosis pakan setelah sampling ............................... 22

Tabel 4.2. Pertumbuhan Ikan Nila .......................................................... 24

Tabel 4.3. Hasil perhitungan FCR (Feed Convention ratio)................... 26

Table 4.4 Tingkat kelangsungan hidup (SR).......................................... 26


10

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.2. Morfologi ikan nila....................................................................4

Gambar 4.1. Jumlah pakan/Hari (Kg)...............................................................22

Gambar 4.2. Berat rata rata ikan (gram) .................................................... 24

Gambar 4.3. Tingkat Kelangsungan hidup / Survival Rate (SR) ............... 27


11

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Lay Out Kolam BBI Ompo, Soppeng .................................... 32

Lampiran 2. Kegiatan PKPM di BBI Ompo, Soppeng .............................. 33

Lampiran 3. Perhitungan nilai FCR dan tingkat kelangsungan hidup ........ 34

Lampiran 4. Kandungan gizi pakan PF 1000 PRIMA FEED ..................... 35

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air .............................................. 36


12

ABSTRAK
ABDUL AZIS, 1622010126. Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran
Ikan Nila (Oreochromis nilolticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo dibimbing
oleh La Paturusi La Sennung dan Bustamin

Ikan Nila sebagai salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah
memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah
perikanan di dunia. ikan nila menajdi salah satu komoditas perikanan air tawar
yang banyak dibudidayakan dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena
itu pengetahuan tentang manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila
perlu dipelajari agar dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan nila dan kemudian
dijadikan ikan konsumsi.

Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui manajemen


pemberian pakan pada pembesaran ikan nila. Adapun kegunaan adalah sebagai
bahan informasi dan acuan dalam manajemen pemberian pakan pada usaha
pembesaran ikan nila.

Tugas Akhir disusun berdasarkan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik


Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan dari tanggal 21 Januari - 21 April 2019 di
Balai Benih Ikan (BBI) Ompo kabupaten Soppeng Metode yang digunakan terdiri
dari metode observasi dan partisipasi aktif yakni turun ke lapangan pembesaran
ikan nila dan ikut terlibat langsung pada kegiatan manajemen pemberian pakan
buatan pada pembesaran ikan nila.

Dalam kegiatan manajemen pemberian pakan, pakan yang digunakan yaitu


pakan dengan kandungan protein 39-41 % dan lemak minimal 5 %. Dosis yang
diberikan sebanyak 2-5 %. Nilai FCR yang didapatkan yaitu 1,4 dengan SR
sebesar 98 % Suplai pakan yang diberikan menunjukan adanya pertumbuhan baik
panjang maupun berat (selama kegiatan) pada ikan yang dipelihara. Pertumbuhan
panjang 14 cm. Dan perumbuhan berat ikan nila yaitu 72.000 gr dan total pakan
yang diberikan selama pemeliharaan adalah sebanyak 105 kg.
13

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air

tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan Ikan asli perairan Indonesia,

melainkan ikan yang berasal dari Afrika. Menurut sejarahnya, ikan Nila pertama

kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada

tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian

disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Pemberian nama “Nila”

berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, jadi “Nila” adalah

nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal

Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni ”nilotica”

yang kemudian diubah menjadi Nila. Pada pakar perikanan memutuskan bahwa

nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau

Oreochromis sp. dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Nile Tilapia”

(Wikipedia, 2007).

Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju

pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan

hama dan penyakit. Selain dipelihara dikolam biasa seperti yang umum

dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air

deras, jaring apung, dan sawah. Salah satu daerah yang potensial umtuk budidaya

ikan nila di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten

Soppeng. Hal ini mengingat ikan nila selain untuk konsumsi local juga

merupakan komoditas ekspor terutama ke Amerika Serikat dalam bentuk fillet

(daging tanpa tulang dan kulit) sehingga menjadi komoditi unggulan daerah.
14

Meskipun ikan nila merupakan komoditas yang mudah dibudidayakan ada

beberapa faktor alami yang dapat menghambat keberhasilan usaha untuk

mendapatkan hasil produksi ikan nila yang setinggi-tingginya yakni dengan

penyediaan makanan alami secara berkesinambungan. Salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan budidaya adalah pakan.

Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan ikan, biasanya

berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Pakan yang berkualitas baik

merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan, salah satu cara

untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik

dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal, dan cara pemberian pakan yang sesuai

dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan. Manajemen pakan ikan merupakan salah

satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan

unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa bahan baku, pakan

buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan,

serta memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Akbar,

2001).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Kolam dengan judul Tugas

Akhir “Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) di Kolam BBI Ompo, Soppeng”.


15

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini, yaitu memperkuat penguasaan

mengenai manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila (O. niloticus)

di kolam.

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas

wawasan dan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya dimasyarakat kelak

khususnya pada bidang manajemen pemberian pakan pada kolam pembesaran

ikan nila.
1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Ikan Nila

Menurut Saanin (1968), taksonomi ikan nila (O. niloticus) sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Subkelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphy

Subordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : O. niloticus

2.2 Morfologi Ikan Nila

Morfologi ikan nila dapat dilihat dari Gambar 2.2.

Sisik
Linear literalis
Mulut
Mata

operculum

Gambar 2.2. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) Saanin (1968)


1

Ikan nila dapat dimorfologikan berdasarkan bentuk fisiologis yaitu

memiliki bentuk tubuh bulat pipih, punggung agak tinggi, badan, sirip ekor dan

sirip punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip

yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan

adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin cepat di

perairan air tawar.

Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki

warna tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna putih,

sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuningan. Sisik ikan nila memiliki

ukuran besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini

memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian

ujung kepala serta memiliki mata yang besar.

Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ikan ini

hidup di perairan tawar seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ dan

genangan air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada

salinitas 10–20 permil. Ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25–30 oC

dan pada masa berpijah membutuhkan suhu 22–27oC. Nilai pH optimum untuk

perkembangbiakan dan pertumbuhan nila adalah 7–8 (Ellisma ,2013).

2.3 Habitat dan Penyebaran

Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur, terutama di Sungai Nil

dan perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti Danau Tanganyika.

Oleh karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan nama asal

habitatnya, O. niloticus. Ikan tersebut kemudian mulai menyebar ke daerah Timur

Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh bangsa
1

Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua propinsi di Indonesia

(Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010).

Habitat atau lingkungan tempat tumbuh dan berkembangbiak ikan nila

sangat bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat

bagus terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat

dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi perairan yang bervariasi, baik

di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan

sebagai tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan

masih mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6–

8,5. Kadar garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0–35 permil. Ikan

nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap,

dengan kadar garam yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan

dilakukan secara mendadak, dari air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi,

dapat mengakibatkan stress, bahkan berpotensi menimbulkan kematian dalam

jumlah besar.

Ikan nilai kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila

dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan

saat masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal

maupun dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-

waduk yang memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba

Jaring Apung. Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan

sistem Karamba Jaring Apung di laut (Khairuman dan Amri , 2008).


1

2.4 Lingkungan Hidup Ikan Nila

Rukmana, (1997) menyatakan bahwa ikan nila memiliki kemampuan

menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki

toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga bisa dipelihara di

dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang

rendah, ikan mampu hidup pada suhu 14–38 oC. Dengan suhu terbaik adalah 25–

30oC. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau

kadar garam jumlah 0–29‰ sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik.

Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat

tumbuh berkembang dengan baik.

2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan

Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas makanan

yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan alami ikan nila berupa plankton,

perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak seperti ganggang sutera dan kelekap.

Termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivor. Namun

larva ikan nila tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia

makanan cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang

baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang

sesaat setelah menetas lubang mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut

terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa

plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel

tunggal maupun benthos dan krustasea berukuran kecil. Makanan ini diperoleh

dengan cara menyerapnya dalam air (Djarijah, 1995).


2

Ikan nila setelah cukup besar memakan fitoplankton seperti alga

berfilamen, detritus dan tumbuh-tumbuhan air serta organisme renik, Jenis

makanan yang disukai larva yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang

melayang di air, dan ikan–ikan kecil. Kebiasaan hidup dihabitat alami

memberikan petunjuk bahwa usaha budidaya nila memerlukan ketersediaan pakan

alami yang memadai, meskipun pada skala usaha budidaya intensif diberikan

pakan buatan (pelet), tetapi pakan alami masih tetap diperlukan (Rukmana,1997).

Menurut Kordi (2000), ikan nila dewasa mempunyai kemampuan untuk

mengumpulkan makanan diperairan dengan bantuan lendir dalam mulut, makanan

tersebut menjadi gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan nila yang

masih kecil suka mencari makanan diperairan dangkal, sedangkan ikan nila yang

berukuran lebih besar lebih menyukai di perairan yang dalam.

Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam

kondisi kenyang. Dari beberapa penelitian menunujukkan bahwa kebiasaan

makan ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas sinar matahari.

Pada siang hari di mana intensitas matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat,

ikan nila lebih agresif terhadap makanan. Sebaliknya dalam keadaan mendung

atau hujan, apalagi diwaktu malam hari ketika suhu air rendah, ikan nila menjadi

kurang agresif terhadap makanan (Djarijah, 2002).

2.6 Pakan Tambahan

Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan terhadap pakan tambahan. Pakan merupakan sumber energi dan materi

bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup yang dibuat dengan formulasi
2

tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhan nutrisi organisme yang dibudidaya,

sumber dan kualitas bahan baku, serta memiliki standar mutu tinggi.

Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada

hewan budidaya, antara lain;

1. Pakan berkualitas merupakan hasil formulasi dengan menyediakan nutrien

sesuai dengan kebutuhan organisme yang akan dipelihara, diproduksi

dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara

maksimal;

2. Mengunakan pakan yang atraktif, tinggi, serta size atau ukuran yang sesuai

dengan bukaan mulut.

3. Mempertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penanganan

yang baik dan benar;

4. Memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat

sesuai dengan jumlah dan ukuran populasi;

5. Mendistribusikan pakan secara merata pada media budidaya (tambak,

kolam dan sebagainya) sehingga semua ikan mempunyai kesempatan yang

sama untuk memperoleh pakan;

6. Melakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan

ikan (Nur , 2011).

2.7 Kandungan Gizi Pakan

Hafes, 2000, menyatakan bahwa penyusunan formulasi pakan terutama

memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini

merupakan komponen utama untuk pertumbuhan ikan.


2

a. Protein

Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan

maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan),

lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asal hewan), hal ini disebabkan

karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar

dicerna. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak dari pada

hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur

ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan

protein yang lebih banyak dari pada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora

berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20–

60%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung

ikan yang kaya metionin.

b. Lemak

Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya

yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid)

antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensial ini

banyak terdapat di tepung kepala ikan, cumi-cumi. Kandungan lemak sangat

dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber

tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4–18%.

c. Karbohidrat

Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati.

Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10–50%. Kemampuan

ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk


2

menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilase). Ikan karnivora biasanya

membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar

karbohidratnya dapat mencapai 50%.

d. Vitamin

Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan

hilang, kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang,

gelisah, hati berlemah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang

sempurna, pembentukan lendir terganggu, dll. Agar ikan tetap sehat, suplai

vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh ukuran

ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.

e. Mineral

Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk

pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisma dan mempertahankan

keseimbangan osmotis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang, gigi

dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt,

natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, dan arsen. Makanan alami

biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap

langsung dari dalam air. Namun pada umumnya, mineral-mineral itu didapatkan

dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita

tambahkan pada proses pembuatan pakan.

2.8 Hubungan Kualitas Air dengan Pemberian Pakan

Menurut Ismoyo (1994). Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat

fisik, kimia, dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan
2

untuk keperluan tertentu, seperti kualits air unttuk air minum, pertanian dan

perikanan, rumah sakit, industri, dan lain sebagainya sehingga menjadikan

persyaratan kualitas air berbeda-beda sesusai dengan peruntukannya.

Dalam setiap organisme memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap setiap

perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam

keberhasilan budidaya. Permasalahan yang terjadi kini adalah menurunnya

kualitas air tambak atau perairan area budidaya yang dipicu oleh pembusukan sisa

pakan di dasar tambak dan penyebaran bahan-bahan beracun yang meningkat di

dalam kolam.

2.8.1 Suhu

Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal

adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan

metabolisme dan berkembangbiak dengan baik. Suhu merupakan faktor fisik

yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang

terkandung didalamnya akan mentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan

tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air

dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung

pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima,

saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai

berikut:

1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun;

2) Kecepatan reaksi kimia meningkat;

3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.


2

Jikan batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan

ikan dan hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan

kelarutan oksigen dalam air, memberi pengaruh langsung terhadap aktivitas

disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan,

suhu air berkisar antara 35–40oC merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme

yang dapat menyebabkan kematian.

2.8.2 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Santoso, (1996) Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar

untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab

utama berkurangnya oksigen terlarut didalam air adalah adanya bahan-bahan

buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian

berlangsung 0,0–15,0 mg/l. Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi

kehidupan di perairan sebaiknya harus diatass titik kritis dan tidak terdapat bahan

lain yang bersifat racun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup

memadai untuk menunjang sacara normal komunikasi akuatik di perairan.

Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5–8 mg/l.

2.8.3 Derajat Keasaman (pH)

Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik

terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen

terlarut, adanya variasi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup

biota. Perairan basa (7–9) merupakan perairan produktif dan berperan mendorong

proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat

diassimilasi oleh fitoplaknton.


2

pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam

dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air

berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik,

semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian

pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam

CaCO3.
27

BAB III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai April

2019 di kolam beton Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, Soppeng.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alat yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.
No Alat Fungsi
1 pH meter Mengukur derajat keasaman air
2 DO Meter Mengukur oksigen terlarut dan suhu
3 Jala lempar Sampling ikan
4 Keranjang / Basket Tempat ikan
5 Timbangan Menimbang ikan
6 Penggaris / mistar Mengukur panjang ikan
7 Seser Pengangkatan kotoran
8 Ember Tempat ikan yang disampling dan pakan
9 Kolam Wadah pemeliharaan ikan
10 ATK Mencatat hasil pengukuran
Sumber : Data Primer, PKPM 2019

b. Bahan

Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila dapat


dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.

No. Bahan Fungsi


1 Ikan nila Organisme yang dibudidayakan
2 Pupuk organik cair Meningkatkan kesuburan tanah
3 Pakan PF 1000 PRIMA FEED Makanan ikan
Sumber : Data Primer, PKPM 2019
2

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir

ini adalah metode observasi dan partisipatif aktif yakni turun langsung ke

lapangan pada kegiatan pembesaran ikan nila dan terlibat langsung pada kegiatan

manajemen pemberian pakan buatan pembesaran ikan nila.

1. Data Primer

Data primer dapat diperoleh degan cara mengamati, menghitung atau

mengukur secara langsung pada saat melakukan rangkaian kegiatan dilapagan dan

wawancara langsung dengan pembimbing lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh degan cara penelusuran literature dan pustaka

yang relevan degan judul tugas akhir sebagai penunjang dari data primer.

3.4 Metode pelaksanaan

3.4.1 Pemberian Pakan

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pakan ditimbang sesuai dengan dosis kebutuhan ikan.

c. Pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ember yang telah

disediakan.

d. Kemudian pakan ditaburkan ke kolam sebagai pakan buatan untuk ikan.

3.4.2 Sampling

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Titik sampling ditentukan

c. Pakan diberikan sedikit demi sedikit pada titik sampling


2

d. Jala dilempar pada titik tersebut, diusahakan selebar mungkin.

e. Jala ditarik dan ikan diambil lalu dimasukkan ke dalam ember.

f. Ikan yang ada dalam ember ditimbang beratnya dan diukut panjangnya.

g. Sampling dilakukan pada pagi atau sore hari.

3.4.3 Panen

a. Alat yang akan digunakan disiapkan

b. Kayu ditancap di sekitar pintu pengeluaran sebagai penahan waring

c. Pintu pengeluaran air dibuka dan waring dipasang pada patok

d. Pintu pemasukan ditutup

e. Air pada kolam ditunggu sampai habis terkuras

f. Ikan diambil menggunakan tangan dan seser.

3.4.4 Pengukuran Parameter Kualitas Air Suhu, pH, dan DO

A. Kalibrasi Alat

a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

b. Larutan buffer disiapkan didalam gelas.

c. Penutup elektroda dibuka dan dicelupkan ke dalam gelas yang berisi

larutan buffer.

d. Alat dinyalakan dengan menekan tombol ”power”.

e. Untuk proses kalibrasi tekan tombol ”meas” dan tunggu selama 3-5

menit.

f. Alat dimatikan dengan menekan kembali tombol ”power”.

g. Alat diangkat dan ditutup kembali elektrodanya.

B. Prosedur Penggunaan

a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.


3

b. Penutup elektroda dibuka dan dicelupkan kedalam kolam

pemeliharaan.

c. Alat dinyalakan dengan menekan tombol ”power” tunggu beberapa

saat sampai pembacaan stabil.

d. Tombol ”meas” ditekan dan tunggu sampai angka pada layar alat

berhenti, hasilnya dicatat.

e. Alat dimatikan dengan menekan tombol ”power”

f. Alat diangkat, diberrsihkan dan dikeringkan elektroda menggunakan

tissu.

g. Alat disimpan pada tempatnya.

3.5 Paramter yang Diamati dan Analisa Data

3.5.1 Parameter yang Diamati

a. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan

diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan

waktu pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu

tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal

pemeliharaan (pertumbuhan nisbi). Pertumbuhan ikan nila dapat diketahui

dengan cara melakukan sampling mulai awal penebaran sampai panen. Sampling

bertujuan untuk mengetahui Survival Rate (SR) dan populasi yang ada di kolam.

Selain itu, sampling juga berfungsi untuk memperkirakan jumlah pakan yang akan

digunakan dalam waktu satu priode kedepan dihitung berdasarkan biomassa ikan

yang ada sehingga pakan yang digunakan tidak kekurangan ataupun kelebihan

pakan (Mudjiman, 1998).


3

b. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan (SR)

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu

tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi

organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut.

Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat

kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara (Effendi, 1979).

c. FCR (Feed Conversi Ratio)

FCR (Food Convertion Ratio) yaitu perbandingan (rasio) antara berat

pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya ikan dengan berat

total (biomassa) yang dihasilkan pada saat dilakukan sampling. Pada suatu usaha

budidaya ikan pada umumnya, nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolak ukur

dalam keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun secara finansial..

nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program

pakan ikan yang secara langsung maupun secara tidak langsung juga terkait

dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi/kualitas ikan. Sedangkan secara

finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh

pada satu periode budidaya karena pakan ikan merupakan penyumbang biaya

terbesar pada suatu usaha budidaya ikan (Afrianto Eddy dan Liviawaty, 2002).

d. Parameter Kualitas Air

Dalam usaha budidaya ikan nila pengelolaan kualitas air sangat perlu

diperhatikan, karena faktor lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat

penting bagi pertumbuhan organisme termasuk ikan. Dalam kondisi kualitas air

yang kurang baik pakan yang diberikan tidak akan berfungsi dengan efisien dalam

peranannya sebagai pendorong pertumbuhan ikan.


3

3.5.2 Analisa Data

Data pertumbuhan mutlak, tingkat kelangsungan hidup ikan, FCR (Feed

Conversi Ratio), dan parameter kualitas air dianalisa secara deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel.

Pemberian pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), jumlah pakan yang akan diberikan

dihitung dengan menggunakan rumus:

3.1 F = W x N x Fr
Keterangan :
F : ransum harian
W : bobot rata-rata ikan
N : jumlah ikan hidup
Fr : persentase ransum harian/biomassa

Tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan (SR) dihitung menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Effendi, 1979.

3.2 SR x 100%

Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

Konversi pakan

Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat ikan yang

ada (FCR) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kusriani,

widjanarko, dan Rohmawati (2012).


3

3.3 FCR =

Keterangan
F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)
Wo : Berat total ikan saat awal penebaran (kg)
Wt : Berat total ikan saat panen (kg)

Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan dihitung dengan rumus Mudjiman (1998) :

3.4 Wm= Wt-Wo

keterangan :

Wm : Pertumbuhan mutlak

Wt : Biomassa akhir (kg)

Wo: Biomassa awal (kg)

Anda mungkin juga menyukai