Untitled
Untitled
TUGAS AKHIR
Oleh:
ABDUL AZIS
1622010126
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Abdul Azis
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya yang dilakukan penulis
tidak akan terwujud tanpa diiringi doa yang dikabulkan oleh-Nya.
Kesempatan kali ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang-
orang yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara
lain:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Andi Ongkeng, S.Sos selaku pembimbing Lapangan yang telah memberikan
bimbingan selama melaksanakan PKPM di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo,
Kab. Soppeng.
3. Ir. La Paturusi La Sennung, M.Si selaku pembimbing pertama dan Ir.H.
Bustamin, M.P.selaku pembimbing kedua.
4. Ardiansyah, S.Pi.,M.Biotech, Stu.,ph.D. selaku ketua Jurusan Budidaya
Perikanan.
5. Dr.Ir. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;
6. Teman teman mahasiswa budidaya perikanan yang tidak bias saya sebutkan
satu per satu.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat memberkan
informasi bagi semua pihak, khususnya dalam dunia perikanan.
Penulis
6
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ............................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan
dan Manfaat..................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksono
mi Ikan Nila..................................................................... 4
2.2 Morfologi
Ikan Nila.......................................................................... 4
2.3 Habitat
dan Penyebaran ............................................................... 5
2.4 Lingkung
an Hidup Ikan Nila .......................................................... 7
7
2.5 Pakan
dan Kebiasaan Makan ..................................................... 7
2.6 Pakan
Tambahan ........................................................................ 8
2.7 Kandunga
n Gizi Pakan .................................................................... 9
2.8 Hubunga
n Kualitas Air dengan Pemberian Pakan......................... 11
2.8.1 ........................................................................Suhu Air 12
2.8.2 Oksigen
Terlarut (DO)....................................................... 13
2.8.3 Derajat
Keasaman (pH) Air ............................................. 13
BAB III. METODE
3.1 Waktu
dan Tempat...................................................................... 15
3.2 Alat dan
Bahan............................................................................... 15
3.3 Metode
Pengumpulan Data .......................................................... 16
3.4 Metode
pelaksanaan ..................................................................... 16
3.4.1 Pemberia
n Pakan ................................................................ 16
3.4.2 Sampling
Pertumbuhan........................................................ 16
3.4.3 Panen
17
3.4.4 Pengukur
an Parameter Kualitas Air ................................... 17
3.5 Parameter
yang Diamati dan Analisa Data ...................................... 18
8
3.5.1 Parameter
yang Diamati ....................................................... 18
3.5.2 Analisa
Data ..................................................................... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentas
e jumlah pakan ............................................................... 22
4.2 Pertumbu
han Ikan Nila ................................................................... 23
4.3 FCR
(Food Convention Ratio)................................................. 26
4.4 Tingkat
Kelangsungan Hidup (SR)............................................... 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.............................................................................................Kesimpul
an ..................................................................................... 28
5.2....................................................................................Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
9
DAFTAR TABEL
Hal.
DAFTAR GAMBAR
Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
ABSTRAK
ABDUL AZIS, 1622010126. Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran
Ikan Nila (Oreochromis nilolticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo dibimbing
oleh La Paturusi La Sennung dan Bustamin
Ikan Nila sebagai salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah
memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah
perikanan di dunia. ikan nila menajdi salah satu komoditas perikanan air tawar
yang banyak dibudidayakan dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena
itu pengetahuan tentang manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila
perlu dipelajari agar dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan nila dan kemudian
dijadikan ikan konsumsi.
BAB I. PENDAHULUAN
Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air
tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan Ikan asli perairan Indonesia,
melainkan ikan yang berasal dari Afrika. Menurut sejarahnya, ikan Nila pertama
kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada
tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian
berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, jadi “Nila” adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal
Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni ”nilotica”
yang kemudian diubah menjadi Nila. Pada pakar perikanan memutuskan bahwa
nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau
Oreochromis sp. dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Nile Tilapia”
(Wikipedia, 2007).
Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju
hama dan penyakit. Selain dipelihara dikolam biasa seperti yang umum
dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air
deras, jaring apung, dan sawah. Salah satu daerah yang potensial umtuk budidaya
Soppeng. Hal ini mengingat ikan nila selain untuk konsumsi local juga
(daging tanpa tulang dan kulit) sehingga menjadi komoditi unggulan daerah.
14
berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Pakan yang berkualitas baik
merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan, salah satu cara
untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik
dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal, dan cara pemberian pakan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan. Manajemen pakan ikan merupakan salah
Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa bahan baku, pakan
buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan,
serta memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Akbar,
2001).
mengenai manajemen pemberian pakan pada pembesaran ikan nila (O. niloticus)
di kolam.
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas
ikan nila.
1
Menurut Saanin (1968), taksonomi ikan nila (O. niloticus) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphy
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : O. niloticus
Sisik
Linear literalis
Mulut
Mata
operculum
memiliki bentuk tubuh bulat pipih, punggung agak tinggi, badan, sirip ekor dan
sirip punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip
yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan
adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin cepat di
Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki
warna tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna putih,
sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuningan. Sisik ikan nila memiliki
ukuran besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini
memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian
hidup di perairan tawar seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ dan
genangan air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada
salinitas 10–20 permil. Ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25–30 oC
dan pada masa berpijah membutuhkan suhu 22–27oC. Nilai pH optimum untuk
Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur, terutama di Sungai Nil
dan perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti Danau Tanganyika.
Oleh karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan nama asal
Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh bangsa
1
Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua propinsi di Indonesia
sangat bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat
bagus terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat
di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan
sebagai tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan
masih mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6–
8,5. Kadar garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0–35 permil. Ikan
nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap,
dengan kadar garam yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan
dilakukan secara mendadak, dari air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi,
jumlah besar.
Ikan nilai kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila
dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan
saat masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal
maupun dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-
waduk yang memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba
Jaring Apung. Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan
dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang
rendah, ikan mampu hidup pada suhu 14–38 oC. Dengan suhu terbaik adalah 25–
30oC. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau
kadar garam jumlah 0–29‰ sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik.
Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat
yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan alami ikan nila berupa plankton,
perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak seperti ganggang sutera dan kelekap.
Termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivor. Namun
larva ikan nila tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia
makanan cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang
baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang
sesaat setelah menetas lubang mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut
terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa
plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel
tunggal maupun benthos dan krustasea berukuran kecil. Makanan ini diperoleh
makanan yang disukai larva yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang
alami yang memadai, meskipun pada skala usaha budidaya intensif diberikan
pakan buatan (pelet), tetapi pakan alami masih tetap diperlukan (Rukmana,1997).
tersebut menjadi gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan nila yang
masih kecil suka mencari makanan diperairan dangkal, sedangkan ikan nila yang
Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam
makan ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas sinar matahari.
Pada siang hari di mana intensitas matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat,
ikan nila lebih agresif terhadap makanan. Sebaliknya dalam keadaan mendung
atau hujan, apalagi diwaktu malam hari ketika suhu air rendah, ikan nila menjadi
kebutuhan terhadap pakan tambahan. Pakan merupakan sumber energi dan materi
bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup yang dibuat dengan formulasi
2
sumber dan kualitas bahan baku, serta memiliki standar mutu tinggi.
dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara
maksimal;
2. Mengunakan pakan yang atraktif, tinggi, serta size atau ukuran yang sesuai
4. Memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat
a. Protein
lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asal hewan), hal ini disebabkan
karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar
dicerna. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak dari pada
hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur
protein yang lebih banyak dari pada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora
berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20–
60%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung
b. Lemak
yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid)
antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensial ini
dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber
c. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati.
Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10–50%. Kemampuan
d. Vitamin
sempurna, pembentukan lendir terganggu, dll. Agar ikan tetap sehat, suplai
vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh ukuran
e. Mineral
dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt,
natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, dan arsen. Makanan alami
langsung dari dalam air. Namun pada umumnya, mineral-mineral itu didapatkan
dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita
Menurut Ismoyo (1994). Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat
fisik, kimia, dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan
2
untuk keperluan tertentu, seperti kualits air unttuk air minum, pertanian dan
perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam
kualitas air tambak atau perairan area budidaya yang dipicu oleh pembusukan sisa
dalam kolam.
2.8.1 Suhu
terkandung didalamnya akan mentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan
tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air
dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung
pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima,
saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai
berikut:
ikan dan hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan
disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan,
suhu air berkisar antara 35–40oC merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme
untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab
kehidupan di perairan sebaiknya harus diatass titik kritis dan tidak terdapat bahan
lain yang bersifat racun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup
Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5–8 mg/l.
terlarut, adanya variasi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup
biota. Perairan basa (7–9) merupakan perairan produktif dan berperan mendorong
proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat
dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air
berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik,
semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian
pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam
CaCO3.
27
Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai April
a. Alat
Alat yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alat yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.
No Alat Fungsi
1 pH meter Mengukur derajat keasaman air
2 DO Meter Mengukur oksigen terlarut dan suhu
3 Jala lempar Sampling ikan
4 Keranjang / Basket Tempat ikan
5 Timbangan Menimbang ikan
6 Penggaris / mistar Mengukur panjang ikan
7 Seser Pengangkatan kotoran
8 Ember Tempat ikan yang disampling dan pakan
9 Kolam Wadah pemeliharaan ikan
10 ATK Mencatat hasil pengukuran
Sumber : Data Primer, PKPM 2019
b. Bahan
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan selama kegiatan pemeliharaan ikan nila.
ini adalah metode observasi dan partisipatif aktif yakni turun langsung ke
lapangan pada kegiatan pembesaran ikan nila dan terlibat langsung pada kegiatan
1. Data Primer
mengukur secara langsung pada saat melakukan rangkaian kegiatan dilapagan dan
2. Data Sekunder
yang relevan degan judul tugas akhir sebagai penunjang dari data primer.
disediakan.
3.4.2 Sampling
f. Ikan yang ada dalam ember ditimbang beratnya dan diukut panjangnya.
3.4.3 Panen
A. Kalibrasi Alat
larutan buffer.
e. Untuk proses kalibrasi tekan tombol ”meas” dan tunggu selama 3-5
menit.
B. Prosedur Penggunaan
pemeliharaan.
d. Tombol ”meas” ditekan dan tunggu sampai angka pada layar alat
tissu.
a. Pertumbuhan Mutlak
diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan
tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal
dengan cara melakukan sampling mulai awal penebaran sampai panen. Sampling
bertujuan untuk mengetahui Survival Rate (SR) dan populasi yang ada di kolam.
Selain itu, sampling juga berfungsi untuk memperkirakan jumlah pakan yang akan
digunakan dalam waktu satu priode kedepan dihitung berdasarkan biomassa ikan
yang ada sehingga pakan yang digunakan tidak kekurangan ataupun kelebihan
tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi
Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat
pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya ikan dengan berat
total (biomassa) yang dihasilkan pada saat dilakukan sampling. Pada suatu usaha
budidaya ikan pada umumnya, nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolak ukur
pakan ikan yang secara langsung maupun secara tidak langsung juga terkait
finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh
pada satu periode budidaya karena pakan ikan merupakan penyumbang biaya
terbesar pada suatu usaha budidaya ikan (Afrianto Eddy dan Liviawaty, 2002).
Dalam usaha budidaya ikan nila pengelolaan kualitas air sangat perlu
penting bagi pertumbuhan organisme termasuk ikan. Dalam kondisi kualitas air
yang kurang baik pakan yang diberikan tidak akan berfungsi dengan efisien dalam
Conversi Ratio), dan parameter kualitas air dianalisa secara deskriptif dan
Pemberian pakan
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), jumlah pakan yang akan diberikan
3.1 F = W x N x Fr
Keterangan :
F : ransum harian
W : bobot rata-rata ikan
N : jumlah ikan hidup
Fr : persentase ransum harian/biomassa
3.2 SR x 100%
Keterangan:
Konversi pakan
Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat ikan yang
3.3 FCR =
Keterangan
F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)
Wo : Berat total ikan saat awal penebaran (kg)
Wt : Berat total ikan saat panen (kg)
Laju Pertumbuhan
keterangan :
Wm : Pertumbuhan mutlak