Anda di halaman 1dari 6

TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA

PADA TENAGA KERJA


NUR AIN TAHIR (NIM: 811421186)

KELAS C SMESTER 3

E-mail: nuraintahir03@gmail.com

Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak

Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering
timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang dapat menurunkan
produktifitas pekerja. Pemaparan zat kimia yang digunakan dalam proses
penggumpalan dapat menyebabkan dermatitis kontak, mengakibatkan iritasi dan
gangguan kulit lainnya dalam bentuk gatal-gatal, kulit kering dan pecah-pecah,
kemerah-merahan, serta koreng yang tidak sembuh-sembuh. Studi pendahuluan yang
dilakukan menunjukkan 50% dari 10 orang pekerja pembuat tahu mengalami dermatitis
kontak. Tujuan dalam pembuatan jurnal ini yaitu menggabungkan 5 jurnal yang
berkaitan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) Menjadi jurnal yang baru. Sistematika
yang digunakan dalam tinjauan ini menggunakan 5 jurnal nasional dari tahun 2012-
2021 dan diakses pada 30 september 2021 pukul 07.00.

Kata kunci: Dermatitis kontak, Akibat kerja

Abstract

Occupational contact dermatitis is a skin disease which is often arise in the tofu’s
industry that can reduce workers productivity. The exposure of chemicals used in the
process of clotting can caused contact dermatitis, may lead to irritation and other skin
disorders like itching, dry skin and chapped, redness, and sores that do not heal. The
earlier study found the Tofu makers with contact dermatitis is 5 persons from 10
persons (50%). The purpose of making this journal is to combine 5 journals related to
Occupational Diseases (PAK) into a new journal. The systematics used in this review
uses 5 national journals from 2012-2021 and is accessed on September 30, 2021 at
07.00.

Keywords: Contact dermatitis, Occupational

PENDAHULUAN

Sektor utama dalam perekonomian bangsa Indonesia adalah sektor pertanian.


Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sector pertanian. Akan
tetapi pada kenyataannya, sifat produk pertanian adalah mudah busuk dan rusak,
sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan cermat. Seiring dengan hal
tersebut, peran Salah satu hasil pertanian yang banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan produk pada sektor agroindustri adalah kedelai. Olahan dari kedelai sangat
beragam, salah satunya menjadi produk tahu. Jumlah industri tahu di Indonesia
mencapai 84.000 unit usaha dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per
tahun.

Tahu adalah salah satu hasil olahan dari kacang kedelai dimana merupakan
sumber protein nabati yang sangat baik. Pengolahannya ini melalui proses
pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Zat penggumpal yang dapat
digunakan antara lain asam cuka, asam laktat dan batu tahu (Sinta, 2010).

Pemaparan zat-zat kimia yang digunakan dalam proses penggumpalan terhadap


tahu dapat mengakibatkan iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam bentuk gatal-gatal,
kulit kering dan pecah-pecah, kemerah-merahan, serta koreng yang tidak sembuh-
sembuh. Kerusakan kulit seperti ini akan memudahkan masuknya zat-zat kimia yang
bersifat beracun kedalam tubuh melalui kulit yang terluka. Uap zat kimia dapat
mengakibatkan peradangan dan iritasi saluran pernafasan, dengan gejala batuk, pilek,
sesak nafas dan demam. Kebersihan lingkungan kerja di pabrik tahu yang kurang baik
(panas, lembab, lantai kotor dan basah, bau yang menyegat, dll) dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti penyakit infeksi, gangguan kenyamanan kerja,
kecelakaan, penyakit allergi/ dermatitis kontak, dll (Dinkes Sulsel, 2004).

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) 2009, sekitar


90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik.

Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadi2 bagian besar,
yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan
merupakan reaksi inflamasi non-imunologi. Sedangkan dermatitis kontak alergi,
merupakan reaksi inflamasi yang berkaitan dengan proses.

METODE

Metode yang digunakan dalam jurnal ini ada systematic review dari 5 jurnal
nasional pada tahun 2012-2021, Dan kelima jurnal ini diakses pada 30 September 2021
pukul 07.00.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyakit kulit akibat kerja atau penyakit kulit okupasi adalah keadaan abnormal
dari kondisi kulit karena adanya kontak dengan substansi atau berhubungan dengan
proses yang ada di lingkungan kerja. Penyakit kulit okupasi merupakan masalah besar
untuk kesehatan masyarakat karena efeknya yang sering kronik dan memiliki pengaruh
yang besar terhadap keadaan ekonomi masyarakat dan para karyawan.

Dermatitis itu sendiri adalah suatu peradangan kulit yang terjadi sebagai adanya
respon tubuh terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, sehingga nantinya
akan menimbulkan suatu keadaan klinis yaitu berupa timbulnya efloresensi yang
polimorfik berupa eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan disertai
keluhan gatal yang terjadi pada bagian kulit dermis dan epidermis.

Faktor yang paling utama memengaruhi terjadinya dermatitis akibat kerja karena
kontak dengan bahan kimia adalah tidak adanya pemakaian APD berupa sarung
tangan yang sesuai untuk jenis bahan kimia yang digunakan. Faktor-faktor lain yang
memengaruhi dermatitis kontak akibat kerja adalah adanya kontak dengan bahan kimia,
lama kontak dan jenis pekerjaan (Lestari dan Utomo, 2008).

Menurut Hudyono (2002), pekerja yang berkontak dengan bahan kimia


menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin lama berkontak dengan bahan
kimia maka akan semakin merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan memudahkan
untuk terjadinya dermatitis. Kontak dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen
secara terus menerus akan menyebabkan kulit pekerja mengalami kerentanan mulai
dari tahap yang ringan sampai tahap yang berat. Lama kontak adalah jangka waktu
pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Setiap pekerja
memiliki lama kontak yang berbeda-beda sesuai dengan proses kerjanya. Semakin
lama berkontak dengan bahan kimia maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi
sehingga menimbulkan kelainan kulit (Lestari dan Utomo, 2007).

Proses pekerjaan memasak pada bagian penyaringan memang bersentuhan


langsung dengan larutan penggumpal tahu. Proses dimulai dari merebus bubur kedelai
hasil penggilingan, mencampurkan hasil rebusan dengan larutan penggumpal dan
diakhiri dengan menyaring hasil penggumpalan. Dari tahapan tersebut dapat dikatakan
bahwa bagian penyaringan berisiko untuk terkena dermatitis kontak kemungkinan
dikarenakan terpapar oleh larutan penggumpal yang bersifat asam dan didukung oleh
paparan air yang cukup panas saat mencampurkan larutan penggumpal dengan bubur
kedelai hasil rebusan.

Pemakaian sarung tangan bagi beberapa orang menimbulkan masalah seperti


perasaan kaku, risih, maupun mengganggu penampilan. Meskipun begitu pada bidang
industri, sarung tangan memberikan perlindungan terhadap bahaya yang mungkin
terjadi karena pekerjaan tersebut menimbulkan kemungkinan risiko kecelakaan yang
berbahaya bagi diri dan anggota badan pekerja tersebut. Sarung tangan dapat
melindungi pekerja dari kemungkinan celaka seperti kejutan aliran listrik, terbakar,
maupun percikan logam panas. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa semua
responden yang memakai APD sepatu boots tidak mengalami dermatitis kontak pada
kakinya, sedangkan semua responden yang tidak memakai atau jarang menggunakan
APD sepatu boots, semua mengalami dermatitis pada kakinya.
Pada awal produksi para pekerja memakai baju lalu pada pertengahan produksi
dilepas karean mengalami panas. Baju digunakan sebagai handuk untuk menyeka
keringat di area badan dan dapat dipakai kembali keesokan harinya. Pakaian yang
telah digunakan sebaiknya langsung dicuci.

Selain itu perlu disediakan tempat untuk mencuci tangan dan kaki dan mandi
yang khusus sehingga mengurangi keterpaparan dengan asam asetat. Oleh karena itu
perlu perbaikan Personal Hygiene baik dari segi fasilitas pendukung dan pekerja
sehingga menciptakan tempat kerja yang nyaman bagi para pekerja maupun pemilik
usaha tahu.

KESIMPULAN

Dari hasil yang didapatkan Penggunaan Alat Pelindung Diri yang minimal dan
ditambah lagi dengan tingkat personal hygiene yang buruk setelah melakukan suatu
pekerjaan, khususnya pekerjaan yang langsung berkontak dengan bahan-bahan
alergen dan iritan. Ini adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan insidensi
terkenanya dermatitis kontak saat bekerja pada para pekerja yang langsung berkontak
dengan bahan-bahan alergen dan iritan tersebut.

Pada faktor penggunaan APD semua responden yang menggunakan APD


sepatu boot tidak mengalami dermatitis kontak pada kakinya, begitu juga sebaliknya
semua pekerja yang tidak memakai sepatu boot kakinya mengalami dermatitis kontak.
Lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD adalah faktor yang berhubungan
dengan kejadian dermatitis kontak.

Sebaiknya sebelum bekerja, pembuat tahu di pabrik tahu menggunakan lotion


kulit yang dapat menjaga kelembaban kulit. Setelah memakai lotion, gunakan APD
berupa sarung tangan. Lotion jugadapat dipakai ketika telah selesai bekerja.

Memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan yang menutupi sampai bagian
lengan dan baju kerja yang menutupi seluruh bagian tubuh. Baju kerja yang digunakan
haruslah yang nyaman karena suhu ruangan di pabrik tahu sangat panas. Sepatu boots
juga harus dipakai saat bekerja dan dijaga kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adilah afifah. 2012. (faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis


kontak akibat kerja karwayan binato).
2. Chafidz mochammad. 2017. (Hubungan lama kontak, jenis pekerjaan dan
penggunaan APD dengan kejadin dermatitis kontak pada pekerj tahu, kediri).
The Indonesian Journal of Occuptional Safety and Heath, Vol 6, No 2.
3. Ferdian Riska, 2012. (faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja pembuatan tahu diwilayah kecamatan ciputat dan
ciputat timur).
4. Pradananingrum S, Lestantyo D, Jayanti S. 2018. Hubungan personal hygiene,
lama kontak, dan masa kerja dengan gejala dermatitis kontak iritan pada
pengrajin tahu mrican semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal)
Volume 6, Nomor 4.
5. Suhan nanto, S. 2015. (Kejadian timbulnya dermatitis kontak pada petugas
kebersihan). Jurnal Majority, Volume 4, Nomor 8.

Anda mungkin juga menyukai