Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS
SISTEMKARDIOVASKULER DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CA MAMAE

Oleh:
FERDIAN HARDIANATA
P07120421037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
A. KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada
bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang,
paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum
gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan
terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat
penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis
pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu
(American Cancer Soxiety, 2015).

B. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae
antara lain :
1. Usia Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada
wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat
sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko
3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara,
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut,
maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarch (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin
dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae.Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-
4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor
lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya
juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih
diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca mammae
9. Bahan kimia Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya)
mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol) Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim,
ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara.
Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-
mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut
menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma.

Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma
mamae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)

Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun


yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris dan terjadi benjola,
dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).

 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
PATHWAY

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak
Mendesak sel Mendesak
Mensuplai jaringan
syaraf pembuluh
per
nutrisi ke darah
jaringan ca Menekan
Interupsi sel syaraf
jaringan pada
Hipermetaboli mamae Aliran
s ke jaringan Peningkatan darah
nyeri
konsistensi mamae
Suplai
nutrisi Mamae hipoksia
jaringan Ukuran mamae
membengka
abnormal
BB
Massa tumor Kecemasa Bakteri
mendesak ke Mamae patogen
Nutrisi kurang asimetrik
jaringan luar
dari kebutuhan
tubuh
Gangguan Resiko
Perfusi
body image infeksi
Infiltrasi jaringan
pleura
parietal
ulkus
Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas
Gangguan
pola nafas

D. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah

a) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara


b) Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan.
c) Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d) Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e) Ada cairan yang keluar dari puting susu
f) Ada rasa sakit
g) Ada pembengkakan di daerah lengan
h) Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
b) Pemeriksaan Histopatologi
c) Mammografi dan ultrasonografi
d) MRI ( Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
e) USG payudara
f) Pemeriksaan Immunohistokimia

F.PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi antrasiklin
(seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes
(seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi
dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan),
dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin)
dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi
yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1. Docetaxel
2. Paclitaxel
3. Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4. Vinorelbine (Navelbine)
5. Capecitabine (Xeloda)
6. Liposomal doxorubicin (Doxil)
7. Gemcitabine (Gemzar)
8. Mitoxantrone
9. Ixabepilone (Ixempra)
10. lbumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11. Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
(termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae haruslah dilakukan
dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan
luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler
signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga
mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect ), sehingga sebelum
memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan
dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia,
co-morbid,evidence-based, cost effective,dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik
termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
Ca mammae Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi, Adrenalektomi,
dsb.
c) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional dapat
dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian
dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae

2. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak
perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri
pada payudara
Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan
alat, 4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan
haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan
ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas

3. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke
paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat
dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak

i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

4. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
A. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah (D.0077)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis, SDKI (D.0129)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya pintu masuk mikroorganisme
(D.0142)

B. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri (l.08066) Manajemen Nyeri
Setelah diberikan asuhan
dengan adanya insisi Observasi
keperawatan
bedah selama ……….. 1. Indetifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun.
Dengan Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri.
2. Meringisa menurun
2. Identifikasi sakala nyeri
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri
5. Kesulitan tidur membaik non verbal
6. Frekuensi nadi membaik
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri

Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imanijanasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain).
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesic,
sesuai indikasi
2. Gangguan integritas kulit Tingkat nyeri (l.14125) Perawatan integritas kulit
berhubungan dengan factor Setelah diberikan asuhan (I.11353)
mekanis keperawatan Observasi
selama ……….. a. Identifikasi penyebab
integritas kulit dan gangguan integritas kulit
jaringan meningkat. (mis. Perubahan sirkulasi,
Dengan Kriteria hasil: perubahan status
1. Elasitas meningkat nutrisi,penurunan
kelembaban, penurunan
2. Perfusi jaringan mobilitas)
meningkat
3. Kerusakan jaringan Terapeutik
a. Ubah posisitiap 2 jam
menurun jika tirah baring
4. Kerusakan lapisan kulit
menurun Edukasi
a. Anjurkan minum air yang
5. Nyeri menurun cukup
6. Perdarahan menurun b. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Kemerahan menurun
c. Anjurkan meningkatkan
8. Nekrosis menurun asupan buah dan sayur
9. Suhu kulit membaik
Perawatan luka (I.14564)
a. Monitor karakteristik
luka (mi. Drainase,
warna, ukuran, bau)
b. Monitor tanda tanda
infeksi

Terapeutik
a. Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
b. Bersihkan dengan cairan
NaCL atau pembersih
nontoksik sesuai
kebutuhan
c. Bersihkan cairan nekrotik
d. Berikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi, jika perlu
e. Pasang balutan sesuai
jenis luka
f. Pertahankan teknik steril
saat melakukan
perawatan luka

Eedukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
c. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik
3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi
dengan terbukanya pintu (l.14539)
masuk mikroorganisme keperawatan selama …….. Observasi
diharapkan tingkat infeksi Monitor tanda dan gejala
menurun. infeksi local dan sistemik

Dengan kriteria hasil Terapeutik


a. batasi jumlah pengunjung
a. nafsu makan meningkat
b. berikan perawatan kulit
b. demam menurun pada area edema
c. cuci tangan sebelum dan
c. kemerahan menurun sesudah kontak dengan
d. nyeri meurun oasien dan lingkungan
pasien
e. mengkak menurun d. pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko
f. kadar sel darah putih tinggi
membaik
1. Monitor kulit akan Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
adanya kemerahan infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tanga dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
C. Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :
DAFTAR PUSTAKA

PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Diagnose keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.
PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Luaran keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.
PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Intervensi keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai