Anda di halaman 1dari 10

Bagian Kulit dan Kelamin Referat

Fakultas Kedokteran Oktober 2015

Universitas Halu Oleo

BACTERIAL VAGINOSIS

OLEH :

Ignasia Diah Ayu J.M., S. Ked

K1A2 11 086

SUPERVISOR

dr. Nelly Herfina Dahlan, M. Kes., Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN KULIT KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

1. Pendahuluan

1
Bakterial vaginosis (BV) pertama kali dijelaskan oleh Gardner dan

Dukes pada tahun 1955 tentang hubungan antara BV dan Gardnerella Vaginalis

(G. Vaginalis).6 BV awalnya dikenal sebagai H. Vaginalis kemudian diubah

menjadi genus Gardnerella atas dasar hasil penyelidikan mengenai fenotopik

dan asam dioksi-ribonukleat.1


Bakterial vaginosis sering menunjukkan prevalensi yang tinggi,

kejadian yang berulang disertai dengan komplikasi, sehingga membuat BV

menjadi permasalahan global.2 Prevalensi dan distribusi BV bervariasi di

seluruh populasi dunia. Penelitian pada wanita asia di India dan Indonesia

didapatkan prevalensi BV sebesar 32%. Berdasarkan catatan medik BV di URJ

IMS RSUD Dr. Sutomo pada kurun waktu 2002-2006 didapatkan 60 pasien BV

baru, yang merupakan 1,2% dari jumlah kunjungan pasien divisi IMS dan 0,2%

dari jumlah kunjungan pasien baru URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr.

Soetomo Surabaya.3
BV adalah infeksi vagina yang paling sering terjadi pada wanita.

Tingkat insiden sulit untuk ditentukan karena tingginya prevalensi infeksi tanpa

gejala dan kurangnya metode skrining.4 Wanita dengan BV mempunyai risiko

lebih tinggi terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) lainnya.3


Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wanita dengan bakteriologis

vagina sehat dan wanita dengan BV, ditemukan bakteri aerob dan anaerob pada

semua wanita. Gardnella vaginalis (G. Vaginalis) terdapat lebih dari 90% pada

kasus BV (Verstraelen & Swidsinki, 2013), namun juga terdapat sekitar 10-

40% pada wanita sehat (Aroutcheva et al, 2001; Hickey & Forney, 2014; Silva

et al, 2014).2
2. Definisi

2
Secara histologis epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa. Lapisan ini

terdiri dari beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak mengandung

kelenjar, tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil epitel itu sangat

tipis sehingga mudah terkena infeksi, khususnya oleh gonokokkus. Mukosa

vagina berlipat-lipat horizontal yang dinamakan ruga. Ruga-ruga jelas dapat

dilihat pada sepertiga bagian distal vagina pada nullipara, dan sebagian besar

lipatan-lipatan tersebut menghilang pada multipara. Dibawah epitel vagina

terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Sebelah luar

otot-otot terdapat jaringan ikat yang akan berkurang elastisitasnya pada

perempuan yang lanjut usianya.10


Bakterial vaginosis adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus spp. penghasil hidrogen peroksidase (H 2O2) dalam vagina normal

dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (contoh: bacteroides spp,

Mobiluncus spp., Gardnerella vaginalis (G. vaginalis) dan Myoplasma hominis

(M. hominis). Pergantian Lactobacillus spp. ini menyebabkan penurunan

konsentrasi H2O2 yang umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang

banyak, berwarna abu-abu hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan

terdapat peningkatan pH dari nilai 4,5 sampai 7,0.5

3. Epidemiologi
BV lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan

kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Terdapat hubungan antara infeksi

G. Vaginalis dengan ras, prosmiskuitas, stabilitas marital, dan kehamilan

sebelumnya. Hampir 90% laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi G.

3
Vaginalis, mengandung G. Vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra,

tetapi tidak menyebabkan uretritis.1


4. Etiologi
Penyebab bakterial vaginosis antara lain: 5,7
a) Sering memakai douching vagina
b) Penggunaan sabun wangi pada vagina
c) Penggunaan alat kontrasepsi
d) Aktivitas seksual tinggi
5. Patogenesis
Pada 50% wanita sehat ditemukan kolonisasi G. Vaginalis dalam vagina

dengan jumlah yang sedikit, sehingga hal ini menunjukkan bahwa kuman

tersebut termasuk flora normal dalam vagina. G. Vaginalis sering ditemukan

pada para penderita BV dibanding dengan infeksi vaginitis lainnya. G.

Vaginalis dalam cairan vagina wanita dengan BV disertai peningkatan jumlah

kuman Bacteriodes sp dan Peptococcus sp.1


Peningkatan pH vagina > 4,5 menciptakan lingkungan yang tidak

menguntungkan bagi Lactobacillus spp, sehingga terjadi pertumbuhan yang

menguntungkan bagi bakteri anaerob G. Vaginalis untuk pengembangan dari

BV. Perubahan asam amino pada bakteri anaerob menimbulkan produksi amin.

Tingginya kadar amin terutama putresin dan kadaverin, menyebabkan

pelepasan amin dari perlekatannya pada protein, sehingga menimbulkan bau

amis atau biasa disebut “fishy odor” pada sekret vagina.1,5,9


6. Diagnosis
Sebanyak 50% kasus BV adalah asimptomatik (Henn et al, 2005) 7 dan

kebanyakan penderita datang adalah dengan keluhan keputihan yang berbau

dan kelainan warna serta tekstur keputihannya.


a. Gejala Klinis
Wanita dengan BV akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina

yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan

oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan.

4
Keluhan keputihan yang keluar dari vagina berbau “fishy odor” berwarna

putih keabu-abuan dan cair. Penderita mengeluh gatal, rasa terbakar,

timbul kemerahan dan edema pada vulva. Tanda-tanda inflamasi dan gatal

pada vagina jarang ditemukan.1,4.5,8

Gambar 1: Gejala Klinis BV, sekret berwarna putih keabu-abuan


b. Kriteria Amsel
Gejala klinis saja tidak cukup untuk mendiagnosis vaginosis

bakterial. Amsel et al merekomendasikan diagnosis klinik vaginosis

bakterial berdasarkan pada vadanya tiga dari 4 tanda-tanda berikut:5


1) Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding

vagina
Evaluasi cairan vagina sulit bila wanita tersebut baru mecuci

vaginanya atau baru melakukan hubungan seksual.


2) pH vagina > 4,5
Amsel memakai batasan pH 4,5 karena nilai ini dianggap batas

yang paling baik untuk membedakan keadaan normal.


3) Sekret vagina berbau seperti bau ikan sebelum atau setelah

penambahan KOH 10% (Whiff test)


Bau amis ini dapat dikenali bila spekulum ditarik dan ditetesi

KOH 10% (Whiff test) pada sekret vagina akan meningkatkan

intensitas bau.
4) Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop
Merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri

vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang

kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. Suatu

5
studi membuktikan bahwa Gardnerella, Mobiluncus, dan bakteri lain

dapat melekat padas epitel sel vagina.


Kriteria amsel dapat berubah jika :8
1) Sekresi vagina yang baru melakukan coitus dan Douching.
2) Candida dan Trichomonas memberikan gambaran yang sama secara

klinisnya.
3) Reaksi KOH 10% positif dan pH vagina meningkat serta menjadi asam

pada keputihan yang bercampur dengan semen.


4) pH vagina boleh menjadi asam semasa menstruasi.
5) Interpretasi salah dari mikroskopi boleh terjadi karena debris dan

degerasi sel yang di salah anggap sebagai “clue cells”dan lactobacilli

yang sedikit jumlahnya pada vagina.


c. Pemeriksaan Penunjang
1) Gram Staining
Untuk menunjang diagnostik, maka dilakukan penggunaan

pewarnaan Gram-staining untuk membedakan antara flora normal

bakteri gram-positif dan Lactobacilli dari jenis gram-negatif yang ada

pada BV. Pada BV didapatkan banyak bakteri gram-negatif dan

berbentuk batang-batang kecil.4.8


2) Pada pemeriksaan mikroskopi clue cell nampak sel epitel yang besar

ditutupi oleh bakteri.4

Gambar 2: Gambaran clue cell


7. Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menggambarkan keadaan klinik BV, antara

lain:
a. Kandidiasis Vulvovaginalis
Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh C.

albicans atau Candida spp lainnya. Keluhan utama adalah gatal di daerah

vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan

6
dispaneuria. Sekret tubuh vagina bisa banyak, putih seperti keju tetapi

sedikit. Tanda yang khas adalah adanya gumpalan-gumpalan yang

berwarna putih kekuningan (seperti keju) yang berasal dari massa yang

terlepas dari dinding vulva atau vagina.1.5

Gambar 3: Kandidiasis Vulvovaginalis


b. Trichomonas Vaginitis
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah

pada wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh

Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat

menyebabkan vaginitis dan sistitis. Penularannya biasanya melalui

hubungan seksual.
Pada kasus akut nampak sekret vagina seropurulen berwarna

kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan

berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Tanda khasnya

adalah tampak strawberry appearance dan disertai gejala dispareuria,

perdarahan pasca koitus, dan perdarahan intramenstrual. Pada kasus kronik

gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa.1

Gambar 4: “ Strawberry appearance” pada Trichomoniasis vaginalis

Bacterial Vaginosis Candidiasis Trichomonas


Vulvovaginalis Vaginitis
Gejala Bau amis Gatal, iritasi Nyeri , iritasi

Warna Duh Abu-abu Putih kental Kuning kehijauan

7
Konsistensi Cair Kental/tebal Berbusa

Bau Amis - Bau tidak enak

pH >4,5 <4,5 >4,5

KOH 10% + - -

Tabel 1: Differential Diagnosa


8. Terapi
Antibiotik merupakan pilihan utama dengan anti-anaerob yang efektif

dalam pengobatan BV. Obat pilihan yang direkomendasikan oleh America

Center for Disease Control and Prevention (CDC) adalah metronidazole dan

Klindamisin (Workwoski; Berman, 2006).8.9


a) Metronidazole 500 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari, 4
atau
b) Metronidazole gel 0,75% 5 g, 1 kali sehari dalam vagina selama 5 hari, 4
atau
c) Klindamisin cream 5% 5 g, menjelang tidur, dalam vagina selama 7 hari 4
Untuk wanita hamil:
a) Metronidazole 250 mg, 3 kali sehari, selama 7 hari, 4
atau
b) Klindamisin 300 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari 4
Regimen Alternatif:
a) Metronidazole 2 g, dosis tunggal, 4
atau
b) Klindamisin ovula 100 g, menjelang tidur, dalam vagina selama 3 hari. 4
8. Komplikasi
BV telah terbukti menjadi salah satu faktor resiko terhadap kejadian

keguguran pada trimester kedua dan kelahiran prematur pada kehamilan karena

adanya peningkatan risiko korioamnionitis. BV juga menjadi faktor risiko

dalam penyebaran HIV karena terjadinya peningkatan transmisi HIV pada

kekebalan imun. 4.8


9. Pencegahan
Tindakan yang bisa dilakukan untuk pencegahan terjadinya bacterial

vaginosis misalnya :
a) Menghindari penggunaan vaginal douching maupun produk hygiene,

misalnya sabun antiseptik, , pengencang dan pengering vagina.

8
b) Membersihkan bagian luar vagina cukup dengan air
c) Menggunakan kondom selama hubungan seksual
10.Prognosis
BV memiliki prognosis yang baik dengan pengobatan yang tepat.

Beberapa infeksi yang terjadi dapat teratasi meskipun tanpa terapi.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal. 389-391


2. Antonio Machado, dkk. Diagnosis of Bacterial Vaginosis by A New

Multiplex Peptide Nucleic Acid Fluorescence in situ Hybridization

Method. PeerJ. 2015


3. Dwi Murtiastutik, Agustina Tri Pujiastuti. Studi Retrospektif. Staf

Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga. 2014


4. Straus,SE.Oxman,MN.Schmader,KE. Gonorrhea and other Venereal

diseaes. In : Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld,

DJ. Fitzpatrick’s Deramatology In General Medicine. 7thed: McGraw

Hill; 2008

9
5. A.M. Adam, dkk. Vaginosis Bakterial. Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas kedokteran Universita Hasanuddin


6. Jean-Pierre Menard. Antibacterial Treatment of bacterial Vaginosis:

Current and Emerging Therapies. Intermational Journal of Women’s

Health. 2011
7. Ilse truter, Michael graz. Bacterial vaginosis: literature review of

treatment options whith specific emphasis on non- antibiotic

treatment. African jurnal of pharmacy and pharmacology. 2013


8. Phillip Hay, FRCP. Gynaecology: Bacterial Vaginosis. Journal of

Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology. 2002. Pg.36-39


9. Didier et al. Bacterial vaginosis: Clinical, Epidemiologic, amd

Microbilogical Features. 2010


10. Prof.dr. Mochamad Anwar, dkk. Ilmu kandungan, edisis ketiga: PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011

10

Anda mungkin juga menyukai