Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN PEMILIHAN ARRESTER UNTUK

JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

SPLN D5.006:2013
KELOMPOK KERJA PEMILIHAN ARRESTER
Dengan Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
0447.K/DIR/2013 tanggal 20 Juni 2013
KELOMPOK KERJA PEMILIHAN ARRESTER

• Buyung S. Munir, ST, MSc : Sebagai Ketua merangkap Anggota


• Rathy Shinta Utami, ST : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
• Ir. Firman Chairil Latief : Sebagai Anggota
• Ir. Tri Prantoro : Sebagai Anggota
• Ir. Effendi Memed : Sebagai Anggota
• Ir. Heri Wibowo : Sebagai Anggota
• Ir. Abdul Rahman, MT : Sebagai Anggota
• Hendy Wahyono, ST : Sebagai Anggota
• Arrester Christiana SR, ST : Sebagai Anggota
• Ir. Indradi Setiawan : Sebagai Anggota

Nara Sumber
• Satyagraha Abcul Kadir
• Edi Sopiadi
Latar Belakang
 Indonesia terletak di katulistiwa mengakibatkan terjadinya hari
guruh (IKL = Isocronic Level) yang sangat tinggi dibanding
negara/daerah lainnya (100-200 hari pertahun)

 Guiness Book of Record 1988, mencatat Cibinong, daerah rawan


petir dengan jumlah 322 petir pertahun

 Sambaran Petir menyebabkan kerusakan peralatan ketenagalistrikan


PLN bahkan peralatan proteksi tegangan tinggi Peralatan tersebut
(Arrester)
Peta IKL Indonesia
Hari Guruh & IKL
 Pemetaan Hari Guruh Indonesia dilakukan untuk melihat pola
tingkat kerawanan petir selama 10 tahunan

 Isoceraunic Level ( IKL ) adalah “ Garis yang menghubungkan daerah-


daerah dengan jumlah hari guruh yang sama. Dalam hal ini, jika
minimum satu guruh terdengar oleh pengamat dalam satu hari,
maka disebut satu hari guruh ( Thunderstormday ) “

IKL = (ΣTs)/365 X 100 %


dimana : ΣTs = Jumlah hari guruh dalam satu tahun

 Kerapatan/Kepadatan (D) petir adalah banyaknya sambaran petir


dalam area 1 km²/sambaran /tahun.
D = ( IKL x 0.21)
Peta IKL Dunia
Distribusi Besarnya Arus
Sambaran Petir

Taken from Hidayat, S. and Zoro, R. ‘Observation of Lightning Discharge in Indonesia by Lightning Detection Network’, IEEE, 2006
Proporsi Sambaran berulang

Taken from Hidayat, S. and Zoro, R. ‘Observation of Lightning Discharge in Indonesia by Lightning Detection Network’, IEEE, 2006
Kemampuan Penanganan
Energi Arrester
Kemampuan Penanganan
Energi Arrester
Kemampuan Penanganan Energi
Arrester
Panjang Lead Wire
Panjang Lead Wire
Panjang Lead Wire
Marjin Proteksi Arrester
PRAKATA

Standar ini merupakan revisi dari SPLN 7 : 1978, yang mencakup


pedoman pemilihan arrester distribusi tegangan menengah tipe
tanpa celah (gapless) dari bahan Metal Oxide Varistor (MOV)
yang berlaku di lingkungan PT PLN (Persero) serta membatasi
dan menyeragamkan tegangan pengenal, kemampuan arus
pelepasan, dan penentuan kelas arrester.
Dengan diterbitkannya standar ini diharapkan dapat dipakai
sebagai pedoman dalam penentuan spesifikasi, petunjuk teknis
dalam penggunaan arrester oleh PT PLN (Persero) dan ketentuan
desain dalam pembuatan dan pelaksanaan pengujian oleh
pabrikan, pemasok dan lembaga pengujian.
Dengan ditetapkannya standar ini, maka SPLN 7 : 1978 yang
isinya bertentangan dengan SPLN ini dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Ruang Lingkup & Tujuan

Standar ini menetapkan spesifikasi arrester distribusi tipe tanpa


celah (gapless) dari bahan Metal Oxide Varistor (MOV) yang
digunakan di unit PT PLN (Persero) dan menetapkan letak serta
pemasangan arrester pada peralatan yang dipakai pada sistem
distribusi tegangan menengah 20 kV.

Sebagai pedoman umum dalam menetapkan spesifikasi teknik,


pengujian, pengadaan, pemesanan, penempatan dan
pemasangan arrester tegangan menengah untuk pemakaian
instalasi listrik di unit-unit PT PLN (Persero).
Acuan Normatif
Dokumen-dokumen referensi/acuan berikut sangat diperlukan dalam penggunaan standar ini.
Untuk referensi yang bertanggal, maka hanya terbitan tersebut yang berlaku sedangkan
referensi yang tidak bertanggal, yang berlaku adalah terbitan terakhir dari dokumen referensi
tersebut (termasuk amandemennya).
• IEC 60099-4; 2009-05; Surge Arrester Part 4: Metal-Oxide Surge Arresters Without Gaps For
AC Systems.
• IEC 60099-5; 2000-03; Surge Arrester Part 5: Selection and Application Recommendations.
• IEC 60815-2; 2008-10; Selection and Dimensioning of High-Voltage Insulators intended for
Use in Polluted Conditions-Part 2: Ceramic and Glass Insulators for AC Systems.
• IEC 60815-3; 2008-10; Selection and Dimensioning of High-Voltage Insulators intended for
Use in Polluted Conditions-Part 3: Polymer Insulators for AC Systems.
• IEC 60410:1973; Sampling Plans and Procedures for Inspection by Attributes.
• IEEE Std C62.11TM-2005; IEEE Standard For Metal-Oxide Surge Arresters For AC Power
Circuits (> 1 KV).
• IEEE Std C62.11aTM-2008; IEEE Standard For Metal-Oxide Surge Arresters For AC Power
Circuits (> 1 KV), Amendment 1: Short-Circuit Tests for Station, Intermediate, and
Distribution Arresters.
• IEEE Std C62.22TM-2009; IEEE Guide for The Application of Metal-Oxide Surge Arresters for
Alternating Current Systems.
• IEEE Std C62.22.1-1996; IEEE Guide for The Connection of Surge Arresters to Protect
Insulated, Shielded Electric Power Cable Systems.
Istilah dan Definisi
• Sistem Pembumian Titik Netral (System Neutral Connection)
• Sistem jaringan tegangan menengah yang titik netralnya dihubungkan ke bumi, baik melalui impedansi maupun
secara langsung.
• Lama Arus Gangguan (Fault Duration)
• Lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan gangguan.
• Tegangan Pengenal (Rated Voltage) (Ur)
• Nilai efektif maksimum dari tegangan frekuensi kerja yang diizinkan antara kutub-kutubnya yang dirancang agar
dapat bekerja dengan tepat.
• Tegangan Operasi Maksimum Kontinu (Maximum Continuous Operating Voltage/MCOV; Uc)
• Tegangan operasi kontinu maksimal yang diperbolehkan atau tegangan rms maksimal yang diberikan pada arrester
saat beroperasi kontinu. Tegangan ini adalah tegangan maksimal arrester pada keadaan non-konduksi dan
merupakan tegangan saat arrester kembali dari keadaan konduksi.
• Selubung (Housing)
• Bagian terluar dari suatu arrester yang membungkus MOV dan bersifat isolasi.
• Tipe Selubung (Type of housing)
• Jenis isolator yang digunakan pada arrester tersebut.
• Frekuensi Pengenal (Rated Frequency) (Fr)
• Jumlah gelombang satu siklus utuh maksimum yang melewati titik tetap per satuan waktu dari sistem secara
kontinu. Frekuensi ini dapat diterapkan pada arrester secara kontinu tanpa mempengaruhi karakteristik kerjanya.
• Tegangan Tertinggi Untuk Peralatan (Highest System Voltage) (Um)
• Nilai tegangan tertinggi yang terjadi dalam keadaan kerja normal pada setiap saat dan di setiap titik pada peralatan
tersebut. Keadaan ini tidak termasuk gejala-gejala peralihan tegangan, misalnya yang terjadi karena pemutusan
sistem, dan variasi tegangan temporer.
• Arus Pelepasan Nominal Pengenal (Rated Nominal Discharge Current (8/20 µs)) (In)
• Nilai puncak arus pelepasan dengan bentuk gelombang 8/20 µs yang dipakai untuk mengklasifikasikan arrester.
Istilah dan Definisi
• Kelas (Line Discharge Class)
• Kemampuan arrester untuk melakukan penyerapan energi maksimum dari impuls petir.
• Kemampuan Hubung Singkat Isolator (Short Circuit Capability)
• Kemampuan hantar arus hubung singkat dari arrester yang tidak menyebabkan kerusakan pada isolator arrester
tersebut.
• Tegangan Residu Maksimum (Maximum Residual Voltage)
• Nilai puncak tegangan antara terminal dari arrester selama terjadi arus pelepasan.
• Kekuatan Selubung Elektrik (Electric Strength Of Housing)
• Kemampuan isolator menahan tegangan tinggi tanpa kegagalan.
• Jarak Rambat Insulator Fase Ke Bumi (Creepage Distance Phase To Earth)
• Jarak terpendek antara dua bagian konduktif (fase ke bumi) diukur sepanjang permukaan isolator.
• Pemisah (Disconnector)
• Peralatan untuk mengisolasi arrester yang mengalami kerusakan dari sistem distribusi.
• Dudukan (Bracket)
• Peralatan yang digunakan sebagai dudukan/penggantung arrester.
• Polimer (Polymer)
• Salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metallic material) yang dihasilkan dengan cara polimerisasi dari
molekul yang sangat banyak dengan satuan struktur berantai panjang dan mempunyai kemampuan isolasi
terhadap tegangan.
• Keramik (Porcelain)
• Bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat dan mempunyai kemampuan isolasi terhadap tegangan.
• Gaya mekanis sesaat yang dispesifikasikan (Specified short term load)
• Gaya mekanis sesaat terbesar terhadap sumbu longitudinal yang sanggup ditahan oleh arrester dan ditetapkan
oleh pabrikan tanpa menyebabkan kerusakan mekanis untuk penggunaan pada sistem distribusi.
Penetapan Spesifikasi Arrester

• Arrester terdiri dari MOV, selubung, terminal fase dan


terminal pembumian.
• Arrester dilengkapi dengan disconnector dan bracket.
• Untuk sistem distribusi (20 kV) ditetapkan spesifikasi arrester
sesuai tabel 1.
• Spesifikasi kelas arrester untuk sistem distribusi (20 kV)
ditetapkan sesuai dengan tabel 2.
Tabel 1. Penetapan Spesifikasi Arrester Jaringan
Distribusi 20kV
SISTEM PEMBUMIAN TITIK NETRAL

NO SPESIFIKASI SATUAN Pembumian Pembumian


Pembumian
dengan resistans dengan resistans
langsung (Solid
rendah (non- tinggi (non-
/effective)
effective) effective)
1 Lama arus gangguan detik ≤1 ≤ 10 ≤ 7200
2 Tegangan pengenal (Ur)** kV ≥ 21 ≥ 24 ≥ 27
Tegangan operasi maksimum kontinu (MCOV)
3 kV ≥ 16.8 ≥ 19.2 ≥ 21.6
(Uc)**
Polimer (Molded Case)/Keramik untuk pemasangan
outdoor / indoor;
4 Tipe isolator
(Pilihan Keramik hanya untuk pemasangan di GI, GH dan
pembangkit)
5 Bahan terminal fase/pembumian Stainless Steel
6 Frekuensi Pengenal (Fr) Hz 50

7 Tegangan Tertinggi untuk Peralatan (Um) kV 24

Arus pelepasan nominal pengenal (8/20 µs)


8
(In)
Untuk area dengan jumlah hari guruh < 91 (
8.1 kA 10
IKL (Isokeuranic Level) < 25% )*
Untuk area dengan jumlah hari guruh > 91 (
8.2
IKL (Isokeuranic Level) > 25% )*
Tabel 1. Penetapan Spesifikasi Arrester Jaringan Distribusi 20kV
SISTEM PEMBUMIAN TITIK NETRAL
Pembumian Pembumian
Pembumian
dengan dengan
NO SPESIFIKASI SATUAN langsung
resistans resistans
(Solid
rendah (non- tinggi (non-
/effective)
effective) effective)
8.2 Untuk area dengan jumlah hari guruh > 91 ( IKL (Isokeuranic Level) > 25%)*
Pada GI, GH dan pembangkit atau kabel keluar (outgoing) GI, GH, pembangkit dan ujung
- kA 20
penyulang
- Pada proteksi tegangan lebih Trafo Distribusi dan Kabel Distribusi TM kA 10
9 Kelas
9.1 Untuk area dengan jumlah hari guruh < 91 ( IKL (Isokeuranic Level) < 25% )*
Pada GI, GH dan pembangkit atau kabel keluar (outgoing) GI, GH, pembangkit dan ujung
- 3
penyulang
- Pada proteksi tegangan lebih Trafo Distribusi dan Kabel Distribusi TM 2
9.2 Untuk area dengan jumlah hari guruh > 91 ( IKL (Isokeuranic Level) > 25%)*
Pada GI, GH dan pembangkit atau kabel keluar (outgoing) GI, GH, pembangkit dan ujung
- 4
penyulang
- Pada proteksi tegangan lebih Trafo Distribusi dan Kabel Distribusi TM 2

10 Kemampuan Hubung Singkat Selubung untuk 0.2 detik kA rms ≥ 20


11 Tegangan Residu Maksimum
- Dengan Arus Impuls Petir (gelombang 8/20 µs) û kV < 58 < 67 < 74

- Dengan Impuls Pensaklaran (30/60 µs) 1000 A untuk 10 kA dan 2000 A untuk 20 kA kV < 52 < 60 < 66
12 Kekuatan Elektrik Selubung
- Tegangan ketahanan impuls (gelombang 1.2/50 µs) kVp ≥ 125

Tegangan ketahanan AC
- kV ≥ 50
(1 min)
13 Jarak rambat insulator fase ke bumi
- Polusi berat*** mm/kV (Um) 25
- Polusi sangat berat **** mm/kV (Um) 31
Ditetapkan dan dicantumkan dalam
14 Gaya mekanis sesaat yang dispesifikasikan
spesifikasi oleh pabrikan
Tabel 1. Penetapan Spesifikasi Arrester Jaringan
Distribusi 20kV

* Tipikal peta IKL Indonesia dapat dilihat pada lampiran namun


untuk mendapatkan data IKL terkini dapat diperoleh di Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia
** Perhitungan pedoman pemilihan dapat dilihat pada
lampiran.
*** Untuk penggunaan di daerah perkotaan dan pedesaan yang
jauh dari polusi industri, tepi pantai dan pegunungan dengan
tingkat kelembaban yang tinggi.
**** Untuk penggunaan di daerah yang dekat dengan polusi
industri, tepi pantai dan pegunungan dengan tingkat
kelembaban yang tinggi.
Tabel 2. Kelas Arrester

Kemampuan Menyerap Energi Maksimum berdasarkan IEC


Kelas Operating Duty Test dengan 2 x Long duration current
impulse
Sesuai IEC 60099-4:2009

kJ/kV (Uc) kJ/kV (Ur)

2 ≥5 ≥4

3 ≥ 8.75 ≥7

4 ≥ 12.5 ≥ 10
Penandaan
Arrester harus dilengkapi dengan penandaan pada badan isolasi
dan atau logam dengan cetak timbul atau printing yang tidak
mudah dihapus.
Minimum penandaan terdiri dari:
• Tegangan pengenal (Ur)
• Arus pelepasan nominal (In)
• Tegangan operasi maksimum secara kontinu (MCOV/Uc)
• Kelas
• Tahun produksi
• Nama/merk dagang/logo
Pengujian Jenis (Type Test)

• Pengujian jenis ini dilakukan dengan mata uji pada tabel 3


kolom c dan d sesuai dengan butir 8 IEC 60099-4:2009. Untuk
arrester dengan isolasi polimer, dilakukan pengujian sesuai
dengan butir 10 IEC 60099-4:2009. Khusus untuk arrester
isolasi polimer yang akan digunakan di daerah dengan tingkat
polusi yang tinggi, intensitas radiasi sinar matahari yang tinggi
dan perubahan suhu dengan kondensasi yang sering seperti
pada daerah pegunungan, industri atau tepi pantai, maka
dilakukan pengujian weather ageing 5000 jam. Untuk kondisi
selain hal tersebut diatas dapat menggunakan pengujian
weather ageing 1000 jam.
• Pengujian jenis harus memenuhi seluruh persyaratan teknis
yang tercantum pada tabel 1 dan 2.
Pengujian Rutin (Routine Test)

• Pengujian rutin dilakukan dengan mata uji pada tabel 3 kolom


e sesuai dengan butir 9.1 IEC 60099-4:2009.
Pengujian Contoh

• Pengujian contoh dilakukan dengan mata uji pada tabel 3


kolom f sesuai dengan pengujian serah terima (acceptance
test) pada butir 9.2 IEC 60099-4:2009. Jumlah sampel untuk
pengujian contoh dapat dilihat pada tabel 4.
Jumlah Sampel Uji Contoh
Jumlah Barang Yang Diserah Jumlah Maksimum Kegagalan Sampel yang dapat
Jumlah Sampel
No Terimakan Diterima*
(buah)
(buah) (buah)

1 2 s/d 15 2 0
2 16 s/d 25 3 0
3 26 s/d 90 5 0
4 91 s/d 150 8 0
5 151 s/d 500 13 0
6 501 s/d 1200 20 1
7 1201 s/d 10000 32 1
8 10001 s/d 35000 50 2
9 35001 s/d 500000 80 3
10 > 500000 125 5

Apabila arrester tidak lulus uji sesuai dengan tabel 4, maka seluruh barang yang
diserahterimakan dianggap tidak memenuhi persyaratan standar**. Pengujian
contoh dilakukan oleh PLN Puslitbang atau institusi pengujian lainnya.
* Arrester yang gagal dalam pengujian contoh harus diganti dengan yang baru dan sesuai standar
** Agar dimasukkan dalam ketentuan kontrak
Tabel 3. Pengujian Arrester
Uji Jenis
Standar Arus Pelepasan
Nominal
No Item Pengujian Uji Rutin Uji Contoh
(Standard Nominal
Discharge Current)
20 KA 10 KA
a b c d e f
Pengujian Ketahanan Isolasi pada Isolator
1 (Insulation Withstand Test on the Arrester √ √
Housing)
Pengujian Tegangan Pelepasan (Residual voltage
2 √ √
test)
Uji Tegangan Residual impuls arus curam
a (Steep current impulse residual voltage √ √
test)
Uji Tegangan Pelepasan Impuls Petir
b √ √ √ √
(lightning impulse residual voltage test)
Uji Tegangan Pelepasan Impuls Pensaklaran
c √ √
(Switching impulse residual voltage test)
Uji ketahanan impuls arus durasi panjang (Long
3 √ √
duration current impulse withstand test)
4 Uji Operasi (Operating duty test)
Uji operasi impuls arus tinggi (High current
a √
impulse operating duty test)
Uji operasi surja pensaklaran (Switching
b √ √
surge operating duty test)
Tabel 3. Pengujian Arrester
Uji Jenis
Standar Arus Pelepasan
Nominal
No Item Pengujian Uji Rutin Uji Contoh
(Standard Nominal
Discharge Current)
20 KA 10 KA
a b c d e f

5 Uji Hubung singkat (Short circuit) √ √

Uji Pemisah arrester/indicator gangguan (Arrester


6 √ √
disconnector/fault indicator)

7 Uji Isolator Terpolusi (Polluted housing test) √

Uji pelepasan parsial internal (Internal partial


8 √ √ √ √
discharge test)

9 Uji Momen Lentur (Bending moment) √ √

10 Uji Lingkungan (Enviromental test) √ √


11 Uji Tingkat kebocoran segel (Seal leak rate) √ √

12 Pengukuran Tegangan Referensi √ √


Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Kawat Penghubung Arrester (Lead wire)
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Kawat Penghubung Arrester (Lead wire)

• Pembuangan arus petir melalui induktansi dari kawat


penghubung arrester menghasilkan tegangan yang menambah
tegangan keluaran arrester. Panjang kawat penghubung
tersebut terdiri dari panjang kawat penghubung arrester ke
pembumian serta panjang kawat penghubung arrester dengan
tegangan phasa. Panjang total dari kawat penghubung ini
diukur dari titik di mana sambungan kawat penghubung
arrester ini dibuat ke titik di mana dilakukan interkoneksi
antara arde arrester dan arde dari peralatan yang dilindungi,
tidak termasuk panjang arrester. Kawat penghubung
pembumian masing-masing arrester dihubungkan langsung
dari arde arrester dengan arde dari peralatan yang dilindungi
tanpa terlebih dahulu disatukan seperti dapat dilihat pada
gambar 1.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Kawat Penghubung Arrester (Lead wire)

• Induktansi per unit panjang dari kawat penghubung adalah


fungsi kompleks dari geometri kawat penghubung. Efek dari
diameter konduktor kawat penghubung sangat kecil. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa induktansi dari kawat
penghubung tipikal besarnya adalah 1.3 µH per meter.
Induktansi dari kawat yang digulung akan lebih besar dari nilai
tersebut. Oleh karena itu, kawat penghubung arrester tidak
boleh digulung.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Kawat Penghubung Arrester (Lead wire)
• Dari data petir yang pernah direkam di daerah Indonesia
memperlihatkan kecuraman arus petir rata-rata sebesar 40 kA/µs.
Hasil kali dari kecuraman arus petir dengan panjang total kawat
penghubung arrester adalah tegangan kawat penghubung. Tegangan
kawat penghubung menambah tegangan sisa arrester hanya pada
saat kenaikan arus pelepasan. Lamanya waktu peralatan yang
dilindungi terkena dengan tegangan penjumlahan tegangan kawat
penghubung dan tegangan sisa adalah waktu kenaikan arus
pelepasan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi tegangan total
dari tegangan kawat penghubung dan tegangan sisa dengan
ketahanan tegangan potong dari peralatan yang dilindungi. Tegangan
sisa tanpa pengaruh kawat penghubung arrester harus
dikoordinasikan juga dengan ketahanan tegangan potong dari
peralatan yang dilindungi, sehingga kawat penghubung arrester
harus sependek mungkin.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester sehubungan dengan pembatas
peralatan
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester sehubungan dengan pembatas
peralatan
• Menempatkan sebuah arrester pada sisi sumber dari FCO
menyebabkan panjang kawat penyambung arrester yang
sangat panjang. Oleh karena itu arrester harus diletakan
sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindunginya dengan
menempatkannya setelah FCO agar kawat penyambung
arrester menjadi pendek. Lokasi dari fuse di depan arrester
menyebabkan fuse membawa arus pelepasan arrester. Maka
dipersyaratkan fuse yang digunakan di depan arrester adalah
fuse yang tahan arus surja petir. Contoh penempatan arrester
setelah FCO pada konstruksi gardu distribusi dapat dilihat
pada gambar 2.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada kabel
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada kabel

Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan terminasi kabel,


dimana kawat penghubung arrester dihubungkan dengan
pembumian kabel dan dibumikan langsung dari terminal arde
arrester. Kawat penghubung fasa dihubungkan terlebih dahulu ke
terminal arrester sebelum dihubungkan ke terminasi kabel. Contoh
penempatan arrester pada kabel dapat dilihat pada gambar 3.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada Trafo Distribusi & kapasitor
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada Trafo Distribusi & kapasitor

• Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan bushing


trafo/kapasitor, dimana kawat penghubung fasa dihubungkan
terlebih dahulu ke terminal arrester sebelum dihubungkan ke
bushing trafo/kapasitor. Kawat penghubung arrester
dihubungkan dengan terminal pembumian trafo/kapasitor dan
dibumikan langsung dari terminal pembumian arrester.
Contoh penempatan arrester pada trafo dapat dilihat pada
gambar 4.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada Pemutus
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada Pemutus

• Arrester ditempatkan pada kedua sisi (baik sisi pengirim


maupun sisi penerima) dari setiap jenis pemutus. Arrester
ditempatkan sedekat mungkin dengan terminal pemutus,
dimana kawat penghubung fasa dihubungkan terlebih dahulu
ke terminal arrester sebelum dihubungkan ke terminal
pemutus. Kawat penghubung pembumian arrester
dihubungkan dengan terminal pembumian pemutus dan
dibumikan langsung dari terminal pembumian arrester.
Contoh penempatan arrester pada sectionalizers dapat dilihat
pada gambar 5.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada AVR
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester pada AVR

• Arrester ditempatkan pada kedua sisi (baik sisi pengirim


maupun sisi penerima) dari AVR. Arrester ditempatkan
sedekat mungkin dengan bushing AVR, dimana kawat
penghubung fasa dihubungkan terlebih dahulu ke terminal
arrester sebelum dihubungkan ke bushing AVR. Kawat
penghubung pembumian arrester dihubungkan dengan
terminal pembumian AVR dan dibumikan langsung dari
terminal pembumian arrester. Contoh penempatan arrester
pada AVR dapat dilihat pada gambar 6.
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester Indoor
Pemasangan Arrester Sistem Distribusi (20 kV)
Lokasi arrester Indoor

• Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan terminasi


kabel, dimana kawat penghubung pembumian arrester
dihubungkan dengan pembumian kabel dan dibumikan
langsung dari terminal arde arrester. Jika memungkinkan
kawat penghubung fasa dihubungkan terlebih dahulu ke
terminal arrester sebelum dihubungkan ke terminasi kabel.
Namun apabila tidak memungkinkan maka kawat penghubung
fasa dipilih sependek mungkin untuk mengurangi tegangan
kawat penghubung. Contoh penempatan arrester pada kabel
dapat dilihat pada gambar 7.
Disconnector
Disconnector
Disconnector diletakkan pada terminal pembumian dari arrester
dan menghubungkan terminal pembumian arrester dengan kawat
penghubung pembumian. Apabila arrester menghantarkan arus
yang sangat besar sehingga dapat menyebabkan kerusakan arrester,
maka disconnector akan memisahkan terminal pembumian arrester
dengan kawat penghubung pembumian. Sehingga sangat perlu
diperhatikan kawat penghubung pembumian tidak terkena kawat
fasa apabila disconnector bekerja. Oleh karena itu kawat
penghubung pembumian harus dari material yang memiliki
fleksibilitas tinggi dan tidak kaku seperti pada gambar 8.
Arrester yang diletakkan di depan FCO atau pada jaringan sistem
distribusi seperti pada LBS, Recloser, Sectionalizer, tiang awal, tiang
akhir, dan lainnya harus dilengkapi dengan disconnector. Sedangkan
arrester yang diletakkan di belakang FCO dapat digunakan tanpa
disconnector.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai