UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2021
ANALISA PENGUKURAN BESARNYA RESISTANSI KAWAT
PENTANAHAN PADA CVT (CAPASITOR VOLTAGE
TRANSFORMATOR)
ABSTRAK
Sistem resistansi pentanahan sangat dibutuhkan dalam system Gardu Induk. Hal
ini dimaksud agar ketika terjadi gangguan ke tanah pada Gardu
Induk tidak akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus gangguan akan
mengalir pada bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Hal ini akan
menimbukan pada permukaan tanah yang berbahaya bagi manusia dan peralatan
yang berada di area Gardu Induk. Dalam pemeliharaan tersebut terdapat
pengukuran resistansi kawat pentanahan dengan menggunakan alat ukur Digital
Eart Tester dan dapat dibandingkan dengan perhitungan. Tujuan kenapa nilai
resistansi kawat pentanahan harus dibawah standart maksimal, karena tujuannya
agar resistansi kawat pentanahan di peralatan Gardu Induk tersebut efektif dan
dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan
didapatkan nilai suatu tempat di Cikarang 1 fasa R,S,T sebesar 0.10 Ω dan 0,15 Ω
maka kondisi baik. Dalam keadaan baik sesuai dengan persyaratan Umun Instalasi
Listrik atau PUIL 2000, yang menyatakan niai yang berada pada range 0 sampa 1
Ω adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian (grounding). Nilai tersbut
berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat resistansi pembumian (grounding)
didalamnya.
Kata Kunci : Resistansi, Pentanahan, Pengukuran Pentanahan Kawat
LATAR BELAKANG
GI atau GITET adalah merupakan kumpulan peralatan listrik tegangan tinggi atau
tegangan ekstra tinggi yang mempunyai fungsi atau kegunaan dari masing-masing
peralatan yang satu sama lain saling terkait shingga penyaluran energi dapat terlaksana
dengan baik.
Dalam sebuah perusahaan tenaga listrik yang bergerak di segala sektor mengenai
ketenagalistrikkan seperti pembangkitan, transmisi (penyaluran) dan pendistribusian
(penyaluran ke konsumen), pemeliharaan sarana instalasi memegang peranan sangat
penting dalam menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada
konsumen. Pemeliharaan sarana instalasi adalah salah satu proses kegiatan yang
bertujuan menjaga kondisi peralatan tenaga listrik, sehingga dalam pengoperasianya
peralatan selalu dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
Dalam suatu gardu induk dibutuhkan suatu sistem resistansi pentanahan yang
baik. Hal ini dimaksud agar ketika terjadi gangguan ke tanah pada gardu induk tidak
akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus gangguan akan mengalir pada
bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Hal ini akan menimbulkan pada permukaan
tanah yang berbahaya bagi manusia dan peralatan yang berada di area gardu induk. Oleh
sebab itu di perlukan sistem pentanahan yang baik dan efektif.
Dalam melakukan pengukuran kawat pentanahan maka dilalukan dengan
menggunakan alat ukur Digital Earth Tester, namun untuk mengetahui hasil pengukuran
dengan menggunakan alat ukur tersebut nilainya benar maka dibandingkan dengan
perhitungan manual.
LANDASAN TEORI
Dimana:
Tahanan Isolasi
Resistansi pentanahan yaitu dasar atau acuan tahanan dari penghubung suatu
titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik
dengan bumi dengan cara tertentu. Dijelaskan pembumian tidak hanya untuk sirkit
listrik saja, melainkan seluruh sirkit atau instalasi yang dibumikan disebut juga
pembumian (grounding, arde, netral, pentanahan). Untuk pembumian sendiri
terdiri dari beberapa macam, tergantung jenis yang terdapat perbedaan
karakteristik pemasangan pentanahan grounding didalamnya.
Suatu resistansi pentanahan gardu induk awalnya dilakukan dengan cara
menanamkan batang konduktor secara vertical terhadap permukaan tanah. Tetapi
hal ini tidak efektif dikarenakan saat muncul arus, arus tidak terdistribusi
sempurna sehingga menyebabkan batang konduktor rusak akibat tidak dapat
menahan arus yang sangat tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan desain pentanahan
gardu induk horizontal terhadap permukaan tanah dan dihubungkan dengan
konduktor yang lain membentuk suatu jaring-jaring yang kemudian disebut
system pentanahan grid.
Nilai standart mengacu pada persyaratan umum instalasi listrik atau puil
2000 (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau
sama dengan 1 ohm, dijelaskan bahwa nilai sebesar 1 ohm merupakan nilai
maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistansi pentanahan (grounding) yang
masih bias di toleransi. Nilai yang berada pada range 0-1 ohm adalah nilai aman
dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh
sistem yang terdapat resistansi pembumian (grounding) di dalamnya.
Dimana:
RA = Resistansi pentanahan maksimal Ω (ohm).
= Hambat jenis tanah (ohm meter).A
Nilai setandart mengacu pada persyaratan umum instalasi listrik atau PUIL 2000
(peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 1
ohm. Dijelskan bahwa nilai sebesar 1 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi
dari hasil resistansi pentanahan (grounding) yang masih bias di toleransi. Nilai yang
berada pada range 0-1 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding.
Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat resistansi pembumian
(grounding) di dalamnya. Untuk ketentuan standart nilai resistansi pembumian sama
dengan referensi peraturan pada PUIL 2000. Ketentua yang sama inilah yang menjadikan
masing-masing peraturan akan saling berkaitan dalam memberikan solusi dan penjelasan
untuk suatu permasalahan. Dengan diperkuat dengan banyak referensi menjadikan
standarisasi lebih kuat dan menjadikannya suatu keharusan.
jaringan tegangan tinggi ke suatu sistem tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan
indikator, alat ukur, rele, dan alat sinkronisasi.
Secara umum bagian trafo tegangan jenis kapasitif dapat jelaskan sebagai berikut :
9
Dielectric
- Minyak Isolasi
Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi level ketinggian
minyak akibat perubahan volume sebagai pengaruh temperatur.
Jenis yang umum digunakan adalah metallic/rubber bellow dan gas cushion.
Terminal Primer
HVT adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian yang
dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus maupun tegangan
penghantar terminal tegangan tinggi/primer. (Gambar 1-4 poin 1)
Terminal Sekunder
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan rendah, untuk keperluan
peralatan ukur dan relai. Pada merk tertentu terminal ini ditandai dengan simbol 1a
dan 2a. (Gambar 1-4 poin 7). Pada box terminal sekunder terdapat juga komponen
lain yang terdiri dari:
- PG (protective gap) adalah gap pengaman,
- H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang berkisar sampai
puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada salah satu konduktor penghantar
dalam memberikan sinyal komunikasi melalui PLC.
- L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk meneruskanfrekuensi
50 Hz,
- SA (surge arrester) atau arester surja adalah pelindung terhadapgelombang
surja petir.
- S adalah sakelar pentanahan (earthing switch), yang biasanyadipergunakan
pada kegiatan pemeliharaan
Struktur Mekanikal
- Pondasi
Sistem Pentanahan
2. Grounding pembantu
Digital Earth Tester adalah alat yang berfungsi untuk mengukur nilai resistansi dari
grounding, Besarnya tahanan pentanahan pada suatu peralatan gardu induk. Pengujian
Analisa Besarnya Resistansi Pengukuran Kawat pentanahan Pada CVT (Capasitor
Voltage Transformator) dapat dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan Alat
Ukur Digital Earth Tester dan caramenghubungkannya dengan kawat pentanahan.
Gambar 4.2 adalah langkah pengujian alat Digital Earth Tester yang urutannya adalah
sebagai berikut:
1. Pertama memeriksa kondisi dan perlengkapan penunjang alat ukur Digital Earth
Tester.
2. Kemudian memeriksa kabel grounding yang akan di ukur. Apabila kabel
grounding kotor maka dibersihkan dahulu di permukaan kabel tersebut dengan
lap bersih, agar jepitan kabel probe dapat menyentuh langsung ke bagian
permukaan tembaga yang sudah bersih dan untuk mencegah terjadia kesalahan
pembacaan pada alat ukur.
3. Alat ukur Digital Earth Tester mempunyai tiga kabel yaitu kabel berwarna merah,
kuning dan hijau.
4. Hubungkan kabel berwarna merah serta kabel berwarna kuning ke tanah dengan
masing-masing jarak kurang lebih 5-10 meter dari pentanahan ataugrounding.
5. Lalu menghubungkan juga kabel berwarna hijau ke grounding atau kawat
pentanahan yang sudah terpasang.
6. Setelah itu melakukan pengukuran gounding (tanahan pentanahan) dengan
memutar knob alat ukur pada posisi 10 Ω.
7. Kemudian tekan tombol tester untuk mengetahui nilai resistansi grounding.
8. Terakhir nilai resistansi grounding sudah dapat diketahui.
Pengukuran pentanahan pada kawat pentanahan maka didapat hasil uji atau ukur yang
dibandingkan dengan perhitungan. Hasil perhitungan menjadi acuan atau standart
maksimal resistansi tanahan pentanahan seperti tabel 1:
14
Tabel 1. Hasil kesimpulan pengukuran resistansi dengan alat ukur Digital Earth
Tester
CIKARANG 1
HASIL UKUR HASIL
Fasa (OHM) HITUNG(standart KETERANGAN
maksimum ohm)
R 0,10 0,15 Ω Kondisi Baik
S 0,10 0,15Ω Kondisi Baik
T 0,10 0,15Ω Kondisi Baik
yang merupakan nilai dari hasil hitung. Dan apabila nilai hasil uji diatas 0,15Ω maka
kawat pentanahan tersebut dikatakan tidak baik dan sebaiknya kawat pentanahan tersebut
diganti.
Tujuannya kenapa nilai resistansi kawat pentanahan harus dibawah standart
maksimal, karena tujuannya agar resistansi kawat pentanahan di peralatan GI tersebut
efektif dan dapat berfungsi dengan baik. Nilai standart R di kawat pentanahan kecil,
karena apabila ada arus yang lebih di gardu induk akan cepat segera di ketanahkan.
𝜋
=4 .
𝐴
30
3,14
= .
4 7366
= 7,5 . 0,02
= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan.
= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu 0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan
= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu 0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan.
16
Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dan perhitungan pada
fasa R,S,T tenyata nilainya tidak berbeda jauh. Sehingga hasil yang didapat masih sesuai
standart pengukuran yaitu tidak lebih dari 0,15 Ohm, maka resistansi pentanahan pada
CVT ( Capasitor Voltage Transformator) di GI Jababeka 150 kV dinyatakan dalam
keadaan baik.
KESIMPULAN
Dasar sistem resistansi pentanahan yang di maksud agar ketika terjadi gangguan ke
tanah pada gardu induk tidak akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus
gangguan akan mengalir pada bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Besarnya nilai
resistansi pada kawat pentanahan dapat di ukur dengan menggunakan alat ukur Digital
Earth Tester. Suatu nilai ukur pentanahan bisa didapat juga dilakukan dengan melakukan
perbandingan dengan menggunakan perhitungan. Berdasarkan pengukuran didapatkan
nilai suatu tempat di bay cikarang 1. Pada phasa R sebesar 0,10 ohm, phasa S sebesar 0,10
ohm dan phasa T sebesar 0,10 ohm maka kondisi bagus. Sedangkan pada hasil
17
perhitungan didapatkan nilai pada phasa R sebesar 0,15 ohm, phasa S sebesar 0,15 ohm
dan phasa T sebesar 0,15 ohm. dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dan
perhitungan pada phasa R,S,T tenyata nilainya tidak berbeda jauh. Sehingga hasil yang
didapat masih sesuai standart pengukuran yaitu tidak lebih dari 0,15 Ohm. Dalam
keadaan bagus sesuai dengan persyaratan Umun Instalasi Listrik atau puil 2000, yang
menyatakan nilai berada pada range 0 sampai 1 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi
pembumian (grounding). Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat di
resistansi pembumian (grounding) di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] URL : http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/721/jbptunikompp-gdl-visiselvin-36035-7-
unikom_v-i.pdf Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[2] PT. PLN (Persero). 2010. Himpunan Buku Pedoman Pemeliharaan
Peralatan Primer Gardu Induk. Jakarta : PT. PLN (Persero). Diakses pada tanggal 27
Desember 2017
[3] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Tenaga. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[4] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Tegangan. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[5] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Arus. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[6] URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Transformator Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[7] URL : http://www.arisusilistiono.com/2011/04/pengujian-trafo-arus-
current_12.html#.VygYONJ94rg Diakses pada tanggal 15 Januari 2018
[8] URL : https://sites.google.com/site/elektriwikis/knowledge-sharing/teknik/peralatan-
primer/ct Diakses pada tanggal 16 januari 2018
[9] Sulistiono, Ari., “Pengujian Trafo Arus (Current Transformator)”.
http://www.arisulistiono.com/2011/04/pengujian-trafo-arus-
current_12.html?m=1#.Wmcb5IExXqA, 2011, Diakses pada tanggal 16 Januari 2018.