Anda di halaman 1dari 17

ANALISA PENGUKURAN BESARNYA RESISTANSI KAWAT

PENTANAHAN PADA CVT (CAPASITOR VOLTAGE


TRANSFORMATOR)

DESY KRISTYAWATI, ST.,MT (060601)


LUKI ROYATUL (14416106)

UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2021
ANALISA PENGUKURAN BESARNYA RESISTANSI KAWAT
PENTANAHAN PADA CVT (CAPASITOR VOLTAGE
TRANSFORMATOR)

Desy Kristyawati [1], Luki Royatul[2]


Teknik Elektro, Fakultas Teknologi industry, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Depok 16424

ABSTRAK

Sistem resistansi pentanahan sangat dibutuhkan dalam system Gardu Induk. Hal
ini dimaksud agar ketika terjadi gangguan ke tanah pada Gardu
Induk tidak akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus gangguan akan
mengalir pada bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Hal ini akan
menimbukan pada permukaan tanah yang berbahaya bagi manusia dan peralatan
yang berada di area Gardu Induk. Dalam pemeliharaan tersebut terdapat
pengukuran resistansi kawat pentanahan dengan menggunakan alat ukur Digital
Eart Tester dan dapat dibandingkan dengan perhitungan. Tujuan kenapa nilai
resistansi kawat pentanahan harus dibawah standart maksimal, karena tujuannya
agar resistansi kawat pentanahan di peralatan Gardu Induk tersebut efektif dan
dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan
didapatkan nilai suatu tempat di Cikarang 1 fasa R,S,T sebesar 0.10 Ω dan 0,15 Ω
maka kondisi baik. Dalam keadaan baik sesuai dengan persyaratan Umun Instalasi
Listrik atau PUIL 2000, yang menyatakan niai yang berada pada range 0 sampa 1
Ω adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian (grounding). Nilai tersbut
berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat resistansi pembumian (grounding)
didalamnya.
Kata Kunci : Resistansi, Pentanahan, Pengukuran Pentanahan Kawat

LATAR BELAKANG
GI atau GITET adalah merupakan kumpulan peralatan listrik tegangan tinggi atau
tegangan ekstra tinggi yang mempunyai fungsi atau kegunaan dari masing-masing
peralatan yang satu sama lain saling terkait shingga penyaluran energi dapat terlaksana
dengan baik.
Dalam sebuah perusahaan tenaga listrik yang bergerak di segala sektor mengenai
ketenagalistrikkan seperti pembangkitan, transmisi (penyaluran) dan pendistribusian
(penyaluran ke konsumen), pemeliharaan sarana instalasi memegang peranan sangat
penting dalam menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada
konsumen. Pemeliharaan sarana instalasi adalah salah satu proses kegiatan yang
bertujuan menjaga kondisi peralatan tenaga listrik, sehingga dalam pengoperasianya
peralatan selalu dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
Dalam suatu gardu induk dibutuhkan suatu sistem resistansi pentanahan yang
baik. Hal ini dimaksud agar ketika terjadi gangguan ke tanah pada gardu induk tidak
akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus gangguan akan mengalir pada
bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Hal ini akan menimbulkan pada permukaan
tanah yang berbahaya bagi manusia dan peralatan yang berada di area gardu induk. Oleh
sebab itu di perlukan sistem pentanahan yang baik dan efektif.
Dalam melakukan pengukuran kawat pentanahan maka dilalukan dengan
menggunakan alat ukur Digital Earth Tester, namun untuk mengetahui hasil pengukuran
dengan menggunakan alat ukur tersebut nilainya benar maka dibandingkan dengan
perhitungan manual.

LANDASAN TEORI

Pengertian Trafo Tegangan[1]

Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem


yang lebih tinggi ke suatu tegangan yang lebih rendah untuk peralatan indikator,
alat ukur / meter dan relai proteksi.

Gambar 1. Prinsip Kerja Trafo Tegangan


Prinsip kerja trafo tegangan adalah berdasarkan persamaan berikut:
𝐸1 𝑁1
= = 𝛼 …..... 1)
𝐸2 𝑁2

Dimana:

𝛼 = Perbandingan / rasio transformasi 𝑁1 > 𝑁2

𝑁1 = Jumlah lilitan primer

𝑁2 = Jumlah lilitan sekunder

𝐸1 = Tegangan primer (Volt)

𝐸2 = Tegangan sekunder (Volt)


Rangkaian ekivalen trafo tegangan adalah:

Gambar 2. Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan


Dimana:
Im = Arus eksitasi / magnetis
Ie = Arus karena rugi besi
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi
rancangan trafo tegangan berbeda yaitu :
 Kapasitasnya kecil (10-150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat
ukur, relay dan peralatan indikasi yang konsumsi daya kecil.
 Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
 Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.

Fungsi Trafo Tegangan[1]

Fungsi dari trafo tegangan yaitu:

 Mentransformasikan besaran tegangan pada sistem tenaga listrik dari


yang tinggi ke besaran tegangan listrik yang lebih rendah sehingga
dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih
aman, akurat dan teliti.
 Mengisolasikan rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer yaitu
untuk memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi dari tegangan
tinggi.
 Standarisasi besaran sekunder, yaitu tegangan 100, 100/√3, 110/√3

dan 110 volt.

Jenis Trafo Tegangan[1]

Trafo tegangan dibagi menjadi dua jenis yaitu :

 Trafo Tegangan Magnetik (Magnetic Voltage Transformer / MVT)


Disebut juga trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan
sekunder pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer
menginduksikan tegangan kebelitan sekundernya.
 Trafo Tegangan Kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau
lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor
ditransformasikan menggunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar
diperoleh tegangan sekunder.

3.2 Shutdown Testing/Measurement[1]

Shutdown Testing/Measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan


pada saat peralatan dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat
pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
Lingkup pengujian pemeliharaan trafo tegangan adalah:

 Tahanan Isolasi

Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi 5 kV


untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk
mengetahui kualitas tahanan isolasi pada trafo tegangan tersebut.
Pencatatan hasil pengukuran dilakukan pada saat 60 detik.
 Tan Delta & Kapasitansi

Pengujian tangen delta dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai


faktor disipasi (tan delta) dan kapasitansi dari VT.
 Tahanan Pentanahan

Pengukuran besarnya tahanan pentanahan menggunakan alat uji


tahanan pentanahan. Besarnya nilai tahanan pentanahan mempengaruhi
keamanan personil terhadap bahaya tegangan sentuh.
 Rasio

Pengukuran ratio bertujuan untuk membandingkan nilai ratio hasil


pengukuran dengan nilai pada nameplate.
 Kualitas Minyak

Pengujian Kualitas minyak pada trafo instrument hanya dapat dilakukan


pada trafo instrument jenis non hermetically sealed. Pengujian kualitas
isolasi dilakukan setelah VT 10 tahun beroperasi. Pengambilan sample
yang selanjutnya perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan
manufacturer atau mengacu pada manual instruction dari manufacturer
masing-masing.

Resistansi pentanahan pada Garduk Induk[2] [3]

Resistansi pentanahan yaitu dasar atau acuan tahanan dari penghubung suatu
titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik
dengan bumi dengan cara tertentu. Dijelaskan pembumian tidak hanya untuk sirkit
listrik saja, melainkan seluruh sirkit atau instalasi yang dibumikan disebut juga
pembumian (grounding, arde, netral, pentanahan). Untuk pembumian sendiri
terdiri dari beberapa macam, tergantung jenis yang terdapat perbedaan
karakteristik pemasangan pentanahan grounding didalamnya.
Suatu resistansi pentanahan gardu induk awalnya dilakukan dengan cara
menanamkan batang konduktor secara vertical terhadap permukaan tanah. Tetapi
hal ini tidak efektif dikarenakan saat muncul arus, arus tidak terdistribusi
sempurna sehingga menyebabkan batang konduktor rusak akibat tidak dapat
menahan arus yang sangat tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan desain pentanahan
gardu induk horizontal terhadap permukaan tanah dan dihubungkan dengan
konduktor yang lain membentuk suatu jaring-jaring yang kemudian disebut
system pentanahan grid.
Nilai standart mengacu pada persyaratan umum instalasi listrik atau puil
2000 (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau
sama dengan 1 ohm, dijelaskan bahwa nilai sebesar 1 ohm merupakan nilai
maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistansi pentanahan (grounding) yang
masih bias di toleransi. Nilai yang berada pada range 0-1 ohm adalah nilai aman
dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh
sistem yang terdapat resistansi pembumian (grounding) di dalamnya.

Cara pengukuran resistansi pentanahan pada tiap-tiap serandang

(pengukuran resistansi dalam satuan ohm)[4]

Berikut cara menentukan hasi pengukuran pentanahan pada tiap-tiap


serandang (pengukuran resistansi dalam satuan ohm) dengan menggunakan
metode Resistance pentanahan yaitu:
7

Dimana:
RA = Resistansi pentanahan maksimal Ω (ohm).
= Hambat jenis tanah (ohm meter).A

= Luas switch Yard (m2 ).


Dalam resistance tahanan pentanahan didapatkan nilai dimana nilai didapatkan
dari kisi Grid, dimana kisi Grid ini memang sudah ditetapkan ketentuan nilainya yaitu
dari 5-3000 ohm. Dan mendapatkan niali A di dapatkan dari luas Swicth Yard pada gardu
induk di PLN.

Persyaratan umum instalasi listrik atau PUIL 2000[5]

Nilai setandart mengacu pada persyaratan umum instalasi listrik atau PUIL 2000
(peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 1
ohm. Dijelskan bahwa nilai sebesar 1 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi
dari hasil resistansi pentanahan (grounding) yang masih bias di toleransi. Nilai yang
berada pada range 0-1 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding.
Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat resistansi pembumian
(grounding) di dalamnya. Untuk ketentuan standart nilai resistansi pembumian sama
dengan referensi peraturan pada PUIL 2000. Ketentua yang sama inilah yang menjadikan
masing-masing peraturan akan saling berkaitan dalam memberikan solusi dan penjelasan
untuk suatu permasalahan. Dengan diperkuat dengan banyak referensi menjadikan
standarisasi lebih kuat dan menjadikannya suatu keharusan.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Capasitor Voltage Transformator (CVT)

Capasitor Voltage Transformator (CVT) atau Transformator Tegangan Kapasitif


adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berupa transformator satu fasa step down
yang dirangkai dengan pembagi tegangan kapasitif yang mentransformasi tegangan pada
8

jaringan tegangan tinggi ke suatu sistem tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan
indikator, alat ukur, rele, dan alat sinkronisasi.

Gambar 3. Urutan Peralatan Gardu Induk

Bagian-bagian Capasitor Voltage Transformator (CVT)

Berikut ini merupakan gambar dari bagian Transformator Tegangan Kapasitif :


Gambar 4. Bagian Transformator Tegangan Kapasitif

Secara umum bagian trafo tegangan jenis kapasitif dapat jelaskan sebagai berikut :
9

 Dielectric

Komponen ini terdiri atas dua bagian yaitu:

- Minyak Isolasi

Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan sebagai


media dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau
lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri.
- Kertas-Plastik Film (paper-polypropylane film)

Berfungsi sebagai media dieletric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2


(dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri
bersama-sama minyak isolasi.
 Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider)

C1, C2 (capacitor element) adalah kapasitor pembagi tegangan (Capacitive Voltage


Divider) yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh
trafo tegangan menjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah. Kapasitansi C2
lebih besar dari C1 dan terhubing seri.
Sebagai contoh untuk CVT 150/√3 kV / 100/√3 V, kapasitansi masukan (input
capacity) 8.300 pF yang terdiri dari C1 = 8994 pF, dan C2 = 149.132 pF (Gambar I-
3 poin 2)
 Ferroresonance supression/damping circuit

Ferroresonance supression/damping circuit adalah induktor penyesuai tegangan


(medium voltage choke) yang berfungsi untuk mengatur/menyesuaikan supaya
tidak terjadi pergeseran fasa antara tegangan masukan (vi) dengan tegangan
keluaran (vo) pada frekuensi dasar. Pada merk tertentu komponen ferroresonance
ditandai dengan simbol L0. (Gambar 1-4 poin 3)
 Trafo Tegangan (Intermediate Voltage Transformer / IVT)

Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik dari tegangan


menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke tegangan rendah yang akan
10

digunakan pada rangkaian proteksi dan pengukuran. (Gambar 1-4 poin 4)

 Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi level ketinggian
minyak akibat perubahan volume sebagai pengaruh temperatur.
Jenis yang umum digunakan adalah metallic/rubber bellow dan gas cushion.

 Terminal Primer

HVT adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian yang
dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus maupun tegangan
penghantar terminal tegangan tinggi/primer. (Gambar 1-4 poin 1)
 Terminal Sekunder

Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan rendah, untuk keperluan
peralatan ukur dan relai. Pada merk tertentu terminal ini ditandai dengan simbol 1a
dan 2a. (Gambar 1-4 poin 7). Pada box terminal sekunder terdapat juga komponen
lain yang terdiri dari:
- PG (protective gap) adalah gap pengaman,

- H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang berkisar sampai
puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada salah satu konduktor penghantar
dalam memberikan sinyal komunikasi melalui PLC.
- L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk meneruskanfrekuensi
50 Hz,
- SA (surge arrester) atau arester surja adalah pelindung terhadapgelombang
surja petir.
- S adalah sakelar pentanahan (earthing switch), yang biasanyadipergunakan
pada kegiatan pemeliharaan
 Struktur Mekanikal

Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafotegangan


yang terdiri dari:
11

- Pondasi

- Struktur penopang CVT

- Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan kapasitor dan


berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi. (Gambar 1- 4 poin
6)

 Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebihakibat


tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.

Pengujian Analisa Besarnya Resistansi Pengukuran Kawat pentanahan Pada CVT


(Capasitor Voltage Transformator)
Pengukuran tahanan pentanahan adalah untuk menentukan tahanan antara besi
atau plat tembaga yang di tanam dalam tanah yang di gunakan untuk melindungi
peralatan listrik terhadap gangguan petir dan hubung singkat. Dengan demikian plat
tersebut harus di tanam hingga mendapatkan tahanan terhadap tanah sekitar yang sekecil-
kecilnya. Untuk mengukur tahanan pentanahan digunakan alat ukur tahanan pentanhan
(Digital Eart Tester), seperti di perlihatkan padagambar 4.3
Metode pengukuran menggunakan alat Digital Eart Tester dengan dua buah
elektroda bantu. Adapun metodenya adalah menghubungkan metode E (warna hijau) ke
elektroda utama, dengan menghubungkan terminal P (warna kuning) ke elektroda
pembantu yang pertama dan terminal C (warna merah) ke elektroda bantu yang ke dua.
12

Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan:

Gambar 5. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan

Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengukuran ini untukmendapatkan


hasil yang diinginkan diantaranya adalah:
1. Digital Eart Tester

2. Grounding pembantu

3. Kabel penghubung secukupnya

Alat Ukur Digital Earth Tester

Digital Earth Tester adalah alat yang berfungsi untuk mengukur nilai resistansi dari
grounding, Besarnya tahanan pentanahan pada suatu peralatan gardu induk. Pengujian
Analisa Besarnya Resistansi Pengukuran Kawat pentanahan Pada CVT (Capasitor
Voltage Transformator) dapat dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan Alat
Ukur Digital Earth Tester dan caramenghubungkannya dengan kawat pentanahan.

Gambar 5. Langkah Pengujian alat Digital Earth Tester


13

Gambar 4.2 adalah langkah pengujian alat Digital Earth Tester yang urutannya adalah
sebagai berikut:
1. Pertama memeriksa kondisi dan perlengkapan penunjang alat ukur Digital Earth
Tester.
2. Kemudian memeriksa kabel grounding yang akan di ukur. Apabila kabel
grounding kotor maka dibersihkan dahulu di permukaan kabel tersebut dengan
lap bersih, agar jepitan kabel probe dapat menyentuh langsung ke bagian
permukaan tembaga yang sudah bersih dan untuk mencegah terjadia kesalahan
pembacaan pada alat ukur.
3. Alat ukur Digital Earth Tester mempunyai tiga kabel yaitu kabel berwarna merah,
kuning dan hijau.
4. Hubungkan kabel berwarna merah serta kabel berwarna kuning ke tanah dengan
masing-masing jarak kurang lebih 5-10 meter dari pentanahan ataugrounding.
5. Lalu menghubungkan juga kabel berwarna hijau ke grounding atau kawat
pentanahan yang sudah terpasang.
6. Setelah itu melakukan pengukuran gounding (tanahan pentanahan) dengan
memutar knob alat ukur pada posisi 10 Ω.
7. Kemudian tekan tombol tester untuk mengetahui nilai resistansi grounding.
8. Terakhir nilai resistansi grounding sudah dapat diketahui.

Pengukuran pentanahan pada kawat pentanahan maka didapat hasil uji atau ukur yang
dibandingkan dengan perhitungan. Hasil perhitungan menjadi acuan atau standart
maksimal resistansi tanahan pentanahan seperti tabel 1:
14

Tabel 1. Hasil kesimpulan pengukuran resistansi dengan alat ukur Digital Earth
Tester
CIKARANG 1
HASIL UKUR HASIL
Fasa (OHM) HITUNG(standart KETERANGAN
maksimum ohm)
R 0,10 0,15 Ω Kondisi Baik
S 0,10 0,15Ω Kondisi Baik
T 0,10 0,15Ω Kondisi Baik

Dari tabel 1. didapatkan kesimpulan hasil hitung diketahui 0,15Ω yang


menunjukan batas standart maksimal dari hasil hitung pada kawat pentanahan. Dan hasil
uji dengan alat ukur diketahui nilainya 0,10Ω yang menujukan hasil pengukurannya. Jadi
nilai hasil uji dikatakan bagus dikarenakan dibawah 0,15Ω

yang merupakan nilai dari hasil hitung. Dan apabila nilai hasil uji diatas 0,15Ω maka
kawat pentanahan tersebut dikatakan tidak baik dan sebaiknya kawat pentanahan tersebut
diganti.
Tujuannya kenapa nilai resistansi kawat pentanahan harus dibawah standart
maksimal, karena tujuannya agar resistansi kawat pentanahan di peralatan GI tersebut
efektif dan dapat berfungsi dengan baik. Nilai standart R di kawat pentanahan kecil,
karena apabila ada arus yang lebih di gardu induk akan cepat segera di ketanahkan.

Hasil Perhitungan Tahanan Pentanahan Pada CVT (Capasitor Voltage


Transformstor).
Dari metode resistance Tahanan Pentanahan di dapat hasil = 30 di dapatdari
Grid. Dan nilai A=7366 di dapat dari jarak di switch Yard.
Untuk menentukan suatu nilai tahanan pentanahaan pada pengukuran Bay150kV
Cikarang 1 phasa R,S,T di CVT dapat ditentukan dengan rumus :
1. Perhitungan pada phasa R merujuk pada persamaan :
15

𝜋
=4 .
𝐴
30
3,14
= .
4 7366

= 7,5 . 0,02

= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan.

2. Perhitungan pada phasa S merujuk pada persamaan :

= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu 0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan

3. Perhitungan pada phasa T merujuk pada persamaan :

= 0,15 Ω
Hasil pengukuran atau uji kawat pentanahan pada CVT hasilnya adalah 0,10Ω berbeda
dengan hasil perhitungan yaitu 0,15Ω dikarenakan hasil 0,15Ω merupakan hasil batas
maksimal perhitungan di kawat pentanahan.
16

Analisa Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan pada CVT(Capasitor


Voltage Transformator).
Berikut ini adalah hasil perbandingan antara hasil pengukuran dan hasil
perhitungan pada CVT :

Tabel 2. Hasil Perbandingan Antara Pengukuran dan Perhitungan Nilai


Resitansi Kawat Pentanahan Pada CVT
Hasil Hasil Standar
Fasa Kesimpulan
Pengukuran Perhitungan Pengukuran
(Ohm) (Ohm) (Ohm)
R 0,10 0,15 0,15 Kondisi Baik
S 0,10 0,15 0,15 Kondisi Baik
T 0,10 0,15 0,15 Kondisi Baik

Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dan perhitungan pada
fasa R,S,T tenyata nilainya tidak berbeda jauh. Sehingga hasil yang didapat masih sesuai
standart pengukuran yaitu tidak lebih dari 0,15 Ohm, maka resistansi pentanahan pada
CVT ( Capasitor Voltage Transformator) di GI Jababeka 150 kV dinyatakan dalam
keadaan baik.

KESIMPULAN
Dasar sistem resistansi pentanahan yang di maksud agar ketika terjadi gangguan ke
tanah pada gardu induk tidak akan membahayakan keselamatan manusia, sebab arus
gangguan akan mengalir pada bagian peralatan dan ke piranti pentanahan. Besarnya nilai
resistansi pada kawat pentanahan dapat di ukur dengan menggunakan alat ukur Digital
Earth Tester. Suatu nilai ukur pentanahan bisa didapat juga dilakukan dengan melakukan
perbandingan dengan menggunakan perhitungan. Berdasarkan pengukuran didapatkan
nilai suatu tempat di bay cikarang 1. Pada phasa R sebesar 0,10 ohm, phasa S sebesar 0,10
ohm dan phasa T sebesar 0,10 ohm maka kondisi bagus. Sedangkan pada hasil
17

perhitungan didapatkan nilai pada phasa R sebesar 0,15 ohm, phasa S sebesar 0,15 ohm
dan phasa T sebesar 0,15 ohm. dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dan
perhitungan pada phasa R,S,T tenyata nilainya tidak berbeda jauh. Sehingga hasil yang
didapat masih sesuai standart pengukuran yaitu tidak lebih dari 0,15 Ohm. Dalam
keadaan bagus sesuai dengan persyaratan Umun Instalasi Listrik atau puil 2000, yang
menyatakan nilai berada pada range 0 sampai 1 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi
pembumian (grounding). Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem yang terdapat di
resistansi pembumian (grounding) di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] URL : http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/721/jbptunikompp-gdl-visiselvin-36035-7-
unikom_v-i.pdf Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[2] PT. PLN (Persero). 2010. Himpunan Buku Pedoman Pemeliharaan
Peralatan Primer Gardu Induk. Jakarta : PT. PLN (Persero). Diakses pada tanggal 27
Desember 2017
[3] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Tenaga. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[4] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Tegangan. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[5] PT. PLN (Persero). 2010. Buku Pedoman Trafo Arus. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[6] URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Transformator Diakses pada tanggal 27 Desember 2017
[7] URL : http://www.arisusilistiono.com/2011/04/pengujian-trafo-arus-
current_12.html#.VygYONJ94rg Diakses pada tanggal 15 Januari 2018
[8] URL : https://sites.google.com/site/elektriwikis/knowledge-sharing/teknik/peralatan-
primer/ct Diakses pada tanggal 16 januari 2018
[9] Sulistiono, Ari., “Pengujian Trafo Arus (Current Transformator)”.
http://www.arisulistiono.com/2011/04/pengujian-trafo-arus-
current_12.html?m=1#.Wmcb5IExXqA, 2011, Diakses pada tanggal 16 Januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai