PR Sejarah Pantomim
PR Sejarah Pantomim
Dalam relief tadi dikisahkan adanya gambaran tentang seorang laki-laki dan
atau perempuan sedang melakukan gerakan yang diduga bukan tarian. Hal
tersebut semakin jelas sesudah adanya kategorisasi dari berbagai seni
pertunjukan yang dilakukan Aristoteles berdasarkan ciri-ciri bawaannya,
sehingga dapat dibedakan adanya sebutan tarian dan bahasa isyarat.
Oleh karena pantomim mengacu pada ciri dasar dari bahasa isyarat tadi, maka
jelaslah bahwa seni pertunjukan pantomi memang sudah ada sejak lama.
Seni gerak itu selesai sebagai suatu gerakan isyarat, maka para ahli
menyebutnya sebagai pantomim. Charles Aubert dalam bukunya The art of
Pantomime (1970) mendefinisikan pantomim adalah seni pertunjukan yang
diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya, yakni ketika seseorang melakukan gerak
isyarat atau secara umum bahsa bisu.
Saat ini, pantomim sering diasosiasikan sebagai gaya akting komedi tanpa kata-
kata. Berkaitan dengan akting, pantomim pada awalnya untuk menyebut aktor
komedi di masa Yunani yang menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi.
Pemeran dalam pertunjukan ini tidak saja berpakaian aneh tapi juga menutupi
muka mereka dengan topeng yang hanya menyisakan bagian mulut. Penulis
pertama seni pantomim Dorian yang ternama adalah Epicharmus.
Sejak tahun 485-467 SM, dia menjadi satu-satunya penulis pantomim yang
paling kondang di Syracuse. Sampai-sampai Aristoteles menganggapnya
sebagai penulis puisi dramatik pertama yang sangat berjasa. Epicharmus juga
menulis beberapa plat komikal dan menghaluskan permainan pantomim
sebelumnya.
Chaplin sangat penting dalam percaturan bahasa bisu sebab ia salah satu tokoh
besar dalam film bisu, sebelum film bicara (talkies) diketemukan dan dijual
kepada masyarakat. Chaplin tampil dan langsung populer tatkala muncul dalam
film The Tramp (Si Gelandangan) tahun 1915.
Film bisu Chaplin lainnya yakni City Light (Lampu Kota), The Gold Rush
(Emas yang Merepotkan) dan Modern Times (Jaman Modern). Chaplin setia
membuat film tanpa suara dan merupakan jenius film bisu. Lewat film bisu
kekuatan Chaplin dapat ditangkap.
Kemudian di Perancis ada seniman pantomim yang handal pula, yakni Marcel
Marceau. Pria kelahiran Perancis 22 Maret 1923 ini mencintai pantomim karena
sering menonton film bisu Keaton dan Chaplin.
Marceau sangat dikenal dengan karakteer individunya sejak tahun 1947 dengan
membawakan gaya sang tooh ciptaannya bernama Bib.
Bib merupakan tokoh ciptaan yang selalu tampil dengan muka putih. Pertama
kali si Bib ini dibawa keliling ke Switzerland, Beligia dan Holland.
Marceau dalam aktivitasnya begitu teliti. Hal tersebut tidak disimak lewat
beberapa karyanya yang tokoh netral Bib itu, misalnya, pada Bib sang Pawang,
Bib Naik Kereta Api, Bib Bunuh Diri, Bib memerankan Daud-Goliat, dan Bib
Serdadu. Maka tak ayal jika seorang penulis asing ada yang mengatakan
Marcell Marceau merupakan Master of Mime.
Perkembangan Pantomim Indonesia
Dalam perkembangannya, pantomim menjadi suatu seni pentas tersendiri dan
mendapat tempat baru bagi penikmat seni.
Tidak banyak seniman yang menggeluti pantomim dan hanya beberapa seniman
yang cukup konsisten, seperti Sena A. Utaya, Didi Petet (Sena Didi Mime),
Jemek Supardi, Moortri Poernomo, dan Deddy Ratmoyo.