Anda di halaman 1dari 8

LK 1.

3 Penentuan Penyebab Masalah

Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab


No.
penyebab masalah masalah masalah
1 Berdasarkan Eksplorasi Guru yang Akar penyebab masalah
Masalah rendahnya menerapkan rendahnya motivasi adalah
Motivasi belajar model dan strategi guru yang menerapkan
dikarenakan : pembelajaran yang model dan strategi
1. Kurangnya motivasi kurang inovatif pembelajaran yang
dari dalam diri kurang tepat untuk
peserta didik Peserta didik.
(Maryani , 2020) Hal ini dapat memicu
(wawancara dengan tidak terkontruksinya
peserta didik) dengan baik motivasi
(Byman, Lavonen , dalam peserta didik.
Juuti, & Meisalo, Karena dalam Model
2012) pembelajaran terdapat
metode dan strategi
2. Kurangnya motivasi pembelajaran yang akan
dari lingkungan menimbulkan beberapa
peserta didik faktor :
(wawancara direktur 1 Kurangnya motivasi
yayasan, MGMP, diri yang terbentuk
Kepala Sekolah dan karena tidak
Orang tua ) dijelaskan tujuan
pembelajaran,
3. Kurangnya inovatif apesepsi motivasi
model dan metode mengapa kita harus
pembelajaran yang belajar materi
diterapkan oleh Guru, tersebut yang
(wawancara dengan mempengaruhi
orang tua) (Awe & pembentukan motivasi
Benge, 2017), diri seperti yang
(Laksana D. N., 2017) tertuang dalam teori
Selft-Determination
4. Kurangnya ikatan Theory (SDT) yang
relasi guru dengan tercantum pada
peserta didik Byman, Lavonen ,
(wawancara dengan Juuti, & Meisalo, 2012.
orang tua)
2 Media pembelajaran
5. Kurangnya inovatif yang kurang inovatif
media pembelajaran yang hanya
(Sukarini & Manuaba, menggunakan papan
2021) (wawancara tulis , latihan dibuku,
dengan teman kurang explorasi /
sejawat dan orang tua eksperimen tentang
murid) permasalahan nyata
dilihat dari observasi
pembelajaran yang
dilakukan
Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No.
penyebab masalah masalah masalah
6. Guru belum 3 Serta lingkungan
memotivasi peserta belajar yang tidak
didik dalam bentuk saling memotivasi
Ice breaking seperti pembagian
(Khoerunisa & kelompok yang tidak
Amirudin, 2020) komposisi ( motivasi
tinggi dengan
motivasi rendah)
4 Relasi guru dengan
peserta didik yang
kurang dalam
pembelajaran seperti
tidak adanya ice
breaking/ game
dalam pembelajaran ,
atau komedi dalam
penyampaian
pembelajaran
Oleh karena itu perlunya
perencanaan
pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi peserta
didik dari observasi kelas
sampai refleksi
pembelajaran
2 Rendahnya tingkat Metode Berdasarkan eksplorasi
keaktifan Peserta didik pembelajaran rendahnya tingkat
dalam proses KBM yang monoton keaktifan peserta didik
dikarenakan : (teacher Center) mengerucut pada metode
1. Metode pembelajaran sehingga kurang pembelajaran yang
yang monoton interaktif monoton (teacher center)
(teacher center) sehingga kurang aktif
sehingga kurang untuk peserta didik.
interaktif (Pour,
Herayanti , & Hal ini jika pembelajaran
Sekroyanti, 2018) dilakukan secara teacher
(wawancara MGMP, center secara
Direktur yayasan dan berkelanjutan
kepala sekolah) menimbulkan dampak :
1. tidak terbentuknya
2. Belum terbentuknya keaktifan belajar
kerjasama antar (mencari tahu) dalam
kelompok dengan diri peserta didik
baik . (Silberman, seperti yang
1996) (wawancara dipaparkan dalam
kepada siswa) wawancara pakar

3. LKPD yang belum 2. LKPD yang belum


terbentuk sesuai gaya menimbulkan
belajar peserta didik, keaktifan peserta
(wawancara siswa didik seperti pada
Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No.
penyebab masalah masalah masalah
dan guru) penelitian yang
dilakukan oleh
4. pembelajaran yang Nugraha (Nugraha,
harus dikejar 2019)
materinya 3. Pembelajaran yang
(wawancara teman belum sesuai gaya
sejawat) belajar peserta didik
sehingga pembelajaran
5. belum membentuk tersebut tidak
pemeblajaran bermakna bagi peserta
bermakna bagi didik seperti yang
peserta didik dipaparkan oleh Edgar
(wawancara dosen) Dale dalam Cone of
Experience
6. alat – alat praktikum
yang rusak sehingga Hal ini juga dikarenakan
peserta didik tidak alat praktikum atau media
bisa mengekplorasi percobaan masih belum
pembelajaran bisa digunakan dengan
(wawancara teman baik
sejawat) (Nugraha,
2019)
3 literasi sains masih Sumber bacaan Berdasarkan eksplorasi
rendah disekolah yang belum maka untuk literasi sains
dikarenakan : menarik untuk yang masih rendah yakni
1. Rendahnya minat peserta didik serta
terpusat sumber bacaan
baca pada peserta melatih
didik yang terbiasa kemampuan baca yang belum menarik
akan mendapatkan untuk peserta didik serta
jawaban dengan melatih kemampuan
instan yakni mencari baca.
di google seperti
brainly, roboguru, Dalam Hal ini guru bisa
dsb (wawancara menyiapkan handout
dengan peserta didik) (sumber bacaan) yang
dan dipaparkan oleh menarik untuk peserta
Nugraha (Nugraha, didik. Sumber bacaan
2019) yang menarik akan
mempengaruhi faktor :
1. Minat baca dengan
2. Kurangnya budaya desain handout
literasi baca baik dari menarik dan sesuai
rumah ataupun dengan nalar peserta
disekolah ( didik seperti yang
wawancara Direktur , disampaikan oleh
MGMP dan kepala pakar, dan teman
sekolah, teman sejawat
sejawat,orang tua
murid) dan 2. Melatih interprestasi
dipaparkan oleh grafik dan tabel pada
Fuadi,dkk (Fuadi, latihan soal literasi
Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No.
penyebab masalah masalah masalah
Robbia, Jammaluddin sains yang dipaparkan
, & Jufri, 2020) Oleh Fuadi dkk

3. Sumber bacaan yang


belum menarik bagi
siswa baik dari
bahasa yang sulit
dimengerti ataupun
desai buku yang tidak
disertai gambar (
wawancara pakar,
teman sejawat)

4. Belum adanya
pembiasaan membuat
mengintreprestasikan
grafik / tabel dalam
pembelajaran (Fuadi,
Robbia, Jammaluddin
, & Jufri, 2020)

5. Belum terbiasa soal


literasi sains (Fuadi,
Robbia, Jammaluddin
, & Jufri, 2020)

4 Kemampuan numerik Kemampuan dasar Berdasarkan hasil


peserta didik masih numerik Guru eksplorasi untuk
rendah dikarenakan : harus dikuasai rendahnya kemampuan
1. Peserta didik yang literasi numerik peserta
kurang kemampuan didik harus dimulai dari
dasar Numerik kemampuan dasar
(Kharizmi, 2015) numerik pada guru,
(wawancara dengan sehingga guru dapat
teman sejawat, memfasilitator peserta
peserta didik dan didik dalam hal :
orang tua) 1. Penyampaian
pemahaman konkret
2. Peserta didik kurang seperti yang
berlatih literasi disampaikan oleh
numerik ( wawancara direktur yayasan
teman sejawat, 2. Latihan numerik
orangtua murid, untuk peserta didik
MGMP) yang jelas

3. Guru belum
menyampaikan
pemahaman
numerasi secara
Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No.
penyebab masalah masalah masalah
konkret ( sesuai olah
pikir) sehingga
dianggap oleh peserta
didik sebagai materi
abstrak ( sulit) (
wawancara Direktur,
Kepala sekolah, dan
MGMP)

4. Kemampuan dasar
numerik Guru harus
dikuasai (Hartatik &
Nafiah, 2020)

5 Tidak Kondusifnya kelas Guru belum Berdasarkan hasil


reguler yang terdapat memiliki eksplorasi terkait tidak
anak berkebutuhan kemampuan kondusifnya kelas reguler
khusus dikarenakan : pendidikan yang terdapat anak
1. Guru belum mampu khusus untuk berkebutuhan khusus
menguasai berbagai pendampingan dikarenakan guru belum
teknis / model memiliki kemampuan
berdifferensiasi ( pendidikan khusus untuk
wawancara dari ABK sehingga kelas
Direktur yayaysan, tersebut akan tidak
MGMP dan Kepala kondusif karena :
Sekolah) 1. Kebutuhan ABK tidak
terpenuhi yang
2. Guru belum memiliki dipaparkan dalam
kemampuan penelitian oleh
pendidikan khusus Budiyanto
untuk pendampingan (Budiyanto, 2017)
siswa tersebut 2. Pendampingan ABK
(Nur'aeni, 2014) yang hanya membuat
ABK di abaikan atau
3. Belum adanya sekedarnya seperti
support dari sekolah, yang disampaikan oleh
baik sarana atau pakar bahwa
pelayanan ( masyarakat belum
wawnacara pakar dan menerima ABK dalam
teman sejawat) kehidupannya
3. Tidak terjadinya
pembelajaran yang
terdifferensiasi untuk
ABK seperti yang
disampaikan oleh
Ketua MGMP
Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No.
penyebab masalah masalah masalah
6 Miskonsepsi sering Guru belum Berdasarkan eksplorasi
terjadi pada menguasai materi masalah untuk
pembelajaran IPA yang diberikan miskonsepsi yang terjadi
dikarenakan : sehingga terjadi dalam pembelajaran IPA di
1. Peserta didik miskonsepsi pengaruhi oleh Guru yang
mendapatkan konsep belum menguasai Materi
yang tidak sesuai dengan benar sehingga
dalam kehidupan terjadi miskonsepsi dalam
(Suparno , 2013) pembelajaran.
(wawancara oleh
Direktur yayasan, Hal ini dapat
MGMP dan kepala mempengaruhi faktor –
sekolah) faktor, seperti :
1. Miskonsepsi yang
2. Guru belum terbentuk pada
menguasai materi peserta didik seperti
yang diberikan yang disampaikan
sehingga terjadi dalam penelitian yang
miskonsepsi (Sumber dilakukan oleh
dari wawancara Suryanto dan Yuliati.
pakar) (Laksana D. ,
2016) dan (Suryanto, 2. Penyampaian konsep
1997) yang tidak konkret
sehingga sulit
3. Guru belum dipahami oleh peserta
menjelaskan konsep didik
secara jelas dan
diterima oleh peserta
didik (Yuliati, 2017)
(wawancara oleh
Direktur yayasan,
MGMP dan kepala
sekolah)
Daftar Pustaka

Awe, E. Y., & Benge, K. (2017). Hubungan Antara Minat Dan Motivasi Belajar dengan Hasil
Belajar IPA Pada Siswa SD. Journal Of Education Technologi, 1(4), 231-238.

Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusfif . Kencana.

Byman, R., Lavonen , J., Juuti, K., & Meisalo, V. (2012). Motivational Orientations In
Physics Learning : a self-determination theory approach. Baltic Science Education,
11, 379-392.

Fuadi, H., Robbia, A., Jammaluddin , & Jufri, A. W. (2020). Analisis Faktor Penyebab
Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 5(2).

Hartatik , S., & Nafiah. (2020). Kemampuan Numerasi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru
Sekolah Dasar Dalam menyelesaikan Masalah Matematika. Education and Human
Development Journal , 5(1), 32-42.

Kharizmi, M. (2015). Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam meningkatkan kemampuan


Literasi . Jupendas, 2(2), 11-21.

Khoerunisa, T., & Amirudin. (2020). Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu
Nuurusshiddiiq Kedawung Cirebon . Edubase:Journal Of Basic Education , 1(1), 64-
70.

Laksana, D. (2016). Miskonsepsi dalam Materi IPA Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Indonesia, 5(2).

Laksana, D. N. (2017). The Effectiveness Of Inquiry Based Learning. Jounal Of Education


Technologi, 1(1), 1-5.

Maryani , A. (2020). Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar siswa Pada
Mata pelajaran IPA Di SMP Negeri 30 Muaro Jambi. Jambi: Universitas Jambi.

Nugraha, A. (2019). Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Ipa Materi Sistem
Organisasi Kehidupan Mahkluk Hidup Dengan Media Flash Card Matching Game
Pada Peserta Didik Kelas VII F SMP Negeri 1 Pejagoan Semester 2 Tahun pelajaran
2018/2019. Konvergensi, VI.

Nur'aeni, d. (2014). Model Program Pembelajaran Individual Untuk Peserta Didik Dengan
Kesulitan Belajat Melalui Pelatihan Terapi Gerak Bagi Shadow Teacher di SD
Inklusi. Prosiding SnaPP 2014 Sosial, Ekonomi dan Humaniora.
Pour, A. N., Herayanti , L., & Sekroyanti, B. A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Talking Stick Terhadap Keaktifan Belajar Siswa. Junal Penelitian dan Pengkaijian
Ilmu Pendidikan :E-Saintika, 2(1), 36-40.

Silberman, M. (1996). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif , terjemahan oleh
YAPENDIS. Boston: allyn and Bacon Boston.

Sukarini, K., & Manuaba, I. B. (2021). Video Animasi Pembelajaran Daring pada Mata
Pelajaran IPA Kelas VI Sekolah Dasar. Edutech Undiksha, 8(1), 48-56.

Suparno , P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
PT Grasindo.

Suryanto. (1997). Pemahaman guru Sekolah Dasar (SD) terhadap Konsep konsep Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA): Suatu diagnosis adanya miskonsepsi. Jakarta: Pusat
Penelitian Universitas Terbuka.

Yuliati, Y. (2017). Miskonsepsi Siswa Pada pembelajaran IPA sera Remediasinya. Jurnal Bio
Educatio, 2(2), 50-58.

Anda mungkin juga menyukai