Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 (1KA30)
Dosen Pengampu:
EFA WAHYUNI
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………...1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………..1
1.3. Tujuan Masalah ………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan ………………...2
A. Sifat Negara …………………………………………………..3
B. Bentuk Negara ………………………………………………..3
C. Unsur Negara …………………………………………………3
D. Syarat menjadi Warga Negara Indonesia …………………….4
E. Asas kewarganegaraan ………………………………………..4
2.2. Pengertian Hukum ……………………………………………….5
A. Ciri-ciri dan Sifat Hukum …………………………………….6
B. Sumber-sumber Hukum ………………………………………6
C. Pembagian Hukum ……………………………………………7
D. Pemerintah ……………………………………………………8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Sifat Negara
B. Bentuk Negara
C. Unsur Negara
a. Konstitutif: Negara meliputi wilayah udara, darat, perairan, rakyat, dan pemerintah
yang berdaulat.
b. Wilayah: Batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian dengann negara
lain. Perjanjian itu disebut Perjanjian Internasional, Perjanjian dua negara disebut
Perjanjian Bilateral, sedangkan apabila dilakukan banyak negara disebut Perjanjian
Multilateral.
c. Rakyat: Harus ada orang yang berdiam di negara tersebut dan untuk menjalankan
pemerintah.
d. Pemerintah: Negara harus mempunyai suatu badan yang berhak mengatur dan
berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat rakyatnya.
3
D. Syarat Menjadi Warga Negara Indonesia
Status kewarganegaraan juga dapat diperoleh melalui pewarganegaraan. Berdasarkan
UU Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 9, berikut syarat untuk memperoleh kewarganegaraan
Indonesia melalui pewarganegaraan:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Ada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
E. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya
seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
kelahiran, pewarganegaraan, pengangkatan anak, pemberian oleh negara terhadap
seseorang yang berjasa, atau karena alasan kepentingan negara. Setiap negara mempunyai
kebebasan menentukan pihak yang menjadi warga negaranya melalui penentuan asas
kewarganegaraan yang hendak diterapkan. Dilihat dari segi kelahiran, terdapat dua asas
kewarganegaraan untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang.
a. Asas Ius Soli (Law of The Soli) Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan Negara tempat kelahiran. , ius soli adalah penentuan status
kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi,
seseorang dapat menjadi warga negara dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang
menganut asas kewarganegaran ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina,
Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El
Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
b. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) Penentuan Kewarganegaraan berdasarkan
keturunan/kewarganegaraan orang tuanya. ius sanguinis adalah asas
kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan
seseorang mendapat warga negara jika orang tuanya adalah warga negara suatu
4
negara. Misalkan seseorang yang lahir di Indonesia, namun orang tuanya memiliki
kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapat kewarganegaraan dari orang
tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara China, Bulgaria,
Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani,
Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia,
Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol,
Swedia, Turki, dan Ukraina.
5
Menurut Plato, pengertian hukum adalah seperangkat peraturan-peraturan yang tersusun
dengan baik dan teratur dimana sifatnya mengikat, baik terhadap hakim maupun
masyarakat.
e. E. M. Meyers
Menurut E. M. Meyers, pengertian hukum adalah aturan-aturan yang di dalamnya
mengandung pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam sebuah masyarakat dan menjadi acuan atau pedoman bagi para penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.
6
2). Kebiasaan (Costum)
Ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama dan
diterima oleh masyarakat. Sehingga tindakan yang berlawanan dianggap sebagai pelanggaran
perasaan hukum.
7
Ius Constituendum ialah hukum yang diharapkan akan berlaku di waktu yang
akan datang.
Hukum Asasi (hukum alam) ialah hukum yang berlaku dalam segala bangsa di
dunia.
Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara) ialah hukum yang memuat
peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material atau peraturan yang mengatur bagaimana cara-
caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana caranya
hakim memberi putusan.
Contoh : Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.
6) Menurut ‘”sifatnya'” hukum dibagi dalam :
Hukum yang memaksa ialah hukum yang dalam keadaan bagaimana harus dan
mempunyai paksaan mutlak.
Hukum yang mengatur (pelengkap) ialah hukum yang dapat dikesampingkan,
apabila pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
perjanjian.
D. Pemerintah
8
Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah,
maka negara tidak ada yang mengatur. Karena Pemerintah merupakan roda negara, maka
tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.
Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan
pemerintahan, seakan-akan keduanya adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.
Untuk membedakan kedua istilah tersebut, maka istilah tersebut harus kita bedakan
dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Pemerintahan dalam arti luas : Segala kegiatan atau usaha yang terorganisir,
bersumber pacta kedaulatan dan berlandaskan dasar negara, mengenai rakyat/penduduk dan
wilayah (negara itu) demi tercapainya tujuan negara. Segala tugas, kewenangan, kewajiban
negara yang harus dilaksanakan menurut dasar-dasar tertentu (suatu negara) demi tercapainya
tujuan negara.
Kalau kita mengikuti pemisahan kekuasaan Montesquieu, maka meliputi bidang
legislatif, eksekutif, yudikatif. Kalau kita mengikuti Vollenhoven maka meliputi bidang
wetgeving, rechtspraak, politie, bestuur.
Pemerintahan dalam arti sempit:
Kalau kita mengikuti Montesquieu, maka hanyalah tugas, kewajiban dan kekuasaan
negara di bidang eksekutif.
Kalau kita mengikuti Vollenhoven, kekuasaan negara di bidang bestuur.
Mengikuti pengertian pemerintahan dalam arti luas dan sempit tersebut, maka:
Pemerintah dalam arti luas :
Adalah menunjuk kepada alat perlengkapan negara seluruhnya (aparatur negara) sebagai
badan yang melaksanakan seluruh tugas/kekuasaan negara atau melaksanakan pemerintahan
dalam arti luas.
Pemerintah dalam arti sempit :
Adalah hanya menunjuk kepada alat perlengkapan negara yang melaksanakan
pemerintahan dalam arti sempit.
Di dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan dengan tegas, bahwa Presiden adalah
penyelenggara pemerintahan yang tertingi di bawah Majelis (MPR adalah pemegang
kekuasaan tertinggi). Hal ini berarti bahwa Presiden bertanggung jawab dan berkuasa
menjalankan pemerintahan negara. Untuk itu Presiden menunjuk para Menteri sebagai
pembantunya. Para menteri ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap Presiden dalam
menentukan politik negara mengenai departemennya. Presiden dan para Menteri inilah
Pemerintah alam arti sempit.
9
Walaupun demikian, teori Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan ini tidak
sepenuhnya dianut di Indonesia. Karena teori ini mengajarkan bahwa masing-masing bidang
kekuasaan ini berdiri sendiri-sendiri dan tidak mencampuri urusan bidang lainnya. Sedangkan
menurut UUD 1945, Indone- sia menganut sistem pembagian kekuasaan (bukan pemisahan),
sehingga dapat terjadi satu bidang tugas dilakukan oleh lebih dari satu alat perlengkapan
negara. Atau sebaliknya, satu alat perlengkapan negara melaksanakan lebih dari satu bidang
tugas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wargaNegara
dianggap sebagai sebuah komunitas yang membentuk negara berdasarkan perundang-
undangan atau perjanjian-perjanjian dan dan mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya. Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu
yakni sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan
social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran :ius soli (asas kelahiran), Ius
sanguinis (asas keturunan) kemudian di dalam Masalah kewarganegaraan yaitu apatride,
bipatride, dan multipatride. Adapun Cara untuk memperoleh kewarganegaraan yaitu unsur
darah keturunan (ius sanguinis), unsur daerah tempat kelahiran (ius soli), unsur
pewarganegaraan (naturalisasi).
Hukum adalah aturan yang timbul dalam masyarakat, berupa perintah dan larangan, yang
dibuat oleh lembaga berwenang,dengan melalui proses untuk mewujudkannya, guna
mengatur kehidupan manusia kearah kebenaran, yang bersifat tegas, memaksa, dengan sanksi
didalamnya dan harus dipatuhi oleh semua masyarakat tanpa kecuali.
10
DAFTAR PUSTAKA
11