Anda di halaman 1dari 14

WARGANEGARA DAN NEGARA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 (1KA30)

ANDARIZA PERMANA (10121150)


FAUZI ATMAJA KENMUKTIYONO (10121470)
MUHAMAD RAIHAN (10121761)
SYIFA NUR ADI (11121244)

Dosen Pengampu:
EFA WAHYUNI

ILMU SOSIAL DASAR


JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat


sertahidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan judul “Warga
Negara Dan Negara”. Penulisan makalah ini merupakan salahsatu tugas yang diberikan dalam
mata Pendidikan Ilmu Sosial Dasar di Universitas Gunadarma.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kamimiliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi  penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan  petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Tangerang, 5 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………...1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………..1
1.3. Tujuan Masalah ………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan ………………...2
A. Sifat Negara …………………………………………………..3
B. Bentuk Negara ………………………………………………..3
C. Unsur Negara …………………………………………………3
D. Syarat menjadi Warga Negara Indonesia …………………….4
E. Asas kewarganegaraan ………………………………………..4
2.2. Pengertian Hukum ……………………………………………….5
A. Ciri-ciri dan Sifat Hukum …………………………………….6
B. Sumber-sumber Hukum ………………………………………6
C. Pembagian Hukum ……………………………………………7
D. Pemerintah ……………………………………………………8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai


kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah
terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status
kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara
negara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena
itu disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih
sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian warga Negara dan kewarganegaraan ?
2. Apa sajakah asas-asas kewarganegaraan ?
3. Bagaimanakah hukum di Indonesia?
4. Apa pengertian pemerintah dalam arti luas?
1.3. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian warga Negara dan kewarganegaraan.
2. Agar dapat mengetahui asas-asas kewarganegaraan
3. Agar dapat mengetahui hukum di Indonesia
4. Agar dapat mengetahui pengertian pemerintah dalam arti luas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Warganegara dan


Kewarganegaraan
Warganegara adalah orang-orang yang secara resmi merupakan anggota resmi dari
suatu Negara tertentu, atau dengan kata lain warganegara adalah warga suatu Negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Istilah
kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan
antara Negara dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan
dengan suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk
melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut undang-undang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan
Negara. Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar
sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik
(Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan
diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya
sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Unsur penting suatu negara yang lain adalah rakyat. Tanpa rakyat, maka negara itu
hanya ada dalam angan-angan. Termasuk rakyat suatu negara adalah meliputi semua
orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara tersebut dan tunduk
pada kekuasaan negara tersebut. Dalam hubungan ini rakyat diartikan sebagai kumpulan
manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persatuan dan yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu.
Menurut Kansil, orang-orang yang berada dalam wilayah suatu negara itu dapat
dibedakan menjadi :
a. Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal
pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Penduduk ini dapat dibedakan menjadi 2 lagi, yaitu :
1) Penduduk Warga Negara atau Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat
diatur oleh Pemerintah negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri;
2) Penduduk bukan Warga negara atau Orang Asing adalah penduduk yang bukan warga
negara.
b. Bukan Penduduk ialah mereka yang berada dalam wilayah suatu negara untuk
sementara waktu dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.

2
A. Sifat Negara

Memaksa, Negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan


fisik secara legal agar tercapai ketertiban dan mencegah timbulnya anarki.
Monopoli, Negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama
dari masyarakat.

B. Bentuk Negara

a. Negara kesatuan (Unitarisme)


Negara yang merdeka dan berdaulat, dimana kekuasaanya atau pemerintahnya
berada di Pusat.
b. Bentuk Negara Kesatuan.
c. Negara dengan sistem Sentralisasi
Segala sesuatu dalam negara diatur langsung oleh pemerintah pusat
dampak positif:
 Berlakunya peraturan yang sama di setiap wilayah Negara.
 Penghasilan daerah dapat digunakan untuk keperluan seluruh Negara.

C. Unsur Negara

a. Konstitutif: Negara meliputi wilayah udara, darat, perairan, rakyat, dan pemerintah
yang berdaulat.
b. Wilayah: Batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian dengann negara
lain. Perjanjian itu disebut Perjanjian Internasional, Perjanjian dua negara disebut
Perjanjian Bilateral, sedangkan apabila dilakukan banyak negara disebut Perjanjian
Multilateral.
c. Rakyat: Harus ada orang yang berdiam di negara tersebut dan untuk menjalankan
pemerintah.
d. Pemerintah: Negara harus mempunyai suatu badan yang berhak mengatur dan
berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat rakyatnya.

3
D. Syarat Menjadi Warga Negara Indonesia
Status kewarganegaraan juga dapat diperoleh melalui pewarganegaraan. Berdasarkan
UU Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 9, berikut syarat untuk memperoleh kewarganegaraan
Indonesia melalui pewarganegaraan:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Ada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

E. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya
seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
kelahiran, pewarganegaraan, pengangkatan anak, pemberian oleh negara terhadap
seseorang yang berjasa, atau karena alasan kepentingan negara. Setiap negara mempunyai
kebebasan menentukan pihak yang menjadi warga negaranya melalui penentuan asas
kewarganegaraan yang hendak diterapkan. Dilihat dari segi kelahiran, terdapat dua asas
kewarganegaraan untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang.
a. Asas Ius Soli (Law of The Soli) Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan Negara tempat kelahiran. , ius soli adalah penentuan status
kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi,
seseorang dapat menjadi warga negara dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang
menganut asas kewarganegaran ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina,
Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El
Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
b. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) Penentuan Kewarganegaraan berdasarkan
keturunan/kewarganegaraan orang tuanya. ius sanguinis adalah asas
kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan
seseorang mendapat warga negara jika orang tuanya adalah warga negara suatu

4
negara. Misalkan seseorang yang lahir di Indonesia, namun orang tuanya memiliki
kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapat kewarganegaraan dari orang
tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara China, Bulgaria,
Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani,
Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia,
Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol,
Swedia, Turki, dan Ukraina.

2.2. Pengertian Hukum


Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di dalamnya terdapat norma-norma dan
sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku manusia, menjaga ketertiban
dan keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.
Ada juga yang mengatakan bahwa definisi hukum adalah suatu peraturan atau
ketentuan yang dibuat, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, dimana isinya mengatur
kehidupan bermasyarakat dan terdapat sanksi/ hukuman bagi pihak yang melanggarnya.
Keberadaan hukum bertujuan untuk melindungi setiap individu dari
penyalahgunaan kekuasaan serta untuk menegakkan keadilan. Dengan adanya hukum di
suatu negara, maka setiap orang di negara tersebut berhak mendapatkan keadilan dan
pembelaan di depan hukum yang berlaku.
Pengertian hukum menurut para ahli:
a. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum adalah semua kaidah dan
asas yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dimana tujuannya untuk
memelihara ketertiban yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
b. J.C.T. Simorangkir
Menurut J. C. T. Simorangkir, pengertian hukum adalah segala peraturan yang bersifat
memaksa dan menentukan segala tingkah laku manusia dalam masyarakat, yang dibuat
oleh suatu lembaga yang berwenang.
c. S. M. Amin
Menurut S. M. Amin, pengertian hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi dimana tujuannya untuk mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia dalam suatu masyarakat, sehingga ketertiban dan keamanan terjaga
dan terpelihara.
d. Plato

5
Menurut Plato, pengertian hukum adalah seperangkat peraturan-peraturan yang tersusun
dengan baik dan teratur dimana sifatnya mengikat, baik terhadap hakim maupun
masyarakat.

e. E. M. Meyers
Menurut E. M. Meyers, pengertian hukum adalah aturan-aturan yang di dalamnya
mengandung pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam sebuah masyarakat dan menjadi acuan atau pedoman bagi para penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.

a). Ciri-ciri dan Sifat Hukum


Agar dapat mengenal hukum lebih jelas, maka kita perlu mengenal ciri dan sifat dari hukum
itu sendiri.
Ciri hukum adalah adanya perintah atau larangan, perintah atau larangan itu harus dipatuhi
setiap orang.
Agar tata tertib dalam masyarakat dapat dilaksanakan dan tetap terpelihara dengan baik,
perlu ada peraturan yang mengantur dan memaksa tata tertib itu untuk ditaati yang
disebutkaidah hukum. Dan kepada barangsiapa yang melanggar baik disengaja atau tidak,
dapat dikenai sangsi yang berupa hukuman. Akan tetapi ternyata tidak setiap orang mau
menaati kaidah hukum tersebut, oleh karena itu agar peraturan hidup itu benar-benar
dilaksanakan dan ditaati, maka perlu dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian
hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Sehingga hukum menjadi peraturan hidup
yang dapat memaksa orang untuk menaati serta dapat memberikan sangsi tegas terhadap
setiap orang yang tidak mau mematuhinya.
b). Sumber-sumber Hukum
lalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang
memaksa, yang kalau dilanggar dapat mengakibatkan sangsi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi formal dan segi material.
Sumber hukum material dapat kita tinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya dari sudut politik,
sejarah, ekonomi dan lain-lain.
Sedangkan sumber hukum formal antara lain ialah :
1). Undang-undang (Statute)
Ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat, diadakan
dan dipelihara oleh penguasa negara;

6
2). Kebiasaan (Costum)
Ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama dan
diterima oleh masyarakat. Sehingga tindakan yang berlawanan dianggap sebagai pelanggaran
perasaan hukum.

3). Keputusan-keputusan hakim (Yurisprudensi)


Ialah keputusan hakim terdahulu yang sering dijadikan dasar keputusan hakim kemudian
mengenai masalah yang sama.
4). Traktat (Treaty)
Ialah perjanjian antara dua orang atau lebih mengenai sesuatu hal, sehingga masing-masing
pihak yang bersangkutan terikat dengan isi perjanjian tersebut.

c). Pembagian Hukum


1) Menurut “sumbernya” hukum dibagi dalam :
 Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
 Hukum Kebiasaan, yaitu hukum yang terletak pada kebiasaan (adat).
 Hukum Traktat, ialah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara dalam suatu
perjanjian antar negara.
 Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2) Menurut “bentuknya” hukum dibagi dalam:


 Hukum tertulis, yang terbagi lagi atas :
hukum tertulis yang dikodifikasikan ialah hukum tertulis yang telah dibukukan
jenis-jenisnya dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.
hukum tertulis tak dikodifikasikan.
Hukum tak tertulis.

3) Menurut “tempat berlakunya” hukum dibagi dalam:


 Hukum Nasional ialah hukum dalam suatu negara. Hukum Internasional ialah
hukum yang mengatur hubungan internasional.
 Hukum Asing ialah hukum dalam negara lain.
 Hukum gereja ialah norma gereja yang ditetapkan untuk anggota- anggotanya.

4) Menurut “waktu berlakunya” hukum dibagi dalam:


 Ius Constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku sekarang hagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

7
 Ius Constituendum ialah hukum yang diharapkan akan berlaku di waktu yang
akan datang.
 Hukum Asasi (hukum alam) ialah hukum yang berlaku dalam segala bangsa di
dunia.

5) Menurut “cara mempertahankannya” dibagi dalam :


 Hukum material ialah hukum yang memuat peraturan yang me!lgatur kepentingan
dan hubungan yang berwujud perintah- perintah dan larangan- iurangan.
Contoh : Hukum Perdata, dan lain-lain. Oleh karena itu, bila kita berbicara Hukum Pidana
atau Perdata, maka yang dimaksud adalah Hukum Pidana atau Perdata material.

 Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara) ialah hukum yang memuat
peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material atau peraturan yang mengatur bagaimana cara-
caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana caranya
hakim memberi putusan.
Contoh : Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.
6) Menurut ‘”sifatnya'” hukum dibagi dalam :
 Hukum yang memaksa ialah hukum yang dalam keadaan bagaimana harus dan
mempunyai paksaan mutlak.
 Hukum yang mengatur (pelengkap) ialah hukum yang dapat dikesampingkan,
apabila pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
perjanjian.

7) Menurut ‘”wujudnya” hukum dibagi dalam


 Hukum Obyektif ialah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan
tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
 Hukum Subyektif ialah hukum yang timbul dari hubungan obyektif dan
berlaku terhadap seseorang tertentu atau lehih. Kedua jenis hukum ini jarang
digunakan.

8) Menurut ‘”isinya'” hukum dibagi dalam :


 Hukum Privat (Hukum Sipil) ialah hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lainnya, dan menitik beratkan pada kepentingan
perseorangan.
 Hukum Publik (Hukum Negara) ialah hukum yang mengatur hubungan antara
negara dan alat perlengkapan atau negara dengan warganegaranya.

D. Pemerintah

8
Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah,
maka negara tidak ada yang mengatur. Karena Pemerintah merupakan roda negara, maka
tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.
Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan
pemerintahan, seakan-akan keduanya adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.
Untuk membedakan kedua istilah tersebut, maka istilah tersebut harus kita bedakan
dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Pemerintahan dalam arti luas : Segala kegiatan atau usaha yang terorganisir,
bersumber pacta kedaulatan dan berlandaskan dasar negara, mengenai rakyat/penduduk dan
wilayah (negara itu) demi tercapainya tujuan negara. Segala tugas, kewenangan, kewajiban
negara yang harus dilaksanakan menurut dasar-dasar tertentu (suatu negara) demi tercapainya
tujuan negara.
Kalau kita mengikuti pemisahan kekuasaan Montesquieu, maka meliputi bidang
legislatif, eksekutif, yudikatif. Kalau kita mengikuti Vollenhoven maka meliputi bidang
wetgeving, rechtspraak, politie, bestuur.
Pemerintahan dalam arti sempit:

 Kalau kita mengikuti Montesquieu, maka hanyalah tugas, kewajiban dan kekuasaan
negara di bidang eksekutif.
 Kalau kita mengikuti Vollenhoven, kekuasaan negara di bidang bestuur.

Mengikuti pengertian pemerintahan dalam arti luas dan sempit tersebut, maka:
Pemerintah dalam arti luas :
Adalah menunjuk kepada alat perlengkapan negara seluruhnya (aparatur negara) sebagai
badan yang melaksanakan seluruh tugas/kekuasaan negara atau melaksanakan pemerintahan
dalam arti luas.
Pemerintah dalam arti sempit :
Adalah hanya menunjuk kepada alat perlengkapan negara yang melaksanakan
pemerintahan dalam arti sempit.
Di dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan dengan tegas, bahwa Presiden adalah
penyelenggara pemerintahan yang tertingi di bawah Majelis (MPR adalah pemegang
kekuasaan tertinggi). Hal ini berarti bahwa Presiden bertanggung jawab dan berkuasa
menjalankan pemerintahan negara. Untuk itu Presiden menunjuk para Menteri sebagai
pembantunya. Para menteri ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap Presiden dalam
menentukan politik negara mengenai departemennya. Presiden dan para Menteri inilah
Pemerintah alam arti sempit.

9
Walaupun demikian, teori Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan ini tidak
sepenuhnya dianut di Indonesia. Karena teori ini mengajarkan bahwa masing-masing bidang
kekuasaan ini berdiri sendiri-sendiri dan tidak mencampuri urusan bidang lainnya. Sedangkan
menurut UUD 1945, Indone- sia menganut sistem pembagian kekuasaan (bukan pemisahan),
sehingga dapat terjadi satu bidang tugas dilakukan oleh lebih dari satu alat perlengkapan
negara. Atau sebaliknya, satu alat perlengkapan negara melaksanakan lebih dari satu bidang
tugas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wargaNegara
dianggap sebagai sebuah komunitas yang membentuk negara berdasarkan perundang-
undangan atau perjanjian-perjanjian dan dan mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya. Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu
yakni sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan
social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran :ius soli (asas kelahiran), Ius
sanguinis  (asas keturunan)  kemudian di dalam Masalah kewarganegaraan yaitu apatride,
bipatride,  dan multipatride. Adapun Cara untuk memperoleh kewarganegaraan yaitu unsur
darah keturunan (ius sanguinis), unsur daerah tempat kelahiran (ius soli), unsur
pewarganegaraan (naturalisasi).
Hukum adalah aturan yang timbul dalam masyarakat, berupa perintah dan larangan, yang
dibuat oleh lembaga berwenang,dengan melalui proses untuk mewujudkannya, guna
mengatur kehidupan manusia kearah kebenaran, yang bersifat tegas, memaksa, dengan sanksi
didalamnya dan harus dipatuhi oleh semua masyarakat tanpa kecuali.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai