DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPUH :
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa salawat beserta salam kami
hanturkan kepada baginda Muhammad Saw.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasionalisme merupakan paham untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air yang
berdasarkan persamaan sejarah kemudian bergabung menjadi satu untuk mempertahankan
dan loyalitas kepada bangsa dan negara. Nasionalisme juga bisa digunakan sebagai alat
pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina).
Nasionalisme Arab di mulai semenjak berlangsungnya perjanjian “Pakta Bagdad”
antara Mesir, Syiria dan Iraq. Pada mulanya bertujuan untuk mencegah bahaya komunisme
Soviet di Timur Tengah dan Asia. Kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Republik
Persatuan Arab (RPA) pada tahun 1958 oleh Nasser dan Syiria. Dalam mewujudkan gagasan
nasionalisme Arab, dia melakukan serangkaian usaha seperti; membenahi pembangunan
dalam negeri, menasionalisasi terusan Suez, menasionalisasi perusahaan asing dan swasta,
dan membangun Aswan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses nasionslisme arab?
2. Apa peran liga arab dalam nasionalisme arab?
3. Seperti apa wujud liga afrika di timur tengah?
C. Tujuan
Tujuaan dari makalah ini dapat di jabarkaaan sebagai berikut:
1. Membahas tentang nasionalisme arab
2. Wujud kerjs liga arab di wilayah timur tengah
3. Peran serta fungsi liga afrika di timur tengah
BAB II
PEMBAHASAN
A. NASIONALISME ARAB
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan
demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam
terhadap bangsa itu sendiri.
B. LIGA ARAB
Pan Arabisme adalah sebuah paham atau gerakan penyatuan bangsa-bangsa dan
negara dunia Arab, dari Samudera Atlantik sampai ke Laut Arab. Pan Arabisme ini berkaitan
erat dengan budaya nasionalime bangsa Arab dan menegaskan bahwa bangsa Arab
merupakan satu kesatuan dalam sebuah bangsa. Terdapat banyak organisasi di dunia baik
yang berskala daerah, nasional, regional bahkan internasional. Salah satu organisasi yang
bergerak dalam bidang kebangsaan tersebu tadalah League of Arab States atau Liga Arab.
Pan Arabisme dan pengaruhnya terhadap peran Liga Arab menjadi menarik untuk dikaji
karena Pan-Arabisme sebagai sebuah gerakan nasionalis ini memberikan warna tersendiri
dalam organisasi Liga Arab. Cita-cita persatuan negara-negara di Timur Tengah pun semakin
kuat digencarkan. Semakin menarik ketika Kerajaan Inggris Raya mendorong dan menjamin
pembentukan persatuan negara-negara Arab (Pan Arabia) walaupun tujuan utamanya tidak
semanis jaminan-jaminannya karena sarat dengan pengkhianatan. Perkembangan selanjutnya,
ketika Liga Arab telah terbentuk bagaimana peranan- peranan dari Liga Arab terhadap
penyelesaian konflik di wilayah kaya minyak ini. khususnya dalam konflik Israel-Palestina
dan Suriah masih menjadi salah satu tandatanya besar dan hendak penulis paparkan pada
pembahasan selanjutnya.
Pembentukan Liga Arab didasari pada kesadaran Kerajaan Inggris Raya bahwa
persatuan negara-negara Arab (Pan Arabia) di awal abad ke 20 merupakan hal yang sangat
penting. Tujuan utama Inggris adalah untuk memimpin gerakan melawan Kekaisaran
Ottoman di Turki pada Perang Dunia I. Janji-janji pun terus dilancarkan oleh Inggris kepada
negeri Arab, sebuah persatuan kerajaan Arab dibawah kekuasaan Sheriff Hussein di Mekkah
dijanjikan oleh Inggris untuk menjangkau seluruh jazirah Arab namun janji-janji tersebut
dimentahkan sendiri oleh Inggris setelah memenangkan peperangan.
Ketika meletus Perang Dunia II, Inggris sekali lagi membutuhkan bantuan Arabdan
menyebarkan paham Arabisme dengan janji akan membentuk formasi awal Liga Arab. Akan
tetapi, kebanyakan intelektual Arab percaya bahwa sebenarnya Inggris tidak ingin
membentuk Liga Arab demi persatuan Arab, sebaliknya ingin menggunakan organisasi
tersebut untuk mencegah persatuan negara-negara Timur Tengah. (Azhari, 2013). Pemerintah
Mesir mengajukan sebuah proposal pembentukan organisasi yang nyata pada tahun 1943.
Perjanjian yang asli menyebutkan bahwa sebuah organisasi regional terdiri dari negara
berdaulat yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan penuh untuk semua negara-
negara Arab dan untuk mencegah kaum Yahudi di Palestina.
Liga Arab didirikan pada 22 Maret 1945 oleh tujuh negara. Dalam piagamnya
dinyatakan bahwa Liga Arab bertugas mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, kebudayaan,
kewarganegaraan, sosial, dan kesehatan. Pembentukan Liga Arab didasarkan pada
Pact of The League of Arab States. Fakta inilah yang kemudian menjadi sebuah konstitusi
dasar bagi organisasi Liga Arab. Negara-negara anggota pertama yang
juga sebagai penandatangan Pakta Liga Arab 1945 adalah Mesir, Irak, Transjordan (tahun
1946 berubah menjadi Yordania), Lebanon, Arab Saudi dan Suriah.
Berdasarkan Pasal 2 Pact of The League of Arab States, fungsi dan tujuan utama Liga
Arab adalah:“Menjaga hubungan baik diantara negara-negara Arab dan mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan politik negara anggota, melindungikemerdekaan dan kedaulatan negara,
dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan Arab.” Didalam bidang hukum tujuan dan
fungsi Liga Arab adalah:
Pan Arabisme atau qaumiyyah adalah suatu ideologi yang berkembang diwilayah
Timur Tengah pada tahun 1918. Ideologi ini memandang bangsa Arab sebagai sebuah bangsa
dan kebangsaan tersebut merupakan dasar dari politik. Ideologi ini berkembang seiring
dengan kelahiran konsep nasionalisme di Eropa. Semakin lama, semakin banyak pemikir
sekuler, Abdul Al-Rahman Al-Kawakibi seorang pemikir dari Arab mengajukan sebuah
‘kekhalifahan’ di Mekkah namun fungsinya berbeda dengan kekhalifahan kuno hanya sebuah
tempat administrative sebagai pusat kebangkitan Islam. Banyaknya pemikir-pemikir Sekuler
dan Kristen terhadap ide kebangkitan Arab tersebut, perlahan ide Arabisme menjadi
tersekulerisasi. Walaupun Arab masih identik dengan Islam, namun yang ditekankan adalah
rasa kebangsaan bukanlah ikatan agama. (Widhiyoga, t. Tahun: 7)
Pan Arabisme ini kemudian terwujud dalam sebuah wadah Liga Arab. Liga Arab
berangkat dari sebuah kesadaran untuk penyatuan negara-negara Arab dalam satu bangsa dan
kebangsaan tersebut perlu diwujudkan. Dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah dari
Konflik Isarel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun hingga isu paling kontemporer
yaitu konflik Suriah perlu mendapatkan perhatian dari Liga Arab karena keduanya
merupakan anggota dari Liga Arab (dalam hal ini Palestina adalah pengecualian walaupun
bukan negara berdaulat tetapi masuk dalam keanggotaan).
Berikut adalah peran Liga Arab dalam penyelesaian konflik di daerah Timur Tengah,
sebagai berikut:
a. Peran Liga Arab dalam Penyelesaian Konflik Israel-Palestina
“Pemerintah Inggris menyetujui didirikannya sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di
Palestina, dan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk melancarkan pencapaian tujuan ini,
setelah dipahami secara jelas bahwa tidak akan dilakukan sesuatu yang dapat merugikan
hak-hak sipil dan hak-hak keagamaan komunitas non Yahudi yang ada di Palestina, atau
hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh setiap bangsa Yahudi di negara lain” (Bakar,
2008).
Liga Arab sebagai sebuah wadah yang mempunyai tujuan untuk kemerdekaan bagi
negara-negara Arab seharusnya menjadi sebuah harapan untuk menjadi penengah dalam
konflik yang telah berlangsung lama tersebut. Walaupun dapat dipahami ketika konflik ini
mulai bergulir yaitu pada tahun 1948, Liga Arabmasih sangat muda untuk mengatasi masalah
yang krusial tersebut, usianya padasaat itu adalah 3 tahun.
Banyak peran yang masih bisa untuk dilakukan. Sampai saat ini, Liga Arab masih
berperan dalam membantu penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel. Tidak hanya itu,
Liga Arab juga telah memainkan peran dalam meningkatkan konsolidasi dan kerja sama di
bidang ekonomi, sosial, dan budaya di antara negara-negara Arab. Salah satu peran yang bisa
dilihat adalah keputusan Liga Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Beirut, Maret 2002.
(KTT Liga Arab di Beirut memutuskan mendukung perjuangan rakyat Palestina).
PBB merupakan bagian dari kuartet penengah bersama Amerika Serikat, UniEropa
dan Rusia, tetapi AS telah mengambil peran menonjol dalam proses perdamaian itu padahal
Liga Arab mempunyai andil yang sangat besar dalam menyikapi konflik yang terjadi di
wilayah regionalnya. Maka dari itu, demi tercapainya cita-cita Pan Arabisme dan Liga Arab
sebagai wadahnya harus lebih intensif dalam penyelesaian konflik.
Peran liga Arab dalam penyelesaian konflik Suriah dilansir dalam media Antara
News (25/4) menyatakan bahwa pemerintah Suriah, Rabu (24/4), menolak peran apa pun
oleh Liga Arab dalam penyelesaian krisis di negerinya, dan menyatakan Damaskus akan
berhubungan dengan Utusan Gabungan PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi hanya sebagai
wakil PBB. "Suriah telah bekerjasama dengan Brahimi dan akan terus melakukan itu dalam
konteks dia hanya sebagai utusan PBB, sebab Liga Arab memihak persekongkolan melawan
Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Suriah, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
Dalam Konflik Suriah, aktor utama dari dari konflik ini adalah FSA da rezim Assad.
Keterlibatan aktor-aktor di luar mereka berdua ini pun beragam. Mulai dari negara-negara,
organisasi internasional kelas global seperti PBB, dan juga organisasi regional Timur-Tengah
seperti Liga Arab. Tingkat keterlibatan mereka pun berbeda-beda, ada yang terang-terangan
berkata akan membantu, ada yang membantu dalam diam, ada yang memberi bantuan uang,
ada yang memberi bantuan military-advisors, dan bantuan dalam bentuk lainnya.
Peran Liga Arab sebagai organisasi regional sebenarnya sangat diharapkan dalam
penyelesaian konflik ini. Namun demikian, kewenangan yang terbatas membuat Liga Arab
seakan mandul dalam membantu Suriah menemukan jalan keluar dari konflik
berkepanjangan yang mereka hadapi. Peran Liga Arab mulai muncul ketika pada konferensi
terakhir di Doha, Qatar, Liga Arab memberikan kursi perwakilan Suriah kepada pihak
oposisi, bukannya kepada rezim Assad yang secara administratif masih memiliki legitimasi
sebagai pemerintahan di Suriah. Hal ini lalu menggiring pada pertanyaan menarik mengenai
apa sebenarnya motif di balik sikap Liga Arab tersebut. (Middle East Studies Indonesia,
2013).
Maka dalam hal ini Liga Arab seperti tidak punya power untuk memaksaa taupun
mengintervensi masalah ini. Akibatnya, mereka hanya nampak seperti penonton saja. Liga
Arab hanya bisa bertindak di luar konflik dan di luar Suriah. Tidak bisa memberikan dampak
langsung pada kondisi di dalam Suriah. Berdasarkan hal tersebut, cita-cita Pan Arabisme dan
Suriah sebagai anggota Liga Arab perlu adanya pertimbangan dari anggota Liga Arab yang
lainnya dalam penyelesaian konflik agar tidak lebih berkepanjangan dan semua cita Pan-
Arabisme tercapai. Liga Arab yang terdorong dari cita-cita Pan-Arabisme untuk menyatukan
negara Arab menjadi satu kesatuan nampaknya tidak mulus dalam perjalanannya karena
wilayah Timur Tengah, negeri kaya minyak ini seakan digoyahkan dengan banyak konflik.
Hal ini menyadarkan kita bahwa dalam mencapai persatuan dan kesatuan banyak harga yang
harus dibayar. Tapi dengan penyelesaian dengan dialog, perundingan akan lebih baik agar
tidak lebih banyak lagi korban berjatuhan.
C. LIGA AFRIKA
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini saya berharap pembaca lebih bisa memahami dan
memberikan saran atau kritik atas pembuatan makalah tentang periodisasi sejarah. Saran dan
kritik dari pembaca sangat diharapkan agar dalam proses pembuatan makalah selanjutnya
akan sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Middle East Studies Indonesia. (2013). Liga Arab dan Konflik Suriah.
http://middleeastindonesia.wordpress.com/2013/06/10/resume-diskusi-liga-arab-dan
http://www.antaranews.com/berita/371174/suriah-tolak-peran-liga-arab-dalam
Widhiyoga, G. T. Tahun. Pengaruh Pan Arabisme terhadap Efektivitas Liga Arab. Jurnal
Ilmiah
https://sejarahmula.blogspot.com/2017/02/sejarah-nasionalisme-asia-afrika.html