Anda di halaman 1dari 38

Analisis Jurnal

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Aljabar Dasar

Dosen Pengampu :
Drs. Hendra Syarifuddin, M.Si, Ph.D

DISUSUN OLEH:

Stevano Dian Sakti


22029048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
1. Minggu Ke-1

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VII SMPNEGERI


Judul Jurnal 12 HALMAHERA UTARA DALAMMENYELESAIKAN
SOAL OPERASI BENTUK ALJABAR
Peneliti Karmila Imran,Yahya Hairun, dan Mustafa A. H. Ruhama
Volume, No, Halaman Volume 2, No. 1,Halaman 87-95
Tahun 2022
http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/matematika/article/view/
Link Download 4131

Komponen Analisis Ulasan


Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pada materi operasi bentuk aljabar. Pengumpulan data
kesalahan siswa menggunakan teknik observasi, tes, wawancara,
dan dokumentasi. Instrumen tes yang digunakan adalah 4 butir
soal tentang operasi bentuk aljabar yang telah divalidasi. Data
yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan cara

Rangkuman isi Jurnal direduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Subjek


penelitian adalah siswa kelas VIISMP Negeri 12 Halmahera
Utarasebanyak 18 siswa yang mengikuti proses penelitian,
kemudian dipilih 3 siswa sebagai perwakilan subjek penelitian
berdasarkan kategori kesalahan siswa untuk diwawancarai. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kesalahan siswa kelas VII
SMP Negeri 12 Halmahera Utara dalam mempelajari materi
operasi bentuk aljabar adalah kesalahan operasi.

Solusi dan Saran -

Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini diperoleh


bahwa kesalahan siswa kelas VII SMP Negeri 12 Halmahera
Utara pada materi operasi bentuk aljabar. Terlihat bahwa siswa
mengalami kesalahan operasi. Berdasarkan uraian dan kesimpulan
sebelumnya, maka diharapkan
1. Kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII
diharapkan agar lebih memperbanyak soal latihan agar siswa
lebih memahami masalaha apa yang diajarkan untuk
menyederhanakan pembagian aljabar serta mampu melaksanakan
prosedur untuk mendapat solusi dari masalah untuk
menyelesaikan masalaha bentuk aljabar
2. Kepada siswa diharapkan
a. Lebih giat dan tekun dalam mengikuti proses belajar
mengejar serta melatih kemampuannya dalam menyelsaikan soal
bentuk aljabar
b. Lebih teliti dan tenang dalam menyelesaikan soal
c. Lebih memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
3. Kepada peniliti diharapkan dengan adanya penilitian ini,
perlu ditingkatkan lagi dalam mengekplorasi kesalahan siswa
dalam menyelsaika soal bentuk aljabar.
2. Minggu Ke-2

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA SMP


Judul Jurnal PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER
Peneliti Gatot Bagus Saputro" dan Helti Lygia Mampouw
Volume, No, Halaman Volume 5, No 1, Halaman 77-90
Tahun 2018
https://ejournal.bbg.ac.id/numeracy/article/view/325/297
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Kemampuan berpikir aljabar siswa perlu dikembangkan
melalui pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana kemampuan berpikir aljabar siswa
SMP ditinjau perbedaan gender. Subjek terdiri dari 6 siswa
masing-masing dua dari kemampuan matematika tinggi, sedang,
dan rendah. Pengumpulan data menggunakan soal tes, pedoman
wawancara dan dokumentasi. Soal tes berbentuk soal cerita materi
persamaan linear satu variabel. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua subjek berkemampuan tinggi dan subjek laki-laki
Rangkuman isi Jurnal
berkemampuan sedang yang memenuhi indikator berpikir aljabar.
Subjek laki-laki berkemampuan matematika tinggi lebih menonjol
pada indikator Aljabar sebagai bahasa matematika, subjek
perempuan berkemampuan matematika tinggi lebih menonjol
pada indikator aljabar sebagai bentuk generalisasi aritmati dan
subjek laki- laki berkemampuan matematika sedang lebih
menonjol pada indikator kemampuan representasi. Perbedaan
kemampuan matematika dan gender dapat digunakan dalam
memetakan kemampuan berpikir aljabar siswa.
Solusi dan Saran Merujuk dari deskripsi diatas perlu dibuat sebuah solusi untuk
meningkatkan kemapuan berpikir siswa agar kedepannya semua
siswa memiliki kemapuan berpikir aljabar yang baik dan
mengingat betapa pentingnya aljabar dalam pembelajaran
matematika. Oleh karena itu, guru perlu mengenalkan aljabar
secara dini kepada siswa dan membiasakan siswa berpikir aljabar,
sehingga siswa lebih mampu untuk mengeaplikasikan aljabar
pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tiga subjek laki- laki dan tiga
subjek perempuan yang memiliki kemampuan matematika tinggi,
sedang, dan rendah memiliki kemampuan berpikir aljabar yang
berbeda-beda. Subjek dengan kemapuan matematika tinggi

Kesimpulan kemampuan berpikir aljabarnya lebih baik dari subjek dengan


kemampuan matematika lainnya. Sedangkan kemampuan berpikir
aljabar subjek laki- laki juga lebih baik dari pada subjek
perempuan. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir aljabar pada siswa SMP pada
materi persamaan linear satu variabel ditinjau berdasarkan gender.
3. Minggu Ke-3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN
Judul Jurnal KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN PERSAMAAN
DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK DI KELAS X
MIA 5 SMA NEGERI 1 PALU
Peneliti Hindi Muchayarah", Anggraini", Dasa Ismaimuza
Volume, No, Halaman Vol. 8 No. 2,Halaman 180-190
Tahun 2020
Link Download http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jpmt/article/view/573
Komponen Analisis Ulasan
Rangkuman isi Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan persamaan dan
pertidaksamaan nilal mutlak menggunakan definisi di kelas X
MIA 5 SMA Negeri 1 Palu. Penelitian ini adalah penelitian.
tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan
McTaggart yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
dan refleksi Penelitian ini dilakukan dalam dua suklus. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan persamaan dan
pertidaksamaan nilai mutlak menggunakan cefinisi, yaitu: 1)
mempersiapkan siswa dan menyampaikan tujuan, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan
mempersiapkan siswa untuk belajar, 2) menyajikan informasi,
peneliti memberikan motivasi dengan menekankan bahwa materi
yang akan dipelajari sangat penting, menjelaskan cara kerja
tongkat serta Instrument musik can menginformasikan tentang
materi yang dipelajari 33 mengorganisir siswa ke dalam tim-tim
belajar, pereiiri membentuk 7 kelompok helajar yang terdiri dari 5
sampai 6 siswa setiap kelompok, 4) membantu kerja tim dan
belajar, peneliti membagikan LKPD pada tiap-tap kelompok,
menjelaskan cara kerja LKPD dan menegaskan untuk saling
bekerja sama cengah teman-teman kelimpoknya, 5)
mengevaluasi, peneliti menjalankan tongkat secare estafet dengan
bantuan instrumen musik dan memberikan pertanyaan kepada
siswa pemegang tongkat saat musik diberherzan, dan 6)
memberikan pengakuan atau penghargaan, peneliti memberikan
penghargaan kepada kelompok terbaik berupa pujian dan hadiah
yang such disiapkan.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang
dapat peneliti berikan yaitu, 1) penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick pada pembelajaran dikelas dapat
menjadi satu alternatif untuk membuat suasana belajar
matematika menjadi lebih asyik. siswa diajak untuk belajar sambil
Solusi dan Saran
bermain. 2) saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick, diharapkan lebih dapat memperhatikan pengaturan
waktu dan kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan rencana pelaksanaan model ini memerlukan waktu yang
cukup banyak.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe talking stick dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas X
MIA 5 SMA Negeri 1 Palu pada materi menyelesaikan persamaan
dan pertidaksamaan nilai mutlak menggunakan definisi dengan
menerapkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe tulking
stick yaitu: 1) mempersiapkan siswa dan menyampaikan tujuan,
peneliti melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran secara lisan 2) menyajikan informasi, peneliti
memotivasi siswa dengan menekankan bahwa materi yang akan
dipelajari sangat penting, menyiapkan sebuah tongkat serta
menginstruksikan cara kerja tongkat serta instrumen music dan
menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari, 3)
mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar, guru
mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, siswa
dikelompokkan dalam 7 kelompok belajar yang terdiri dari 5
sampai 6 orang siswa, 4) membantu kerja tim dan belajar, peneliti
membagikan LKPD kemudian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membaca, mempelajari materi dan mengerjakan
LKPD. Setelah selesai peneliti mengumpulkan LKPD, 5)
mengevaluasi, peneliti mengambil tongkat dan menjalankan
tongkat secara estafet dengan bantuan instrument musik,
kemudian peneliti mematikan music dan memberikan pertanyaan
kepada siswa, pemegang tongkat serta memberikan hukuman jika
siswa tidak dapat menjawab dengan benar selain itu peneliti
meminta tanggapan kepada siswa lain atas jawaban siswa
pemegang tongkat dan kemudian guru bersama siswa membuat
kesimpulan, dan 6) memberikan pengakuan kepada kelompok
terbaik berupa pujian dan hadiah.

4. Minggu Ke-4

PENDEKATAN GEOMETRIS YANG MELIBATKAN


Judul Jurnal SEJARAH MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN
PENYELESAIAN PERSAMAAN KUADRAT
Peneliti Achmad Dhany Fachrudin', Intan Bigita Kusumawati
Volume, No, Halaman Volume 5, No.1, Halaman 90-97
Tahun 2018
https://jurnal.uns.ac.id/jpm/article/view/26032
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
seperangkat desain instruksional, kami menyebutnya Local
Instruction Theory (LIT), untuk menyelesaikan persamaan
kuadrat berdasarkan pendekatan geometri yang melibatkan
Rangkuman isi Jurnal sejarah matematika. Selain itu, kami akan menjelaskan tentang
saat ini pendekatan geometri dapat membantu siswa dalam
memahami konsep persamaan kuadrat. Penelitian ini dilakukan di
SMPN 1 Krian, kota Sidoarjo, Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian desain yang
terdiri dari tiga tahap utama, yaitu desain pendahuluan,
eksperimen pengajaran, dan analisis retrospektif. Kegiatan
pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan dalam
penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu melakukan
manipulasi geometri untuk menyelesaikan masalah,
Menggunakan metode geometri Babilonia untuk menyelesaikan
masalah, dan menghubungkan masalah geometri dengan aljabar
saat ini. pilot eksperimen, secara umum siswa dapat memahami
ide penyelesaian persamaan kuadrat melalui manipulasi geometri.
Namun, kami menemukan bahwa siswa dengan kemampuan
matematika rendah mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran hingga kegiatan terakhir yang kami rancang.
Secara umum, mengintegrasikan sejarah matematika dalam
kegiatan pembelajaran sangat direkomendasikan, dimana hal ini
sejalan dengan pernyataan (Fauvel & Van Maanen, 2000; Fauvel,
1991; Radford & Guerette, 2000; Yuste, 2010). Di sisi lain kami

Solusi dan Saran merekomendasikan bahwa penelitian serupa akan dilakukan untuk
topik pembelajaran lainnya. Semoga, ini dapat membantu dan
memperkaya referensi guru dalam merggunakan sejarah
matematika dalam pembelajaran.

Kesimpulan Pemahaman siswa terhadap konsep penyelesaian persamaan


kuadrat dapat dibentuk dengan memberikan permasalahan dan
manipulasi geometri. Pada proses pembelajaran melalui aktivitas
yang telah dikembangkan, pemahaman siswa berkembang dari
tahap informal, yaitu pemahaman pada permasalahan manipulasi
bentuk geometri melalui metode naïve geometry, menuju pada
tahap formal yaitu pada bentuk aljabar persamaan kuadrat dan
penyelesaiannya berdasarkan konsep melengkapkan bentuk
kuadrat. Melalui ide manipulasi geometris pada metode naive
geometry, mendukung siswa untuk melakukan operasi simbolis
yang bermakna karena mereka telah akrab dengan konteks yang
dilibatkan, yaitu konteks geometri, daripada permasalahan yang
berbentuk simbol aljabar. Namun, dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, ditemukan bahwa hanya siswa dengan kemampuan
matematika tinggi yang mencapai belajar objektif sampai tahap
terakhir dari tujuan pada aktivitas pembelajaran, yaitu
menemukan kembali rumus aljabar umun dalam menyelesaikan
persamaan kuadrat.
5. Minggu Ke-5

ANALISIS PROBLEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATA


Judul Jurnal PELAJARAN MATEMATIKA MATERI RELASI DAN
FUNGSI
Peneliti Ika Dzawy Rosidah, Nadya, 'Uswatun Hasanah, 'Sulistiawati
Volume, No, Halaman Halaman 56-62
Tahun 2019
https://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/view/1682
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya masalah-
masalah yang sering muncul pada saat pembelajaran di kelas,
khususnya matematika. Tujuan dari penelitian ini untuk
menyelidiki bagaimana gambaran kemampuan siswa dan
permasalaharnya dalam pembelajaran matematika materi relasi
dan fungsi. Untuk memperoleh gambaran tersebut dilakukan
penelitian dengan memberikan tes kepada peserta didik kelas VIII
Rangkuman isi Jurnal
di SMP Nusa Putra Tangerang. Subyek penelitian ini sebanyak 21
orang, dengan pengambilan data dilakukan pada bulan November
2018. Teknik analisis data herupa analisis deskripsi untuk
menjelaskan gambaran kemampuan peserta didik dan
permasalahannya pada materi relasi dan fungsi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa peserta didik masih hanyak mengalami
kesulitan dalam penguasaan materi relasi dan fungsi.

Berdasarkan simpulan diatas, maka disarankan (1) proses


pembelajaran di kelas harus menggunakan pembelajaran yang
inovatif, dan (2) sebaiknya guru matematika menyiapkan media

Solusi dan Saran pembelajaran yang mendukung sebelum kegiatan belajar


mengajar dimulai. (3) pihak sekolah dan pengajar memberikan
pelatihan serta bimbingan kepada peserta didik dalam
pembelajaran matematika.

Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dijelaskan


sebelumnya, maka dapat diambil simpulan dari penelitian ini,
yakni menunjukkan bahwa peserta didik masih banyak
mengalami kesulitan dalam memahami, membedakan, dan
mengoprasikan materi relasi dan fungsi pada pelajaran
matematika. Peserta didik membutuhkan pembelajaran yang
inovatif yakni pembelajaran berpusat kepada peserta didik
(student center) serta media pembelajaran yang mendukung
peserta didik dalam belajar.
6. Minggu Ke-6

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7


Judul Jurnal PALU DALAM MENYELESAIKAN SOAL FUNGSI
KUADRAT
Peneliti Rahmat", Gandung Sugita", Nurhayadi"
Volume, No, Halaman Volume 9 No. 3,Halaman 273-280
Tahun 2022
https://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jpmt/article/view/2025
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berean
unrik mendeskripsikan jenis- jenis kesalahan yang dilakukan
siswa kelas XI SMA Negeri 7 Palu dalam menyelesaikan soal
fungsi kuadrat. Deta dikumpulkan dengan cara metode tes dan
wawancara. Subjek penelitian ini terdiri dari 2 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kesalahan konsep yang dilakukan
siswa yaitu: (1) Salah menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dari soal ditunjukkan subjek tidak menuliskan apa
yang diketan dan ditanyakan pada jawabannya (2) Salah dalam
menentukan penyelesaian dari soal ditunjukkan subjek melakukan
kesalahan dalam mensubtitusi nilai ab, dan e pada rumus dan

Rangkuman isi Jurnal salah Calam menentukan faktor dari suatu fungsi kuadrat. (3)
salah dalam menemukan jawaban akhir. (4) salah dalam
mengalikan nilai a ke rummus fungsi kuadrat. Kesalahan prinsip
yang dilakukan siswa yaitu: (1) siswa tidak memahami konsep
dan tidak menguasai materi prasyarat, siswa tidak menuliskan
rumus tink puncak dan salah dalam menentukan nilai trik puncak
suatu parabola, Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa yaitu:
(1) Tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari
soal, diunjukkan subjek tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan pada jawabannya. (2) kesalahan dalam melakukan
operasi, ditunjukkan siswa salah dalam mengerjakan soal-soal
yang diberikan (3) kesalahan prosedur tak lengkap.
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menawarkan beberapa
saran untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal tentang fungsi kuadrat yaitu: (1)
hendaknya siswa tidak menghafalkan rumus saja ketika dalam
proses pembelajaran melainkan perlu adanya usaha lebih untuk
memahami konsep dari materi, (2) dalam menyelesaikan soal
fungsi kuadrat diperlukan pendekatan tertentu untuk memudahkan
dalam memahaminya. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang
dilakukan harus dapat membantu siswa membangun
pemahamannya dengan pendekatan tersebut. Diperlukan banyak
latihan dalam berbagai variasi soal, sehingga siswa mempunyai
pengalaman belajar yang cukup pada materi ini. Dari pengalaman
tersebut siswa dapat menemukan sendiri pemahaman terkait cara
yang akan digunakan ketika mendapat sebuah soal, (3) untuk
menghindari kesalahan akibat ketidaktelitian yang juga banyak

Solusi dan Saran dilakukan oleh siswa, maka dalam menyelesaikan soal dibutuhkan
pengecekan atau pengoreksian jawaban kembali. Untuk itu, dalam
proses pembelajaran, siswa perlu membiasakan diri untuk
memeriksa kembali jawabannya. Hendaknya juga setiap tenaga
pengajar perlu menganalisis secara mendetail kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal.
Khususnya pada pembelajaran matematika agar setiap kesalahan-
kesalahan yang dilakukan tidak terulang kembali pada soal-soal
berikutnya. Analisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dapat mempermudah guru untuk menerapkan metode
pembelajaran yang tetap terhadap materi yang akan diajarkan.
Karena ditemukan banyak siswa yang melakukan kesalahan
dalam menerapkan konsep, maka perlu dilakukan penanaman
konsep terhadap materi yang diajarkan khususnya materi fungsi
kuadrat.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat


diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan
oleh siswa kelas XI Ipa 1 SMA Negeri 7 Palu dalam
menyelesaikan soal fungsi kuadrat dilihat dari objek
matematikanya adalah kesalahan konsep, kesalahan prinsip dan
kesalahan procedural. Kesalahan konsep yang dilakukan siswa
yaitu: (1) Salah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
dari soul, ditunjukkan subjek tidak menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan pada jawabannya. (2) Salah dalam menentukan
penyelesaian dari soal, ditunjukkan subjek melakukan kesalahan
dalam mensubtitusi nilai a,b, dan c pada rumus dan salah dalam
menentukan faktor dari suatu fungsi kuadrat. (3) salah dalam
menentukan jawaban akhir. (4) salah dalam mengalikan nilai a ke
rumus fungsi kuadrat. Kesalahan prinsip yang dilakukan siswa
yaitu: (1) siswa tidak memahami konsep dan tidak menguasai
materi prasyarat, siswa tidak menuliskan rumus utik puncak dan
salah dalam menentukan nilai titik puncak suatu parabola,
Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa yaitu: (1) Tidak
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal,
ditunjukkan subjek tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan pada jawabannya. (2) kesalahan dalam melakukan
operasi, ditunjukkan siswa salah dalam mengerjakan soal-soal
yang diberikan. (3) kesalahan prosedur tidak lengkap, ditunjukkan
subjek tidak memeriksa kembali jawabannya sehingga tidak dapat
memeriksa kebenaran jawabannya.
7. Minggu Ke-7

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal


Judul Jurnal Perpangkatan dan Bentuk Akar Berdasarkan Kriteria Watson
Ditinjau dari Perbedaan Gender
Peneliti Usman Mulbar, Nasrullah, dan Yulinar
Volume, No, Halaman Volume 6. No. 1,Halaman 10-24
Tahun 2022
https://ojs.unm.ac.id/imed/article/view/32231
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) jenis
kesalahan. (2) tingku kategori kesalahan, dan (3) penyebab siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal perpangkauan
dan bentuk akar berdasarkan terta Watson atjau dart perbedaan
gender. Jents penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitat. Terdapat enam subjek
penelitian yaitu tiga siswa tad-land dan tiga siswa perempuan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan da adalah
instrumen les dan pedoman wawancara Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa laki-laki cenderung melakukan
kesalahan konflik level respon dengan kategori kesalahan cukup
tinggi dimana siswa sudah berusaha dalam menyelesaikan anal
akan tetapi siswa kurang memahami konsep pengerjaan soalnya
sehingga gagal mendapatkan kesimpulan yang tepat. Selain itu,
siswa hanya menuliskan jawaban akhirnya tanpa disertai alasan
atau langkah penyelesaian yang jelas yang disebabkan karena
siswa tidak mengetahui cara yang tepat unnet mengerjakan soal.
Sedangkan siswa perempuan cenderung melakukan kesalahan
masalah hirarki keterampilan denge kategori kesalahan kecil
imena siswa kurang menguasai keterampilan dalam menghitung
beberapa operasi hitung yang terdapat dalam langkah
penyelesaian sual dan cenderung melakukan kesalahan selain
ketujuh kategori Watson dengan kategori kesalahan kecil dimana
siswa tidak menjawab soal karena siswa tidak mengetahut
langkah penyelesaian yang harus digunakan dalam pengerjaan
karena siswa jarang mengerjakan soul dengan bentuk yang
berbeda.

Solusi dan Saran -

Siswa laki-laki cenderung melakukan kesalahan konflik level


respon dengan kategori kesalahan cukup tinggi dimana siswa
sudah berusaha dalam menyelesaikan soal akan tetapi siswa
kurang memahami konsep pengerjaan soalnya sehingga gagal
mendapatkan kesimpulan yang tepat. Selain itu siswa hanya
menuliskan jawaban akhirnya tanpa disertai alasan atau langkah
penyelesaian yang Jelas yang disebabkan karena siswa tidak
mengetahui cara yang tepat untuk mengerjakan soal.

Kesimpulan Siswa perempuan cenderung melakukan kesalahan masalah


hirarki keterampilan dengan kategori kesalahan kecil dimana
siswa kurang menguasai keterampilan dalam menghitung
beberapa operasi hitung yang terdapat dalam langkah
penyelesaian soal dan cenderung melakukan kesalahan selain
ketujuh kategori Watson dengan kategori kesalahan kecil dimana
siswa tidak menjawab soal karena siswa tidak mengetahui
langkah penyelesaian yang harus digunakan dalam pengerjaan
karena siswa jarang mengerjakan soal dengan bentuk yang
berbeda.
8. Minggu Ke-8

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN
SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK
Judul Jurnal
PAIR SQUARE SHARE (TPSS) PADA POKOK BAHASAN
POLINOMIAL DI KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 50
JAKARTA
Peneliti Evar Setiyady Friyatna), Anton Neornia", Dwi Antari Wijayanti
Volume, No, Halaman Volume 3, No 1, Halaman 45-56
Tahun 2020
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpms/article/view/17406
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes kemampuan awal
pemahaman konsep matematika yang dilakukan di kelas XI IPA 3
SMA Negeri 50 Jakarta, dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong rendah,
sehingga kemampuan tersebut perlu ditingkatkan. Penerapan
pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Think Pair
Square Share (TPSS) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 50 Jakarta melalui
penerapan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran
Think Pair Square Share (TFSS). Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat
tahapar, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Pembelajaran di setiap siklus dengan menerapkan
perdekatan saintifik dengan model pembelajaran TPSS, Siswa
diberikan tes akhir siklus untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini berlangsung
dari mulan Oktober hingga November 2016 di kelas XI IPA 3
SMA Negeri 50 Jakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah
siswa di kelas sebanyak 36 orang siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan
model pembelajaran Think Pair Square Share (TPSS) dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika yang
diberikan setiap akhir siklus. Rata-rata nilai kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPA 3 pada
penelitian pendahuluan adalah 38,03, pada siklus 1 meningkat
menjadi 61,67, pada siklus II meningkat menjadi 80,18 dan pada
siklus III meningkat menjadi 92.22. Jumlah siswa yang mencapai
atau melebihi nilal 75 yang menjadi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) pada tes akhir siklus juga mengalami peningkatan. Pada
penelitian pendahuluan terdapat 1 siswa (2,78%), pada siklus !
meningkat menjadi 5 siswa (13,89%), pada siklus II meningkat
menjadi 26 siswa (72,22%), dan pada siklus III meningkat
menjadi 34 siswa (94,44%)

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan


bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
XI IPA 3 SMA Negeri 50 mengalami peningkatan, baik secara
keseluruhan siswa kelas XI IPA 3 maupun keenam subjek
penelitian. Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas XI IPA 3 pada siklus III sudah mencapai

Solusi dan Saran target indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu telah
mencapai katagori baik, dan jumlah siswa yang mencapai milai
75 adalah 94,44%. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik
model TPSS sebagai upaya meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa telah berhasil dalam
penerapannya pada penelitian ini.

Kesimpulan Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan


bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
XI IPA 3 SMA Negeri 50 mengalami peningkatan, baik secara
keseluruhan siswa kelas XI IPA 3 maupun keenam subjek
penelitian. Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas XI IPA 3 pada siklus III sudah mencapai
target indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu telah
mencapai katagori baik, dan jumlah siswa yang mencapai milai
75 adalah 94,44%. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik
model TPSS sebagai upaya meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa telah berhasil dalam
penerapannya pada penelitian ini.
9. Minggu Ke-9

Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal


Judul Jurnal Matematika Pokok Bahasan Fungsi Komposisi Kelas X SMA
NEGERI 7 KOTA BENGKULU
Peneliti Yudika Agustian, Rusdi, Agus Susanta
Volume, No, Halaman Volume 4, No. Hal 194-202
Tahun 2020
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/JPPMS/article/view/8234
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan apa
saja yang dilakukan siswa dan mengidentifikasi faktor
penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal fungsi
komposisi kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu Tahun Ajaran
2018/2019. Sebanyak 32 siswa kelas X MIPA 5 dipilih sebagai
subjek penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes tertulisdan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa letak kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tentang fungsi
komposisi yaitu: a) Kesalahan menyelesaikan soal prasyarat
tentang operasi penjumlahan fungsi, dilakukan oleh 78.12%
siswa.b) Kesalahan menyelesaikan soal prasyarat tentang
operasi penguranganfungsi,dilakukan oleh 75% siswa.c)
Kesalahan menyelesaikan soal prasyarat tentang operasi perkalian
fungsi, dilakukan oleh 75% siswa. d) Kesalahan menyelesaikan
soal materi tentang fungsi komposisi melibatkan dua fungsi,
dilakukan oleh 56.25% siswa. e) Kesalahanmenyelesaikan soal
materi tentang fungsi komposisi melibatkan tiga
fungsi,dilakukan oleh 46.87% siswa,dan f) Kesalahan
menyelesaikan operasi fungsi komposisi menentukan salah
satu fungsi ketika nilai fungsi komposisi dan salah satu fungsi
yanglain diketahui, dilakukan oleh 71.87% siswa. Faktor-faktor
penyebab terjadinya kesalahan adalah : a) siswa kurang teliti
dalam membaca soal, b) Siswa belum menguasai konsep operasi
penjumlahan, pengurangan, dan perkalian dengan satu
variabel, c) Siswa masih belum memahami perbedaan fungsi
linier, fungsi kuadrat, dan fungsi rasional, d) Siswa belum paham
mengenai penjumlahan fungsi (fungsi linier, fungsi kuadrat, dan
fungsi rasional), e) Siswa belum paham mengenai konsep operasi
fungsi komposisi melibatkan dua fungsi, f) Siswa masih kurang
percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, g) Siswa
belum paham mengenai konsep operasi fungsi komposisi
melibatkan tiga fungsi, dan h) Siswa belum paham mengenai
konsep operasi fungsi komposisi menentukan salah satu fungsi
ketika fungsi komposisinya diketahui.

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat


penulis sampaikanadalah sebagai berikut :1.Perlunya
menganalisis secara mendalam jawaban siswa sebelum diadakan
Solusi dan Saran wawancara.2.Dalam proses wawancara pertanyaan yang
diberikan langsung tertuju pada kesalahan yang dilakukan
siswa dan wawancara harus mendapatkan jawaban akhir yang
dapat dijadikan penyebab sebenarnya siswa melakukan
kesalahan.
Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa, jenis kesalahan beserta penyabab kesalahan
yang dilakukan peserta didikadalah sebagai berikut:1.Kesalahan
menyelesaikan soal prasyarat tentang operasi penjumlahan fungsi
terdapat sebanyak 25 siswa atau 78.12% yang melakukan
kesalahan. Faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan
pada materi prasyarat ini yaitu Siswa kurang teliti melakukan
perhitungan; Siswa belum menguasai konsep penjumlahan
dengan satu variabel; Siswa masih belum mamahami
perbedaan fungsi linier, fungsi kuadrat, dan fungsi rasional; dan
Siswa belum paham mengenai penjumlahan fungsi (fungsi linier,
fungsi kuadrat, dan fungsi rasional).2.Kesalahan menyelesaikan
soal prasyarat tentang operasi pengurangan fungsi terdapat
sebanyak 24 siswa atau 75% yang melakukan kesalahan. Faktor-
faktor penyebab siswa melakukan kesalahan pada materi
prasyarat ini yaitu Siswa kurang teliti melihat soal; Siswa
belum menguasai konsep operasi pengurangandengan satu
variabel; dan Siswa belum paham mengenai konsep
pengurangan fungsi (fungsi linier, fungsi kuadrat, dan fungsi
rasional).3.Kesalahan menyelesaikan soal prasyarat tentang
operasi perkalian fungsi terdapat sebanyak 24 siswa atau 75%
yang melakukan kesalahan. Faktor-faktor penyebab siswa
melakukan kesalahan pada materi prasyarat ini yaitu Siswa
belum menguasai konsep operasi perkalian aljabar; dan Siswa
belum paham mengenai konsep perkalian fungsi (fungsi linier,
fungsi kuadrat, dan fungsi rasional).4.Kesalahan menyelesaikan
soal materi tentang fungsi komposisi dengan dua fungsi
terdapat sebanyak 18 siswa atau 56,25% yang melakukan
kesalahan. Faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan
pada materi ini yaitu Siswa belum menguasai konsep
materiprasyarat yakni operasi fungsi; Siswa belum paham
mengenai konsep operasi fungsi komposisi melibatkan dua
fungsi; dan Siswa masih kurang percaya diri dengan kemampuan
yang dimiliki5.Kesalahan menyelesaikan soal materi tentang
fungsi komposisi dengan tiga fungsi terdapat sebanyak 13
siswa atau 40.62% yang melakukan kesalahan. Faktor-faktor
penyebab siswa melakukan kesalahan pada materi ini yaitu Siswa
belum menguasai konsep materi prasyarat yakni operasi fungsi
rasional; dan Siswa belum paham mengenai konsep operasi fungsi
komposisi melibatkan tiga fungsi.6.Kesalahan menyelesaikan
soal materi tentang fungsi komposisi menentukan salah satu
fungsi ketika nilai fungsi komposisi dan salah satu fungsi yang
lain diketahui terdapat sebanyak 23 siswa atau 71.87% yang
melakukan kesalahan. Faktor-faktor penyebab siswa
melakukan kesalahan pada materi ini yaitu siswa belum
menguasai materi prasyarat sepenuhnya, dan Siswa belum
paham mengenai konsep operasi fungsi komposisi menentukan
salah satu fungsi ketika fungsi komposisinya diketahui.
10. Minggu Ke-10

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS


SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA
Judul Jurnal
MATERI KOMPOSISI FUNGSI DAN INVERS KELAS XI IPA
SMAN I GOWA
Peneliti Abdul Gaffar¹, Ahmad Afriadi², Sri Satriani
Volume, No, Halaman Volume 4, no 1, hal 42-52
Tahun 2019
http://www.journal.uncp.ac.id/index.php/Pedagogy/article/view/
Link Download 1456

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Materi Komposisi Fungsi dan Invers pada Kelas XII
IPA SMA Negeri 1 Gowa. Data yang digunakan adalah data
tertulis berupa soal uraian dan data hasil wawancara dengan
siswa. Tes yang digunakan mencakup materi komposisi fungsi
dan invers. Dari data yang diperoleh, data dikelompokkan
berdasarkan jenis representasinya kemudian dianalisis tiap
Jawaban. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 7 orang yang
diambil dari 36 siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gowa.
Analisis data yang digunakan menggunakan analisis data
deskriptif. Serta pengecekan keabsahan data melalui ketekunan
pengamatan, triangulasi, dan pemeriksaan sejawat. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa pada kemampuan representasi
visual, siswa sangat rendah dengan persentase hasil tes 21,9%,
HDW, TWH, AG dalam menggambarkan diagram panah
komposisi fungsi (fog)(x) memahaminya sebagai sebuah
pemetaan fungsi f(x) pada g(x)selain itu dalam merepresentasikan
pemahaman tentang fungsi (fog)(x) dan (gof)(x) dalam bentuk
diagram panah masih sangat rancu. Pada kemampuan representasi
persamaan atau ekspresi matematika cukup tinggi dengan
persentase hasil tes 69,7%, siswa melakukan subtitusi berdasarkan
defenisi komposisi fungsi serta untuk menentukan fungsi invers,
siswa menggunakan pemisalan f(x)=yLKA,NW, MWL,YAP,
TWH,AG menggunakan pemisalan f(x)=y untuk menemukan
fungsi f(x), dan NW mampu memahami proses subtitusi untuk
menemukan range, namun kesimpulan yang dibuat siswa tidak
memasukkan anggota rangenya.

Solusi dan Saran -

Kemampuan reprentasi matematis siswa pada indikator


representasi visual atau gambar siswa sangat rendah dengan
persentase 21,9%, yang terlihat dari jawaban siswa, selain itu
kurangnya pemahaman konsep siswa yang membuat siswa rancu
dalam menjawab soal. Dalam menggambarkan diagaram panah
komposisi fungsi (fog)(x) memahaminya sebagai pemetaan fungsi
Kesimpulan
f(x) pada g(x), siswa juga kurang memperhatikan arah relasi pada
diagram panah yang digambarkan, siswa menggambarkan arah
relasi yang berbeda yaitu dari relasi f-1(x) dari kanan ke kiri
karena menganggap bahwa relasi dari kiri ke kanan adalah relasi
f(x). sehingga karena f(x) adalah invers f(x) maka arah relasinya
adalah kebalikannya.
11. Minggu Ke-11

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
Judul Jurnal
SISWA SMA PADA KOMPETENSI PERTIDAKSAMAAN
RASIONAL DAN IRASIONAL
Peneliti Sugiyanto, Arief Budi Wicaksono
Volume, No, Halaman Volume 3, No 2, Hal 354-359
Tahun 2020
https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/edulearning/article/view/
Link Download 2337

Komponen Analisis Ulasan


Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada
kompetensi pertidaksamaan rasional dan irasional melalui
penerapan model pembelajaran discovery learning. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 4
Magelang. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus yaitu
siklus I terdiri atas 3 pertemuan dan siklus II terdiri atas 3
pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi dan tes objektif. Instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi dan soal tes objektif. Berdasarkan hasil
Rangkuman isi Jurnal
penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan penerapan model discovery learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas X IPS-
1 SMA Negeri 4 Magelang pada kompetensi pertidaksamaan
rasional dan irasional satu variabel. Hal ini berdasarkan data yang
diperoleh melalui hasil tes siklus I dan tes siklus II. Berdasarkan
analisis hasil tes siklus I dan tes siklus II, rata-rata persentase
pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan
sebesar 15,67% yaitu pada siklus I sebesar 66,28% dan meningkat
menjadi 77,81% pada siklus II.
Solusi dan Saran
-
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan,
diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri
4 Magelang pada kompetensi pertidaksamaan rasional dan
irasional satu variabel. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh

Kesimpulan melalui hasil tes siklus I dan tes siklus II. Berdasarkan analisis
hasil tes siklus I dan tes siklus II, rata-rata persentase pemahaman
konsep matematika siswa mengalami peningkatan sebesar 15,67%
yaitu pada siklus I sebesar 66,28% dan meningkat menjadi
77,81% pada siklus II. Berdasarkan pedoman kualifikasi pada
tabel persentase yang dipaparkan pada bagian pembahasan
tergolong dalam kategori tinggi.
12. Minggu Ke-12

Penalaran analogi siswa tipe campers dalam menyelesaikan soal


Judul Jurnal
persamaan logaritma
Peneliti Nurul Chamisah, Sukoriyanto.
Volume, No, Halaman Volume 1, No.9, hal 709-719
Tahun 2021
http://journal3.um.ac.id/index.php/mipa/article/view/1067
Link Download

Komponen Analisis Ulasan


Tujuan penelitian deskriptif kualitatif ini adalah
mendeskripsikan penalaran analogi dari 6 siswa tipe campers
pada kelas X IPA 1 SMA Nasional Malang. Penalaran analogi
dideskripsikan berdasarkan tahapan pengkodean (encoding),
penyimpulan (inferring), pemetaan (mapping), dan penerapan
(applying). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
jawaban siswa atas soal masalah analogi serta hasil wawancara.

Rangkuman isi Jurnal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penalaran analogi subjek
tipe compers pada tahap pengkodean, penyimpulan, dan pemetaan
mampu melakukan dengan benar. Sedangkan pada tahap
penerapan terdapat kesalahan dalam menyelesaikan masalah
target yang diakibatkan karena kurang teliti, salah konsep
logaritma dan pengaruh pemetaan persepsi yang ada pada
masalah sumber yang langsung disesuaikan ke dalam situasi
masalah target tanpa analisis pada masalah target terlebih dahulu.

Hal-hal yang dapat disarankan setelah melakukan penelitian


ini adalah perlu ditingkatkan pemberian masalah analogi kepada
siswa, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuan
awal, dengan catatan tetap memperhatikan pengetahuan baru yang
Solusi dan Saran
akan didapat siswa sehingga siswa paham akan konsep
pengetahuan baru dalam masalah analogi. Perlu pengembangan
model pembelajaran yang dapat membatu siswa meningkatkan
penalaran analogi dalam belajar matematika serta perlu juga
adanya scaffolding dalam pembelajaran untuk mengatasi
permasalahan proses berpikir dengan menggunakan penalaran
analogi khususnya pada tahap penerapan terhadap siswa tipe
campers. Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian serupa dengan
subjek ditinjau dari AQ namun berfokus pada tipe selain campers
sehingga mampu dijadikan perbandingan.
Penalaran analogi siswa tipe campers dimulai dengan
melakukan tahap pengkodean. pada masalah sumber yakni
memahami apa yang telah diketahui dan apa yang ditanyakan dari
masalah sumber. Dilanjutkan dengan tahap penyimpulan dimana
siswa sudah mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat
pada masalah sumber. Setelah itu subjek melakukan tahap
pengkodean pada masalah target. Pada saat melakukan tahap
pengkodean siswa mampu memahami apa yang diketahui dan
yang ditanyakan pada masalah target serta menyatakan bahwa ada
hal yang mirip antara masalah sumber dengan masalah target dan
melakukan pemisalan. Setelah tahap pengkodean pada masalah
target, siswa melakukan tahap pemetaan dimana siswa mampu
melihat hubungan yang sama antara komponen- komponen pada
Kesimpulan masalah sumber dengan komponen-komponen pada masalah
target dan memilih metode penyelesaian yang tepat. Penalaran
analogi siswa tipe campers diakhiri dengan tahap penerapan. Pada
tahap penerapan subjek mampu mengerjakan masalah target
dengan menggunakan konsep penyelesaian masalah sumber
dengan benar, namun setelah menerapkan konsep penyelesaian
masalah sumber terhadap masalah target, terdapat kesalahan
dalam menyelesaikan masalah target untuk strategi selanjutnya.
Banyak hal yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain
dikarenakan siswa kurang teliti, pemahaman mereka terhadap
konsep logaritma salah dan pengaruh pemetaan persepsi yang ada
pada masalah sumber yang langsung disesuaikan ke dalam situasi
masalah target tanpa analisis pada masalah target terlebih dahulu.
13. Minggu Ke-13

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA
Judul Jurnal MATERI SISTEM PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
LINEAR DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA
KELAS X SMA NEGERI DI KOTA MATARAM TAHUN
PELAJARAN 2018/2019
Peneliti Musmiratul Uyun
Volume, No, Halaman Volume 4, No 3 Hal 37-42
Tahun 2018
https://sangkareang.org/index.php/SANGKAREANG/article/
Link Download view/126

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, NHT, atau model
pembelajaran klasikal: (2) manakah yang mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik, siswa dengan tipe
kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris atau Phlegmatis; (3)
pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris atau
Phlegmatis; (4) pada masing-masing tipe kepribadian, manakah
yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, NHT, atau
pembelajaran klasikal, Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3 x 4. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri di
Kota Mataram Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
Pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random
sampling. Hasilnya adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Mataram
mewakili kelompok tinggi, seluruh siswa SMA Negeri 2 Mataram
mewakili kelompok sedang, dan seluruh siswa SMA Negeri 7
Mataram mewakili kelompok rendah. Teknik pengumpulan data
meliputi metode dokumentasi untuk mendapatkan nilai
matematika pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018
sebagai data kemampuan awal: metode tes untuk data prestasi
belajar matematika siswa; dan metode angket untuk data tipe
kepribadian siswa. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi
dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas
variansi populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Uji hipotesis
penelitian menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT, model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model
pembelajaran klasikal, serta model pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik dari model pembelajaran klasikal; (2) Siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupun
Phlegmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama; (3)
Pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan tipe
kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupun Phlegmatis
memiliki prestasi belajar matematika yang sama; (4) Pada
masing-masing tipe kepribadian, model pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari
model pembelajaran klasikal, serta model pembelajaran
kooperatif tipe NHT lebih baik dari model pembelajaran klasikal.
Solusi dan Saran
Beberapa hal yang perlu peneliti sarankan, yaitu: (1) Dalam
pembelajaran matematika tidak semua materi efektif disampaikan
dengan model pembelajaran klasikal Oleh karena itu, perlu
adanya pemilihan model yang tepat dengan materi Pada penelitian
ini menghasilkan mode! pembelajaran kooperatif tipe TGT
maupun NHT lebih efektif daripada model pembelajaran klasikal.
sehingga guru disarankan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT atau NHT untuk pembelajaran di kelas
terutama pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan
linear. (2) Selain dari model pembelajaran yang digunakan, guru
juga dapat memperhatikan masing-masing karakter siswa, salah
satunya tipe kepribadian siswa seperti pada penelitian ini. Pada
masing-masing tipe kepribadian, guru disarankan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT agar lebih efektif dan
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik. (3) Kepada
para peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini mengenai
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT,
serta kaitannya dengan tipe kepribadian siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa di SMA dengan memperbaiki instrumen
penelitian terhadap tipe kepribadian siswa agar didapat hasil yang
lebih baik.

Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari penelitian yang dilakukan,


dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Prestasi belajar
matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, model pembelajaran kooperatif tipe TGT
lebih baik dari model pembelajaran klasikal, serta model
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari model
pembelajaran klasikal; (2) Siswa dengan tipe kepribadian
Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupur Phlegmatis memiliki
prestasi belajar matematika yang sama; 3) Peda tiap-tiap kategori
model pembelajaran, siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis,
Melankolis. Koleris, maupun Phlegmatis memiliki prestasi belajar
matematika yang sama; 4) Pada tiap-tiap kategori tipe
kepribadian, prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dari model pembelajaran kooperatif tipe NIIT model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model
pembelajaran klasikal, serta model pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik dari model pembelajaran klasikal.
14. Minggu Ke-14

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS


Judul Jurnal PADA MATERI BARISAN DAN DERET SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 TOMA TAHUN PEMBELAJARAN 2020/2021
Peneliti Hesti Anjani Wau", Darmawan Harefa", Rohpinus Sarumaha
Volume, No, Halaman Volume 1, No 1,
Tahun 2022
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=https%3A%2F%2Fjurnal.uniraya.ac.id
%2Findex.php%2FAfore%2Farticle%2Fview
Link Download
%2F345&btnG=#d=gs_qabs&t=1671424197382&u=%23p
%3D1kod516LHGkJ

Komponen Analisis Ulasan


Rangkuman isi Jurnal Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan
penalaran matematis siswa pada materi barisan dan deret.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
penalaran matematis siswa khususnya pada materi barisan dan
deret. Fenelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan penelitian deskriptif. Informan penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Toma berjumalah 12 orang
siswa. Data dianalisis dengan langkah-langkah pengumpulan data,
reduksi dala, penyajian data, dan penarikan kesimpulan,
Instrument penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
penalaran matematis siswa dengan wawancara. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa siswa
kelas XI SMK Negeri 1 Toma memiliki kemampuan penalaran
matematis dalam kategori rendah. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa siswa tidak mampu melakukan manipulasi
matematika; siswa tidak mampu menarik kesimpulan, menyusun
bukti, memberikan alasan atau bukti. terhadap kebenaran solusi;
siswa tidak mampu menarik kesimpulan dari pernyataan; dan
siswa tidak mampu menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi. Melalui penelitian ini,
disarankan agar kemampuan penalaran matematis siswa lebih
ditingkatkan lagi dengan cara memperbanyak latihan
mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penalaran
matematis.
Oleh karena itu, ada beberapa saran yang baik sebagai
berikut :

1. Diharapkan kepada siswa agar dapat meningkatkan


kemampuan penalaran matematis melalui latihan memecahkan
soal-soal matematika secara rutin terkait materi barisan dan deret.

2. Diharapkan kepada guru matematika agar dapat


mempertimbangkan hasil penelitian ini dan dijadikan sebagai
Solusi dan Saran
salah satu masukkan atau referensi dalam pembelajaran
matematika.

3. Bagi peneliti lainnya diharapkan agar dapat dijadikan


sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut
dengan mengembangkan soal yang memungkinkan semua aspek
penalaran terlihat dari hasil jawaban siswa

Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah


disajikan sebelumnya, maka dapat ditarik Dimana 12 orang
mempengaruhi kemampuan penalaran matematis siswa
kesimpulan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa kelas
XI SMK Negeri 1 Toma secara keseluruhan tergolong rendah.
siswa memiliki kemampuan penalaran matematis di bawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni < 65. Ada beberapa
faktor yang yaitu kurangnya keinginan siswa dalam belajar
matematika sehingga siswa mudah lupa dengan materi yang
diajarkan; siswa tidak memiliki ide dalam menyelesaikan soal;
dan siswa kurang paham terhadap rumus yang digunakan dalam
menyelesaikan soal, serta kemampuan siswa dalam
memperbanyak mengerjakan latihan secara rutin dirumah masih
rendah

Anda mungkin juga menyukai