Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EKONOMI MONETER ISLAM

OPERASI MONETER DUAL MONETARY SYSTEM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Moneter Islam”

Dosen Pengampu:
Ahmad Fatoni, S.E.Sy., M.E.K

Disusun Oleh:
Muhammad Luthfan Karim (5554200032)
Dinda Dwi Amalia (55544200004)
Alisa Batari Agung (5554200029)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI EKONOMI SYARIAH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan kita nikmat iman,
nikmat Islam serta nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
materi yang membahas mengenai operasi moneter dual monetary system.

Penulisan makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
ekonomi moneter Islam. Tujuan penulisan dari makalah ini adalah membuka dan
menambah insight atau wawasan mengenai sistem operasi moneter. Kami
harapkan makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih jauh dari kata
sempurna. Kami yakini makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, peletakkan kata, dan lainnya. Maka dari itu, kritik dan saran kami
terima demi kemajuan serta perkembangan kami dalam membuat makalah
kedepannya.

Mohon maaf bila ada salah kata serta kurang lebihnya dari kami. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Kelompok 7

Serang, 7 November 2022


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi tidak lepas dari ranah keuangan. Perkembangan
industri keuangan syariah memunculkan tantangan tersendiri bagi pihak
otoritas pengaturan sektor keuangan sebuah negara. Tantangan tersebut
khususnya mengacu pada formulasi kebijakan moneter yang mengakomodasi
dua prinsip aplikasi, yaitu konvensional dan syariah. Pengaturan akan semakin
kompleks manakala target penjagaan stabilitas harga harus diikuti dengan
pemenuhan pada prinsip-prinsip syariah. Kompleksitas juga meliputi
pemilihan instrumen dari keberagaman instrumen baik konvensional maupun
syariah, untuk satu set kebijakan moneter yang memberikan sinyal kebijakan
yang sama.
Dalam kebijakan moneter, juga dibahas mengenai bunga. Keberadaan
bunga berdasarkan perspektif syariah akan membentuk sektor keuangan yang
berdiri sendiri dengan pasar keuangan bervariasi. Hal ini berpotensi menarik
uang beredar dari sektor riil dan berputar di sektor keuangan (money
concentration) lebih banyak dan juga lebih lama. Kecenderungan ini semakin
diperkuat dengan praktek diperkuat spekulasi di pasar keuangan yang menjadi
daya tarik para pemilik dana untuk menghasilkan keuntungan dengan relatif
lebih cepat, dari sejumlah uang yang dimilikinya. Uang beredar tersebut
sepatutnya mengalir lancar ke sektor ekonomi riil memfasilitasi aktivitas
produktif, yaitu aktivitas penciptaan barang dan jasa.
Dengan ekonomi berbasis bunga, yang terjadi hanyalah pembangunan
ekonomi yang bersifat semu (bubble economy), volume ekonomi lebih bersifat
abstrak, ia tidak menggambarkan produktivitas dan kesejahteraan secara riil,
karena penciptaan uang tidak mengikuti penciptaan barang dan jasa. Berbeda
dengan yang ada dalam konsep ekonomi Islam, dimana hubungan sektor
keuangan erat dengan yang ada di sektor riil. Dengan demikian, sistem syariah
dan konvensional memiliki prinsip dan asumsi yang berbeda dalam
operasional dan mekanisme transmisi kebijakan dalam mencapai dan menjaga
stabilitas harga.
Pada umumnya industri keuangan syariah di banyak negara di dunia
tumbuh dalam satu sistem keuangan, di mana praktik keuangan konvensional
sudah berjalan. Keberadaan aplikasi keuangan syariah membuat sistem
keuangan dalam satu negara memiliki dua model atau konsep keuangan, yaitu
syariah dan konvensional, yang kemudian dikenal dengan sistem keuangan
ganda (dual financial system). Hal tersebut menuntut pengaturan industri
keuangan yang menggunakan dua konsep tersebut difasilitasi oleh perangkat
yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh kedua konsep keuangan
tersebut.
Dalam kebijakan moneter, uang pada dasarnya menjadi objek utama
pembahasan karena memiliki implikasi pada sektor riil dan keuangan.
Moneter atau monetary berasal dari kata moneta (latin), yang berarti uang.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan moneter sebagai salah
satu dari kebijakan ekonomi makro pada umumnya disesuaikan dengan
kondisi business cycle ‘siklus kegiatan ekonomi’.
Penerapan kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah
dengan penerapan kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal,
kebijakan sektor riil, dan lain-lain. Hal ini terutama mengingat keterkaitan
antara kebijakan moneter dan bagian kebijakan ekonomi makro lain yang
sangat erat. Dalam konsep moneter konvensional, keeratan hubungan uang
dan bunga menjadikan keduanya sebagai variable penting dalam penentuan
jenis dan instrumen kebijakan moneter konvensional yang berbeda dengan
konsep moneter syariah. Kebijakan moneter yang selama ini dikenal,
dikembangkan dengan pemahaman lanskap perekonomian menggunakan
sudut pandang konvensional.
Corak perekonomian Islam yang bias pada sektor riil membuat logika
kebijakan di sektor keuangan seperti kebijakan moneter. Salah satu prinsip
syariah utama dalam sistem ekonomi Islam adalah pelarangan riba
(prohibition of riba). Dengan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa riba
memiliki karakteristik yang serupa dengan bunga. Sehingga cukup tepat
dikatakan bahwa bunga sama dengan riba. Jika ditinjau dari rasionalitas pasar,
pemberlakuan bunga atau sistem riba sebenarnya membuat mekanisme di
pasar menjadi tidak rasional. Dengan bunga yang selalu dalam keadaan
positif, maka ekonomi atau pasar dipaksa harus selalu ada dalam pergerakan
positif, atau dengan kata lain semua unit usaha selalu ada dalam kondisi profit.
Padahal dalam kondisi nyata, perekonomian bisa saja dalam kondisi merugi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PUAB, PUAS, SBI, SBIS, Deposit facility dan
Fasbis?
2. Bagaimana hubungan operasi moneter dan pengelolaan likuiditas bank?
3. Bagaimana operasi pasar terbuka absorbsi likuiditas dan injeksi likuiditas?
4. Bagaimana standing facility absorbsi likuiditas dan injeksi likuiditas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari PUAB, PUAS, SBI, SBIS, Deposit facility
dan fasbis
2. Mengetahui hubungan operasi moneter dan pengelolaan likuiditas bank
3. Mengetahui operasi pasar terbuka absorbsi likuiditas dan injeksi likuiditas
4. Mengetahui standing facility absorbsi likuiditas dan injeksi likuiditas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PUAB, PUAS, SBI, SBIS, Deposit Facility dan Fasbis
2.1.1 Pasar Uang Antar Bank
Pasar uang antar bank atau sering juga disebut interbank call money
market adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan
bank lainnya. Untuk mengerahkan dana-dana masyarakat guna menunjang
pelaksanaan pembayaran dan stabilitas moneter, maka perlu diciptakan
prasarana-prasarana yang dapat membantu memperlancar mobilisasi dana-
dana masyarakat tersebut. Maka dari itu, langkah-langkah yang diambil
antara lain dengan merintis pasar pasar uang yang terorganisir, yaitu pasar
uang antar bank (PUAB) . PUAB ini untuk jangka pendek. Hal ini sesuai
dengan definisi baku dari BI yang menyatakan bahwa pasar uang antar
bank sebagai kegiatan pinjam meminjam dana jangka pendek antar bank
yang dilakukan melalui jaringan komunikasi elektronis.
Mekanisme pasar uang ini dapat dilaksanakan melalui proses kliring dan
di luar proses kliring.
 Proses Kliring
A. Transaksi melalui kliring penyerahan
1. Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
- Menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima
pinjaman, sejumlah transaksi yang disetujui oleh pihak
yang bersangkutan.
- Memperhitungkan nota kredit tersebut sebagai bagian dari
nota kredit yang diserahkan dalam kliring penyerahan.
2. Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
- Menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan
kepada bank pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi
yang disepakati.
- Memperhitungkan nota kredit yang diterimanya sebagai
bagian dari nota kredit yang diterima dalam kliring
penyerahan.
- Menyerahkan tembusan atau fotokopi surat sanggup
(aksep/promes) yang bersangkutan kepada penyelenggara
kliring.
3. Pencairan kembali surat sanggup dilakukan dengan cara
penerbitan nota debit (N/B) oleh peserta yang memberikan
pinjaman sebagai warkat kliring
B. Transaksi yang diselenggarakan pada jadwal yang disediakan
khusus untuk pasar uang antar bank
1. Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:
- Menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima
pinjaman sejumlah transaksi yang disetujui oleh pihak yang
bersangkutan
- Mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo
kliring
2. Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:
- Menerbitkan surat sanggup
- Mencantumkan jumlah transaksi
- Menyampaikan tembusan atau fotokopi kliring
 Luar Kliring
1. Bank yang menerima pinjaman berkewajiban:
- Menerbitkan surat sanggup yang ditujukan kepada bank
pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati
- Menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup yang
bersangkutan kepada BI
2. Bank yang memberikan pinjaman harus menyelesaikan transaksi
tersebut menurut cara yangg disepakati dengan penerima
pinjaman.
3. Pencairan kembali surat sanggup.
2.1.2 Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
Bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan
oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana
atau kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang
terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan.
Dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana, bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan
adanya pasar uang antarbank.
Ketentuan umum pasar uang antarbank berdasarkan fatwa MUI terdiri
dari:
A. Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu
pasar uang antarbank berdasarkan bunga.
B. Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
C. Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan
prinsip syariah.
D. Peserta pasar uang sebagaimana dalam poin C, yaitu bank syariah
sebagai pemilik atau penerima dana dan bank konvensional hanya
sebagai pemilik dana.

Ketentuan khusus pasar uang antarbank meliputi:

A. Akad yang digunakan dalam pasar uang antar bank berdasarkan


prinsip syariah adalah:
- Mudharabah/ Qiradh
- Musyarakah
- Qardh
- Wadi’ah
- Al-Sharf.
B. Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang sebagaimana
tersebut dengan akad-akad syariah yang digunakan dan hanya
boleh dipindahtangankan sekali.
2.1.3 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS)
SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah
sertifikat yang diterbitkan BI sebagai bukti penitipan dana jangka
pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada
bank syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian
moneter. BI menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip
syariah yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi
kelebihan pada tingkat likuiditas (Arifin,2009; 198).
2.1.4 Deposit Facility (DF)
Deposit Facility (DF) adalah kegiatan penempatan dana Rupiah
oleh bank di bank Indonesia dalam rangka operasi moneter dengan
jangka waktu 1 (satu) hari kerja
2.1.5 Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS)
Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) adalah
fasilitas simpanan bank umum syariah dan unit usaha syariah di Bank
Indonesia dalam rangka Operasi Moneter Syariah dengan jangka
waktu 1 (satu) hari kerja.
2.2 Hubungan Operasi Moneter dan Pengelolaan Likuiditas Bank
Operasi moneter adalah pelaksanaan kebijakan oleh Bank Indonesia (BI)
dalam rangka pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka dan
koridor suku bunga.
Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syari’ah
dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu : Giro Wajib Minimum
(GWM), Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), penjelasan
ketiga hal ini sebagai berikut:
1) Giro Wajib Minimum (GWM)
Giro Wajib Minimum adalah simpanan minimum bank umum dalam
giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan olah BI berdasarkan
persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Perhitungan ini berlaku
baik untuk GWM dalam rupiah maupun valuta asing.
2) Kliring
Kliring adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara
saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna
memperlancar lalu lintas pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang,
inkaso, dan pembukaan letter of credit. Ketentuan mengenai kliring yang
berlaku bagi bank umum konvensional berlaku pula bagi bank umum yng
berdasarkan prinsip syariah, dengan beberapa perbedaan dan tambahan.
Ketentuan yang berlaku bagi bank berdasarkan prinsip syariah antara lain
meliputi ukuran besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif dan tatacara
pengenaan sanksi untuk bank-bank bersaldo negatif.
3) BLBI
BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan
(pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang
mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di
Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan
IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
Selain instrumen diatas juga ada Instrumen yang saat ini tersedia untuk
melakukan manajemen likuiditas bank syariah melalui pasar uang antarbank
syariah, antara lain (Karim, 2010), yaitu:
1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga berdasarkan
prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
Syariah adalah : menggunakan akad Jua’alah, satuan unit sebesar
Rp.1.000.000,-, berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12
bulan, diterbitkan tanpa warkat (scripless), dapat digunakan kepada Bank
Indonesia, dan tidak dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder
Akad Jua’alah adalah janji atau komitmen (iltijam) untuk memberikan
imbalan tertentu (iwadh/ ju’l) atas pencapaian hasil (Natijah) yang ditentukan
dari suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bank Indonesia menegaskan pada bank-
bank Syariah “carikan dana sejumlah sekian untuk jangka waktu sekian lama
bila berhasil maka akan aku beri imbalan atas keberhasilan itu”.

2) Deposito Antar Bank Syariah


Sebagai sarana pengelolaan likuiditas, Bank Syariah dapat menggunakan
sarana Deposito Antarbank, bail dalam penempatan dananya maupun dalam
memenuhi kebutuhan dananya. Deposito Antarbank ini menggunakan prinsip
Mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan penge-
lola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan,
dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak
berdasarkan nisbahyang telah disepakati sebelumnya.
3) Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA)
Sertifikat investasi mudharabah antar Bank yang selanjutnya disebut
SIMA adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau UUS yang
digunakan sebagai sarana investasi jangka pendek di puas dengan akad
mudharabah. SIMA diterbitkan oleh Bank pengelola dana (Bank Syariah atau
unit usaha syariah) dengan jangka waktu paling lama 365 hari dan dapat
diperjualbelikan (treadable), sepanjang sebelum jatuh tempo.
4) Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS)
Merupakan fasilitas yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank untuk
menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam rangka kegiatan Operasi
Pasar Terbuka (OPT). Jangka waktu FASBIS maksimum 7 hari dengan
sistem imbalan berupa fee, dan diterbitkan tanpa bukti kepemilikan (warkat)
melainkan bukti pendebatan atau pengkreditan rekening giro bank brupa
confirmation advice pada sistem BI-RTGS. FASBIS tidak dapat
diperdagangkan, tidak dapat digunakan, dam tidak dapat dicairkan sebelum
jatuh waktu.
5) Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah (FPJPS)
Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syraiah atau sering
disebut dengan FPJPS merupakan instrumen dari Bank Indonesia sebagai
The Lender Of Last Resort bagi Bank-bank Syariah yang mengalami
kesulitan likuiditas atau kesulitan pendanaan jangka pendek yang disebabkan
oleh tergantungnya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan
arus dan keluar (mismatch). Tujuan dari diberlakukan FPJPS ini adalah
umtuk mebantu bank Syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka
pendek, namun memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan
(illiquid but solvent).
6) Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah (FLIS)
Untuk mengatasi kemacetan dalam sistem pembayaran dalam
implementasi BI-RTGS maka Bani Indonesia memandang perlu untuk
menyediakan fasilitas pendanaan dalam jangka waktu yang sangat pendek
berdasarkan prinsip syariah selama waktu operasional Sistem BI-RTGS
dalam bentuk FLIS-RTGS yang wajib dilunasi oleh bank pada akhir hari
yang sama. Selain itu untuk mengatasi mangantisipasi kemungkinan
kegagalan bank dalam memenuhi kewajibannya sebagai peserta dalam
SKNBI, Bank Indonesia juga memandang perlu untuk menyediakan fasilitas
pendanaan untuk jangka waktu yang sangat pendek berdasarkan prinsip
syariah selama waktu operasional berupa FLIS kliring yang wajib dilunasi
pada waktu akhir yang sama.
2.3 Operasi Pasar Terbuka Absorbsi Likuiditas dan Injeksi Likuiditas
Operasi Moneter (OM) bertujuan untuk mendukung pencapaian stabilitas
moneter yang dilaksanakan di pasar uang dan pasar valas secara terintegrasi.
OM dapat dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.
Upaya mencapai stabilitas moneter melalui OM dilakukan dengan
mengendalikan suku bunga di Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) Overnight agar bergerak di sekitar suku bunga kebijakan Bank
Indonesia yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7-DRR) dan menjaga
stabilitas nilai tukar Rupiah agar bergerak stabil sejalan dengan nilai tukar
fundamental. Untuk mengendalikan suku bunga PUAB Overnight sebagai
sasaran operasional kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan
pengelolaan likuiditas di pasar uang Rupiah dengan cara absorpsi likuiditas
dan/atau injeksi likuiditas. Untuk menjaga nilai tukar agar sejalan dengan
nilai tukar fundamental, OM dilakukan melalui pelaksanaan intervensi
dan/atau transaksi valas lainnya di pasar valuta asing. OM terdiri dari
Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF).
Operasi pasar terbuka adalah salah satu instrumen kebijakan moneter yang
ditetapkan bank sentral suatu negara dengan tujuan menekan laju inflasi.
Inflasi sendiri merupakan kondisi naiknya harga barang dan jasa secara terus-
menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi adalah mimpi buruk dalam
perekonomian negara sehingga harus ditekan lajunya.
Sebagai salah satu bentuk kebijakan moneter, operasi pasar terbuka adalah
suatu cara untuk mengontrol perekonomian makro suatu negara hingga
mencapai kondisi yang diharapkan. Lewat kebijakan moneter, pemerintah
bisa menambah, mempertahankan, atau mengurangi jumlah uang yang
beredar untuk mempertahankan kemampuan ekonomi agar dapat terus
tumbuh dan mengendalikan inflasi.
Operasi pasar terbuka adalah strategi pemerintah untuk mengontrol
peredaran uang. Caranya dengan memperjualbelikan surat berharga.
Kebijakan yang juga dikenal dengan nama open market operation ini
dilakukan jika Bank Indonesia memandang ada kebutuhan untuk menambah
jumlah uang beredar di masyarakat. 
Dalam prosesnya, bank sentral akan membeli surat berharga dari bank umum
berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bisa juga membeli surat berharga
dari pemerintah berupa Surat Berharga Negara (SBN) atau Surat Utang
Negara (SUN). Selain menambah jumlah uang beredar di masyarakat, bank
sentral juga dapat mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menjual
surat berharga tersebut kepada bank umum.
Cara kerja OPT di tanah air adalah dengan memperjualbelikan SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) atau SBPU (Surat Berharga Pasar Uang). Apabila
tujuan operasi pasar terbuka adalah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah akan menjual SBI atau SBPU tersebut. Uang yang
beredar dalam masyarakat akan ditarik melalui penjualan SBI maupun SBPU
tersebut sehingga jumlah uang yang beredar menjadi berkurang.
Penjualan SBI dan SBPU umumnya dilakukan jika jumlah uang yang beredar
di masyarakat dinilai sudah terlalu banyak dan dapat memiliki potensi
mengganggu stabilitas perekonomian. Pada kondisi di mana pemerintah
menilai perlu untuk meningkatkan peredaran uang, SBI maupun SBPU yang
telah dijual pun akan dibeli kembali. Pemerintah akan mengeluarkan uang
melalui pembelian tersebut sehingga menambah jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Tujuannya agar perbankan dapat memberikan kredit yang
nantinya dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
Tujuan Operasi Pasar Terbuka
Tujuan dari pelaksanaan operasi pasar terbuka adalah untuk membuat tingkat
likuiditas rupiah di pasar uang terpengaruh, yang akhirnya berdampak
terhadap tingkat suku bunga.
Operasi Pasar Terbuka dilakukan dengan dua cara, yaitu:
 Penjualan Sertifikat Bank Indonesia
 Melakukan Intervensi Rupiah
Operasi Pasar Terbuka dilakukan dengan tujuan beberapa tujuan yaitu:
 Memperbesar dan memperkecil jumlah uang yang beredar dengan cara
mempengaruhi peredaran uang di pasar.
 Menjaga inflasi tetap rendah dengan melakukan pemeliharaan kestabilan
harga atau nilai rupiah.
 Menciptakan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian sesuai
rencana pemerintah, dengan mendorong pertumbuhan investasi, yang
dimana juga akan meningkatkan lapangan kerja, dan mengurangi
pengguran
Pelaksanaan OPT Rupiah dibagi menjadi dua yaitu OPT absorbsi dan OPT
injeksi dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas di sistem perbankan
baik konvensional maupun syariah. OPT absorbsi dilakukan untuk menyerap
kelebihan likuiditas sementara OPT injeksi dilakukan untuk menambah
ketersediaan likuiditas guna menjaga keseimbangan kondisi likuiditas untuk
mendukung pencapaian sasaran OM. OPT dapat dilaksanakan secara reguler
dan non reguler. OPT reguler adalah OPT yang dilakukan secara terjadwal
melalui lelang. Sementara itu, OPT non-reguler adalah OPT yang dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (fine-tune operation) untuk memperkuat
pencapaian sasaran OM yang dilakukan melalui pelaksanaan OPT reguler. BI
mengumumkan rencana dan hasil lelang OPT reguler maupun OPT non-
reguler melalui website BI dan/atau sarana lain yang ditetapkan.
Jenis Operasi Pasar Terbuka
Pasar Kredit terbuka merupakan kegiatan Operasi pasar terbuka yang
dilaksanakan oleh pialang. Pada dasarnya Operasi Pasar Terbuka memiliki 2
jeni yaitu Operasi Pasar Terbuka Absorpsi dan Operasi Pasar Terbuka
Injeksi.
Operasi Pasar Terbuka Absorpsi
Operasi Pasar Terbuka Absorpsi atau disingkat OPT Absorpsi adalah operasi
yang dilaksanakan ketika perkiraan perhitungan likuiditas mengalami
kelebihan yang dilihat dari indikator suku bunga di PUAB, diindikasikan
dengan adanya penurunan suku Bunga PUAB secara signifikan.
Operasi Pasar Terbuka Injeksi
Operasi Pasar Terbuka injeksi atau OPT Injeksi merupakan pelaksanaan
operasi ketika perkiraan perhitungan likuiditas atau indikator suku bunga di
PUAB dinyatakan terjadinya kekurangan likuiditas. Indikasi dari OPT
Injeksi adalah peningkatan suku bunga PUAB secara signifikan.
Cara Operasi Pasar Terbuka di Pasar Kredit Terbuka
Operasi Pasar Terbuka di Indonesia dilakukan dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga seperti:
 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
 Surat Berharga Negara (SBN) : Surat Utang Negara (SUN) Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) , Obligasi Negara termasuk Zero Coupon
Bond (ZCB,) dan Obligasi Negara Ritel (ORI)
 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) : SBSN Ritel
Saat pemerintah melakukan pengurangan jumlah uang yang beredar, maka
Operasi Pasar Terbuka yang dilakukan pada aktivitas Pasar Kredit Terbuka
adalah dengan menjual beberapa surat berharga yang diuraikan pada bagian
atas.
Sedangkan jika pemerintah dalam hal ini bank sentral ingin menambah
jumlah uang yang beredar, operasi pasar terbuka yang dilakukan  adalah
dengan membeli kembali surat-surat berharga yang sebelumnya sudah
terjual.
Contoh Pasar Kredit Terbuka
Pada Tahun 2018 Lembaga Penjamin Simpanan mencatat sampai dengan
Agustus 2018 Operasi pasar terbuka pada kegiatan pasar kredit terbuka yang
dilakukan oleh BI mencapai Rp 174,7 triliun, posisi ini turan dari bulan Juli
2018 yaitu Rp. 231m6 triliun.
Penurunan ini terjadi karena kurangnya penempatan sertifikat deposito BI
senilai Rp 34,6 triliun. Hal ini juga karena dampak dari tingginya
pertumbuhan kredit.
LPS mencatat, langkah yang diambil oleh BI untuk meningkatkan bunga
acuan di 55% adalah regulator maropruensial yang berguna untuk semakin
memperkuat operasi moneter.
2.4 Standing Facility Absorbsi Likuiditas dan Injeksi Likuiditas
 Instrumen standing facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending
facility) dari BI kepada bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility)
oleh bank di BI dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n.
OPT dilakukan atas inisiatif BI, sementara standing facilities dilakukan atas
inisiatif bank.

- Penerbitas SBI & SBIS


- Penerbitan SDBI

absorpsi - Penerbitan Repo Sbn


likuditas - Term Deposit Rupiah

- Jual SBN Outright


Operasi
pasar terbuka - Jual Valas Terhadap Rupiah

- Beli SBN Outright


injeksi - Repo
Operasi likuiditas
Moneter - Beli Valas Terhadap Rupiah

absorpsi - Deposito Facility


likuiditas - FASBIS
standing
facilities - Lending Facility
injeksi
likuiditas - Financing Facility

Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah dari Bank


Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank
Indonesia untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah.
Mengenai prinsip umumnya, Standing Facilities merupakan instrumen yang
digunakan oleh Bank Indonesia untuk injeksi likuiditas dan absorpsi
likuiditas rupiah di pasar uang serta menjadi acuan tertinggi dan terendah
bagi pergerakan suku bunga di pasar uang antar-Bank Umum Konvensional
dengan jangka waktu 1 (satu) Hari Kerja (overnight).
Jenis Standing Facilities
Standing Facilities terdiri atas:
a. Lending Facility atau Financing Facility
Lending Facility adalah penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada
Peserta Standing sedangkan Financing Facility adalah penyediaan dana
rupiah dari Bank Indonesia kepada Peserta Standing Facilities Syariah untuk
Operasi Moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah. Facilities Konvensional untuk Operasi Moneter yang dilakukan
secara konvensional.
b. Deposit Facilitiy
Deposit Facility adalah penempatan dana rupiah oleh Peserta Standing
Facilities di Bank Indonesia untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Peserta Standing Facilities
Peserta Standing Facilities yaitu:
1. Peserta Standing Facilities Konvensional
Peserta Standing Facilities Konvensional adalah Bank Umum Konvensional
yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai peserta Operasi
Moneter konvensional sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai kepesertaan operasi moneter.
2. Peserta Standing Facilities Syariah
Peserta Standing Facilities Syariah adalah Bank Umum Syariah dan/atau
Unit Usaha Syariah yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai
peserta Operasi Moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai kepesertaan operasi moneter.
Karakteristik Standing Facilities
Standing Facilities memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) disediakan oleh Bank Indonesia pada setiap Hari Kerja;
b) dilakukan dengan mekanisme nonlelang;
c) pengajuan transaksi dilakukan melalui Sistem Sistem Bank Indonesia-
Electronic Trading Platform (BI-ETP);
d) jangka waktu;
1. Lending Facility dan Financing Facility adalah 1 (satu) Hari Kerja
(overnight);
2. Deposit Facility:
a) yang dilakukan secara konvensional adalah 1 (satu) Hari Kerja
(overnight);
b) yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah paling lama 14 (empat
belas) hari kalender dihitung dari 1 (satu) hari setelah tanggal
setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu;
e) jumlah hari dalam perhitungan:
1. nilai bunga repo dalam Lending Facility;
2. Biaya Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah (“SBIS”) atau nilai
Margin Repo Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam
Financing Facility; dan
3. nilai diskonto atau imbalan dalam Deposit Facility, dihitung
berdasarkan hari kalender.
f) ditatausahakan pada Rekening Surat Berharga di Bank Indonesia-
Scripless Securities Settlement System (“BI-SSSS”).
Dalam hal terjadi keadaan tidak normal yang mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan transaksi dan/atau setelmen Standing Facilities, prosedur
penanganan keadaan tidak normal dan/atau keadaan darurat mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem
BI-ETP, penyelenggaraan penatausahaan surat berharga melalui BI-SSSS
dan/atau penyelenggaraan setelmen dana seketika melalui Sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasar uang antar bank atau sering juga disebut interbank call money
market adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank
lainnya. Operasi moneter adalah pelaksanaan kebijakan oleh Bank Indonesia
(BI) dalam rangka pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka dan
koridor suku bunga.
Operasi Moneter (OM) bertujuan untuk mendukung pencapaian stabilitas
moneter yang dilaksanakan di pasar uang dan pasar valas secara terintegrasi.
OM dapat dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.
Operasi pasar terbuka adalah strategi pemerintah untuk mengontrol peredaran
uang. Caranya dengan memperjualbelikan surat berharga. Operasi pasar
terbuka injeksi - OPT jenis ini dilakukan jika berdasarkan perkiraan
perhitungan likuiditas atau indikator suku bunga di PUAB, diperkirakan akan
terjadi kekurangan likuiditas. Indikasi kekurangan likuiditas di antaranya
adalah peningkatan suku bunga PUAB secara tajam. Operasi pasar terbuka
absorpsi - OPT jenis ini dilakukan jika berdasarkan perkiraan perhitungan
likuiditas atau indikator suku bunga di PUAB, kelebihan likuiditas
diperkirakan terjadi. Indikasi kelebihan likuiditas di antaranya adalah
penurunan suku bunga PUAB secara tajam.
Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah dari Bank
Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank
Indonesia untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah.
3.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan dalam bentuk
makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca maupun para pihak yang berkepentingan agar
kedepannya dapat disajikan makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Nurul. 2013. PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH. Jakarta

Widayatsari, Any. 2014. PASAR UANG ANTAR BANK SYARIAH. Bali: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 4, No.2. (ISSN:2088-6365)

Syarifuddin, Ferry.dkk. 2018. KEBIJAKAN MONETER SYARIAH DALAM


SISTEM KEUANGAN GANDA TEORI DAN PRAKTIK. Tazkia Publishing &
Bank Indonesia Institute.

Anda mungkin juga menyukai