Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk
menciptakan kondisi lembap yang memadai untuk persemaian yang baru tumbuh.
Banyaknya air yang dibutuhkan bergantung kepada kondisi tanah dan pola tanam
yang diterapkan. Jumlah air 50 sampai 100 mm dianjurkan untuk tanaman ladang dan
100 sampai 120 mm untuk tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus
(misalnya ada tanaman lain yang ditanam segera sesudah padi).
Seperti halnya untuk padi, dianjurkan bahwa untuk indeks evapotranspirasi dipakai
rumus evapotranspirasi Penman yang dimodifikasi, sedangkan cara perhitungannya
bisa menurut cara FAO atau cara Nedeco/Prosida.
Harga-harga koefisien tanaman disajikan pada Tabel A.2.5. Harga-harga koefisien ini
didasarkan pada data-data dari FAO (dengan data-data untuk negara-negara yang
paling mirip) dan menggunakan metode untuk menjabarkan koefisien tanaman.
Dalam penjabaran harga-harga koefisien ini untuk dipakai secara umum di Indonesia,
diasumsikan harga-harga berikut :
(a) evapotranspirasi harian 5 mm,
(b) kecepatan angin antara 0 dan 5 m/dt,
(c) kelembapan relatif minimum 70%
(d) frekuensi irigasi/curah hujan per 7 hari.
Apabila harga-harga kisaran tersebut dirasa terlalu menyimpang atau tidak sesuai
dengan keadaan daerah proyek, maka dianjurkan agar harga-harga koefisien
dijabarkan langsung dari FAO Guideline.
Lampiran II 173
Untuk tanaman tebu, harga-harga koefisien tanaman ditunjukkan pada Tabel A.2.6.
Harga-harga tersebut diambil langsung dari FAO Guideline. Untuk tanaman-tanaman
lainnya, ambil harga-harga secara langsung dari FAO Guideline.
A.2.2.3 Perkolasi
Pada tanaman lading, perkolasi air ke dalam lapisan tanah bawah hanya akan terjadi
setelah pemberian air irigasi. Dalam mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi
hendaknya dipertimbangkan.
Curah hujan efektif dihitung dengan metode yang diperkenalkan oleh USDA Soil
Conservation Service seperti ditunjukkan pada Tabel A.2.7 dibawah ini, dan air tanah
yang tersedia diperlihatkan pada Tabel A.2.8; keduanya diambil dari FAO Guideline.
Perlu dicatat bahwa metode ini tidak berlaku untuk tanaman padi yang digenangi.
Harus diingat pula bahwa harga-harga yang ditunjukkan pada Tabel A.2.7 tidak
berlaku untuk laju infiltrasi tanah dan intensitas curah hujan; dan bahwa jika laju
infiltrasi rendah serta intensitas curah hujan tinggi, maka kehilangan air karena
melimpas mungkin sangat besar sedangkan hal ini tidak diperhitungkan dalam
metode ini.
Agar diperoleh angka-angka efisiensi yang realistis untuk tanaman lading dan tebu,
diperlukan penelitian/riset. Tetapi dengan pemilikan tanah yang kecil serta pertanian
yang intensif, khususnya di Jawa, tingkat efisiensi yang tinggi bisa dicapai.
174 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Jangka ½
Tanaman tumbuh/ bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
hari No.
Jagung
80 0,5 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95*
Kacang
tanah 130 0,5 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55*
Catatan :
1. Diambil dari FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref.FAO, 1977)
2. Untuk diterapkan dengan metode ET Prosida, kalikan harga-harga koefisien tanaman itu dengan 1,15
Tabel A.2.6 Harga-Harga Koefisien Tanaman Tebu yang Cocok untuk Diterapkan
denganRumus Evapotranspirasi FAO
RH RH
Umur tanaman min < 70% min < 20%
angin
angin kecil
Tahap pertumbuhan kecil angin angin
12 bulan 24 bulan sampai
sampai kencang kencang
sedang
sedang
0-1 0 – 2,5 Saat tanam sampai 0,25 rimbun *) 0,55 0,60 0,40 0,45
1-2 2,5 – 3,5 0,25 – 0,5 rimbun 0,80 0,85 0,75 0,80
2 – 2,5 3,5 – 4,5 0,5 – 0,75 rimbun 0,90 0,95 0,95 1,00
2,5 - 4 4,5 - 6 0,75 sampai air puncak 1,00 1,10 1,10 1,20
4 - 10 6 - 17 Penggunaan air puncak 1,05 1,15 1,25 1,30
10 - 11 17 - 22 Awal berbunga 0,80 0,85 0,95 1,05
11 - 12 22 - 24 Menjadi masak 0,60 0,65 0,70 0,75
Catatan :
1. Sumber : Ref (FAO, 1977)
2. Untuk diterapkan dengan metode ET Prosida, kalikan masing-masing harga koefisien dengan 1,15
*) rimbun = full canopy, maksudnya pada saat tanaman telah mencapai tahap berdaun rimbun, sehingga
bila dilihat dari atas tanah di sela-selanya tidak tampak
176 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Tabel A.2.7 Curah Hujan Efektif Rata-Rata Bulanan Dikaitkan dengan Et Tanaman Rata-Rata
Bulanan dan Curah Hujan Mean Bulanan (Mean Monthly Rainfall) (USDA (SCS), 1969)
Curah hujan
bulanan
12,
Mean
25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
5
(
25 8 16 24
50 8 17 25 32 39 46
75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
ET tanaman ratarata bulan/mm
100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
Apabila kedalaman bersih air yang dapat ditampung dalam tanah pada waktu irigasi lebih besar atau
lebih kecil dari 75 mm, harga-harga
Faktor koreksi yang akan dipakai adalah:
CONTOH :
Diketahui:
Curah hujan mean bulanan = 100 mm; ET tanaman = 150 mm; tampungan efektif = 175 mm
Pemecahan:
Faktor koreksi untuk tampungan efektif = 1,07
Curah hujan efektif 1,07 x 74 = 79 mm
Sumber : Ref (FAO, 1977)
Lampiran II 177
Tabel A.2.9 Harga-Harga Efisiensi Irigasi untuk Tanaman Ladang (Upland Crops)
Peningkatan yang
Awal
Dapat Dicapai
Untuk membentuk sistem rotasi teknis, petak tersier dibagi-bagi menjadi sejumlah
golongan, sedemikian rupa sehingga tiap golongan terdiri dari petak–petak tersier
yang tersebar di seluruh daerah irigasi.
Petak–petak tersier yang termasuk dalam golongan yang sama akan mengikuti pola
penggarapan tanah yang sama; penyiapan lahan dan tanam akan dimulai pada waktu
yang sama. Kebutuhan air total pada waktu tertentu ditentukan dengan menambahkan
besarnya kebutuhan air di berbagai golongan pada waktu itu.
178 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Didalam petak tersier tidak ada rotasi, oleh sebab itu seluruh petak termasuk dalam
satu golongan. Petak-petak tersier, yang tergabung dalam satu golongan, biasanya
tersebar diseluruh daerah irigasi. Praktek ini memanfaatkan tenaga kerja, ternak
penghela dan air yang tersedia. Untuk menyederhanakan pengelolaan air, dianjurkan
agar tiap golongan mempunyai jumlah hektar yang sama.
Kadang-kadang rotasi teknis hanya diterapkan di petak sekunder saja. Seluruh petak
tersier yang dilayani oleh satu saluran sekunder termasuk dalam golongan yang sama.
Sistem rotasi teknis semacam ini eksploitasinya tidak begitu rumit, tetapi kurang
menguntungkan dibanding sistem rotasi pada petak tersier, karena :
- tidak ada dampak pengurangan debit rencana pada saluran sekunder
- kesempatan untuk berbagi tenaga kerja dan ternak penghela diantara petak tersier
terbatas karena seluruh petak sekunder mulai menggarap tanah dalam waktu yang
bersamaan.
Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus
dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan. Dengan
sendirinya hal ini agak mempersulit eksploitasi jaringan irigasi. Lagi pula usaha
pengurangan debit puncak mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi. Jumlah
golongan umumnya dibatasi sampai maksimum 5.
Dalam menilai apakah sistem rotasi teknis diperlukan, ada beberapa pertanyaan
penting yang harus terjawab, yakni :
a. dilihat dari pertimbangan-pertimbangan sosial, apakah sistem tersebut dapat
diterima dan apakah pelaksanaan dan eksploitasi secara teknis layak
Lampiran II 179
Gambar A.2.1 menyajikan hasil-hasil yang diperoleh dari Tabel A.2.3 dan Tabel
A.2.4.
180 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Nov 1 - - - -
2 - - - -
Agt 1 0 0
2 0 0
Sep 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.12 Kebutuhan Pengambilan dengan 3 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR 4)
G1 1) G2 2) G3 G 3)
(1) (6)
(2) (3) (4) (5)
Nov 1
2
Sep 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.13 Kebutuhan Pengambilan dengan 4 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR4)
G11) G22) G3 G4 G3)
(1) (7)
(2) (3) (4) (5) (6)
Nov 1
2
Sep 1 0 0 0
2
Okt 1
2
Tabel A.2.14 Kebutuhan Pengambilan dengan 5 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR4)
G11) G22) G3 G4 G5 G3)
(1) (8)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nov 1
2 11,3 2,3 0,40
Sep 1 0 0 0
2
Okt 1
2
Tabel A.2.15 Kebutuhan Pengambilan dengan 4 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan 1,5 Bulan
NFR
Bulan 1) 2) DR4)
G1 G2 G3 G4 G3)
(1) (7)
(2) (3) (4) (5) (6)
Nov 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.16 Kebutuhan Pengambilan dengan 5 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan 1,5 Bulan
NFR
Bulan 1) 2) DR4)
G1 G2 G3 G4 G5 G3)
(1) (8)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nov 1
2 7,7 1,5 0,27
Okt 1 0 0
2
Pengolahan tanah
0.4
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT
Gambar A.2.1 Kebutuhan Pengambilan Tanpa Rotasi Teknis Periode Satu Mingguan
Ini ditunjukkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel A.2.9 sampai A.2.16.
Efisiensi irigasi total pada contoh-contoh Tabel tersebut diambil 65%. Areal masing-
masing golongan diandaikan sama luasnya.
Gambar A.2.2 dan A.2.3 memperlihatkan hasil-hasilnya dalam bentuk grafik. Hasil-
hasil tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa dengan adanya sistem golongan,
kebutuhan pengambilan menjadi lebih efektif dan efisien.