Anda di halaman 1dari 28

KELAPA SAWIT

(Elaeis quinensis Jacq)


Ekologi
kesesuain tanah
Tanaman kelapa sawit menghendaki tanah
yang subur, dengan kondisi fisk yang baik.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah seperti: podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, regosol, dan aluvial.

Tanah-tanah gambut juga dapat ditanami


kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya
tidak lebih dari satu meter dan sudah tua
(saphrik).
Sifat Kimia Tanah

Tanah yang subur dengan kandungan hara yang cukup tinggi, dan seimbang
akan sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi sawit. C/N-ratio tanah
yang baik untuk sawit adalah sekitar 10, dengan C 1%, dan N 0,1%. Nilai tukar
Mg dan K berada pada batas normal, yaitu untuk Mg 0,4-1,0 me/100 gram,
sedangkan K 0,15 -1,20 me/100 gram

Kemasaman tanah (pH) menetukan ketersediaan unsur-unsur hara. Pada pH


tanah yang rendah (tanah masam) seperti pada tanah-tanah gambut unsur Fe,
Al, Mn akan banyak dan dapat mengikat unsure P sehigga tidak tersedia bagi
tanaman. Sebaliknya pH tanah yang tinggi (tanah basa) yang banyak
mengandug Ca, dan Mg juga bisa mngikat unsur P. Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh pada tanah dengan pH 4,0-6,0, dengan pH optimum antara 5,0-
5,5.
Sifat Kimia Tanah yang Dikehendaki Kalapa Sawit
Sifat Kimia Tanah Baik Sedang Kurang

Nitrogen (N) Cukup Sedang Kurang

Posfor (P) Cukup Sewdang Kurang

Kalium (K) Cukup Sedang Kurang

Magnesium (Mg) Cukup Sedang Kurang

Belerang (S) Cukup Sedang Kurang

Kalsium (Ca) Cukup Sedang Kurang

Klor (Cl) Cukup Sedang Kurang

pH tanah 4,5-6,0 4,0-4,5 <4,0


6,0-6,5 >6,0
Sifat Fisik Tanah yang Diperlukan Tanaman Kelapa Sawit

Sifat Tanah Baik Sedang Kurang

Lereng (drajat) <12 12-23 >23

Kedalaman tanah (cm) >75 37,5-75 <37,5

Ketinggian air tanah >75 37,5-75 <37,5


(cm)
Tekstur Lempung Berpasir Pasir

Struktur Kuat Sedang Lemah (masif)

Konsistensi Gembur Teguh Sangat teguh


Topografi

Tanaman kelapa sawit sebaiknya ditanam pada lahan


dengan kemiringan 0-12º atau 21%.

Walaupun lahan yang kemiringan lerengnya 13-25º


masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi
pertumbuhannya kurang baik.

Sedangkan lahan dengan kemiringan lebih dari 25º


sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa
sawit karena menyulitkan dalam pemungutan buah saat
panen dan beresiko tinggi terhadap erosi.
Drainase

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak


disukai tanaman kelapa sawit, karena akarnya membutuhkan
banyak oksigen.
Drainase jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara
dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan
kekurangan unsur nitrogen (N).

Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi


perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga
tidak mengalami genangan pada waktu musim hujan.
Kesesuaian Iklim
altitude
Ketinggian tempat dari permukaan laut berkaitan dengan suhu.
Setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut (dpl), suhu
udara rata-rata berkurang sebesar 0,4ºC.

Akibatnya pada dataran tinggi tanaman mengalami


pertumbuhan yang lambat, dan umur vegetatifnya lebih
panjang/lambat berbuah.

Akibatnya pada dataran tinggi tanaman mengalami


pertumbuhan yang lambat, dan umur vegetatifnya lebih
panjang/lambat berbuah.
Curah Hujan

Air merupakan faktor paling penting untuk pertumbuhan tanaman,


karena air penting untuk penyerapan hara, proses fotosinresis dan
mendistribusikan asimilat kebagian yang membutuhkan.

Bila air di daerah perakaran yang dapat diserap tanaman tidak


mencukupi untuk memenuhi evapotranspirasi, maka tanaman
akan mengalami defisit air dan pertumbuhannya terhambat

Kelapa sawit menghendaki curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun dan


tersebar merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering tidak
lebih dari 2 bulan.
Suhu dan kelembaban

Suhu optimum untuk pertumbuhan


kelapa sawit adalah 29-30⁰C,

intensitas penyinaran matahari yang


dikehendaki sekitar 5-7 jam/hari,

kelembaban optimum 80-90%.


Parameter Iklim Untuk Kesesuaian Kelapa Sawit
Parameter Iklim Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Baik Sedang Kurang Baik Tidak Baik
Curah hujan (mm) 2.000-2.500 1.800-2.000 1.500-1.800 <1.500

Defisit air (mm/th) 0-150 150-250 250-400 >400

Hari tanpa hujan <10 <10 <10 >10

Temperatur (ºC) 22-23 22-23 22-23 22-23

Penyinaran (jam) 6 6 <6 <6

Kelembaban (%) 80 80 <80 <80


1 penyiangan
Selama tanaman belum berproduksi, tanaman penutup tanah biasanya
dipertahankan 100% dengan menggunakan tanaman leguminosa, karena
dapat menghasilkan bintilk akar yang dapat menambat nitrogen dari udara.
Selain itu, tanaman penutup tanah menghambat pertumbuhan gulma.

Membersihkan piringan dari gulma . Diameter piringan tergantung umur


tanaman, diamenter piringan berukuran 1 m dibuat pada tanaman
berumur 1-2 tahun, diameter 1,5 m pada umur 2-3 tahun, dan diameter
2 m pada umur 3-4 tahun.

Penyiangan pringan dapat pula dilakukan dengan


menyemprot piringan dengan herbisida menggunakan
herbisida amyphosate dosis 250-375 cc/ha (konsentrasi 1-
1,5%), dan Amiron 12,5 cc/ha (konsentrasi 0,05%).
2. Pemupukan
Untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas penggunaan pupuk,
maka prinsip lima tepa (5T) perlu diperhatikan, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat cara, tepat tempat dan tepat waktu

Penempatan pupuk pada tanaman yang masih berumur 1 bulan


dilakukan dengan cara menyebarkan secara merata dari pangkal
pohon sampai jarak 30 cm dari pangkal pohon. Selanjutnya disusul
pemberian pupuk ZA, Rock Phosphate (TP), MOP, dan kieserit
dengan cara menyebar merata, dari pangkal pohon sampai jarak
tajuk terlebar

Dosis pupuk yang digunakan, disesuaikan dengan kondisi kesuburan


tanah dan umur tanaman. Selama masa tanaman belum
menghasilkan (TBM), tanaman kelapa sawit sebaiknya dipupuk tiga
kali dalam setahun dengan menggunakan pupuk N,P,K,Mg dan Bora
Pemberian Pupuk pada Kelapa Sawit
yang Belum Menghasilkan
Jenis Hara Proprsi yang Diberikan

Awal musim hujan Akhir musim hujan

N ¾ ¼

P ¼ ¾

K ¼ ¾

Mg 2/3 1/3

Borax ½ ½
Disis Pemupukan TBM Kelapa Sawit
Umur Tanaman Dosis Pupuk (kg/pohon)
(bulan) ZA TSP KCl Kieserit Borium

Dalam lubang (0) 0,50 - - -


1 0,1 - - - -
3 0,25 - 0,15 - -
5 0,25 - 0,15 0,15 -
8 0,25 0,50 0,15 0,15 0,02
12 0,25 - 0,25 0,15 -
16 0,50 0,50 0,50 0,25 0,03
20 0,50 - 0,50 0,25 -
24 0,50 - 0,50 0,25 0,05
28 0,75 1,00 0,75 0,25 -
32 0,75 - 0,75 0,25 -
Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Setelah
Berumur 3 Tahun ke Atas
Umur Dosis (kg/pohon)
Tanaman Frekuensi
(tahun) ZA TSP/RP MOP Kieserit/Dolomit

3-5 0,5-1,0 0.5-1,0 0,25-0,5 0,5-1,0 ZA (2), RP


(1), TSP
6-12 05-,0,75 1,0-2,0 0,75-1,5 0,5-1,0 (2), MOP
(2), dan

>12 0,75-1,0 0,5-1,0 0,75-1,0 0,25-0,75 Kies/dolo


m (2)
PANEN
Untuk melaksanakan
panen dengan tepat,
maka beberapa faktor
yang perlu di perhatikan
di antaranya adalah:
1. Pematangan Buah dan Kriteria Matang
panen : a. fase pematangan buan ditandai

• Terjadinya perubahan karbohidrat menjadi gula , sehingga menjadi terasa


manis pada inti sawit dan daging buah.
1

• Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ditandai dengan


ikatan antar serat yang berkurang dan tekstur yang lunak.
2

• Perubahan warna buah dari semula berwarna hitam kehijauan berubah


menjadi hijau kekuningan kemudian berubah kembali menjadi oranye
3 (jingga).

• Fisik buah berubah , mula-mula hitam mengkilat berubah menjadi suram.


4
b. kriteria matang panen
Tanaman kelapa sawit dianggap telah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat
setelah ditanam. Buah kelapa sawit biasanya mencapai matang sekitar 6 bulan setelah
penyerbukan.
Peralihan dari areal tanaman belum menghasilkan menjadi areal tanaman
menghasilkan bila telah memenuhi persyaratan 60% atau lebih tanaman telah
matang panen, dan berat janjang (tandan) 4 kg atau lebih
Buah yang telah matang akan terlepas dari tandannya disebut dengan
memberondol. Kondisi ini merupakan tanda kematangan buah, semakin
banyak buah yang memberondol berarti buah semakin matang.
Keriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak
maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB
atau FFA) minimal.
Kriteria ini dicapai bila sudah ada 1 brondolan/kg TBS (Tandan Buah Segar) yang
jatuh secara alami atau kurang lebih 10 butir brondolan pada tanaman yang
berumur kurang 10 tahun, dan 10-15 butir brondolan pada tanaman yang
berumur lebih dari 10 tahun
Untuk memudahkan pengolahan dan penyeragaman
kualitas tandan, ditetapkan kriteria matang panen
1. Kandungan Minyak dalam Tandan Maksimal. Kelapa sawit terutama
dimaksudkan untuk untuk memproduksi minyak dan inti sawit, karena itu
maka ukuran yang digunakan adalah jumlah minyak dan inti sawit.yang
dihasilkan per ha. Salah satu ukuran kematangan buah adalah kandungan
minyak dalam tandan. Dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol,
namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena ada kesulitan, yaitu pengutipan
brondolan, sehingga prosentase asam lemak bebas kemungkinan besar
menjadi tinggi.

2. Kandungan Asam Lemak Bebas Rendah. Kualitas minyak ditentukan


oleh kandungan asam lema bebas, karena konsumen menghendaki
minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas rendah. Kandungan
asam lemak bebas rendah akan diperoleh bila buah yang dipanen masih
mentah. Namun persoalannya karena memotong buah mentah
menimbulkan masalah di PKS, yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi minyak
dan inti sawit.
2. Biya panen: beberapa hal yang
mempengaruhi
a. Umur Tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin tinggi tingkat kesulitan
panennya, karena tanaman semakin tinggi. Panen pada tanaman muda dapat dilakukan
dengan menggunakan ‘dodos’, sementara tanaman tua menggunakan ‘egrek’. tanaman
tua lebih banyak mengandung brondolan daripada tanaman muda dan membutuhkan
tenaga yang lebih besar untuk mengutip brondolan yang biasanya berserakan di sekitar
pohon,
b. Topografi. lebih mudah dilakukan pada lahan datar dibandingkan dengan
berombak, apalagi berbukit. Biaya panen lebih tinggi pada lahan berbukit
dibandingkan dengan lahan datar. Hal lain yang penting diperhatikan adalah
ketepatan menggunakan criteria matang panen, karena kesalahan penetapan
criteria matang panen pada lahan miring dapat menyebabkan efisiensi
pengutipan brondolan menjadi rendah.
c. Kematangan Buah. Buah mentah lebih mudah dipanen karena
brondolan yang terdapat di piringan setelah tandan dipotong sangat
kecil, sementara pada buah yang lewat matang jumlah brondolan
dipiringan lebih banyak sehingga membutuhkan tenaga tambahan.
3. Manfaat Produk Kelapa Sawit

Produk kelapa sawit berupa tandan buah segar (TBS) setelah diolah
akan menghasilkan minyak. Minyak yang dihasilkan kelapa sawit
terdiri dari dua macam, yaitu: minyak yang berasal dari daging buah
(mesocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan pemerasan
(press).Minyak jenis ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau CPO
(crude palm oil). Kemudian minyak yang berasal dari inti sawit,
dikenal sebagai minyak inti sawit atau PKO (palm kernel oil)

CPO dan PKO dapat dibuat menjadi berbagai


produk. Pabrik pengolahan CPO dan PKO disebut
refineri dan ekstraksi, yang menghasilkan
beberapa jenis minyak yang harus diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan produk lain
Manfaat dari minyak kelapa sawit:

a. Bahan Baku Makanan: seperti mentega, lemak untuk masakan


(shortening), bahan tambahan cokelat, bahan baku es krim, pembuatan
asam lemak, bahan baku berbagai industri ringan dan bahan makanan
ternak.

b. Bahan Baku Kosmetika dan Obat-obatan. .seperti krim, shampo, lotion,


dan vitamin A. Keuntungan dari produk yang berasal dari minyuak kelapa
sawit adalah lebih muda diserap kulit dibanding dengan minyak lain.

c. Bahan Baku Industri Berat dan Ringandigunakan oleh industri kulit


sebagai bahan pelembut dan pelunak. Pada industri tekstil minyak
kelapa sawit juga digunakan karena mudah dibersihkan. Cukup baik
digunakan sebagai plumas karena tahan terhadap tekanan dan
suhu tinggi.
Manfaat dari minyak kelapa sawit:

d. Biodiesel. biodiesel yang dibuat dengan cara eksterifikasi dan


atau transesterifikasi minyak sawit dan alkohol rantai
pendek.Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah
mengembangkan biodiesel minyak sawit (BMS) sejak tahun
1992.
e. Pemanfaatan Limbah. diantaranya adalah janjang kosong,
limbah cair, limbah solid (padatan), dan cangkang. Sumber
energi ketel boiler dapat dihasilkan dari serat janjang kosong
dan cangkang. Pupuk kompos dapat dibuat dari janjang
kosong, abu janjang, limbah padat, dan cair. Gas yang
dihasilkan dari kolam proses limbah juga dapat digunakan
sebagai sumber energi (biogas). Janjang kosong juga dapat
diproses menjadi industri futura
4. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara penen


terahir dan panen berikutnya di tempat yang sama.Rotasi
panen tergantung pada cepatnya buah matang

Pada panen permulaan, biasanya rotasi panen 15


hari, selanjutnya 10 hari, dan terahir 7 hari.
Rotasi panen menggunakan simbol 5/7, yakni
lima hari memanen dengan rotasi 7 hari.
5. Cara Panen

Beberapa cara panen yang dilakukan pada tanaman


kelapa sawit, yaitu cara panen jongkok untuk pohon
setinggi 2-5 meter, menggunakan dodos.

Cara panen berdiri untuk pohon setinggi 5-10


m, menggunakan kampak siam, dan dan
panen egrek untuk pohon lebih tinggi dari 10
m menggunakan egrek.
Cara Panen Jongkok Menggunakan
Dodos
6. Standar Panen.
Panen dilakukan dengan tidak ada buah mentah yang
dipanen

tidak meninggalkan buah yang matang,


semua buah sawit dikumpulkan dan dalam
keadaan bersih dibawa ketempat pengumpulan
hasil (TPH),
merontokkan tandan yang terlalu matang,
Memotong gagang tandan, dan
pemotongan cabang harus baik.

Anda mungkin juga menyukai