Anda di halaman 1dari 20

SADURAN

SISTEM USAHA TANI DAN BUDIDAYA CABAI

PENDAHULUAN

Cabai merupakan salah satu komoditas yang tidak pernah ditinggalkan


masyarakat Indonesia. Cabai merupakan menu wajib bagi budaya orang Indonesia.
Oleh karena itu, ketika harga cabai melonjak naik, masyarakat tetap mengkonsumsi
meskipun kuantitasnya berkurang. Cabai sering diolah menjadi berbagai macam jenis
sambal.

Kandungan nutrisi yang ada dalam cabai memiliki daya tarik tersendiri.
Kandungan nutrisi yang beragam dan bermanfaat bagi manusia dapat dipetik dari
tanaman keluarga solanaceae. Mulai kandungan senyawa oleoresin yang bermanfaat
untuk mencegah stroke, hingga kandungan betacarotin dan antocinin yang sangat
bermanfaat untuk mencegah kanker dan penyakit jantung. Kandungan flavonoid dan
antioksidan inilah yang berfungsi untuk mencegah kanker. Buah cabai juga
mengandung minyak atsiri, yang diperoleh melalui ekstraksi. Minyak ini digunakan
sebagai bahan baku obat-obatan dan bahan baku kosmetika dan dalam dunia farmasi,
muinyak atsiri dapat menggantikan minyak kayu putih.

Tabel di bawah ini menunjukkan komposisi gizi cabai rawit dan cabai merah
besar kandungan zat gizi-nya per 100 gram ternyata lebih besar dari pada yang
terdapat pada buah-buahan seperti manga, nangka maupun nanas. Zat yang
terkandung pada cabai seperti vitamin C, betakarotin (provitamin A). bahnkan
mengandung mineral seperti kalsium dan fosfor yang mengalahkan mineral pada
ikan.

Cabai Rawit Cabai Merah Cabai Hijau Cabai Merah


Komponen Gizi
(Segar) Besar (Segar) Besar (Segar) Besar (Segar)
Energi (kkal) 103 31 23 311
Protein (g) 4,7 1 0,7 15,9
Lemak (g) 2,4 0,3 0,3 6,2
Karbohidrat (g) 19,9 7,3 5,2 61,8
Kalsium (mg) 45 29 14 160
Fosfor (mg) 85 24 23 370
Besi (g) 2,5 0,5 0,4 2,3
Vitamin A (SI) 11,050 470 260 576
Vitamin B1 (mg) 0,24 0,05 0,05 0,40
Vitamin C (mg) 70 18 84 50
Air (g) 71,2 90,9 93,4 10
Sumber: Direktorat Gizi – Depkes, 1992

Cabai merupakan salah satu tanaman sayuran utama di Indonesia. Pada


periode 2010-2015, luas panen komoditas ini berkisar antara 230.000 ha sampai
245.000 ha setiap tahunnya. Lebih dari 50% produksi cabai Indonesia berasal dari
wilayah Pulau Jawa, dan Jawa Timur memiliki sekitar 60.000 ha atau 35% dari luas
tanam nasional. Daerah sentra produksi lainnya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan
NTB. Dari keempat provinsi ini saja pasokan cabainya telah menimbang 60% dari
total produksi nasional. Jawa Timur tercatat sebagai penyumbang utama cabai besar
(23%) dari produksi nasional. Tabel dibawah ini mempresentasikan produksi rata-rata
cabai rawit dan cabai besar di Indonesia (2009-2011).

Cabai Rawit Cabai Besar


Produksi Produksi
Provinsi Provinsi Provinsi
Rata-rata Rata-rata
Bagian (%) Bagian (%)
(ton) (ton)
Sumatera Utara 35.826 6,3 158.975 19,2
Jawa Barat 98.816 17,4 190.446 23
Jawa Tengah 68.854 12,1 131.232 15,9
Jawa Timur 167.236 29,4 70.336 8,5
NTB 22.530 4 5.580 0,7
NTT 4.060 2,4 3.253 0,4
Prov. Lainnya 17.753 30,2 267.993 32,4
Indonesia 596.075 100 827.815 100
Sumber: Perhitungan berdasarkan data BPS (Statistik Indonesia)

Bagaimanapun juga agribisnis cabai di Indonesia masih memiliki prospek


yang cerah. Minimal ada tiga faktor yang menyebabkan bisnis sector ini masih akan
terus berkembang, yaitu:

a. Permintaan yang cenderung meningkat


b. Harga relatif bisa diprediksi polanya
c. Banyaknya Industri Berbahan Baku Cabai

TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI

A. SISTEM TANAM
Sistem penanaman cabai sangat bervariasi, tergantung pada jenis
cabai, kesuburan lahan dan ketinggian tempat. Pada lahan sawah bertekstur
berat (liat), sistem tanam 2-4 baris tanaman tiap bedengan lebih efisien. Pada
lahan kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok dengan sistem
tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap bedengan (“double row”) seperti yang biasa
dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi.
Cabai selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam secara
tumpanggilir/tumpangsari dengan tanaman lain. Di dataran rendah, cabai
merah dapat ditanam secara tumpanggilir dengan bawang merah. Di dataran
tinggi, cabai merah dapat ditumpangsarikan dengan 1-2 jenis tanaman, antara
lain kubis dan tomat. Untuk cabai rawit, didataran rendah dan dataran tinggi
biasanya ditumpanggilirkan dengan tanaman jagung dan buncis.

B. PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA CABAI


Terdapat beberapa persyaratan untuk lahan yang akan digunakan
sebagai usahatani cabai. Berikut ini adalah beberapa kriteria, yaitu:
Persyaratan Kesesuaian
No Komponen Lahan Sesuai Tidak
Sesuai
Bersyarat Sesuai
26-28 15-20 <15
1 Suhu ℃
23-28 28-36 >36
2 Bulan kering (mm/th) 4-5 2-3;6-8 <2;>8
Sangat cepat,
3 Kelas drainase tanah Baik Sedang
Sangat lambat
Lempung, debu Lempung berpasir, Pasir,
4 Tekstur tanah
Lempung berpasir Liat berpasir Krikil liat
Berat sangat
5 Struktur tanah Gempur/remah Sedang
porus
6 Kedalaman tanah (cm) >60 20-60 <20
7 Kesuburan Baik Sedang Rendah
8 pH (H2O) 6-6,5 5-6,6,5-7 <5;>7
9 Lereng (%) <5 5-25 >35
10 Elevasi (mdpl) <500 500-10000 >1500
11 Batuan (%) <5 5-25 >25
12 Singkapan batuan <8 8-25 >25
Sumber: Abu, 2009

C. WAKTU TANAM
Secara umum musim tanam cabai dapat digolongkan menjadi 3
musim, yang waktu tanam tersebut disesuaikan dengan strategi budidaya dan
pemasaran. Waktu tersebut, yaitu:
1. Musim tanam awal musim kemarau (Mei-Juni)
2. Musim tanam akhir musim hujan (Maret-April)
3. Musim tanam awal musim hujan (Oktober-November)

D. BENIH BERMUTU DAN VARIETAS UNGGUL


Benih bermutu tinggi untuk cabai merah harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Berdaya kecambah tinggi (di atas 80%)
2. Mempunyai vigor yang baik (benih tumbuh serentak, cepat dan sehat)
3. Murni (tidak tercampur oleh varietas lain)
4. Bersih (tidak tercampur kotoran, biji-biji rumput/tanaman lain)
5. Sehat (bebas Organisme Pengganggu Tanaman)

E. JENIS CABAI RAWIT


Beberapa cabai rawit lokal unggulan yang telah berhasil diproduksi
sendiri oleh petani, diantaranya adalah Kencana, Brenggolo, Baskoro, Cakra
dan lain sebagainya.

F. JENIS CABAI HIBRIDA DAN CABAI MERAH


Kebanyakan cabai hibrida lebih manja disbanding varietas biasa.
Cabai Hibrida mempunyai keunggulan dalam hal produktivitas, bentuk dan
ketahanan terhadap penyakit tertentu. Beberapa jenis cabai yang popular
adalah:
a. Hibrida cabai merah: Hot beauty, Gada, Emerald, Horison,
Imperial, Biola, Inko hot.
b. Jenis OP (open pollinated) cabai merah besar dan keriting:
Lembang-1, Tanjung-1, Tanjung-2, Kunthi, Ciko, Papirus,
Kencana.
c. Hibrida cabai rawit: Discovery, Bara, Taruna, Dewata, Juwita.
d. Paprika: Hairloom, Edison, Suniya.

G. PENYEMAIAN BIJI
Berikut merupakan tahapan cara-cara melakukan penyemaian biji
sesuai standar yang telah berlaku, tahapan tersebut adalah:
1. Merendam biji dalam air hangat (50℃)/larutan Previcur N 1-2 ml/L air, 1
jam.
2. Membuang biji yang mengambang
3. Mencampurkan media pesemaian (tanah halus dan pupuk kandang 1:1)
4. Mensterilkan media pesemaian dengan Furadan 2 sendok makan per 10 kg
media campur
5. Membuat bedengan lebar 1 m dan panjang tergantung kebutuhan atau
dengan sistim lontongan yang diisi media semai
6. Membuat rumah kasa dengan atap plastik UV dan tertutup insect net rapat
7. Atap menghadap ke timur agar bibit mendapat sinar matahari cukup di
pagi hari
8. Benih disemai di lontongan atau bedengan, ditutup tanah halus, ditutup
daun pisang
9. Menyiram 2 hari sekali tergantung kelembaban media
10. Membuka daun pisang ± 7 hari
11. Memindahkan bibit yang telah berdaun 2, ± 12-14 hari ke kantong plastik
yang berisi media yang telah diberi inokulasi mikoriza (Glomus sp)/
Trichoderma/PGPR, 10 gr per bibit
12. Penyiangan gulma
13. Bibit siap tanam ± 28 – 35 hari atau telah berdaun 3 – 4 helai

H. PENYIAPAN LAHAN
Dianjurkan untuk membersihkan lahan dari batu-batuan, gulma, sisa
tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan
menggunakan cangkul. Sisa-sisa tanaman dibuang, batu-batuan dikumpulkan
dan dibuang pada tempat tertentu yang aman di luar areal tanam. Apabila
diperlukan dapat menggunakan Herbisida sesuai dengan kebutuhan.

I. PEMBUATAN BEDENGAN DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK


Tanah dibajak sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur, 10-15
hari sebelum ditanam. Membuat bedengan dengan bentuk dasar trapesium
dengan ukuran lebar bawah 110-120 cm dan lebar atas 100 cm, tinggi dan
jarak antar bedengan (selokan) bergantung pada musim.
Jarak bedengan pada musim hujan selebar 70-80 cm dengan tinggi
bedengan 50-60 cm. pada musim kemarau bedengan dibuat hanya setinggi 30-
40 cm dan jarak bedengan 60-70 cm. setelah itu dilakukan pengapuran bila pH
tanah < 6,5. Penaburan pupuk kandang secara merata pada bedengan
sebanyak 20-30 ton/ha.

J. PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN JARAK TANAM


Membuat lubang tanam jarak tanam (50-70 cm) x (40-60 cm) sedalam
± 10 cm atau disesuaikan dengan kesuburan lahan. Makin subur lahan maka
jarak tanam bisa semakin lebar. Namun jarak tanam tetap memperhatikan
varietas, faktor penyinaran dan kelembaban sidekitar tanaman cabai merah
besar ataupun cabai rawit. Penanaman dapat dibuat zigzag untuk memperluas
kanopi tanaman.

K. PEMULSAAN
Keberadaan mulsa di permukaan tanah dapat memelihara struktur
tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan temperatur tanah,
mengurangi pencucian hara, menekan gulma, dan mengurangi erosi tanah.
Jenis bahan yang digunakan sebagai mulsa antara lain adalah jerami dan
plastik hitam perak.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabai
merah dan mengurangi kerusakan tanaman oleh serangan hama trips dan
tungau, dan menunda insiden virus. Pemasangan mulsa plastik dilakukan
sebelum penanaman cabai.

L. PENANAMAN DAN PEMASANGAN AJIR


Sebelum tanam, lahan yang telah dipersiapkan berupa garitan-garitan
atau lubang-lubang tanaman diberi pupuk kandang atau kompos dengan dosis
sesuai anjuran. Pemberian pupuk kandang atau kompos ini terdapat dua cara
yang dapat dilakukan, yaitu diberikan secara dihamparkan dalam garitan-
garitan atau diberikan secara setempat pada lubang-lubang tanaman.
Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian ditutup tanah.
Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman. Disiapkan ajir
menggunakan bambu belahan atau rantign kayu, dan dipasang 10 cm dari
pangkal batang sebelum tanaman umur 1 bulan. Sebisa mungkin batang
tanaman diikat pada ajir dengan tali rafia. Pengikatan diulang sesuai dengan
pertumbuhan tanaman.

M. PEMUPUKAN
Ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan
S) ataupun hara mikro (Zn, Fe, Mn, Co, dan Mo) yang cukup dan seimbang
dalam tanah merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil cabai merah
yang tinggi dengan kualitas yang baik. Setiap unsur hara mempunyai peran
spesifik di dalam tanaman. Kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil.
Jenis pupuk yang digunakan untuk menambah hara N, P, K, dan S
adalah Urea, ZA, TSP/SP-36, KCl, ZK (K2SO4). Untuk menambah hara Ca
dan Mg dengan pemberian kapur atau dolomit. Sumber hara mikro umumnya
didapat dari pupuk kandang atau kompos. Berikut adalah tabel kebutuhan
umum unsur hara tanaman cabai pada jenis tanah du Indonesia.

JENIS PUPUK ANDISOL ALUVIAL


Pupuk Kandang 20-30 t/ha 15-20 t/ha
Pupuk N 150-225 kg/ha 150-200 kg/ha
(Urea 200-300 kg/ha + (Urea 150-200 kg/ha +
ZA 300-450 kg/ha) ZA 400-500 kg/ha)
Pupuk P P2O5 108-144 kg/ha P2O5 108-144 kg/ha
(SP-36 300-400 kg/ha) (SP-36 300-400 kg/ha)
Pupuk K K2O 150-180 kg/ha K2O 90-120 kg/ha
(KCl 250-300 kg/ha) (KCl 150-300 kg/ha)
Pupuk NPK 16-16-16 1-1,5 t/ha 1 t/ha
Sumber: Sumarni dan Muharam, 2005

N. PENGAIRAN
Cabai merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan,
tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air tanah dalam keadaan
kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) sangat mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tanaman cabai. Masa kritis tanaman ini terhadap
kebutuhan air adalah saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembentukan bunga
dan buah.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kelembaban tanah yang ideal
untuk pertumbuhan dan hasil cabai merah berkisar antara 60-80% kapasitas
lapang. Penyiraman pada pertumbuhan vegetatif diberikan sebanyak 200 ml
per tanaman tiap 2 hari sekali. Pada pembungaan dan pembuahan sebanyak
400 ml per tanaman tiap 2 hari sekali.

O. PEMANENAN
Panen pertama dilakukan pada sekitar umur 70 hari (tergantung jenis
dan varietasnya). Umur pemanenan sangat bergantung dari jenis cabai yang
ditanam dan selera pasar, juga jarak pasar dan jenis produk cabai yang akan
dijual. Buah yang dijual segar dipanen matang, sedangkan jika untuk dikirim
dengan jarak jauh,, buah dipanen matang hijau. Panen dilakukan setiap 3 hari
sekali sampai buah matang habis secara bertahap.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), cabai merah segar dan
cabai keriting diklasifikasikan menjadi 3 kelas mutu, yaitu Mutu I, Mutu II,
dan Mutu III, seperti tertera dalam tabel di bawah ini.

PERSYARATAN
JENIS UJI
MUTU I MUTU II MUTU III
Keseragaman warna (%) Merah ≥ 95 Merah ≥ 95 Merah ≥ 95
Keseragaman (%) 98 96 95
Bentuk (%) Normal (98) Normal (98) Normal (98)
Cabai merah besar
- Panjang buah (cm) 12-14 9-11 <9
- Garis tengah pangkal 1,5-1,7 1,3-<1,7 <1,3
(cm)
Cabai merah keriting
- Panjang buah (cm) >12-17 10-<12 <10
- Garis tengah pangkal >1.3-1.5 1.0-<1.3 <1,0
(cm)
Kadar kotoran (%) 1 2 5
Tingkat kerusakan dan busuk
- Cabai merah besar 0 1 2
- Cabai merah keriting 0 1 2

P. PENANAMAN CABAI DI LUAR MUSIM


Salah satu faktor yang mengakibatkan fluktuasi harga pada komoditas
cabai adalah musim. Pada saat musim kemarau banyak petani di lahan sawah
yang menanam cabai dan resiko keberhasilannya tinggi. Sedangkan pada saat
musim hujan, para petani yang menanam cabai lebih sedikit bahkan tidak ada.
Hal ini dikarenakan adanya resiko gagal panen akibat banjir, hama serta
penyakit. Ketika musim penghujan datang, para petani di lahan kering saja
yang berani menanam cabai. Sementara di kawasan persawahan, para petani
lebih memilih untuk menanam padi.
Masalah utama penanaman cabai merah di luar musim (musim
penghujan) adalah faktor cuaca yang kurang mendukung bagi pertumbuhan
tanaman cabai merah dan adanya serangan hama atau penyakit yang tinggi,
sehingga dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil. Berikut ini ada
beberapa cara untuk mengatasinya, yaitu:
a. Penanaman cabai merah dengan penggunaan mulsa plastik perak
hitam dan naungan/atap plastik transparan. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa penanaman cabai merah di musim hujan dengan
naungan plastik dan mulsa plastik hitam memberikan hasil
tertinggi.
b. Penanaman cabai merah dalam kultur agregat hidroponik dengan
naungan/atap plastik transparan. Penanaman cabai merah
dilakukan dalam kantung plastik (“polybag”) hitam yang berisi
media tumbuh berupa campuran pasir dan arang sekam padi (1:1).
Untuk larutan hara digunakan larutan pupuk NPK 16-16-16 (2 g/l
air) yang disiramkan pada media tumbuh dengan volume 300-600
ml per tanaman, setiap 3 hari. Di samping itu, pupuk pelengkap
cair (PPC) Metalik (1 cc/l) diberikan dengan cara disemprotkan
pada tanaman (Sumarni dan Muharam, 2005).

Berikut adalah tabel produksi cabai merah pada pertanaman di luar


musim (musim hujan):

PERLAKUAN PRODUKSI (t/ha)


Tanpa naungan + tanpa mulsa 2,01
Mulsa jerami 2,01
Mulsa plastik hitam 5,06
Naungan plastik + mulsa jerami 4,28
Naungan plastik + mulsa plastik hitam 9,18
Sumber: Sumarni dan Muharam, 2005)

BAB III

PENGENDALIAN HAMA TERPADU CABAI

A. HAMA UTAMA
1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat muda berwarna kuning sampai agak kelabu kekuningan, kepala
dan ujung perut berwarna hitam. Ulat dewasa berwarna coklat sampai
coklat kehitaman, panjang 30-35 mm, pada kedua sisi badannya terdapat
pita coklat. Ulat memotong tanaman muda, potongan tanaman ditarik ke
dalam tanah. Pada tanaman tua, ulat makan tangkai daun dan pucuk
tanaman. Serangan meningkat pada musim kemarau. Ngengat aktif malam
hari dan telur diletakkan di tempat lembab.

2. Ulat Grayak (Spodoptera litura)


Ulat muda berwarna hijau dengan sisi samping hitam kecoklatan. Ulat
dewasa berukuran sekitar 30 mm, dibagian punggung terdapat bercak
segitiga. Ulat makan daging daun tanpa epidermisnya, sehingga bekas
serangan berupa bercak putih tembus sinar. Ulat tua memakan seluruh
bagian daun kecuali tulang daun. Ngengat aktif malam hari, telur
sebanyak 200-300 butir/induk diletakkan berkelompok sehingga ulat
mudanya hidup berkelompok. Ulat ini menyerang berbagai jenis tanaman.

3. Kutu Daun atau Afid (Myzus persicae dan Aphis gosypii)


Nimfa yang baru lahir berukuran 0,5 mm, berwarna kuning atau
kehijauan, berkembang menjadi hijau kekuningan atau oranye berukuran 3
mm. Kutu daun dewasa ada yang bersayap, ada yang tidak bersayap. Kutu
yang bersayap mempunyai tanda bentuk tapal kuda coklat pada
punggungnya. Nimfa dan kutu dewasa menghisap cairan daun
menimbulkan bercak kecil pada daun. Pada serangan berat, daun
diselimuti jamur jelaga hitam. Kutu daun berkoloni di bawa permukaan
daun, berkelompok atau berpencar, dan dapat menularkan virus.

4. Thrips (Thrips parvispinus)


Nimfa berwarna kuning, bersembunyi di balik permukaan lipatan
daun, gerakannya lambat. Serangga dewasa berwarna coklat sampai hitam,
bergerak lincah di antara helaian daun atau lipatan kelopak bunga. Thrips
menyerang tanaman dengan cara menggigit dan menggaruk permukaan
daun, kemudian menghisap cairan selnya. Daun menjadi keriput dengan
bercak-bercak putih kecoklatan, sedangkan bagian bawah daun berwarna
coklat keperakan. Pada waktu matahari terik, serangga bersembunyi di
bagian bawah daun. Pada pagi dan soer hari, serangga kembali aktif untuk
menyerang tanaman.

5. Tungau (Polyphagotarsonemus latus)


Ukuran hama ini sangat kecil, jantan dewasa berukuran 0,25 mm
sedangkan betina dewasa berukuran dua kalinya. Tubuhnya transparan,
agak hijau kekuningan. Daun yang terserang tungau menebal, menggulung
ke arah bawah dan terpelintir. Tunas dan daun muda yang terserang kering
dan berguguran, tinggal ujung rantingnya saja. Serangan berat
menyebabkan buah cabai menjadi keras dan berwarna coklat.

6. Lalat Buah (Bactocera sp)


Serangga dewasa hampir mirip lalat rumah, panjang tubuh 6-8 mm.
larva disebut belatung, berwarna putih, berada di dalam buah. Bila sudah
tua, belaung keluar dari buah dan membentuk pupa di atas permukaan
tanah. Buah yang terserang ditandai adanya titik (lubang) hitam pada
pangkalnya, tempat serangga betina memasukkan telurnya. Telur menetas
menjadi larva dan memakan isi buah, menyebabkan infeksi jasad renik
lainnya, buah menjadi busuk dan jatuh ke tanah. Serangga dewasa hidup
selama 2-3 bulan, mulai bertelur pada umur 5-7 hari sebanyak 100-200
butir. Daur hidup lalat buah adalah 25 hari.

B. PENYAKIT UTAMA
1. Busuk Buah Atau Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)
Cendawan penyebab penyakit ini berkembang dengan spora yang
berbentuk oval dengan ujung tumpul atau bengkok seperti sabit. Buah
sakit ditandai dadanya bercak coklat kehitaman pada permukaannya,
kemudian busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik
hitam yang merupakan kelompok aservulus dan spora. Serangan berat
menyebabkan seluruh buah keriput dan kering. Warna kulit buah seperti
jeramu padi. Cuaca yang panas dan basah mempercepat perkembangan
penyakit.

2. Bercak Daun (Cercospora capsici)


Serangan cendawan menimbulkan bercak kecil yang berbentuk bulat
dan kering. Bercak meluas sampai garis tengahnya 0,5 cm dengan pusat
bercak berwarna pucat sampai putih, tepi bercak berwarna gelap. Bagian
tengah bercak rapuh dan mudah rusak menyebabkan daun berlubang.
Apabila bercaknya banyak, maka daun menjadi kuning dan gugur.
Cendawan ini juga menyerang batang dan tangkai buah. Sporanya dapat
terbawa biji dan bertahan pada sisa tanaman sakit selama musim buah.
Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Kadang-
kadang penyakit menyerang tanaman di pembibitan.

3. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)


Tanaman yang terserang menjadi layu dimulai dari daun bagian
bawah. Anak tulang daun tampak kuning, tanaman menjadi layu dengan
cepat pada waktu 2-3 hari. Jaringan akar dan pangkal batang berwarna
coklat. Tempat luka infeksi ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti
kapas.

4. Penyakit Virus (Virus mosaik ketimun = CMV; virus mosaik tembakau =


TMV; virus kentang Y = PVY)
Virus menyebabkan warna daun menjadi mosaik atau belang, ukuran lebih
kecil dari daun normal. Bila menyerang tanaman muda, tanaman tumbuh
kerdil dan menurunkan produksi tanaman hingga gagal panen.

5. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)


Penyakit biasanya muncul saat pancaroba. Ciri utamanya adalah layu
dari bagian pucuk daun yang menjalar ke seluruh tanaman. Penyakit ini
sering terjadi pada akhir musim hujan dan termasuk dalam penyakit tular
tanah.

C. KOMPONEN PHT
1. Pengendalian dengan Varietas Tahan
Varietas OP : Kencana, Ciko, Lembang, Tanjung

2. Pengendalian dengan Teknik Budidaya


1. Pesemaian
 Pesemaian dibuat ke arah Utara-Selatan menghadap ke Timur
dengan atap rumbia, jerami kering/plastik putih transparan.
 Media berupa campuran tanah, pasir, pupuk kandang (1:1:1)
diberi Furadan 2 sendok makan per 10 kg tanah, diisikan ke
dalam polibag garis tengah 3 cm, tinggi 10 cm atau baki (tray)
pesemaian
 Biji cabai merah disemaikan satu persatu ke dalam media,
ditutup selapis tanah halus dan disiram air secukupnya tiap 2
hari sekali menggunakan sprayer.
 Bibit umur 28-35 hari dari tabur biji atau bedaun 3-5 helai
dipilih yang sehat dan tumbuh normal untuk ditanam di lapang.

2. Pemilihan Lahan
Lahan dipilih yang bertekstur lempung, debu, lempung
berpasir;dengan struktur gembur/remah, cukup subur, pH 6-6,5,
kelerengan <5, tinggi tempat <500 mdpl, kandungan batu <5%, dan
curah hujan 600-1250 mm per tahun.

3. Persiapan Tanah
 Musim tanam yang baik adalah awal kemarau atau akhir
musim hujan, pada musim hujan perlu saluran pengairan yang
baik.
 Tanah dibajak, bongkahan tanah dihancurkan dan dibersihkan
dari gulma.
 Pada tanah sawah, bedengan dibuat sesuai musim tanam. Pad
musim kemarau tinggi bedengan 30-40 cm dan pada musim
hujan tinggi bedengan diatas 60 cm. jika pH kurang dari 6,5,
bedengan ditaburi dolomit. Pupuk kandang diberikan pada
lubang tanam bersama dengan pupuk P sebagai pupuk dasar.

4. Tanam
 Setelah bedengan ditutup mulsa plastik, dibuat lubang tanam
berjarak (50-70 cm) x (40-60 cm).
 Bedengan digenangi air setinggi batas mulsa plastik atau 30-40
cm dari dasar parit.
 Waktu tanam sore hari saat udaraa sejuk. Sesaat sebelum
tanam akar semaian di celupkan ke dalam larutan 0,1%
insektisida, selama 5 menit.
5. Pemupukan
 Pemupukan cabai merah dilakukan dua tahap: sebelum tanam
dengan pupuk kandang, P, K, dolomit, sedangkan sesudah
tanam dengan pupuk N, K, dan pupuk daun.
 Perkiraan dosis pupuk per ha: 20-30 ton pupuk kandang; 150-
200 kg Urea; 450 kg ZA; 250 kg SP; 200 kg KCl, pupuk daun
diberikan 2 kali sesuai anjuran.
 Pupuk kandang diberikan pada tiap lubang tanam (satu minggu
sebelum tanam) bersama pupuk P dan separuh bagian pupuk K.
Urea dan ZA diberikan 3 kali pada saat tanaman umur 2, 4, dan
6 minggu setelah tanam. Sisa pupuk P diberikan saat tanaman
berumur 4 minggu setelah tanam.

6. Pemeliharaan
 Bila tidak ada hujan, penyiraman dilakukan tiap hari.
Menjelang buah tua penyiraman dikurangi menjadi dua hari
sekali.
 Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemberian pupuk
kedua dan ketiga atau tergantung keadaan.
 Tanah yang keras digemburkan dan duludan ditinggikan. Pada
musim hujan, buangan air dibuat lancar.

3. Pengendalian Secara Fisik


1. Pemakaian mulsa hitam perak
Mulsa hitam perak digunakan untuk mengurangi serangan
serangga thrip dan kutu daun. Mulsa juga mengurangi penyebaran
penyakit akibat percikan air dari tanah.

2. Penggunaan perangkap
Perangkap digunakan untuk monitoring kutu daun, ngengat dan
lalat buah. Perangkap yang bisa digunakan adalah yellowtrap, feromon
seks, dan light trap.

3. Pencabutan tanaman
Tanaman yang telah memunculkan gejala penyakit segera dicabut dan
dibakar.

4. Pengendalian Secara Biologi


1. Parasitoid
Telenomus spodopterae adalah parasit telur ulat grayak,
sedangkan Aphidius sp. adalah parasitoid nimfa afid.

2. Pemberian agensia antagonis


Pemberian trichoderma pada persemaian, lubang tanam dan
dua minggu setelah tanam.

3. Predator
Kumbang macan/kumbang helm adalah musuh alami thrip dan
kutu daun.

4. Entomopatogen
Patogen-patogen yang dapat menyebabkan penyakit bagi
tanaman.

5. Pemberian PGPR
Merupakan penambahan bakteri untuk merangsang
pertumbuhan akar dan menekan patogen.

5. Pengendalian Secara Kimia


1. Pengamatan lapang
Pengamatan seminggu sekali sejak tanam pada 10 tanaman
contoh per 0,2 ha yang ditentukan secara sistematis. Pengamatan
menggunakan patokan ambang kendali. Sebelum dilakukan
pengendalian kimia sebaiknya empat komponen sebelumnya di
terapkan. Sebelum mencapai ambang batas pengendalian sebaiknya
menggunakan pestisida nabati. Berikut beberapa pengendalian yang
dianjurkan apabila melewati ambang batas.

2. Ulat tanah
Ulat pada tanaman terserang dimusnahkan. Bila jumlah
tanaman terpotong oleh ulat > 10 % (AK), tanaman disemprot
insektisida anjuran sore hari.

3. Ulat grayak
Pasang 40 perangkap feromon seks per ha untuk ngengat
jantan. Telur dan larva dimusnahkan.

4. Lalat buah
Pasang perangkap methyl eugenol + insektisida (1 ml per
perangkap) sebanyak 25 buah per ha. Kapas berisi methyl eugenol +
insektisida diganti tiap bulan. Buah terserang dikumpulkan dan
dimusnahkan.
5. Thrip, aphid, tungau
Pada tanaman muda (umur kurang dari 35 hari), bagian
tanaman terserang dipotong. Memasang perangkap lekat dengan papan
warna putih. Bila populasi diatas AK (kerusakan tanaman oleh thrips
15%/pohon, populasi afid 10 ekor per 35 daun), tanaman disemprot
insektisida anjuran.

6. Virus
Bila serangan < 10 % terjadi pada umur kurang dari 35 hari,
tanaman disulam dengan tanaman baru.

7. Bercak daun
Jika ditemukan serangan, di aplikasikan fungisida kimia yang
bersifat kontak.

8. Antraknosa
Buah sakit dimusnahkan. Jika serangan berlanjut, tanaman
disemprot fungisida anjuran tiap minggu, bergantian antara kontak
dengan sistemik.

9. Musuh alami
Telenomus spodopterae adalah parasit telur ulat grayak,
sedangkan Aphidius sp. adalah parasitoid nimfa afid.

BAB IV

PENANGANAN PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN

A. SORTASI DAN GRADING


Pada umumnya buah cabai yang dipanen memiliki ukuran dan tingkat
kerusakan yang beragam. Oleh karena itu perlu dilakukan sortasi untuk
menyeragamkan ukuran buah cabai maupun untuk memilah cabai yang rusak.
Selanjutnya dilakukan proses grading atau pengkelasan sesuai mutunya.
Buah cabai dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, menurut ukuran
buah dan tingkat kerusakan buah, yaitu:
a. Kelas mutu I, terdiri atas buah cabai yang memiliki ukuran
besar, tekstur keras, warna normal (hijau, merah, atau putih),
varietas seragam, mulus (tidak cacat), dan tidak terinfeksi
hama maupun penyakit.
b. Kelas mutu II, terdiri atas buah cabai yang memiliki ukuran
kecil, tekstur keras, warna normal. Varietas seragam, mulus
dan tidak terinfeksi hama serta penyakit.
c. Kelas mutu III, terdiri atas buah cabai yang berukuran besar
maupun kecil tapi cacat.
B. PEMBERSIHAN ATAU PENCUCIAN
Pembersihan atau pencucian dilakukan dengan Neutral Cleaner
Brogdex dan Britex Wax sesuai dengan langkah-langkah berikut:
1. Disediakan bak tempat air, diisi dengan secukupnya, kemudian
ditambah dengan larutan Neutral Cleaner Brogdex sesuai dosis
anjuran yang tercantum dalam kemasan.
2. Buah cabai dimasukkan ke dalam bak dan dicuci, kemudian
ditiriskan pada keranjang atau widik dari bambu sampai kering.
3. Dilakukan pencucian kedua dalam bak yang lain, yang telah diisi
air dan larutan Britex Wax dengan dosis sesuai anjuran dalam
kemasan, kemudian ditiriskan kembali dan diangin-anginkan
dalam bentuk kering.
C. PENYIMPANAN
1. Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Rendah
Penyimpanan dalam suhu rendah merupakan proses pendinginan
bahan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme dan perubahan
biokimia pada cabai yang disimpan (diawetkan). Penyimpanan dalam
ruang bersuhu rendah memerlukan ruang yang dilengkapi dengan
peralatan pendingin. Cara ini memerlukan biaya yang sangat tinggi. Suhu
penyimpanan yang digunakan berkisar antara 5℃ - 10℃.

2. Penyimpanan dalam Ruangan Berventilasi


Penyimpanan dalam ruang berventilasi memerlukan konstruksi
ruangan (gudang) yang memiliki cukup banyak ventilasi untuk
memperlancar pertukaran udara di dalam penyimpanan. Ruang
penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak yang terbuat dair anyaman
bambu untuk meletakkan buah cabai. Ruang penyimpanan dan rak harus
dibersihkan dan disucihamakan agar terbebas dari hama dan penyakit
kemudian rak disusun rapi. Cabai yang disimpan diletakkan pada rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu bertumpukan. Penyimpanan
dengan car ini cukup baik dan efisien serta cukup murah.

3. Penyimpanan dengan sistem kontrol Atmosfer


Teknik penyimpanan dengan sistem kontrol atmosfer adalah mengatur
komposisi gas oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen di dalam ruang
penyimpanan pada konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses
pernafasan atau aktivitas metabolisme cabai. Udara bebas mengandung
20,99% oksigen, 0,09% karbon dioksida, dan 78,03% nitrogen. Umtuk
memperlambat proses respirasi atau aktivasi metabolisme cabai,
kandungan oksoigen perlu dikurangi hingga dibawah 8%, sedangkan
kandungan karbon dioksida dan nitrogen ditingkatkan diatas 2%. Sudu
udara dan kelembaban udara dalam ruangan juga harus diatur pada kisaran
yang sesuai.

4. Penyimpanan secara Hipobarik


Penyimpanan hipobarik adalah penyimpanan di dalam ruangan dengan
pengaturan tekanan udara, suhu udara, dan kelembaban udara.
Penyimpanan secara hipobarik, tekanan udara dalam ruangan
penyimpanan diatur sebesar 80 mm Hg, suhu udara 7,2℃ - 10℃, dan
kelembaban udara 90% - 95%. Suhu udara di bawah 7℃ dapat
menyebabkan cabai mudah busuk.

D. PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN


Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil karena
kerusakan mekanis (akibat benturan, tekanan, dan himpitan karena tumpukan
yang tidak teratur pada pengangkutan) maupun kerusakan biologis ataupun
fisiologis (akibat pengaruh lingkungan) yang dapat mempercepat proses
transpirasi dan respirasi. Jenis kemasan berupa keranjang bambu, karton,
kantong jala, atau karung goni.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan buah cabai antara
lain:
1. Anyaman keranjang bambu yang kasar dan anyaman yang
mencuat harus dihindari agar tidak melukai buah cabai yang
dikemas. Luka yang terjadi dapat mempercepat kerusakan akibat
infeksi patogen (busuk dan berjamur).
2. Alat kemas harus diberi label yang berisi tentang kelas mutu buah
cabai dan jenis untuk memudahkan pengontrolan.
3. Buah cabai yang dikemas dalam kantong plastik polietilen disusun
secara rapi dalam kotak kemas hingga penuh, kemudian ditutup
rapi dan diikat kuat dengan tali.
4. Kebersihan kotak kemas harus dijaga untuk mencegah kerusakan
buah akibat serangan hama dan penyakit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga dan mempertahankan


keutuhan buah cabai selama dalam pengangkutan adalah:

1. Penyusunan buah cabai (dalam kemasan) di dalam alat


pengangkutan harus diusahakan serapi mungkin, dengan diberi
sedikit celah untuk sirkulasi udara sehingga keadaan di dalam
ruang angkutan tidak panas dan tidak lembab.
2. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk
menghindaru cuaca panas selama perjalanan dan mencegah
terjadinya penguapan air yang berlebihan.
3. Bila memungkinkan, alat pengangkut dilengkapi dengan ruang
pendingin atau ruang pengatur komposisi atmosfer (kontainer).
4. Alat pengangkutan yang digunakan harus dipastikan dalam
keadaan baik agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman.
5. Penanganan dalam pemuatan dan pembongkaran harus dilakukan
secara hati-hati. Perlakuan yang kasar dapat menyebabkan
kerusakan pada alat pengemasan dan buah cabai yang dikemas.

E. PENGOLAHAN/PROSESING
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk merintis dan
membuka peluang pasar cabai kering di Indonesia. Di antaranya, penyediaan
benih cabai khusus yang unggu untuk dijadikan cabai kering mutlak
diperlukan. Setidaknya, cabai tersebut harus memenuhi kriteria warna, tingkat
kepedasan, dan kehalusan kulit yang tidak berubah dalam kondisi kering,
yang penting lagi adalah rendemen basah terhadap keringnya juga harus
tinggi.
Kemudian penyediaan sarana pendukung, seperti mesin pengering saat
musim hujan dan ruangan pendingn atau cooling room dengan suhu 7-10℃
sebagai tempat penyimpanan cabai kering, juga harus dibangun. Setidaknya
sarana tersebut di bangun di masing-masing desa atau kecamatan yang selama
ini menjadi sentra produksi cabai. Campur tangan pemerintah di dalam
penyediaan sarana pendukung tersebut dirasa sangat diperlukan untuk
menjamin kelangsungan usaha tani cabai kering petani.
Sentra penanaman cabai untuk produksi cabai kering akan lebih baik
kalau dipusatkan di daerah yang secara iklim dan luas lahan sangat
memungkinkan, misalnya di NTT dan NTB. Penanamannya sendiri akan lebih
baik jika dilakukan setahun sekali, penanaman di musim hujan dan panen
tepat saat musim kemarau. Demikian dengan harga jual. Peran pemerintah
untuk memberikan subsidi harga jual cabai kering kepada para petani juga
santa penting. Hal ini dimaksudkan agar harga jual cabai kering dalam negeri
bisa bersaing dengan harga cabai kering yang selama ini diimpor oleh
kalangan industri makanan.
Di samping itu pemerintah juga harus berani menerbitkan regulasi bagi
kalangan industri dalam hal penggunaan cabai kering dalam negeri. Dengan
demikian usaha tani cabai kering yang sudah dikembangkan petani bisa terus
bertahan dan semakin berkembang.
Fluktuasi harga cabai yang luar biasa, sebenarnya disebabkan pula
oleh pola konsumsi dalam bentuk segar yang dianut oleh masyarakat
Indonesia. Seandainya masyarakat sudah memiliki budaya mengkonsumsi
cabai awetan, baik dalam bentuk serbuk maupun konsentrat, maka panen yang
melimpah dan rendahnya pasokan tidak akan terlalu menjadi masalah.
Dewasa ini, apabila harga cabai anjlok, petani selalu menyalahkan
industri mie instan yang tidak mampu menyerap seluruh cabai segar petani.
Padahal dalam kondisi panen raya dengan volume luar biasa, yang diperlukan
bukan sekedar perusahaan besar yang diwajibkan menampungnya, melainkan
tersedianya dryer untuk mengeringkan cabai secara massal dan serentak.
Apabila hal ini bisa dilakukan, maka stok berupa cabai kering utuh, serbuk
maupun konsentrat bisa disimpan untuk dikonsumsi pada saat ketersediaan
cabai segar dipasaran menyusut.
Namun untuk mencapai hasil cabai yang melimpah, mengawetkan dan
menyimpannya untuk dikonsumsi beberapa bula ke depan, diperlukan modal
yang cukup besar. Pada saat harga jatuh, volume cabai yang masuk Jakarta
mencapai hampir 200 ton per hari. Kalau kelebihan produksi mencapai angka
100 ton per hari, berarti selama 2 bulan kelebihan pasokan diperlukan dana
minuma Rp. 2.000,- x 60 = Rp. 12 milyar. Para pedagang tentu keberatan
apabila uang mereka tertanam dalam bentuk komoditas cabai awetan yang
nilai jualnya pasti tidak setinggi cabai segar.
Produk olahan cabai terdiri dari dua bentuk, pertama adalah produk
olahan setengah jadi dan produk olahan jadi. Produk olahan setengah jadi
dibuat untuk mengantisipasi jika produksi melimpah, sehingga harga jualnya
sangat rendah. Produk ini bisa juga dijual untuk keperluan industri rumah
tangga seperti pada pembuatan kripik, industri mie instant, makanan kaleng
dan aneka makan lainnya seperti cabai kering, cabai bubuk dan pasdta cabai.
Sedangkan produk olahan yang langsung jadi seperti saos cabai, dan abon
cabai.

Berikut ini adalah berbagai jenis cabai dilihat dari bentuk, rasanya,
karakteristik, dan penggunaan di Indonesia.

NO NAMA CABAI KARAKTERISTIK PENGGUNAAN


1 Cabai gendot (Capsicum Cabai gendot dikenal sebagai Di sunda, cabai gendot
chinense) cabai paling pedas, aromanya sering dimasak dalam
merupakan perpaduan antara berbagai macam tumis-
buah dan bunga, warnanya tumisan, juga hidangan
bermacam-mascam, ada warna pedas lainnya.
hijaun, orange terang, kuning
dan orange.
2 Cabai Rawit/Cayenne Bentuknya kecil, namun Biasanya digunakan
(Capsicum frutescens L.) memiliki rasa yang lebih pedas sebagai bahan dasar
dibandingkan cabai merah sambal, rujak, atau
besar atau cabai merah keriting makanan pedas lainnya.
Cabai rawit juga dibuat
menjadi chilli oil.
Bisa juga digunakan
sebagai pelengkap
makanan gorengan.
3 Bird Pepper Panjang cabai ini tidak lebih Digunakan sebagai bahan
(var. glabriusculum dari dari 2 cm, berwarna tembaga campuran berbagai
species Capsicum dengan rasa pedas yang masakan pedas.
annuum) mencolok. Dapt dibeli dalam
bentuk segar maupun kering.
4 Cabai ceplik Sering disebut sebagai cabai Digunakan sebagai
(Cabai rawit dari hijau. Buahnya berbentuk bulat pemberi citarasa pedas
Capsicum frutescens.) panjang dan langsing, lebih pada berbagai masakan.
besar dari cabe rawit. Rasanya
kurang pedas dibandingkan
dengan cabai rawit merah dan
cabai rawit putih.
5 Cabai domba Rasanya pedas sekali, apalagi Cabai domba umumnya
(Cabai rawit dari yang warna orange, dan dijadikan sambal, bumbu
Capsicum frutescens.) ukurannya lebih besar daripada masak, digigit mentah
cabai rawit lainnya. sambil makan gorengan,
pengobatan alami ala cina
dan lain-lain.
6 Cabai Kathur Buahnya tumbuh menjulang Digunakan untuk berbagai
(Cabai rawit dari menghadap langit. Warnanya macam masakan pedas.
Capsicum frutescens.) hijau sewaktu muda dan jika
telah masak berwarna merah
tua, karena jumlah bijinya
sangat banyak, cabai ini terasa
keras. Kadar airnya rendah
sehingga dapat lebih awet, dan
dapat disimpan.
7 Cabai jemprit Lebih pedas dari cabai rawit Biasa digunakan
(Capsicum frutescens L.) lainnya. Bentuknya kecil, menemani panganan
pendek, ujungnya runcing. gorengan di sunda disebut
juga cengek.
8 Cabai Putih Sebenarnya warnanya kuning Banyak digunakan dalam
(Capsicum frutescens L.) pucat. Rasanya lumayan pedas. berbagai macam masakan
Untuk yang ukuran besar Menado, seperti
dikenal sebagai cabai Menado. tinorangsak.
9 Cabai merah Bentuknya ada yang runcing Sering digunakan sebagi
(Capsicum annuum) mengerucut, ada pula yang bahan baku aneka sambal,
membulat. Kulitnya tebal, saus, dan sebagai
rasanya kurang pedas. campuran masakan yang
tidak terlalu pedas lainnya.
10 Cabai Hijau Sebenarnya cabai hijau itu Cabai hijau sering
(Capsicum annuum) adalah cabai merah besar, tapi digunakan sebagai
sudah dipanen saat masih muda campuran masakan, seperti
ketika warnanya masih hijau. tumis udang cabai hijau,
Rasanya tidak sepedas cabai oseng tempe cabai hijau
merah besar atau cabai rawit. dan sambal cabai hijau.
11 Paprika/Bell Bentuknya seperti lonceng, Peprika segar biasanya
Pepper/Sweet Pepper besar, tekstur renyah, dan dicampur untuk bahan
(Capsicum annuum) keras, bagian dalamnya masakan, salad, campuran
berongga. Dujial dalam pizza, juga untuk
keadaan segar dan bubuk. mempercantik warna
Sedangkan yang bubuk dapat masakan. Rasanya
memberikan efek pedas sedang cenderung manis, tapi jika
pada masakan. Paprika di masak manisnya akan
memiliki beragam warna berkurang. Orang barat
cantik, yaitu paprika merah, sering menggunakannya
hijau, dan kuning. untuk membuat salad dan
goulash.
12 Cabai keriting Bentuknya keriting, kurus, dan Sering digunakan dalam
(Capsicum annuum) panjang. Terdapat cabai masakan Padang/minang,
keriting merah dan cabai khususnya rendang atau
keriting hijau. Ukurannya lebih kalio. Masakan yang
kecil daripada cabai merah menggunakan cabai
besar. keriting akan terasa lebih
pedas daripada jika
menggunakan cabai
merah. Digunakan juga
dalam masakan kari, cabai
bubuk, bumbu balado, dan
rica-rica.
13 Cabai Jepang/Shisitto Bentuk cabai ini beraneka Karena rasanya tidak
(Capsicum annuum) ragam, ada yang bentuknya terlalu pedas, cabai ni
meliuk-liuk. Dari bentuknya menjadi favorit dalam
cabai ini mudah untuk di masakan jepang dan korea.
kenali. Warnanya hijau tua dan
rasa cabai ini tidak terlalu
pedas. Banyak ditemukan di
swalayan Korea atau Jepang.
14 Jalapeno Cabai ini berasal dari mexico, Dapat digunakan untuk
(Capsicum annuum) warnanya hijau tua dan merah, acar, mustar, dimasak
bentuk lebih mirip peluru. menggunakan Minyak
Selain dalam bentuk utuh / saus, jalapeno yang
segar, biasanya japaleno juga disiapkan, Armadillo Eggs
ada dalam variasi keringnya, adalah daging bacon
yang disebut dengan chipotles. gulung yang diisi dengan
Chipotles adalah japaleno yang cabai jalapeno dan terdapat
di beri perlakuan pengasapan. pula keju yang meleleh.
15 Cherry Peper / Cayenne Panjangnya 2-3 cm. warnanya Sebagai bahan campuran
chilli merah terang, bentuknya tidak acar.
(Capsicum annuum) beraturan. Sekilas tampak
seperti buah cherry. Rasanya
cukup pedas. Di negaranya
India, cabai ini dijual
sepanjang tahun.
16 Yellow banana pepper Bentuknya panjang seperti Sering digunkan untuk
(Capsicum annuum) pisang. Terdapat dua warna di membuat acar, kaserol,
pasaran, yaitu merah dan atau pasta. Cabai ini bisa
kuning. juga diisi dengan nasi atau
daging.
Sumber: http://www.kilasdara.com/2013/05/kenali-macam-macam-cabai-dari-bentuk-rasa-dan-warna/
DAFTAR PUSTAKA

Sumarni, N. dan A. Muharam, 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai


Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan pengembangan Hortikultura.

Anda mungkin juga menyukai