KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................
1. Latar Belakang
......................................................................................................................................
2. Kegunaan Cabe Rawit
......................................................................................................................................
3. Peluang Bisnis Cabe Rawit
......................................................................................................................................
II. TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT............................................................................
1. Pesemaian Tanaman
.......................................................................................................................................
2. Pengelolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan
.......................................................................................................................................
3. Penanaman
.......................................................................................................................................
4. Pemeliharaan
.......................................................................................................................................
5. Panen
.......................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
1. Kesimpulan
......................................................................................................................................
2. Saran
......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
BAB I .
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
BAB II.
TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) . Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik, menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl.
Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau
bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat
telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang
5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota
bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih,
putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang
merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3
cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna
hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang.
Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai
rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau,
dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih
besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan
ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah.
Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda
dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.
a. Persemaian
Benih cabe yang baik berasal dari benih hasil benih unggulan. Dengan
menggunakan benih yang baik, berarti kita telah melakukan langkah maju dalam
meningkatkan produktivitas. Benih cabe yang telah diperoleh harus disemaikan
terlebih dahulu. Persemaian dimaksudkan untuk menyiapkan bibit yang sehat dan kuat
sebagai bahan tanam di lahan produksi. Adapun urutannya adalah : pembuatan media
semai, persiapan bedeng semai dan perlakuan sebelum dipindah tanam. Media semai
disyaratkan mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. .
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman cabe mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil,
pengikatan tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan,
buah pertama pada cabang Y juga perlu dipangkas agar tanaman tumbuh membesar
terlebih dahulu. Pengairan lahan dilakukan secara rutin setiap 7 – 10 hari. Hal yang
harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari petak
tanaman harus dilakukan dengan pelan-pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari
bedeng tanaman. Tanaman cabe juga tidak menyukai genangan air. Pengikatan
dilakukan untuk menghindari agar tanaman tidak roboh terkena terpaan angin dan
beban buah. Pengikatan dilakukan pada ajirnya setidaknya tiga simpul untuk setiap
tanaman yaitu pertama di bawah cabang Y pada umur 10 – 15 hari hst, di atas cabang
Y 30 – 40 hst dan pada waktu pembesaran buah 50 – 60 hst. Antar ajir tanaman juga
harus dihubungkan dengan tali plastik atau sayatan bambu membujur untuk menopang
tegaknya tanaman. Kegiatan yang lain yaitu penyiangan. Penyiangan pada bedengan
cabe yang telah diberi mulsa akan lebih ringan dibandingkan bedengan tanpa mulsa.
Penyiangan dilakukan pada tanaman pengganggu/rumput yang tumbuh baik di lubang
tanam maupun di sekitar saluran drainase dan pematang. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara mekanis yaitu dengan tangan dan alat (cangkul), dapat juga
dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan ini selain untuk mengurangi
persaingan dalam mendapatkan nutrisi tanaman juga untuk memotong siklus inang
pembawa virus yang menyebabkan penyakit pada cabe.
d. Panen
Pemanenan cabe dilakukan pada buah yang mulai memerah. Waktu pemanenan
cabe disesuaikan dengan jenis dan varietas cabe yang ditanam. Karena tidak semua
jenis maupun varietas cabe tersebut mempunyai umur panen yang sama. Panen
pertama cabe rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah tanam, pemungutan cabe rawit
dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu sekali tergantung pada kondisi permintaan
pasar . Masa hidup tanaman cabe rawit dapat mencapai empat tahun tergantung
pemeliharaan tanaman dengan masa produktif selama tiga tahun. Hasil total produksi
pertahun per ha dapat mencapai 30 ton
BAB III.
PENANGANAN PASCA PANEN
Cabai rawit merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah panen,
terutama jika ditangani dengan baik. Tanpa pengangan pasca panen yang baik, kerusakan
dapat mencapai 40% atau lebih. Kerusakan dapat disebabkan oleh faktor mekanis,
misalnya kerusakan akibat pengakutan atau penangan pasca panen yang kurang baik;
faktor fisiologi buah cabai itu sendiri, yakni proses kehidupan yang tetap berjalan,
misalnya proses resfirasi (pernapasan) dan transfirasi (penguapan air); ataupun akibat
serangan hama dan penyakit di gudang penyimpangan.
Penangan pasca panen cabai rawit yang baik harus dapat mencegah kerusakan akibat
faktor mekanis, fisiologis (khemis), maupun serangan hama dan penyakit. Penanganan
pascapanen yang baik juga harus dapat mempertahankan kesegaran buah cabai dan
menigkatkan daya simpangnya. Hal ini sangat penting mengingat pada musim panen raya
biasanya harga cabai menjadi sangat rendah. Dengan pasca panen yang baik maka petani
dapat menunda penjualan sampai harga cabai meningkat.
Selain secara teknis mempertahankan mutu cabai hasil panen dan meningkatkan daya
simpang buah cabai, penganan setelah panen bertujuan untuk meningkatkan daya tarik
bagi konsumen; meningkatkan kepraktisan (daya guna) sesuai dengan permintaan pasar;
mendapatkan standar mutu yang memenuhi syarat perdagangan, baik untuk konsumsi
rumah tangga, rumah makan, maupun industri pengolahan (industri makanan dan
minuman, industri farmasi, industri kosmetik, industri pakan ternak); dan meningkatkan
nilai tambah dan harga jual.
Hal yang harus diperhatikan dalam penaganan pasca panen adalah:
1. Sortasi dan Grading
Pada umumnya buah cabai yang dipanen memiliki ukuran dan tingkat kerusakan yang
beragam. Oleh karenanya perlu dilakukan pemisahan (sortasi), untuk menyeragamkan
buah cabai rawit, baik dari segi ukuran maupun tingkat kerusakan buah. Selanjutnya, hasil
sortasi dikelompokkan menjadi beberapa kelas mutu (grading).
Sortasi dan grading memberikan banyak keuntungan, antara lain memudahkan
pemasaran, memudahkaan konsumen dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan
keperluannya, memudahkan penentuan tingkat harga yang layak menurut kelas mutu, dan
memberikan kepuasan dan kepercayaan pada konsumen.
Buah cabai rawit dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, menurut ukuran buah dan
tingkat kerusakan buah.
Kelas mutu I, terdiri atas buah cabe rawit yang memiliki ukuran besar, tekstur keras,
warna normal (hijau, merah, atau putih), varietas seragam, mulus (tidak cacat), dan tidak
terinfeksi hama maupun penyakit.
Kelas mutu II, terdiri atas buah cabai rawit yang memiliki ukuran kecil, tekstur keras,
warna normal, Varietas seragam, mulus, dan tidak terinfeksi hama serta penyakit.
Kelas mutu III, terdiri atas buah cabai rawit yang berukuran besar maupun kecil tapi
cacat.
3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan untuk memperlambat laju transparasi buah cabai yang
dilakukan dalam ruang bersuhu rendah (dingin), penyimpanan dalam ruang dengan sistem
kontrol atmosfer atau penyimpanan atmosfer terkendali (control atmosphere storage).
Usaha untuk memperlambat laju transparasi buah cabai dapat dilakukan dengan jalan
menaikkan kelembaban udara, menurunkan suhu ruang penyimpanan, dan membungkus
atau mengemas buah cabai dalam kantong plastik berlubang-lubang.
a. Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Rendah
Penyimpangan dalam suhu rendah merupakan proses pendinginan bahan untuk mencegah
berkembangnya mikroorganisme dan perubahan biokimia pada cabai yang disimpan
(diawetkan). Penyimpanan dalam ruang bersuhu rendah memerlukan ruang yang
dilengkapi dengan peralatan pendingin. Cara ini memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Suhu penyimpananyang digunakan berkisar antara 5º C - 10º C. Hasil penelitian Nur
Hartuti dan R.M. Sinaga (dikutip Adhi Santika, 1995) menunjukkan bahwa penyimpangan
cabai merah yang sebelumnya diperlakukan dengan Na2S2O5 1% dan dikemas dengan
kantong plastik polietilen (PE) berlubang, dengan suhu 5º C - 10º C, dapat
mempertahankan kesegaran buah cabai selama 40 hari.
b. Penyimpanan dalam Ruangan Berventilasi
Penyimpanan dalam ruang berventilasi memerlukan konstruksi ruangan (gudang) yang
memiliki cukup banyak ventilasi untuk memperlancar pertukaran udara di dalam
penyimpanan. Ruang penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak yang terbuat dari anyaman
bambu (rege/widik) untuk meletakkan buah cabai. Ruang penyimpanan dan rak-rak harus
dibersihkan dan disucihamakan agar terbebas dari parasit dan hama, rak disusun rapi.
Cabai yang disimpan diletakkan pada rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
bertumpukan. Penyimpangan dengan cara ini cukup baik dan efisien, serta cukup murah.
c. Penyimpanan dengan sistem kontrol Atmesfer
Tehnik penyimpanan dengan sistem kontrol atmosfer adalah mengatur komposisi gas
oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2) di dalam runag penyimpanan pada
konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernafasan (respirasi) atau aktivitas
metabolisme cabai. Udara bebas mengandung 20,99% O2; 0,09% CO2; dan 78,03% N2.
Untuk memperlambat proses respirasi atau aktivitas metabolisme cabai, kandungan O2
peru dikurangi hingga dibawah 8%, sedangkan kandungan CO2 dan N2 ditingkatkan diatas
2%. Suhu udara dan kelembaban udara dalam ruangan juga harus diatur pada kisaran yang
sesuai.
d. Penyimpangan secara Hipobarik
Secara hipobarik adalah penyimpanan di dalam ruangan dengan pengaturan tekanan udara,
suhu udara, dan kelembaban udara. Penyimpanan secara hipobarik, tekanan udara dalam
ruang penyimpanan diatur sebesar 80 mm Hg, suhu udara 7,2º C - 10º C, dan kelembaban
udara 90% - 95%. Suhu udara di bawah 7º C dapat menyebabkan cabai mudah busuk.
BAB IV.
ANALISA USAHA TANI
Perkiraan biaya dan pendapatan yand disajikan dalam analisis usaha tani ini akan
berbeda dengan daerah lain karena perbedaan agroklimat dan agroekonomi. Akan tetapi
penggunaan sarana dan prasarana produksi pada prinsipnya sama. Sehingga analisis usaha
tani dapat disajikan dalam perhitungan biaya dan pendapatan, meskipun pada kondisi
daerah yang berlainan. Di samping itu, analisis usaha tani ini tidak bersifat tetap,
melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan usaha yang sedang berlangsung.