Anda di halaman 1dari 19

 

AGRIBISNIS CABE RAWIT

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb


Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia yang dicurahkan-Nya sehingga makalah  yang
berjudul ”  USAHA  AGRIBISNIS CABE RAWIT ”  dapat disusun.
Makalah  ini disusun guna untuk pembelajaran tentang usaha agribisnis Cabe
Rawit  dan  berisikan tentang gambaran kegunaan / manfaat cabe, teknis budidaya cabe
rawit ini.
Disadari apa yang telah disusun ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk itu
kritik dan saran menuju perbaikan selalu kami harapkan demi kesempurnaan buku ini dan
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini tak lupa diucapkan
terima kasih.
Akhir kata terima kasih kami ucapkan kepada Bapak / Ibu Pembimbing yang
dengan penuh kerelaan membantu serta tak henti – hentinya memberikan arahan dan
motivasi hingga tersusunnya makalah ini, kepada Allah semua ini kami kembalikan dan
semoga senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Buaranjati, Mei 2021


                        PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................
1. Latar Belakang
......................................................................................................................................
2. Kegunaan Cabe Rawit
......................................................................................................................................
3. Peluang Bisnis Cabe Rawit
......................................................................................................................................
II. TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT............................................................................
1. Pesemaian Tanaman
.......................................................................................................................................
2. Pengelolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan
.......................................................................................................................................
3. Penanaman
.......................................................................................................................................
4. Pemeliharaan
.......................................................................................................................................
5. Panen
.......................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
1. Kesimpulan
......................................................................................................................................
2. Saran
......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

BAB I .
PENDAHULUAN

1.    Latar belakang

Cabe Rawit merupakan komoditas hortikultura yang penting di Kabupaten


Boalemo, hal ini mengingat masyarakatnya memiliki selera makan yang rasanya
pedas, disamping itu komoditas ini sudah dibudidayakan secara meluas oleh para
petani dan permintaan pasar yang sangat tinggi.
Jenis Cabe yang banyak diusahakan oleh petani adalah Cabe Rawit
( Capricum Frutescens ), varitas unggul lokal cabe rawit  jenis sirup ( malita FM ) dan
kapas ( jenis cabe rawit local ) merupakan komoditas yang memiliki prospek bagus untuk
usaha agribisnis , hal ini karena memiliki beberapa  kelebihan antara lain :
a.Toleran terhadap perubahan iklim
b. Tahan terhadap serangan hama penyakit
c. Produktifitas tinggi dan masa panen lama ( > 1 tahun )
d. Rasanya pedas
e. Tahan disimpan sampai I minggu tidak busuk.
Dengan kelebihan ini maka cabe rawit varitas local yang diproduksi petani mampu
menembus pasar luar daerah seperti Manado, Ternate, Kaltim dan Irian. Harga pasaran di
tingkat petani berfluktuasi antara Rp. 5.000 – Rp 35.000 per Kg. (  2009 )

2.    Kegunaan Cabe rawit


Cabai rawit mengandung zat oleiresin, yang dapat diperolehdengan cara ekstrasi
menggunakan pelarut organik, misalnya alkohol dan heksan. Prosese pembuatan oleoresin
meliputi penggilingan ( maserasi ), ektrasi, penghilangan pelarut ( destilasi ) dan finishing /
bleeding.
Dalam industriformasi, zat oleoresin dan zat – zat aktif ( capsaicin ) yang terdapat
dalam bentuk larutan capsicum adalah obat yang digunakan secara luas untuk mengobati
berbagai jenis penyakit, misalnya ganguan pada tulang, rematik, sakit kepala, sakit
pinggang, bisul, sakit perut, diare, sakit gigi,radang pada tenggorokan, sesak napas, pegal –
pegal, penyakit kulit / gatal – gatal, masuk angin dll.
Cabai rawit juga dapat mencegah kanker karena kandungan Flavonoid dan antioksidan
yang terdapatnya didalamya. Buah cabe rawit juga mengandung minyak asiri, yang dapat
diperoleh melalui ektrasi. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku obat – obatan dab
bahan baku kosmetika dan dalam dunia formasi, minyak asiri dapat menggantikan minyak
kayu putih.
Buah Cabe rawit mengandung zat – zat gizi yang cukup lengkap, yakni; kalori,
protein, lemak, karbohidrat, mineral ( kalsium, fosfor, besi ) vitamin. Dan zat – zat yang
berkhasiat obat misalnya; Oleoresin, Capsaicin, bioflavonoid, minyak arsiri, karotenoid
( kapsantin, kapsorubin, karoten dan leutin ), sedangkan kandungan rasa pedis 0,1 – 1 %.
Tabel: Komposisi Gizi Buah Cabai Rawit Segar dalam 100 Gram bahan yang dapat dimakan.

NO JENIS  ZAT KADAR


1. Kalori 103  kal
2. Protein 4,7 gram
3. Lemak 2,4 gram
4. Karbohidrat 19,9 gram
5. Kalsium 45  mg
6. Fosfor 85  mg
7. Zat Besi 2,5 mg
8. Vitamin A 11.050 SI
9. 0,24 mg
10. Vitamin B1 -
11. Vitamin B2 70 mg
12. Vitamin C -
13. Niasin ( Vitamin B3 ) 71,2 gram
Air

3.    Peluang Bisnis Cabe Rawit


Cabe rawit memiliki peluang bisnis yang baik, cakupan wilayah pemasaran Cabe rawit
sangat luas. Kebutuhan Cabe rawit akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan berkembangnya industri pengolahan yang membutuhkan bahan baku
cabe. Penggunaan oleoresin yang cukup luas untuk berbagai keperluan industri pangan dan
industri formasi juga mengakibatkan permintaan cabai rawit terus meningkat.
Selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri
pengoalahan yang berbahan baku cabe, peningkatan permintaan cabe di Kabupaten
Boalemo juga dipengaruhi oleh semakin luasnya jangkauan pemasaran yang disebabkan
oleh semakin lancarnya hubungan transportasi antar propinsi, baik melalui hubungan darat
jalan Trans Sulawesi maupun hubungan udara dan laut.
Permintaan cabe untuk dikirim ke Sulawesi utara mencapai ± 30 ton per hari untuk
pemasaran di Manado, Minahasa, Bitung, Bolang Mangondo serta pengiriman ke Sangir,
Ternate dan Irian. Sedangkan kearah barat kebutuhan  cabe rawit mencapai ± 20 ton
dengan wilayah pemasaran ke Palu, Makasar dan Kalimantan Timur.
Untuk pengiriman ke surabaya maupun jakarta tersedia Bandara Jalaludin di Isimu
Gorontalo dengan jarak ± 60 KM, sedangkan pemasaran eksport tersedia jalur penerbangi
yang berjarak  ke Singapura melalui Bandara Samratulangi Manado.
Dalam memenuhi permintaan pasar, berbagai bentuk dapat ditawarkan baik segar,
kering, ektrak bubuk cabe maupun bentuk olahan misalnya saus cabai, pasta cabai,
oleoresin cabe dan lain – lain

BAB  II.
TEKNIS BUDIDAYA CABE RAWIT
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) . Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik, menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl.
Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau
bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat
telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang
5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota
bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih,
putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang
merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3
cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna
hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang.
Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai
rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau,
dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih
besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan
ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah.
Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda
dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.

a.  Persemaian
Benih cabe yang baik berasal dari benih hasil benih  unggulan. Dengan
menggunakan benih yang baik, berarti kita telah melakukan langkah maju dalam
meningkatkan produktivitas. Benih cabe yang telah diperoleh harus disemaikan
terlebih dahulu. Persemaian dimaksudkan untuk menyiapkan bibit yang sehat dan kuat
sebagai bahan tanam di lahan produksi. Adapun urutannya adalah : pembuatan media
semai, persiapan bedeng semai dan perlakuan sebelum dipindah tanam. Media semai
disyaratkan mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. .

b.  Pengolahan Tanah dan Penyiapan Bedengan


Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan
penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit berdasarkan
ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan
pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm.
Bibit pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara merobek plastik
kantong semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat menyebabkan
putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya
tumbuhnya bibit tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan
kedua telapak tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan
cahaya matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut
(misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit benar-
benar hidup ( 7 – 10 hst). Pembuatan lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng
dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena
kanopi dari tanaman cabe yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila
ditanam secara bersebrangan
 
. Penanaman
Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan
penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit berdasarkan
ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan
pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm.
Bibit pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara merobek plastik
kantong semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat menyebabkan
putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya
tumbuhnya bibit tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan
kedua telapak tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan
cahaya matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut
(misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit benar-
benar hidup ( 7 – 10 hst). Pembuatan lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng
dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena
kanopi dari tanaman cabe yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila
ditanam secara bersebrangan

Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman cabe mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil,
pengikatan tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan,
buah pertama pada cabang Y juga perlu dipangkas agar tanaman tumbuh membesar
terlebih dahulu. Pengairan lahan dilakukan secara rutin setiap 7 – 10 hari. Hal yang
harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari petak
tanaman harus dilakukan dengan pelan-pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari
bedeng tanaman. Tanaman cabe juga tidak menyukai genangan air. Pengikatan
dilakukan untuk menghindari agar tanaman tidak roboh terkena terpaan angin dan
beban buah. Pengikatan dilakukan pada ajirnya setidaknya tiga simpul untuk setiap
tanaman yaitu pertama di bawah cabang Y pada umur 10 – 15 hari hst, di atas cabang
Y 30 – 40 hst dan pada waktu pembesaran buah 50 – 60 hst. Antar ajir tanaman juga
harus dihubungkan dengan tali plastik atau sayatan bambu membujur untuk menopang
tegaknya tanaman. Kegiatan yang lain yaitu penyiangan. Penyiangan pada bedengan
cabe yang telah diberi mulsa akan lebih ringan dibandingkan bedengan tanpa mulsa.
Penyiangan dilakukan pada tanaman pengganggu/rumput yang tumbuh baik di lubang
tanam maupun di sekitar saluran drainase dan pematang. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara mekanis yaitu dengan tangan dan alat (cangkul), dapat juga
dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan ini selain untuk mengurangi
persaingan dalam mendapatkan nutrisi tanaman juga untuk memotong siklus inang
pembawa virus yang menyebabkan penyakit pada cabe.
d.  Panen

Pemanenan cabe dilakukan pada buah yang mulai memerah. Waktu pemanenan
cabe disesuaikan dengan jenis dan varietas cabe yang ditanam. Karena tidak semua
jenis maupun varietas cabe tersebut mempunyai umur panen yang sama. Panen
pertama cabe rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah tanam, pemungutan cabe rawit
dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu sekali tergantung pada kondisi permintaan
pasar . Masa hidup tanaman cabe rawit dapat mencapai empat tahun tergantung
pemeliharaan tanaman dengan masa produktif selama tiga tahun. Hasil total produksi
pertahun per ha dapat mencapai 30 ton

BAB III.
 PENANGANAN PASCA PANEN

Cabai rawit  merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah panen,
terutama jika ditangani dengan baik. Tanpa pengangan pasca panen yang baik, kerusakan
dapat mencapai 40% atau lebih. Kerusakan dapat disebabkan oleh faktor mekanis,
misalnya kerusakan akibat pengakutan atau penangan pasca panen yang kurang baik;
faktor fisiologi buah cabai itu sendiri, yakni proses kehidupan yang tetap berjalan,
misalnya proses resfirasi (pernapasan) dan transfirasi (penguapan air); ataupun akibat
serangan hama dan penyakit di gudang penyimpangan.
Penangan pasca panen cabai rawit yang baik harus dapat mencegah kerusakan akibat
faktor mekanis, fisiologis (khemis), maupun serangan hama dan penyakit. Penanganan
pascapanen yang baik juga harus dapat mempertahankan kesegaran buah cabai dan
menigkatkan daya simpangnya. Hal ini sangat penting mengingat pada musim panen raya
biasanya harga cabai menjadi sangat rendah. Dengan pasca panen yang baik maka petani
dapat menunda penjualan sampai harga cabai meningkat.
Selain secara teknis mempertahankan mutu cabai hasil panen dan meningkatkan daya
simpang buah cabai, penganan setelah  panen  bertujuan untuk meningkatkan daya tarik
bagi konsumen; meningkatkan kepraktisan (daya guna) sesuai dengan permintaan pasar;
mendapatkan standar mutu yang memenuhi syarat perdagangan, baik untuk konsumsi
rumah tangga, rumah makan, maupun industri pengolahan (industri makanan dan
minuman, industri farmasi, industri kosmetik, industri pakan ternak); dan meningkatkan
nilai tambah dan harga jual.
Hal yang harus diperhatikan dalam penaganan pasca panen adalah:
1.   Sortasi dan Grading
Pada umumnya buah cabai yang dipanen memiliki ukuran dan tingkat kerusakan yang
beragam. Oleh karenanya perlu dilakukan pemisahan (sortasi), untuk menyeragamkan
buah cabai rawit, baik dari segi ukuran maupun tingkat kerusakan buah. Selanjutnya, hasil
sortasi dikelompokkan menjadi beberapa kelas mutu (grading).
Sortasi dan grading memberikan banyak keuntungan, antara lain memudahkan
pemasaran, memudahkaan konsumen dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan
keperluannya, memudahkan penentuan tingkat harga yang layak menurut kelas mutu, dan
memberikan kepuasan dan kepercayaan pada konsumen.
Buah cabai rawit dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, menurut ukuran buah dan
tingkat kerusakan buah.
             Kelas mutu I, terdiri atas buah cabe rawit yang memiliki ukuran besar, tekstur keras,
warna normal (hijau, merah, atau putih), varietas seragam, mulus (tidak cacat), dan tidak
terinfeksi hama maupun penyakit.
             Kelas mutu II, terdiri atas buah cabai rawit yang memiliki ukuran kecil, tekstur keras,
warna normal, Varietas seragam, mulus, dan tidak terinfeksi hama serta penyakit.
             Kelas mutu III, terdiri atas buah cabai rawit yang berukuran besar maupun kecil tapi
cacat.

2.   Pembersihan atau Pencucian


Pembersihan atau pencucian perlu dilakukan untuk membersihkan residu pestisida
yang berasal dari penyemprotan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan Neutral
Cleaner Brogdex dan Britex Wax 
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.        Disediakan bak tempat air, diisi dengan secukupnya, kemudian ditambah dengan larutan
Neutral Cleaner Brogdex dengan dosis menurut anjuran yang tercantum dalam kemasan.
b.        Buah cabai dimasukkan ke dalam bak dan dicuci, kemudiaan ditiriskan pada rege atau
widik dari bambu sampai kering.
c.        Dilakukan pencucian kedua dalam bak yang lain, yang telah diisi air dan larutan Britex
Wax dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan, kemudian ditiriskan kembali dan
diangin-anginkan dalam bentuk kering.

3.   Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan untuk memperlambat laju transparasi buah cabai yang
dilakukan dalam ruang bersuhu rendah (dingin), penyimpanan dalam ruang dengan sistem
kontrol atmosfer atau penyimpanan atmosfer terkendali (control atmosphere storage).
Usaha untuk memperlambat laju transparasi buah cabai dapat dilakukan dengan jalan
menaikkan kelembaban udara, menurunkan suhu ruang penyimpanan, dan membungkus
atau mengemas buah cabai dalam kantong plastik berlubang-lubang.
a.        Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Rendah
  Penyimpangan dalam suhu rendah merupakan proses pendinginan bahan untuk mencegah
berkembangnya mikroorganisme dan perubahan biokimia pada cabai yang disimpan
(diawetkan). Penyimpanan dalam ruang bersuhu rendah memerlukan ruang yang
dilengkapi dengan peralatan pendingin. Cara  ini memerlukan biaya yang sangat tinggi. 
Suhu penyimpananyang digunakan berkisar antara  5º C - 10º C. Hasil penelitian Nur
Hartuti dan R.M. Sinaga (dikutip Adhi Santika, 1995) menunjukkan bahwa penyimpangan
cabai merah yang sebelumnya diperlakukan dengan Na2S2O5  1% dan dikemas dengan
kantong plastik polietilen (PE) berlubang, dengan suhu 5º C - 10º C, dapat
mempertahankan kesegaran buah cabai selama 40 hari.
b.        Penyimpanan dalam Ruangan Berventilasi
Penyimpanan dalam ruang berventilasi memerlukan konstruksi ruangan (gudang) yang
memiliki cukup banyak ventilasi untuk memperlancar pertukaran udara di dalam
penyimpanan. Ruang penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak yang terbuat dari anyaman
bambu (rege/widik) untuk meletakkan buah cabai. Ruang penyimpanan dan rak-rak harus
dibersihkan dan disucihamakan agar terbebas dari parasit dan hama, rak disusun rapi.
Cabai yang disimpan diletakkan pada rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
bertumpukan. Penyimpangan dengan cara ini cukup baik dan efisien, serta cukup murah.
c.      Penyimpanan dengan sistem kontrol Atmesfer
Tehnik penyimpanan dengan sistem kontrol atmosfer adalah mengatur komposisi gas
oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2) di dalam runag penyimpanan pada
konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernafasan (respirasi) atau aktivitas
metabolisme cabai. Udara bebas mengandung 20,99% O2; 0,09% CO2; dan 78,03% N2.
Untuk memperlambat proses respirasi atau aktivitas metabolisme cabai, kandungan O2
peru dikurangi hingga dibawah 8%, sedangkan kandungan CO2 dan N2 ditingkatkan diatas
2%. Suhu udara dan kelembaban udara dalam ruangan juga harus diatur pada kisaran yang
sesuai.
d.     Penyimpangan secara Hipobarik
Secara hipobarik adalah penyimpanan di dalam ruangan dengan pengaturan tekanan udara,
suhu udara, dan kelembaban udara. Penyimpanan secara hipobarik, tekanan udara dalam
ruang penyimpanan diatur sebesar 80 mm Hg, suhu udara 7,2º C - 10º C, dan kelembaban
udara 90% - 95%. Suhu udara di bawah 7º C dapat menyebabkan cabai mudah busuk.

4.   Pengemasan dan Pengangkutan


Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil karena kerusakan mekanis
(akibat benturan, tekanan, dan himpitan karena tumpukan yang tidak teratur pada
pengakutan) maupun kerusakan biologis ataupun fisiologis (akibat pengaruh lingkunga)
yang dapat mempercepat proses transpirasi dan respirasi.Jenis kemasan berupa keranjang
bambu, karton, kantong jala, atau karung goni.
Kemasan karton memiliki kelemahan, yakni dapat menyerap kelembaban dan mudah
kehilangan kekuatan. Kemasan keranjang bambu mempunyai kekuatan pada dindingnya
sehingga lebih tahan terhadap tekanan dan goncangan dalam pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperapat mempercepat kerusakan hatikan dalam pengemasan buah
cabai antara lain :
a.        Anyaman keranjang bambu yang kasar dan anyaman yang mencuat harus dihindari agar
tidak melukai buah cabai yang dikemas. Luka yang terjadi dapat mempercepat kerusakan
akibat infeksi patogen (busuk dan berjamur)
b.         Alat kemas harus diberi label yang berisi tentang kelas mutu buah cabai dan jenis untuk
memudahkan pengontrolan.
c.        Buah cabai yang dikemas dalam kantong plastik polietilen disusun secara rapi dalam
kotak kemas hingga penuh, kemudian ditutup rapi dan diikat kuat dengan tali.
d.        Kebersihan kotak kemas harus dijaga untuk mencegah kerusakan buah akibat serangan
hama dan penyakit.
Pengangkutan buah cabai yang telah dikemas dari gudang penyimpangan ke pusat-
pusat pasar merupakan mata rantai yang penting dalam distribusi cabai ke konsumen.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan buah
cabai selama dalam pengakutan adalah :
a.        Penyusunan buah cabai (dalam kemasan) di dalam alat pengakutan harus diusahakan
serapi mungkin, dengan diberi sedikit celah untuk sirkulasi udara sehingga keadaan di
dalam ruang angkutan tidak panas dan tidak lembab.
b.        Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menghindari cuaca yang panas
selama perjalanan dan mencegah terjadinya penguapan air yang berlebihan.
c.        Bila memungkinkan, alat pengangkut dilengkapi dengan ruang pendingin atau ruang
pengatur komposisi atmosfer (kontainer).
d.        Alat pengangkut yang digunakan harus dipastikan berada dalam kondisi yang baik agar
tidak terjadi keterlambatan pengiriman.
e.        Penanganan dalam pemuatan dan pembongkaran harus dilakukan secara hati-hati.
Perlakuan yang kasar dapat menyebabkan kerusakan pada alat pengemasan dan buah cabai
yang dikemas.

BAB IV.
 ANALISA USAHA TANI

1.    Perkembangan Harga Cabe Rawit


Sebagai daerah yang masyarakatnya menyukai makanan berselera pedas maka harga cabe
rawit cukup mahal dan berfluktuasi. Harga cabe tertinggi terjadi pada bulan  oktober -
Nopember  dan harga terendah pada bulan agustus – september. Pemasaran cabe biasanya
petani membawa cabe ke pasar Desa disana pedagang pengumpul membeli cabe dari
petani.
Rantai pemasaran cabe rawit  melalui jalur :
 Petani produksen ------- Pedagang Pengumpul -------- Pedagang antar daerah -------
Pedagang besar -------- Pengecer -------- Konsumen.
Adapun harga cabe di tingkat pedagang pengumpul selama satu tahun adalah :

PERKEMBANGAN  HARGA CABE PER MINGGU HARGA


BULAN ( Rp / Kg ) RATA 2 PER
BULAN
Mg I Mg II Mg III Mg IV
JANUARI 25.000 22.000 20.000 15.000 20.000
FREBUARI 25.000 22.000 20.000 15.000 20.000
MARET 35.000 35.000 35.000 25.000 32.500
APRIL 20.000 10.000 22.000 16.000 17.000
MEI 20.000 16.000 20.000 18.000 18.500
JUNI 30.000 25.000 20.000 20.000 23.750
JULI 15.000 25.000 12.250 10.000 15.625
AGUSTUS 9.750 10.250 12.000 14.000 11.500
SEPTEMBER 9.000 5.500 6.000 6.000 6.625
OKTOBER 35.000 35.000 35.000 25.000 32.500
NOPEMBER 35.000 35.000 45.000 27.000 35.500
DESEMBER 35.000 12.000 10.000 10.000 16.000

2.    Analisa Usaha Tani Cabe Rawit


A.   Analisis Usaha Tani Skala Besar
Perhitungan biaya dan pendapatan usaha tani cabai rawit didasarkan pada asumsi-
asumsi sebagai berikut.
1.  Tanaman cabai rawit yang ditanam adalah jenis malita FM
2.  Keadaan agroklimat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
3.  Kebun penanaman seluas satu hektar
4.  Lokasi kebun memiliki sumber air yang cukup.
5.  Penanaman dilakukan hanya dengan satu jenis tanaman
6.  Budi daya tanaman dilakukan secara intensif tanpa menggunakan mulsa plastik hitam
perak.
7.  Jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x 60 cm sehingga jumlah tanaman keseluruhan
adalah 18.200 tanaman.
8.  Produksi rata-rata dalam satu periode produksi ( 10 – 12 bulan ) adalah 2,2 kg/tanaman.
9.  Masa investasi dihitung selama satu periode produksi (satu tahun).
10.  Harga jual cabai rawit di tingkat petani adalah dihitung  Rp.5.000,00/kg.
11.  Tingkat kerusakan tanaman diperiksa sebesar 10%.
12.  Tenaga kerja diperhitungkan dalam satuan hari kerja setara pria (HKSP); 1 HKSP  sama
dengan 8 jam hari kerja.
13. Bunga modal diperhitungkan sebagai unsur biaya, yaitu sebesar 2% per bulan.
14. Biaya tak terduga diperhitungkan sebesar 10% dari biaya operasional.

Perkiraan biaya dan pendapatan yand disajikan dalam analisis usaha tani ini akan
berbeda dengan daerah lain karena perbedaan agroklimat dan agroekonomi. Akan tetapi
penggunaan sarana dan prasarana produksi pada prinsipnya sama. Sehingga analisis usaha
tani dapat disajikan dalam perhitungan biaya dan pendapatan, meskipun pada kondisi
daerah yang berlainan. Di samping itu, analisis usaha tani ini tidak bersifat tetap,
melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan usaha yang sedang berlangsung.

A.  Modal Usaha Tani

No                        Rincian biaya       Jumlah


1. Sewa tanah 1 hektar selama 1 tahun Rp.  1.500.000,-
2. Pembuatan base camp ukuran 5 m x 5 m
-   Bambu 15 batang @ Rp. 5000,- Rp.      75.000,-
-   Dinding bambu 5 m x 1,75 m 8 ptg @ Rp.25000,- Rp.    200.000,-
-   Paku 3,5 Kg @ Rp.12000,- Rp.      12.000,-
-   Tali 15 m @ Rp.2000,- Rp.      30.000,-
-   Atap seng 24 lbr @ Rp.42000,- Rp.  1.008.000,-
-   Tenaga Kerja 10 HOK @ Rp.30000,- Rp.    300.000,-
3. Peralatan
-   Hand Sprayer 2 buah @ Rp.375000,- Rp.    750.000,-
-   Cangkul 5 buah @ Rp.45000,- Rp.    225.000,-
-   Sabit 5 buah @ Rp.25000,- Rp.    125.000,-
-   Keranjang 5 buah @ Rp.15000,- Rp.      75.000,-
-   Kored 5 buah @ Rp.20000,- Rp.     100.000,-
-   Gembor 2 buah @ Rp.20000,- Rp.      40.000,-
-   Ember Plastik 4 buah @ Rp.10000,- Rp.      40.000,-
4. Benih 250 gram @ Rp.5.000,- Rp.  1.250.000,-
5. Pupuk :
-   Pupuk kandang 15 ton @ Rp.500.000,- Rp.  7.500.000,-
-   Urea 250 Kg @ Rp.1200,- Rp.     300.000,-
-   NPK 100 Kg @ Rp.2200,- Rp.     220.000,-
-   KCL 100 Kg @ Rp.2500,- Rp.     250.000,-
-   PPC 5 liter @ Rp.50000,- Rp.     250.000,-
6. Pestisida
-  Furadan 3 G 10 Kg @ Rp.10000,- Rp.    100.000,-
-  Curacron 500 EC 5 liter @ Rp.120000,- Rp.    600.000,-
-  Fungisida 6 Kg, @ Rp.20000,- Rp.    120.000,-
7. Tenaga Kerja
     Pengolahan tanah I Rp.  1.000.000,-
     Pengolahan tanah II Rp.  2.250.000,-
     Pengolahan tanah III Rp.     750.000,-
     Pemupukan Dasar 15 HOK @ Rp.25000,- Rp.     375.000,-
     Pengaturan bedengan 30 HOK @ Rp.25000,- Rp.     750.000,-
     Pesemaian 30HOK @ Rp.25000,- Rp.     750.000,-
     Penanaman 37 HOK @ Rp.25000,- Rp.     925.000,-
     Pemupukan susulan 30 HOK @ Rp.25000,- Rp.     750.000,-
     Penyiangan 90 HOK @ Rp.25000,- Rp. 2.250.000,-
     Penyemprotan pestisida 60 HOK @ Rp.25000,- Rp. 1.500.000,-
     Panen dan pengangkutan 220 HOK @ Rp.25000,- Rp. 5.500.000,-
     Tenaga pengawasan tetap 1 orang selama 1 tahun Rp. 6.000.000,-
8. Lain – lain
Biaya tidak terduga / cadangan . Rp. 5.750.000,-

B.    Analisis Biaya Usaha Tani

No                        Rincian biaya       Jumlah


1. Sewa tanah 1 hektar selama 1 tahun Rp.  1.500.000,-
2. Nilai Penyusutan Base Cam Pertahun Rp.  1.625.000,-
3. Nilai Penyusutan Hand Sprayer Pertahun Rp.     150.000,-
4. Nilai Penyusutan Cangkul Pertahun Rp.       45.000,-
5. Nilai Penyusutan Sabit Pertahun Rp.       25.000,-
6. Nilai Penyusutan Kranjang Pertahun Rp.       15.000,-
7. Nilai Penyusutan Kored Pertahun Rp.       20.000,-
8. Nilai Penyusutan Gembor Pertahun Rp.        8.000,-
9. Nilai Penyusutan Ember Plastik Pertahun Rp.        8.000,-
10. Benih 250 Gram Rp.  1.250.000,-
11. Pupuk Rp.  8.250.000,-
12. Pestisida Rp.     820.000,-
13. Biaya Tenaga Kerja Rp.22.000.000,-
14. Biaya Cadangan Rp.  5.750.000,-
Jumlah Rp.41.466.000,-

C.    Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani :


-     Nilai total produksi :
    18.200 x 80% x 2,2 Kg x Rp.5.000,-   = Rp. 160.160.000,-
-  Biaya Produksi                                     = Rp.   41.466.000,-
-  Keuntungan                                          = Rp.118.694.000,-

D.    Analisis biaya produksi cabe per Kg dan titik impas modal :


-     BEP harga produksi cabe per Kg :
    Rp. 41.466.000 : ( 18.200 Kg x 80% x 2,2 Kg ) = Rp.1.294,5,-
Berdasarkan hasil tersebut  pada saat harga cabe Rp. 1.294,5 berarti usaha tani Cabe tidak
menghasilkan keuntungan
-     BEP Volume Produksi = Biaya total produksi : Harga Jual
    41.466.000 : 5.000,-  = 829,32 Kg.
Berdasarkan hasil tersebut  modal akan kembali pada saat  produksi mencapai 829,5 Kg
dan harga cabe Rp. 5.000 berarti usaha tani Cabe belum  menghasilkan keuntungan
E.  Analisis tingkat kelayakan usaha Tani ( B / C Ratio
B/C Ratio = Total pendapatan : Total biaya produksi
                = 160.160.000 : 41.466.000
                = 3,86
Dengan mengeluarkan biaya sebesar  Rp.41.466.000,- akan menghasilkan 3,86 kali atau
hasil penjualan mencapai 386% dari modal yang dikeluarkan.
F.  Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Modal ( ROI
ROI = Keuntungan  :  Modal x 100%
       = 118.694.000 : 41.466.000 x 100%
       = 286,2%
DAFTAR  PUSTAKA

1.      Adhi Santika  1995.  Agribisnis Cabai . Jakarta Penebar Swadaya


2.      Ir. Bambang  Cahyono , Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani Cabai Rawit . Penerbit
Kanisius.
3.      Nur Hartuti dan R.M. Sinaga. 1993. Pengaruh Jenis dan Kapasitas Kemasan Terhadap
Mutu Cabai di Pengangkutan   dalam ; Buletin Penelitian Hortikultura Vol.XXV, No. 4
Balai Penelitian  Hortikultura Lembang Bandung.
4.      Dadang W.I. 1997, Cabai dan Kesehatan , dalam : Majalah Trubus. No 332 Tahun
XXVIII, Yayasan Sosial Tani Membangun.
Diposkan oleh PERMATA COCO di 02.09
Label: AGRIBISNIS

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai