Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH “KIMIA RUMAH TANGGA”

ZAT ADIKTIF
Dosen Pengampu: Betzy Ayu Omega Rompean, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Nana Wadaniah (200111501023)


Marnia (200111502005)
Nurul Nabila Asyrafiyyah (200111502001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Kimia Rumah Tangga” dengan lancar. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, sebagai suri tauladan yang baik
dimuka bumi.
Penulis menyadari, makalah ini tidak mungkin terwujud apabila tidak ada
bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Betzy Ayu Omega Rompean, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata Kimia
Rumah Tangga.
2. Dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan makalah ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya dan membalas semua amal
kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya,
Aamiin.
Makassar, 11 April 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Masalah...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Definisi Zat Adiktif.............................................................................................3
B. Jenis-jenis Zat Adiktif.........................................................................................4
C. Contoh Kasus Zat Adiktif....................................................................................6
D. Dampak Penyalahgunaan Zat Adiktif.................................................................6
E. Cara Penanggulangan..........................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
B. Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya (Narkoba) di kalangan
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang marak saat ini (CNN Indonesia.com, 2019) serta meningkat setiap tahunnya
(BNN.go.id, 2019) secara langsung mengancam masa depan siswa sebagai
generasi muda pelanjut tongkat estafet pembangunan bangsa dan negara di masa
yang akan datang. Penyalahgunaan narkoba oleh siswa tersebut telah mencapai
situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi persoalan yang mendesak. Pada
umumnya, korban penyalahgunaan narkoba yang paling mudah dipengaruhi
adalah kaum remaja, salah satunya pelajar di tingkat SMP. Hal ini dikarenakan
siswa SMP adalah individu yang termasuk dalam kategori remaja yang keadaan
emosinya penuh dengan guncangan jiwa sebagai akibat dari peralihan masa
kanak-kanak ke masa dewasa.
Penyalahgunaan zat adiktif oleh para remaja, khususnya mereka yang berstatus
sebagai pelajar merupakan masalah serius yang harus memperoleh perhatian
khusus dari pihak sekolah, karena penyalahgunaan zat adiktif tersebut merupakan
gerbang tol keterlibatan siswa dalam penyalahgunaan narkoba kelak. Oleh karena
itu, sangat penting bagi siswa untuk diberikan bimbingan agar semangat
mengeksplorasi diri serta lingkungannya yang terwujud dalam rasa ingin tahu
yang tinggi tersebut dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif
dan produktif (Silondae, 2020).
Penyalahgunaan zat adiktif di kalangan pelajar apabila tidak ditangani dengan
tepat dapat menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap korban baik pada
kondisi kesehatan jasmani maupun kondisi psikis. Perubahan psikis sering
menimbulkan kendala hubungan sosial bagi penyalahgunaan zat adiktif dalam
keluarga maupun masyarakat umum di sekitarnya. Seorang yang telah mengalami
kecanduan terhadap zat adiktif tidak akan hidup normal layaknya anggota
masyarakat lainnya. Mereka biasanya memunyai tingkah laku yang aneh dan
menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkatan yang berbeda.

iii
4

Ketergantungan secara psikologis dapat menimbulkan tingkah laku yang


kompulsif (mendorong) untuk memperoleh barang tersebut. Bahkan bukanlah hal
baru jika penyalahguna zat adiktif akan melakukan berbagai tindakan kriminal
agar dapat memenuhi kebutuhannya mengonsumsi zat tersebut. Bahkan, akibat
yang lebih fatal dari kecanduan terhadap zat adiktif dengan dosis tinggi serta
frekuensi yang sering adalah kematian (Silondae, 2020).
2) Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah, yaitu:
1. Apa definisi zat adiktif?
2. Apa jenis-jenis zat adiktif?
3. Bagaimana contoh kasus dari zat adiktif?
4. Bagaimana dampak Penyalahgunaan Zat Adiktif?
5. Bagaimana cara Penanggulangan?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah, yaitu:
1. Mengetahui definisi zat adiktif.
2. Mengetahui jenis-jenis definisi zat adiktif.
3. Memahami contoh kasus dari zat adiktif dan cara penanggulangan.
4. Memahami dampak penyalahgunaan zat adiktif.
5. Memahami cara penanggulangan zat adiktif.
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zat Adiktif
NAPZA merupakat sebuah istilah yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Dalam Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa NAPZA adalah bahan atau zat yang
dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku)
serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Berdasarkan undang-
undang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komponen utama dalam NAPZA
adalah 3 (tiga) hal yakni Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Narkotika diartikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik itu sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika diartikan sebagai jenis narkotika yang dapat memberikan pengaruh pada
pikiran, emosi, dan perilaku. Sedangkan zat adiktif lainnya adalah jenis zat selain
narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan
pada penggunanya (Silondae, 2020).
B. Jenis-jenis Zat Adiktif (NAPZA)
Komponen utama dalam NAPZA adalah 3 (tiga) hal yakni Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
a. Narkotika
a. Narkotika golongan I, adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
heroin, kokain, ganja.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin,
petidin, turunan garam dalam golongan tertentu.
4

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan


yang banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.
Misalkan: kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tertentu.
b. Psikotropika
Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, terdapat
empat golongan psikotropika yakni:
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang
termasuk golongan ini yaitu: MDMA, ekstasi, LSD, ST
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan.
Contoh: amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat
(Ritalin).
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan. Contoh :
fenobarbital dan flunitrasepam.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam,
khlordiazepoxiase, nitrazepam (BK, DUM, MG).
c. Zat Adiktif
Selain dari golongan narkotika dan psikotropika tersebut, semua benda yang
memberikan efek ketergantungan pada siapapun yang mengonsumsinya
termasuk di dalam kategori zat adiktif, baik yang berbentuk cairan dengan cara
4

diminum, dihirup maupun dalam bentuk padat yang dimakan/ telan serta
dikonsumsi dengan berbagai macam cara. Beberapa zat adiktif yang saat ini
lazim diketahui masyarakat antara lain: alkohol, nikotin serta beberapa obat
yang mengandung zat yang jika dikonsumsi secara berlebih dapat memberikan
efek fly. Adapun jenis-jenis zat adiktif secara ringkasnya, yakni:
a. Alkohol
(Mengandung etanol ethile3 alcohol) yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat, dan sering merupakan kebiasaan dalam kehidupan masyarakat
tertentu. Minuman beralkohol digolongkan dalam;
1. Golongan A; kadar etanol 1-5% (Bir)
2. Golongan B; kadar etanol 5-20% (Lonang, Wine)
3. Golongan C; kadar etanol di atas 20% (Whisky, Contreu, Vodka, Manson
House, Black Label, Benson)
b. Inhalasi (Gas yang dihirup)dan Solven (Zat Pelarut) sepeti: Lem, Tinner,
Pengahapus cat kuku, bensin.
c. Tembakau (Tar, Nikotin)
d. Kopi (Caffein)

C. Contoh Kasus

Sumber: Kompas.com
4

Sebuah unggahan yang menceritakan mengenai efek kecubung viral di media sosial
Twitter, Minggu (25/9/2022). Unggahan tersebut diunggah oleh akun @kangrekom.

Unggahan berisi berbagai cerita orang tentang efek kecubung ini disukai lebih dari
20.800 pengguna dan di-retweet lebih dari 4.431 kali. Beragam komentar muncul
terkait unggahan ini.  Sejumlah akun yang lain menceritakan efek yang ia temui dari
kecubung bukan seperti unggahan viral, tetapi menurutnya justru seperti orang
keracunan.

Tanaman kecubung efek dan bahayanya Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati menjelaskan, kecubung memiliki nama latin
Datura metel. Tanaman ini menurutnya masuk dalam keluarga Solanaceae (terung-
terungan). “Kecubung adalah tanaman yang banyak dijumpai pada wilayah beriklim
sedang dan tropis, termasuk Indonesia,” kata Zullies dihubungi Kompas.com, Senin
(26/9/2022). Ia menjelaskan, kecubung merupakan tanaman yang mengandung
senyawa alkaloid yang cukup poten atau toksik bernama skopolamin, hyosciamin,
dan atropine. Di mana senyawa-senyawa tersebut tergolong sebagai senyawa
antikolinergik. “Alkaloid dalam kecubung dapat menyebabkan efek delirium/tidak
sadar, sedasi/penenang, dan halusinasi yang sangat nyata, di samping efek samping
fisik yang sangat tidak nyaman dan disforia,” ujar Zullies.

Penggunaan yang berlebihan menurutnya bisa berbahaya karena akan terjadi efek
psikoaktif pada sistem saraf pusat dengan gejala-gejala yang mengarah ke arah
psikotik, termasuk gejala keracunan lain karena adanya penekanan pada syaraf
kolinergik/parasimpatis. Selain itu, menurutnya, kecubung juga bisa menyebabkan
kematian. “Ya bisa (menyebabkan kematian) kalau overdosis,” ujarnya.

Penanganan keracunan kecubung Penanganan untuk orang yang telanjur konsumsi


kecubung menurutnya harus dibawa ke rumah sakit dan diberi "penawar racun".
Penawar racun dalam hal ini maksudnya adalah obat yang bekerja sebaliknya, yakni
menghambat peruraian asetilkolin seperti fisostigmin. Fisostigmin, menurutnya,
4

bekerja dengan cara membalikkan toksisitas antikolinergik. Ia menjelaskan,


fisostigmin harus diberikan secara injeksi intravena kepada orang dewasa dengan
dosis 0,5-2,0 mg dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mg/menit. Adapun dosis kedua
dapat diberikan jika perlu.

Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan
Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania juga mengatakan hal serupa. Ia
menegaskan, kecubung merupakan tanaman beracun. “Nama latin kecubung adalah
Datura metel (famili Solanaceae), merupakan tanaman yang beracun, namun sering
dimanfaatkan sebagai antijamur, antibakteri, antikanker, antiinflamasi,
antirheumatoid, obat bius, antitusif, bronkodilator, halusinogen, hingga pestisida
alami (bioinsektisida, herbisida),” ujar Inggrid dihubungi Kompas.com, Selasa
(27/9/2022). Ia menjelaskan, kecubung mengandung flavonoid, fenol, tannin,
saponin, dan steroid/terpenoid sebagai fitokonstituen utama.

Racun dari tanaman kecubung, menurutnya, diakibatkan kandungan dari zat atropin
dan skopolamin. Ia menegaskan ,semua bagian tanaman kecubung tak boleh untuk
dimakan langsung karena tanaman ini memiliki sifat halusinogen, narkotik, dan
psikoaktif. Ia menjelaskan, tanaman ini bahkan diremas dan ditempelkan di dahi saja
bisa menimbulkan efek tak diinginkan. Gejala keracunan akibat kecubung di
antaranya adalah mulut kering, sembelit, mata sensitif terhadap cahaya, dan sakit
mata. Ia juga menambahkan, kecubung bisa mengakibatkan masalah mental dan
perilaku yang permanen, bahkan hingga kematian. “Bisa mengakibatkan permanent
mental and behavioral problems serta kematian,” ujarnya.

D. Dampak Penyalahgunaan Zat Adiktif


Silondae (2020) menjelaskan bahwa narkotika dan obat terlarang serta zat
adiktif/ psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya.
Dampak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi
kesehatan mental dan fisik. Pengonsumsian narkoba, baik berupa psikotropika
4

maupun narkotika tentu akan membawa dampak terhadap tubuh manusia. Akibat
yang paling fatal adalah kematian. Berikut adalah beberapa dampak penggunaan
narkoba di antaranya sebagai berikut:
a. Dampak Fisik seperti: 1) gangguan pada jantung dan pembuluh darah. 2)
gangguan pada traktur urinarius, 3) gangguan pada otak dan tulang, 4)
gangguan pada endrokrin, 5) gangguan pada kulit, 6) gangguan pada sistem
saraf, 7) gangguan pada sistem pencernaan 8) over dosis dan 9) dampak
terhadap otak.

b. Dampak kejiwaandapat menyebabkan depresi mental, menyebabkan gangguan


jiwa, menyebabkan bunuh diri, dan menyebabkan pengguna narkoba
melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan pengrusakan.

c. Retardasi sering dikaitkan dengan keterbelakangan mental. Retardasi yang


dialami pecandu narkoba adalah ketidakmampuannya berfikir dan membuat
keputusan seperti layaknya orang-orang normal seusianya. Kedewasaan
emosionalnya juga mengalami retardasi, ia tidak sedewasa orang-orang
sekitarnya (yang bukan pecandu) dalam mengendalikan emosinya.

d. Dampak emosional. Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang


(mood altering subtance). Saat menggunakan narkoba, mood perasaan, serta
emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba
adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan,
mood, dan emosi, penggunanya. Narkoba dapat memunculkan perilaku agresif
yang berlebihan dari si pengguna, dan sering kali mengakibatkannya melakukan
perilaku atau tindakan kekerasan.

e. Dampak spritual. Bagi para penyalahguna narkoba, secara spritual narkoba


adalah pusat hidupnya dan bisa dikatakan menggantikan posisi tuhan. Adiksi
terhadap narkoba membuat penggunaan narkoba menjadi jauh lebih penting
4

dari pada keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak lagi memikirkan soal makan,
tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi dan lain-lain.

E. Cara Penanggulangan

Upaya preventif terhadap penyalahgunaan zat adiktif di kalangan masyarakat


oleh pemerintah secara umum mengandalkan pemberian informasi kepada siswa
mengenai dampak penyalahgunaan zat adiktif. Pemanfaatan informasi sebagai
instrumen utama guru BK dalam mencegah siswa terlibat dalam penyalahgunaan
zat adiktif menjadi tepat karena perilaku manusia sangat ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas informasi yang diketahuinya. Hal ini senada dengan pernyataan
Prayitno dan Amti (2004: 260) yang menguraikan tiga alasan utama mengapa
pemberian informasi penting bagi manusia karena 1) informasi dapat membantu
memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. 2) informasi dapat membantu
dalam menentukan arah hidup seseorang dan 3) keunikan individu akan
menghasilkan keputusan dan tindakan yang berbeda-beda, sehingga keputusan
dan tindakan tersebut sangat tergantung dengan informasi yang diperolehnya.

Seperti halnya tindakan preventif, tindakan represif juga merupakan upaya


pengendalian sosial yang dilakukan oleh guru BK dalam mencegah siswa terlibat
dalam masalah penyalahgunaan zat adiktif. Tindakan represif diartikan sebagai
tindakan pengendalian sosial setelah terjadinya sebuah peristiwa, dalam hal ini
pelanggaran atau masalah penyalahgunaan zat adiktif oleh siswa.

a. Razia

Razia merupakan langkah awal dalam pengambilan tindakan represif oleh


pemerintah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Permendikbud, 2016) razia
diartikan sebagai penangkapan beramai-ramai; penggerebekan penjahat yang
berbahaya bagi keamanan.

b. Point Sanksi
4

Sanksi Pemberian poin ini mengacu pada salah satu konsep pembentukan
disiplin siswa yakni sistem poin sanksi. Metode pembentukan disiplin ini adalah
dengan memberikan berbagai macam poin terhadap pelanggaran yang dilakukan
dimana sedikit banyaknya poin sanksi yang didapat merujuk pada ringan atau
beratnya pelanggaran yang diberikan.

c. Konferensi Kasus

Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain: (1) untuk mendapatkan suatu
konsesus dari para ahli dalam menafsirkan data atau informasi yang cukup
memadai dan komprehensif tentang siswa atau kasus guna memudahkan
pengambilan keputusan, (2) menetapkan cara yang terbaik untuk menangani
kasus, (3) sebagai langkah awal dalam penetapan rujukan (referral) bila
dibutuhkan bntuan di luar kemampuan dan tanggungjawab konselor dan, (4)
adanya koordinasi dalam penanggulangan masalah oleh berbagai pihak yang
berkepentingan (Sukardi, 2010).

d. Sanksi

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pemberian sanksi merupakan


tindakan terakhir dari serangkaian tindakan represif yang dilakukan oleh
pemerintah baik berupa sanksi dan pemecatan.
4

DAFTAR PUSTAKA

Awet Sandi, S. K. M. (2016). Narkoba dari Tapal Batas Negara. Mujahidin Press
Bandung.

BNN. (2019). https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/

CNN Indonesia. (2019). https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190622182557-


20-405549/survei-bnn-23-juta-pelajar-konsumsi-narkoba.

Kompas.com. (2022). Unggahan Viral Efek Makan Kecubung, Jangan Anggap Lucu,
Bahayanya!.https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/27/103000865/ungg
ahan-viral-efek-makan-kecubung-jangan-anggap-lucu-ini-bahayanya?
page=all

Permendikbud Nomor 111 tashun 2014 tentang BK pada Pendidikan dasar dan
Pendidikan Menengah.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. PT


Renika Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2010). Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai