Anda di halaman 1dari 189

Buku Ajar

Teori Dasar Listrik dan Elektronika


Muhammad Naim, S.T., M.T.
Buku Ajar
Teori Dasar Listrik dan Elektronika
KUTIPAN PASAL 72:
Ketentuan Pidana Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Muhammad Naim, S.T., M.T.

Buku Ajar
Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Pekalongan - Indonesia
Buku Ajar
Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Copyright © 2022

Penulis:
Muhammad Naim, S.T., M.T.

Editor:
Moh. Nasrudin
(SK BNSP: No. Reg. KOM.1446.01749 2019)

Setting Lay-out & Cover:


Tim Redaksi

Diterbitkan oleh:
PT. Nasya Expanding Management
(Penerbit NEM - Anggota IKAPI)
Jl. Raya Wangandowo, Bojong
Pekalongan, Jawa Tengah 51156
Telp. (0285) 435833, Mobile: 0853-2521-7257
www.penerbitnem.com / penerbitnem@gmail.com

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Cetakan ke-1, Mei 2022

ISBN: 978-623-423-258-5
Prakata

Seorang teknisi perawatan dan perbaikan mesin


membutuhkan pengetahuan tentang dasar listrik dan
elektronika sebagai pengetahuan tambahan untuk melakukan
proses perbaikan dan pemeliharaan pada mesin-mesin yang
membutuhkan energi listrik sebagai sumber energi utamanya.
Untuk itu, diperlukan penguasaan kemampuan dalam
memahami dasar listrik dan elektronika yang baik. Dalam
buku ini dijelaskan tentang konsep listrik dan elektronika
dasar, konsep kemagnetan, komponen elektronika, alat ukur
dan pengukuran besaran listrik, analisa dan perhitungan
listrik, dan dasar instalasi listrik penerangan.
Buku ini sangat penting bagi mahasiswa yang nantinya
akan menjadi teknisi perawatan dan perbaikan mesin sebagai
bekal pengetahuan tambahan. Pada buku ini dijelaskan
tentang teori dasar listrik, hukum-hukum dasar listrik, teori
kemagnetan, komponen-komponen elektronika, jenis-jenis
alat ukur dan pengukuran besaran listrik, perhitungan
besaran listrik, dan dasar instalasi kelistrikan. Untuk dapat
lebih meningkatkan kompetensi mahasiswa maka setiap
beberapa pokok bahasan mahasiswa diberi tugas latihan
untuk menerapkan apa yang dipelajari dangan cara
mengerjakan tugas yang ada pada bagian akhir buku ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga buku ajar ini dapat
menjadi acuan dalam mempelajari dasar listrik dan
elektronika. Segala saran untuk Perbaikan buku sangat
diharapkan.

v
Daftar Isi

PRAKATA __ v
DAFTAR ISI __ vi

BAB 1 PENDAHULUAN __ 1
A. Pengertian dan Sejarah Penemuan Listrik __ 1
B. Teori Atom __ 5
C. Sejarah Perkembangan Teori Atom __ 6
D. Elemen Listrik __ 15
E. Sumber Arus Listrik __ 22

BAB 2 HUKUM DASAR LISTRIK DAN TEORI


KEMAGNETAN __ 35
A. Hukum Dasar Listrik __ 35
B. Teori Kemagnetan __ 50

BAB 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN PERALATAN


ELEKTRONIKA __ 58
A. Komponen Elektronika __ 58
B. Peralatan Elektronika __ 79

BAB 4 ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK __ 90


A. Alat Ukur Listrik __ 90
B. Pengukuran Listrik __ 99

vi
BAB 5 ANALISA DAN PERHITUNGAN LISTRIK __ 119
A. Perhitungan Besaran Listrik dari Hukum Ohm __ 119
B. Perhitungan Baterai __ 122
C. Perhitungan Waktu Pemakaian dan Pengisian Sebuah
Aki __ 125
D. Analisa Rangkaian Listrik __ 129
E. Daya Listrik dan Energi Listrik __ 136

BAB 6 INSTALASI KELISTRIKAN __ 141


A. Pendahuluan __ 140
B. Simbol-simbol Instalasi Listrik dan Penerangan __ 143
C. Komponen Instalasi Listrik __ 159
D. Gambar Instalasi Listrik Penerangan __ 169

TUGAS-TUGAS __ 175
DAFTAR PUSTAKA __ 177
TENTANG PENULIS

vii
Bab 1
PENDAHULUAN

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan sejarah penemuan listrik
2. Menjelaskan sejarah perkembangan teori Atom.
3. Menjelaskan elemen aktif listrik.
4. Menjelaskan elemen pasif listrik.
5. Menjelaskan sumber arus listrik bolak-balik.
6. Menjelaskan sumber arus listrik searah.

A. Pengertian dan Sejarah Penemuan Listrik


Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu,
seperti elektron dan proton, yang menyebabkan penarikan
dan penolakan gaya di antaranya. Atau menurut pengertian
lainnya, Listrik adalah sumber energi yang disalurkan
melalui kabel. Listrik memungkinkan terjadinya banyak
fenomena fisika yang dikenal luas, seperti petir, medan
listrik, dan arus listrik. Listrik digunakan dengan luas di
dalam aplikasi-aplikasi industri seperti elektronik dan
tenaga listrik. Listrik memberi kenaikan terhadap empat
gaya dasar alami (gaya gravitasi, gaya elektromagnetisme,
gaya nuklir lemah dan gaya nuklir kuat). "Jumlah listrik"
juga dikenal dengan istilah "Muatan Listrik" atau "Jumlah
Muatan". Ada dua jenis muatan listrik: positif dan negatif.
Melalui eksperimen, muatan-sejenis saling menolak dan

-1-
2| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

muatan-lawan jenis saling menarik satu sama lain. Jika listrik


mengalir melalui bahan khusus, misalnya dari wolfram dan
tungsten, cahaya pijar akan dipancarkan oleh logam itu.
Bahan-bahan seperti itu dipakai dalam bola lampu
(bulblamp atau bohlam). Setiap kali listrik mengalir melalui
bahan yang mempunyai hambatan, maka akan dilepaskan
panas. Semakin besar arus listrik, maka panas yang timbul
akan berlipat. Sifat ini dipakai pada elemen setrika dan
kompor listrik.
Sejarah tentang penemu listrik ada beberapa versi.
Versi yang pertama, listrik sudah ditemukan pada zaman
mesir kuno. Versi yang kedua, Listrik ditemukan oleh Thales
dari Melitus. Dan Versi yang ketiga, Listrik ditemukan oleh
Faraday.
1. Versi Pertama (Zaman Mesir Kuno)
Teori bahwa listrik dikenal dan digunakan dalam
zaman kejayaan Eropa ternyata keliru, orang Mesir lah
yang menemukannya tetapi orang eropa hanya
mempopulerkan. Kunci untuk seluruh teori ini terletak
beberapa ratus kilometer timur Mesir, di Irak. Ada
beberapa pot aneh yang ditemukan. Beberapa kedap air
berisi silinder tembaga, dilem ke dalam lubang dengan
aspal. Di tengah silinder itu ada sebuah batang besi. Para
penggali menemukan pot pertama pada tahun 1936
yakin: ini adalah elemen galvanik, baterai yang primitif.
Rekonstruksi memang menunjukkan bahwa adalah
mungkin untuk menciptakan listrik dengan itu. Fakta
kembali ditemukan dalam kuil di Dendera, beberapa
puluhan kilometer utara Luxor, beberapa ahli
menemukan cahaya. Seorang insinyur listrik Norwegia
Pendahuluan |3

melihat objek ditampilkan pada relief di bagian atas


halaman ini bisa bekerja sebagai lampu.
2. Versi Kedua (Thales)
Sejarah awal ditemukannya listrik adalah oleh
seorang cendikiawan Yunani yang bernama Thales, yang
mengemukakan fenomena batu ambar yang bila
digosok-gosokkan akan dapat menarik bulu sebagai
fenomena listrik. Kemudian setelah bertahun-tahun
semenjak ide Thales dikemukakan, baru kemudian
muncul lagi pendapat pendapat serta teori -teori baru
mengenai listrik seperti yang diteliti dan dikemukakan
oleh William Gilbert, Joseph priestley, Charles De
Coulomb, AmpereMichael Farraday, Oersted, dll.
3. Versi Ketiga (Faraday)
Michael Faraday adalah ilmuwan Inggris yang
mendapat julukan “Bapak Listrik”, karena berkat
usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak
gunanya. Faraday lahir 22 September 1791 di
Newington, Inggris. Ia mempelajari berbagai bidang
ilmu pengetahuan, termasuk elektromagnetisme dan
elektrokimia. Dia juga menemukan alat yang nantinya
menjadi pembakar Bunsen, yang digunakan hampir di
seluruh laboratorium sains sebagai sumber panas yang
praktis. Untuk membantu ekonomi keluarga, pada usia
14 tahun Faraday bekerja sebagai penjilid buku sekaligus
penjual buku. Di sela-sela pekerjaannya ia manfaatkan
untuk membaca berbagai jenis buku, terutama ilmu
pengetahuan alam, fisika, dan kimia. Ketika umurnya
menginjak 20 tahun, dia mengikuti ceramah-ceramah
yang diberikan oleh ilmuwan Inggris kenamaan. Salah
satunya adalah Sir Humphry Davy, seorang ahli kimia
4| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

yang juga kepala laboratorium Royal Institution. Selama


mengikuti ceramah, Faraday membuat catatan dengan
teliti dan menyalinnya kembali dengan rapi apa yang
didengarnya. Kemudian, berkas catatan itu ia kirimkan
kepada Humphry Davy disertai lamaran kerja. Ternyata
sang dosen tertarik dan mengangkat Faraday sebagai
asistennya di Laboratorium Universitas terkenal di
London. Saat itu dia berusia 21 tahun. Di bawah
bimbingan Davy, Faraday menunjukkan kemajuan pesat.
Awalnya, ia hanya bekerja sebagai seorang pencuci
botol. Tetapi, berkat kegigihannya dalam belajar, hanya
dalam waktu relatif singkat, ia dapat membuat
penemuan-penemuan baru atas hasil kreasinya sendiri,
yaitu menemukan dua senyawa klorokarbon dan
berhasil mencairkan gas klorin dan beberapa gas
lainnya. Berkat kepandainnya pula, Faraday dapat
berhubungan dengan para ahli ternama, seperti Andre
Marie Ampere. Di samping itu, ia juga mendapat
kesempatan berkeliling Eropa bersama Davy. Pada
kesempatan itu, Faraday mulai membangun
pengetahuannya yang praktis dan teoritis.
Davy memiliki pengaruh besar dalam pemikiran
Faraday dan telah mengantarkan Faraday pada
penemuan-penemuannya. Penemuan Faraday pertama
yang penting di bidang listrik terjadi tahun 1821. Dua
tahun sebelumnya Oersted telah menemukan bahwa
jarum magnet kompas biasa dapat beringsut jika arus
listrik dialirkan dalam kawat yang tidak berjauhan. Dari
temuan ini, Faraday berkesimpulan, jika magnet
diketatkan, yang bergerak justru kawatnya. Bekerja atas
dasar dugaan ini, dia berhasil membuat suatu skema
Pendahuluan |5

yang jelas di mana kawat akan terus-menerus berputar


berdekatan dengan magnet sepanjang arus listrik
dialirkan ke kawat. Sesungguhnya, dalam hal ini
Faraday sudah menemukan motor listrik pertama, suatu
skema pertama penggunaan arus listrik untuk membuat
sesuatu benda bergerak. Betapa pun primitifnya,
penemuan Faraday ini merupakan "nenek moyang" dari
semua motor listrik yang digunakan dunia sekarang ini.
Sejak penemuannya yang pertama pada tahun 1821,
Michael Faraday si ilmuwan autodidak ini namanya
mulai terkenal. Hasil penemuannya dianggap sebagai
pembuka jalan dalam bidang kelistrikan.

B. Teori Atom
Atom merupakan satuan terkecil dalam materi baik itu
berupa benda cair, padat, dan gas. Atom yang ada menjadi
bahan dasar pembentuk materi-materi yang ada sampai
kepada bentuk yang dapat kita rasakan. Seperti air, kayu,
handphone, dan bentuk-bentuk materi yang kasat mata
misalnya gas, angin. Dalam pembagiannya struktur atom
terdiri atas 3 inti materi yang memiliki fungsi dan tungasnya
tersendiri. Yaitu proton, elektron, dan neutron. Proton dan
Neutron berada dalam inti atom. Sedangkan, elektron
berputar mengelilingi inti atom berupa proton dan neutron.
Perlu diketahui bahwasanya Proton merupakan struktur
atom yang bermuatan positif (+). Neutron merupakan struktur
atom yang bermuatan netral. Dan elektron merupakan struktur
aton yang bermuatan negatif (-). Sehingga, dalam struktur
atom yang berada dalam sistem periodik unsur yang kita
ketahui dipengaruhi oleh daya tarik menarik antara elektron
dan proton dalam inti atom.
6| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 1.1 Atom

Istilah atau penyebutan atom awalnya berasal dari


Bahasa Yunani, dimana atom merupakan tidak dapat
dipecah atau dipotong serta tidak mungkin untuk dibagi
lagi. Sehingga, konsep tidak dapat terbagi lagi ini
dikemukakan oleh para filsuf dari Yunani dan India. Pada
abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-
dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat
tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi
menggunakan metode-metode kimia. Kemudian, pada akhir
abad ke-19 sampai pada abad ke-20. Para ahli fisika mulai
menemukan komponen-komponen yang berukuran sangat
kecil subatom dalam inti atom. Menunjukkan bahwasanya
struktur atom merupakan inti dari materi.

C. Sejarah Perkembangan Teori Atom


Dalam perkembangan science dan ilmu pengetahuan
dalam masanya, terdapat banyak peneliti dan ilmuan. Dimana
mereka mengemukakan hasil pemikiran dan penemuan yang
diketahui oleh hasil riset dan percobaan yang dibuatnya.
Sehingga, dalam penelitian terkait dengan struktur atom dan
inti atom banyak dikemukakan oleh para peneliti.
Pendahuluan |7

1. Teori Atom Dalton


Teori atom Dalton adalah teori mengenai atom
yang dikemukakan oleh ilmuwan berkebangsaan
Inggris, John Dalton Pada tahun 1808. Teori atom Dalton
adalah teori paling tua mengenai penjelasan tentang
atom. Dalton menjelaskan bahwa atom merupakan suatu
zat yang tidak bisa dibagi-bagi lagi. John Dalton
mengemukakan teorinya terkait struktur atom,
berdasarkan penelitian yang dikemukakannya dalam “A
New System of Chemical Philosiphy”. Dimana John Dalton
menjelaskan bahwasanya atom merupakan suatu zat
yang tidak dapat dibagi lagi dan merupakan struktur
terkecil dari suatu materi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya,
John Dalton Mengemukakan Penelitiannya terkait
struktur atom sebagai berikut:
a. Materi terdiri atas atom yang tidak dapat dibagi lagi.
b. Semua atom dari unsur kimia tertentu memiliki
massa dan sifat yang sama.
c. Unsur kimia yang berbeda akan memiliki jenis atom
yang berbeda.
d. Selama reaksi kimia, atom- atom hanya dapat
bergabung dan dipecah menjadi atom- atom yang
terpisah, tetapi atom tidak dapat dihancurkan dan
tidak dapat diubah selama reaksi kimia tersebut.
e. Suatu senyawa terbentuk dari unsur- unsurnya
melalui penggabungan atom tidak sejenis dengan
perbandingan yang sederhana.

Dari hasil penelitian yang dikemukakan oleh John


Dalton, Dalton menggambarkan bahwasanya atom
8| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

merupakan suatu bulatan materi terkecil yang tidak dapat


dibagi lagi. Bentuk atom yang digambarkan berdasarkan
teori atom Dalton ini berbentuk bola kecil yang menjadi
inti atom. Kemudian, setiap atom yang bergabung akan
membentuk senyawa dan menjadi materi.

Gambar 1.2 Model Atom Dalton

Berdasarkan hasil penelitiannya dan perkembangan


masa. Teori yang dikemukakan oleh John dalton memiliki
kekurangan dari teori atom yang lainnya. Dengan berbagai
kelemahan sebagai berikut:
a. Dalton menerangkan bahwa atom tidak dapat dibagi
lagi. Namun setelah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, diketahui bahwa dalam inti atom yang
dijelaskan oleh Dalton masih dapat dibagi lagi yang
terbentuk dari partikel dasar yang lebih kecil daripada
atom, yaitu proton, electron, dan neutron.
b. Dalton menyatakan bahwa atom tidak bisa
diciptakan ataupun dimusnahkan. Namun ketika
atom di uji coba dengan reaksi nuklir satu atom akan
menghasilkan suatu unsur atom yang lain.
c. Pendapat Dalton terkait bahwa setiap atom memiliki
kesamaan dalam massa, ukuran, dan bentuk. Namun
setelah adanya teori terkait Isotop, Isobar, dan Isoton
Pendahuluan |9

dimana setiap struktur atom mempunyai kesamaan


dalam satu sisi, namun berbeda dari sisi yang lainnya.
d. Pernyataan Dalton terkait perbandingan suatu
senyawa mempunyai bilangan bulat dan sederhana.
Namun seiring perkembangan pengetahuan
diketahui bahwa terdapat perbandingan bilangan
yang tidak bulat, seperti pada senyawa C18H35O2Na.

Walaupun masih memiliki kelemahan dari berbagai


sisi, John Dalton menjadi Ilmuan pelopor pertama yang
menjelaskan terkait struktur atom dan model atom. Yang
dengan dasar inilah membuat para ilmuan lain mulai
meneliti mengenai struktur atom dan model atom.

2. Teori Atom Thomson


Setelah teori atom Dalton muncul dan mulai
berkembang pada tahun 1903. Hal tersebut memicu para
ilmuan lain pun mulai meneliti terkait struktur atom
dengan berbagai penerapan dan percobaan setiap peneliti.
Salah satunya adalah J.J Thomson. Dengan menggunakan
hasil penelitian dan penemuan tabung katode oleh William
Crookers. Kemudian J.J Thomson pun mulai meneliti
terkait sinar katode yang mampu menggerakan baling-
baling dalam percobaan tabung katode. Dari hasil
percobaan tabung katode tersebut dapat dipastikan bahwa
sinar katode merupkan salah satu perikel penyusun dalam
atom yang bermuatan negatif. Dengan hasil percobaan dan
penelitian terkait struktur atom yang dilakukan oleh
Thomson. Maka, Thomson pun menyatakan bahwa “Atom
merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan
10| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

didalamya tersebar muatan negatif elektron”. Dimana,


hasilnya disebut model atom roti kismis.

Gambar 1.3 Model Atom Thomson

Berdasarkan hasil penelitian oleh Thomson. Model


atom thomson digambarkan sebagai roti kismis atau bola
pejal layaknya bola billiar. Dimana, inti bola yang
berwarna kuning sebagai muatan positif dan bola kecil
berwarna hijau sebagai muatan negatif yang menyebar
merata di sekitar muatan positif. Walaupun J.J Thomson
mampu menemukan muatan negatif atau elektron yang
tersebar disekitar struktur atom. Serta mematahkan
bahwa atom masih dapat dipecah menjadi bagian
terkecil dengan ditemukannya elektron. Tetapi, J.J
Thomson tidak dapat menjelaskan penyebaran muatan
positif dan negatif yang berada di inti atom.

3. Teori Atom Rutherford


Tahun 1911 seorang ilmuan yaitu Ernest
Rutherford dengan dibantu oleh kedua orang muridnya
yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden melakukan
percobaan untuk mencari struktur atom yang lebih tepat.
Rutherford melakukan eksperimen dengan
menembakkan sinaralfa ke sebuah lempengan emas
Pendahuluan |11

dengan partikel alfa yang dikenal dengan nama


percobaan Geiger-Marsden.
Saat melakukan tembakan sinar alfa ke lempengan
tersebut, Rutherford menemukan bahwa sinar alfa yang
ditembakkan menghasilkan sinar yang dibelokkan,
dipantulkan, dan diteruskan. Rutherford menjelaskan dari
hasil percobaan yang dilakukannnya sebagai berikut:
a. Di dalam struktur atom terdapat ruang hampa yang
menghasilkan partikel alfa
b. Terdapat suatu muatan dalam inti atom dan
memiliki massa atau muatan yang sejenis dengan
partikel alfa yaitu muatan positif.
c. Pada struktur atom terdapat bagian yang kecil dan
padat, dimana Rutherford menyebutnya sebagai inti
atom atau Nukleus.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh


Rutherford dan kedua muridnya yaitu Hans Geiger dan
Ernest Marsden, Rutherford menyatakan bahwa: struktur
atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif
sebagai pusat massa dan dikelilingi oleh elektron-elektron
yang bermuatan negatif yang mengitari inti atom.

Gambar 1.4 Model Atom Rutherford


12| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Dengan demikian, Rutherford menggambarkan atom


seperti bola yang sebagian besarnya merupakan ruang
hampa. Dimana, pada tengah atom merupakan inti atom
yang terdiri dari atom positif. Kemudian muatan atom
yang berada di tengah atom memiliki volume yang sangat
kecil yang sebanding dengan muatan atom tersebut.
Kelemahan dari teori atom Rutherford ini adalah teori
atom Ruthorford hanya mampu menjelaskan terkait
adanya electron negatif yang beredar mengelilingi inti
atom yang terletak di ruang hampa, dan belum dapat
memberikan penjelasan terkait distribusi dari setiap
elektron pada atom dengan jelas.

4. Teori Atom Niels Bohr


Seorang pakar fisikawan asal Denmark Ditahun 1913
yang bernama Niels Bohr menyatakan bahwasanya teori
atomdari Rutherford dapat untuk disempurnakan kembali
menjadi teori atom yang lebih baik. Dimana, Niels Bohr
dengan percobaan yang dilakukan menggunakan teori
kuantum dari Planck. Dari percobaan yang dilakukannya
ketika melihat penampakan sinar yang berada disekitar
cahaya berupa bola pejal ataupun nyala api bahkan listrik
tegangan tinggi. Dari hal tersebut Bohr pun
menyempurnakan penelitian dari teori yang diajukan oleh
Rutherford. Para ahli kadang memberikan istilah teori
atom Rutherford-Bohr.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya.
Bohr pun mengemukakan teori yang di milikinya yang
menyebutkan bahwa elektron yang bermuatan negatif
berputar mengengelilingi inti atom yang bermuatan atom
positif pada jalur lintasanya tersendiri. Dan setiap lintasan
Pendahuluan |13

elektron yang memiliki orbitnya tersendiri memiliki


kekuatannya elektronnya tersendiri. Dengan elektron
terluar merupakan elektron yang paling mudah lepas atau
berpindah. Sedangkan, elektron yang paling dekat dengan
inti merupakan elektron yang paling sulit untuk
berpindah. Ketika elektronakan berpindah dari satu orbit
ke orbit lain. Maka, diperlukan suatu energi yang berfungsi
untuk memindahkan atau menghandatkan muatan
elektron ke lintasan yang lemah atapun menarik ke
lintasan yang terdekat dengan inti atom.

Gambar 1.5 Model Atom Niels Bohr

Dari penjelasan teori atom Bohr. Niels Bohr pun


menggambarkan model atom Bohr dengan bentuk
seperti tata surya yang terkadang diistilahkan sebagai
model atom tata surya. Dimana, Bohr menjelaskan
bahwa model atom Bohr sebagai berikut:
a. Elektron yang berada di lintasannya tersendiri
mengelilingi inti atom dengan setiap elektron berada
pada lintasanya tersendiri. Dalam hal ini Niels Bohr
14| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

memisalkan dengan istilah lintasan K, L, M, … dan


lintasan seterusnya.
b. Setiap elektron yang berotasi pada lintasanya dan
bersifat stasioner. Maka, energi elektron terhadapt
inti atom dalam struktur atom akan bersifat tetap.
Artinya, tidak akan ada energi yang diserap ataupun
diemisikan satu sama lain.
c. Setiap muatan elektron dalam setiap lintasan dapat
berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain dengan
setiap lintasan akan membutuhkan energi yang
berbeda. Dari energi yang dibutuhkan oleh setiap
elektron disetiap lintasan kulit tersebut akan
membuat elektron mampu berpindah dari satu orbit
ke orbit lainnya. Dimana, besarnya energi yang
diperlukan untuk berpindah dapat dihitung dengan
persamaan Planck.
d. Setiap Orbit stasioner muatan elektron yang
mengelilingi inti atom momentum sudut. Dimana,
besarnya jumlah sudut merupakan kelipatan dari
nh/2π. Dimana, setiap n merupakan bilangan
kulangan kuantum dan h merupakan tetapan
Planck. Setiap kulit atom yang dilambangkan
dengan n = 1, n = 2, n = 3. dan seterusnya.

Dengan demikian, banyaknya orbit setiap atom


dalam tabel periodik memiliki nilai tersendiri dan
mempengaruhi banyaknya jumlah elektron pada setiap
orbit tersebut.
Pendahuluan |15

D. Elemen Listrik
Elemen listrik dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu elemen aktif dan elemen pasif. Elemen aktif
adalah elemen yang menghasilkan energi listrik dalam hal
ini adalah sumber tegangan dan sumber arus. Sedangkan
elemen pasif adalah elemen tidak menghasilkan energi listrik
bahkan hanya dapat menyerap energi listrik, dalam hal ini
adalah resistor, induktor dan kapasitor.
1. Tegangan Listrik
Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang
dibutuhkan untuk memindahkan unit muatan listrik dari
satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan listrik yang
dinyatakan dengan satuan Volt ini juga sering disebut
dengan beda potensial listrik karena pada dasarnya
tegangan listrik adalah ukuran perbedaan potensial
antara dua titik dalam rangkaian listrik. Suatu benda
dikatakan memiliki potensial listrik lebih tinggi daripada
benda lain karena benda tersebut memiliki jumlah
muatan positif yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Potensial listrik itu
sendiri adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam
suatu benda.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya
yang mendorong perpindahan elektron melalui
konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin
besar pula kemampuannya untuk mendorong elektron
melalui rangkaian yang diberikan. Muatan listrik dapat
kita analogikan sebagai air di dalam sebuah tangki air,
sedangkan Tegangan listrik dapat kita analogikan
sebagai tekanan air pada sebuah tangki air, semakin
16| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

tinggi tangki air di atas outlet semakin besar tekanan air


karena lebih banyak energi yang dilepaskan. Demikian
juga dengan tegangan listrik, semakin tinggi tegangan
listriknya maka semakin besar energi potensial yang
dikarenakan semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik
yang dipisahkan oleh jarak tertentu, maka akan terjadi
kekuatan listrik diantara keduanya. Jika distribusinya
memiliki muatan yang sama (kedua-duanya positif atau
kedua-duanya negatif) maka saling berlawanan atau
saling tolak menolak. Namun apabila dua distribusi
muatan berbeda (satu positif dan satunya lagi negatif)
maka akan menyebabkan gaya yang saling tarik-
menarik. Pada saat kedua distribusi muatan tersebut
disambungkan dengan rangkaian atau beban yang unit
positifnya sedikit maka unit positif tersebut akan
dipengaruhi oleh kedua distribusi muatan tersebut.
Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan
biasanya disebut dengan tegangan DC (tegangan searah)
sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi secara
berkala dengan waktu disebut dengan tegangan AC
(tegangan bolak balik). Tegangan listrik diukur dengan
satuan Volt yang dilambangkan dengan simbol huruf “V”.
1 Volt dapat didefinisikan sebagai tekanan listrik yang
dibutuhkan untuk menggerakan 1 Ampere arus listrik
melalui konduktor yang beresistansi 1 Ohm. Istilah
“VOLT” ini diambil dari nama fisikawan Italia yang
menemukan baterai volta (Voltaic Pile) yaitu Alessandro
Volta (1745-1827). Baterai dan pencatu daya (power
supply) merupakan contoh sumber yang menghasilkan
tegangan DC (tegangan searah) yang stabil seperti
Pendahuluan |17

menghasilkan tegangan DC 1,5V, 3V, 5V, 9V, 12V dan 24V.


Sementara sumber tegangan AC (tegangan bolak-balik)
tersedia untuk keperluan peralatan rumah tangga dan
industri. Tegangan AC standar yang digunakan di
Indonesia adalah 220V, sedangkan di negara lain ada yang
menggunakan 100V, 110V ataupun 240V.
Gambar dibawah ini adalah symbol untuk
tegangan DC dan symbol tegangan AC.

Gambar 1.6 Simbol Tegangan listrik DC

Gambar 1.7 Simbol Tegangan Listrik AC


18| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

2. Arus Listrik
Arus listrik atau dalam bahasa Inggris sering
disebut dengan Electric Current adalah muatan listrik
yang mengalir melalui media konduktor dalam tiap
satuan waktu. Muatan listrik pada dasarnya dibawa oleh
Elektron dan Proton di dalam sebuah atom. Proton
memiliki muatan positif, sedangkan Elektron memiliki
muatan negatif. Namun, Proton sebagian besar hanya
bergerak di dalam inti atom. Jadi, tugas untuk membawa
muatan dari satu tempat ke tempat lainnya ini ditangani
oleh Elektron. Hal ini dikarenakan elektron dalam bahan
konduktor seperti logam sebagian besar bebas bergerak
dari satu atom ke atom lainnya.
Atom dalam bahan konduktor memiliki banyak
elektron bebas yang bergerak dari satu atom ke atom
lainnya dengan arah yang acak (random atau tidak
teratur) sehingga tidak mengalir ke satu arah tertentu.
Namun ketika diberikan Tegangan pada konduktor
tersebut, semua elektron bebas akan bergerak ke arah
yang sama sehingga menciptakan aliran arus listrik.
Arus listrik atau Electric Current biasanya dilambangkan
dengan huruf “I” yang artinya “intesity (intensitas)”.
Sedangkan satuan Arus Listrik adalah Ampere yang
biasa disingkat dengan huruf “A” atau “Amp”. 1
Ampere arus listrik dapat didefinisikan sebagai jumlah
elektron atau muatan (Q atau Coulombs) yang melewati
titik tertentu dalam 1 detik (I = Q/t).
Pendahuluan |19

Gambar 1.8 Arus Listrik

Arus listrik dapat kita analogikan sebagai aliran air


pada sebuah tangki air. Makin besar tekanan airnya dan
makin kecil hambatan pada pipa (ukuran pipa yang
besar) maka jumlah aliran air juga akan banyak.
Demikian juga dengan aliran arus listrik, makin tinggi
Tegangan yang diberikan dan makin kecil hambatan
listrik pada suatu rangkaian, makin besar pula Arus
listriknya. Tekanan air dapat mewakili Tegangan listrik
(V) sedangkan hambatan yang kecil (ukuran pipa yang
besar) dapat mewakili Hambatan Listrik (R).

3. Resistor
Resistor merupakan elemen listrik pasif karena hanya
menyerap energi listrik dari sumber listrik dan
melepaskannya dalam bentuk panas. Resistor sering juga
disebut dengan tahanan atau hambatan dengan simbol R.
Dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat
arus, pembagi arus, dan pembagi tegangan. Nilai resistor
tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu sendiri
(tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor
itu sendiri dan luas penampang dari resistor itu sendiri.
Secara matematis, dapat dituliskan:
20| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

R = ρ . l . A (Ohm) ……………………………………… (1)

dimana:
ρ = hambatan jenis
l = panjang dari resistor
A = luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm ( Ω)

Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka


pada kedua ujung dari resistor tersebut akan
menimbulkan beda potensial atau tegangan.

4. Induktor
Induktor adalah komponen atau elemen yang
menyerap energi dalam bentuk medan magnet yang
seringkali juga disebut sebagai induktansi lilitan,
kumparan atau belitan.induktor mempunyai sifat dapat
menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. Satuan
dari induktor adalah Henry (H).
Arus yang mengalir pada induktor akan
menghasilkan fluksi magnetik (φ) yang membentuk loop
yang melingkupi kumparan. Jika ada N lilitan, maka
total fluksi adalah:

λ=L.I
L = λ/I
v = dλ/dt = L di/dt …………………………………… ( 2 )

Jika induktor dipasang arus konstan/DC, maka


tegangan sama dengan nol. Sehingga induktor bertindak
sebagai rangkaian hubung singkat/ short circuit.
Pendahuluan |21

5. Kapasitor
Sering juga disebut dengan kondensator atau
kapasitansi. Mempunyai fungsi untuk membatasi arus DC
yang mengalir pada kapasitor tersebut, dan dapat
menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Nilai suatu
kapasitor tergantung dari nilai permitivitas bahan pembuat
kapasitor, luas penampang dari kapsitor tersebut dan jarak
antara dua keping penyusun dari kapasitor tersebut.
Satuan dari kapasitor adalah Farad (F). Secara matematis
dapat dituliskan:

C = ε . A/d ……………………………………………… (3)

dimana:
ε = permitivitas bahan
A = luas penampang bahan
d = jarak dua keping

Jika sebuah kapasitor dilewati oleh sebuah arus


maka pada kedua ujung kapaistor tersebut akan muncul
beda potensial atau tegangan, dimana secara matematis
dinyatakan:

ic =C dvc/ dt …………………………………………….. (4)

Jika kapasitor dipasang tegangan konstan/DC,


maka arus sama dengan nol. Sehingga kapasitor
bertindak sebagai rangkaian terbuka/ open circuit untuk
tegangan DC.
22| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

E. Sumber Arus Listrik


Arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian karena
adanya beda potensial antara dua titik dalam rangkaian yaitu
dari titik berpotensial tinggi ke titik berpotensial rendah. Agar
arus terus mengalir dalam rangkaian harus ada alat yang dapat
mempertahankan beda potensial yang disebut sumber gaya
gerak listrik. Sumber gaya gerak listrik adalah suatu alat yang
dapat mengubah energi kimia, gerak atau energi bentuk lain ke
bentuk energi listrik yang diperlukan untuk mempertahankan
muatan listrik terus mengalir secara kontinyu. Jadi GGL
merupakan beda potensial dan GGL dapat menyebabkan arus
mengalir, sehingga sumber GGL dapat juga dikatakan sumber
beda potensial atau sumber arus listrik.
Berdasarkan arus yang dihasilkan, sumber arus listrik
dibedakan menjadi:
 Sumber arus AC (Alternating Curent) adalah sumber
arus listrik yang menghasilkan arus bolak-balik.
Misalnya: Generator dan dinamo sepeda.
 Sumber arus DC (Direct Curent) adalah sumber arus
listrik yang menghasilkan arus searah. Misalnya: elemen.

1. Generator
Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan
tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik. Jadi
disini generator berfungsi untuk mengubah tenaga
mekanik menjadi tenaga listrik.
Berdasarkan tegangan yang dibangkitkan, generator
dibagi menjadi dua yaitu:
 Generator Arus Bolak-Balik (AC) yaitu generator
dimana tegangan yang dihasilkan (tegangan output)
berupa tegangan bolak-balik.
Pendahuluan |23

 Generator Arus Searah (DC) yaitu generator dimana


tegangan yang dihasilkan (tegangan output) berupa
tegangan searah, karena didalamnya terdapat sistem
penyerahan yang dilakukan bisa berupa oleh
komutator atau menggunakan dioda.

a. Generator Arus Bolak-Balik (AC)


Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah
tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik.
Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah
tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik.
Generator Arus Bolak-balik sering disebut juga
seabagai alternator, generator AC (alternating current),
atau generator sinkron. Dikatakan generator sinkron
karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah
putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron
ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan
kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan
yang sama dengan medan putar pada stator.
Berdasarkan sistem pembangkitannya generator
AC dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Generator 1 fasa
Generator yang dimana dalam sistem
melilitnya hanya terdiri dari satu kumpulan
kumparan yang hanya dilukiskan dengan satu
garis dan dalam hal ini tidak diperhatikan
banyaknya lilitan. Ujung kumparan atau fasa yang
satu dijelaskan dengan huruf besar X dan ujung
yang satu lagi dengan huruf U.
24| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

2) Generator 3 fasa
Generator yang dimana dalam sistem
melilitnya terdiri dari tiga kumpulan kumparan
yang mana kumparan tersebut masing-masing
dinamakan lilitan fasa. Jadi pada statornya ada
lilitan fasa yang ke satu ujungnya diberi tanda U –
X; lilitan fasa yang ke dua ujungnya diberi tanda
dengan huruf V – Y dan akhirnya ujung lilitan fasa
yang ke tiga diberi tanda dengan huruf W – Z.

Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri


dari dua bagian utama, yaitu:
1) Stator, yakni bagian yang diam yang
mengeluarkan tegangan bolak balik.
2) Rotor, yakni bagian yang bergerak yang
menghasilkan medan magnet yang
menginduksikan ke stator.

Stator terdiri dari badan generator yang terbuat


dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam
generator, kotak terminal dan name plate pada
generator. Inti Stator yang terbuat dari bahan
ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat alur-
alur tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator
yang merupakan tempat untuk menghasilkan
tegangan. Sedangkan, rotor berbentuk kutub sepatu
(salient) atau kutub dengan celah udara sama rata
(rotor silinder).
Pendahuluan |25

Gambar 1.9 Rangkaian Ekivalen Generator AC

Prinsip dasar generator arus bolak-balik


menggunakan hukum Faraday yang menyatakan
jika sebatang penghantar berada pada medan
magnet yang berubah-ubah, maka pada penghantar
tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik. Prinsip
generator ini secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa tegangan akan diinduksikan pada konduktor
apabila konduktor tersebut bergerak pada medan
magnet sehingga memotong garis-garis gaya. Jadi
syarat untuk dapat dibangkitkan GGL adalah harus
ada konduktor (hantaran kawat), harus ada medan
magnetik, dan harus ada gerak atau perputaran dari
konduktor dalam medan, atau ada fluksi yang
berubah yang memotong konduktor itu.
Besar tegangan yang dibangkitkan oleh sebuah
generator bergantung pada:
26| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

1) Kecepatan putaran (N).


2) Jumlah kawat pada kumparan yang memotong
fluk (Z).
3) Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh
medan magnet (f).
4) Konstruksi Generator.

b. Generator Arus Searah (DC)


Generator DC merupakan sebuah perangkat
listrik yang mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC
atau arus searah. Generator DC dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan
magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar
(anker), jenis generator DC yaitu:
1) Generator penguat terpisah
2) Generator shunt
3) Generator kompon

Konstruksi Generator DC pada umumnya dibuat


dengan menggunakan magnet permanent dengan 4-
kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi
terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah,
bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian
rotor. Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator,
yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor,
yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator
terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat arang,
bearing dan terminal box. Sedangkan bagian rotor
terdiri dari: komutator, alur-alur, belitan rotor, kipas
rotor, bearing dan poros rotor.
Pendahuluan |27

Gambar 1.10 Konstruksi Generator DC

Gambar 1.11 Jangkar Generator DC

Prinsip kerja dari sebuah generator DC hampir


sama dengan prinsip kerja Generator AC, yang
membedakan hanyalah pada Generator DC terdapat
komutator yang berfungsi untuk menyearahkan
tegangan AC atau GGL yang dihasilkan pada lilitan
jangkar sehingga dihasilkan tegangan DC pada
terminal generator DC.
28| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

2. Elemen
Elemen adalah sumber arus listrik searah yang
berasal dari reaksi kimia. Ketika digunakan elemen
mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Berdasarkan sifat bahan yang digunakan, elemen
dibedakan menjadi:
 Elemen primer; adalah elemen yang reaksi kimia
didalamnya tidak dapat diperbaharui lagi, sehingga
jika energi listriknya telah habis tidak dapat dimuati
lagi atau diisi lagi (sekali pakai). Contoh: elemen
volta, elemen daniel, dan elemen kering (baterai).
 Elemen sekunder adalah elemen yang reaksi kimia
di dalamnya dapat diperbaharui sehingga jika energi
listriknya telah habis dapat diisi ulang (dicharge).
Contoh : accumulator dan sel Nicad

Berdasarkan bentuk bahan elektrolit yang


digunakan, elemen dibedakan atas:
 Elemen kering yaitu elemen yang elektrolitnya
berupa campuran seperti pasta.
 Elemen basah yaitu elemen yang elektrolitnya
berupa cairan.

Elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang dapat


menghantarkan arus listrik.
a. Baterai
Baterai merupakan elemen kering yang memiliki
dua kutub yaitu kutub positif dan kutub negatif.
Kutub positif baterai berupa batang karbon yang
dibenamkan ke dalam campuran mangan dioksida
(MnO2) dan amonium klorida (NH4Cl). Kutub negatif
Pendahuluan |29

baterai adalah lapisan paling luar yang terbuat dari


seng (Zn).

Gambar 1.12 Baterai

Gambar diatas adalah gambar baterai yang


mempunyai kutub positif dan kutub negatif.
Campuran mangan dioksida berfungsi sebagai zat
pelindung elektrolit. Di antara lapisan paling luar
yaitu seng berfungsi sebagai kutub negatif dan
campuran mangan dioksida terdapat pasta amonium
klorida yang berfungsi sebagai elektrolit. Di antara
kutub positif dan kutub negatif ini terdapat beda
potensial. Beda potensial inilah yang menyebabkan
baterai tersebut dapat mengalirkan arus listrik jika
dipasangkan secara benar dalam sebuah rangkaian.
Suatu saat, karbon dan elektrolit dari baterai akan
habis sehingga baterai tersebut tidak dapat
menghasilkan arus listrik. Baterai termasuk sumber
arus listrik yang tidak dapat diisi ulang. Dengan
adanya arus listrik ini, kita akan dipermudah
memperoleh sumber energi listrik yang dapat
30| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

dibawa ke mana-mana, sehingga akan lebih mudah


dan praktis. Baterai masih banyak digunakan pada
jam dinding, radio, lampu senter, dan sebagainya.
Penyempurnaan dari sel seng karbon adalah baterai
alkalin. Ukuran, bentuk, dan tegangannya mirip
dengan sel seng karbon, tetapi jika digunakan dalam
suatu peralatan, sel alkalin dapat bertahan enam
atau tujuh kali lebih lama dibanding sel seng karbon
biasa. Dalam sel alkalin mengandung elektrolit
larutan kalium hidroksida. Pelat logamnya terbuat
dari nikel dan senyawa kadmium.

b. Accumulator (Aki)
Accu atau aki adalah sebuah sel listrik dimana
di dalamnya berlangsung proses elektrokimia yang
reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya
yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses
elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai
dapat berlangsung proses pengubahan kimia
menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan
sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia,
pengisian kembali dengan cara regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang
berlawanan di dalam sel.
Accu atau aki pada mobil berfungsi untuk
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia,
yang akan digunakan untuk mensuplai (menyediakan)
listik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu
dan komponen komponen kelistrikan lainnya.
Pendahuluan |31

Didalam bateria mobil terdapat elektrolit asam


sulfat, elektroda positif dan negatif dalam bentuk
plat. Plat plat tersebut dibuat dari timah atau berasal
dari timah. Karena itu baterai tipe ini sering disebut
baterai timah, Ruangan didalamnya dibagi menjadi
beberapa sel (biasanya 6 sel, untuk baterai mobil)
dan didalam masing masing sel terdapat beberapa
elemen yang terendam didalam elektrolit.

Gambar 1.13 Konstruksi Accu (Aki)

Berdasarkan gambar konstruksi diatas, Accu


atau Aki tersusun dari komponen-komponen:
1) Kotak baterai berfungsi sebagai penampung dan
pelindung bagi semua komponen baterai yang
ada di dalamnya seperti sel, penghubng sel,
pemisah sel, plat baterai dan lain-lain. Selain itu
juga kotak baterai berfungsi sebagai ruang
endapan-endapan baterai pada bagian bawah.
32| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Bahan kotak baterai ini biasanya transparan


untuk mempermudah pemeriksaan jumlah atau
tinggi elektrolit baterai.
2) Tutup baterai, sesuai dengan namanya bagian ini
berfungsi sebagai tutup bagiana atas baterai,
tempat dudukan terminal-terminal baterai,
lubang ventilasi.
3) Plat baterai. Terdapat dua buah plat, plat positif
dan plat negatif. Kedua plat tersebut mempunyai
grid yang terbuat dari antimoni dan paduan
timah. Bahan pembuat Plat positif adalah bahan
antimoni yang dilapisi dengan lapisan aktif
oksida timah (lead dioxide, PbO2) yang
berwarna coklat dan plat negatif terbuat dari
sponge lead (Pb) yang berwarna abu-abu. Salah
satu yang mempengaruhi kemampuan baterai
dalam mengalirkan arus adalah jumlah dan
ukuran plat. Semakin besar atau banyak platnya
maka semakin besar pula arus yang dihasilkan.
4) Separator atau penyekat, separator ini ditempatkan
di antara plat positif dan plat negatif. Penyekat
atau separator ini berpori-pori supaya
memungkinkan larutan elektrolit melewatinya.
Bagian ini juga berfungsi untuk mencegah
hubungan singkat antar plat.
5) Sel. Satu unit plat positif dan plat negatif yang
dibatasi oleh penyekat di antara kedua plat
posotif dan negatif disebut dengan sel atau
elemen. Sel-sel baterai dihubungkan secara seri
satu dengan lainnya, sehingga jumlah sel baterai
akan menentukan besarnya tegangan baterai
Pendahuluan |33

yang dihasilkan. Satu buah sel di dalam baterai


menghasilkan tegangan kira-kira sebesar 2,1
volt, sehingga untuk baterai yang jumlah selnya
6 menghasilkan total teganya sekitar 12,6 Volt.
6) Penghubung sel (cell connector), merupakan plat
logam yang dihubungkan dengan plat-plat baterai.
Ada dua buah plat penghubung pada setiap sel
yaitu untuk plat positif dan plat negatif.
Penghubung sel pada plat positif dan negatif
disambungkan secara seri untuk semua sel.
7) Pemisah sel (cell partition). Bagian ini merupakan
bagian dari kotak baterai yang memisahkan tiap
sel.
8) Terminal baterai. Secara umum ada dua buah
terminal pada baterai, yaitu terminal positif dan
terminal negatif. Terminal ini terletak pada
bagian atas dari aki.
9) Tutup ventilasi. Komponen ini terdapat pada
baterai jenis basah yang berfungsi sebagai tutup
lubang yang digunakan untuk menambah atau
memeriksa air baterai. Pada tutup ini terdapat
lubang ventilasi berfungsi untuk membuang gas
hidrogen yang dihasilkan saat terjadi proses
pengisian.
10) Larutan elektrolit, yaitu cairan pada baterai
merupakan campuran antara asam sulfat
(H2SO4) dan air (H2O). Secara kimia, campuran
tersebut bereaksi dengan bahan aktif pada plat
baterai untuk menghasilkan listrik. Baterai yang
terisi penuh mempunyai kadar 36% asam sulfat
dan 64% air. Larutan elektrolit mempunyai berat
34| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

jenis (specific gravity) 1,270 pada 200C (680F)


saat baterai terisi penuh. Berat jenis merupakan
perbandingan antara massa cairan pada volume
tertentu dengan massa air pada volume yang
sama. Makin tinggi berat jenis, makin kental zat
cair tersebut. Berat jenis air adalah 1 dan berat
jenis asam sulfat adalah 1,835. Dengan campuran
36% asam dan 64% air, maka berat jenis larutan
elektrolit pada baterai sekitar 1,270.

↜oOo↝
Bab 2
HUKUM DASAR LISTRIK
DAN TEORI KEMAGNETAN

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan beberapa hukum-hukum dasar listrik.
2. Menjelaskan tentang sifat-sifat kemagnetan.
3. Menjelaskan beberapa istilah kemagnetan.
4. Menjelaskan jenis-jenis magnet.
5. Menjelaskan cara membuat magnet.

A. Hukum Dasar Listrik


Dalam dunia listrik dikenal beberapa hukum-hukum
dasar listrik, diantaranya:
 Hukum Ohm
 Hukum Kirchoff
 Hukum Orsted
 Hukum Faraday
 Hukum gaya Lorentz

1. Hukum Ohm
Nama Ohm pada Hukum Ohm diambil dari nama
fisikawan asal Inggris yang bernama Georg Simon Ohm.
Georg Simon Ohm melakukan penelitian terhadap
resistansi pada tahun 1825-1826. Hasil dari penelitian ini
kemudian dipublikasikan pada tahun 1827 melalui buku

- 35 -
36| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

yang berjudul “Die galvanische Kette, mathematisch


bearbeitet”, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
menjadi “Investigasi Matematis terhadap Rangkaian
Galvanis”.
Georg Ohm dilahirkan dari pasangan Johann
Wolfgang Ohm, seorang tukang kunci, dan Maria
Elizabeth Beck, seorang penjahit. Walaupun ayahnya
hanya berprofesi sebagai tukang kunci, namun dia mampu
memberikan anak-anaknya pendidikan yang tinggi
melalui ajarannya sendiri. Sebenarnya Georg Ohm terlahir
sebagai 7 bersaudara, namun hanya 3 yang bertahan
melewati masa kecilnya, yaitu Georg, Martin
(matematikawan terkenal), dan Elizabeth Barbara. Pada
tahun 1805, Ohm masuk ke Universitas Erlangen namun
keluar di semester ketiga dan kemudian pergi mengajar
matematika di sekolah Gottstadt bei Nydaud, Swiss. Georg
Ohm meninggalkan sekolah tersebut pada Maret 1809
untuk menjadi guru privat di Neuchâtel. Atas nasihat dari
Karl Christian von Langsdorf, dia kembali melanjutkan
studi di bidang matematika dan pada April 1811, dia
kembali ke Universitas Erlangen. Pada 25 Oktober 1811,
Ohm memperoleh gelar doktor di bidang matematika dari
Erlangen dan bergabung sebagai staf dosen matematika.
Menyadari bahwa pekerjaan tersebut tidak memiliki
prospek yang baik dan uang yang diterima sedikit, maka
dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan menerima
tawaran pemerintah Bavaria. Tawaran untuk mengajar
sebagai guru matematika dan fisika di sebuah sekolah
berkualitas rendah di Bamberg diterimanya pada Januari
1813. Dia juga bekerja sebagai penulis buku sekolah dasar
tentang geometri, namun Ohm tidak merasa bahagia
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |37

dengan pekerjaannya. Pada Februari 1816, sekolah tersebut


ditutup dan pemerintah Bavaria mengirimnya ke sekolah
yang penuh sesak di Bamberg untuk mengajar
matematika. Pada 11 September 1817, Georg Ohm
menerima tawaran mengajar matematika dan fisika di
Gimnasium Jesuit, Cologne. Di tempat itu, dia mulai
melakukan berbagai eksperimen hingga kepindahannya ke
Berlin pada Maret 1828 karena antusiasme terhadap
karyanya tidak terlalu baik. Pada tahun 1833, Ohm
mendapatkan pekerjaan dan gelar profesor dari salah satu
universitas di Nüremberg. Meskipun demikian, universitas
tersebut bukanlah yang dicita-citakan olehnya.

Gambar 2.1 Georg Ohm

Pada percobaannya, Georg Simon Ohm mendapat


inspirasi dari penelitian Fourier tentang “heat
conduction”. Pada awalnya Georg Simon Ohm
menggunakan elemen volta sebagai sumber tegangan
namun kemudian beralih menggunakan Thermocouple
karena dianggap lebih stabil. Georg Simon Ohm
menggunakan Galvanometer untuk mengukur arus pada
sebuah penghantar yang diberi tegangan listrik.
38| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Hasil percobaan diperoleh bahwa besarnya beda


potensial yang dihasilkan berbanding lurus dengan suhu
pada junction. Selanjutnya Georg Simon Ohm
melakukan pengukuran dengan Galvanometer dan
mengganti kabel untuk pengujian dengan berbagai
panjang dan ukuran diameter serta bahan yang berbeda.
Dari percobaan ini diperoleh bahwa besarnya
pembacaan Galvanometer berbanding lurus dengan
suhu namun berbalik dengan panjang kabel uji.
Dari percobaan sederhana ini dapat disimpulkan
bahwa besarnya kuat arus, yaitu nilai yang dibaca oleh
Galvanometer berbanding lurus dengan beda potensial
(ingat bahwa suhu berbanding lurus dengan beda
potensial). Kemudian besarnya kuat arus juga
berbanding terbalik dengan hambatan, karena panjang
kabel berbanding lurus dengan hambatan kabel.
Bunyi hukum Ohm yaitu “Kuat arus dalam suatu
rangkaian sebanding dengan tegangan pada ujung-ujung
rangkaian dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian”.

Gambar 2.2 Hukum Ohm


Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |39

Hukum Ohm sendiri memiliki lambang ”Ω”, ada


tiga hal yang berkaitan dengan hukum ohm yaitu
hambatan listrik, tegangan listrik dan kuat arus
listrik. Hambatan Listrik adalah perbandingan antara
tegangan listrik dari suatu komponen elektronik dengan
arus listrik yang melewatinya, Tegangan Listrik adalah
perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam
rangkaian listrik dan terakhir Kuat Arus
Listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir
dalam suatu penghantar setiap satu satuan waktu.
Secara Matematis Hukum Ohm dapat dirumuskan
sebagai berikut:

V = I x R Atau I = V / R atau R = V / I ……………… (5)

dimana:
R = Hambatan Listrik (Ω)
V = Tegangan Listrik (V)
I = Kuat Arus Listrik (A)

2. Hukum Kirchoff
Pada tahun 1845, seorang fisikawan Jerman, Gustav
Roberts Kirchoff mengembangkan hukum yang mengatur
konservasi arus dan energi di dalam rangkaian listrik.
Kedua aturan ini umumnya dikenal sebagai Hukum
Kirchoff Circuit dengan hukum Kirchoff 1 yang
berhubungan dengan arus yang mengalir di sekitar
rangkaian tertutup, Hukum Arus Kirchoff atau Kirchoff
Current Law, (KCL) sementara hukum Kirchoff 2 berkaitan
dengan sumber tegangan yang ada dalam rangkaian
40| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

tertutup, Hukum Tegangan Kirchoff atau Kirchoff Voltage


Law, (KVL).

Gambar 2.3 Gustav Roberts Kirchoff

Gustav Roberts Kirchhoff dilahirkan pada tanggal


12 Maret 1824 di Königsberg, Rusia Timur (sekarang
Kaliningrad, Rusia), putra dari Friedrich Kirchhoff,
seorang pengacara, dan Johanna Henriette Wittke. Dia
lulus dari Universitas Albertus Königsberg (sekarang
Kaliningrad) pada 1847 dan menikahi Clara Richelot,
putri dari profesor-matematikanya, Friedrich Richelot.
Pada tahun yang sama, mereka pindah ke Berlin, tempat
dimana ia menerima gelar profesor di Breslau (sekarang
Wroclaw). Gustav Roberts Kirchhoff meninggal di
Berlin, Negara Jerman pada tanggal 17 Oktober 1887
pada usia lebih dari 63 tahun.
a. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchoff Arus atau KCL, menyatakan
bahwa “ arus total atau muatan yang memasuki titik
percabangan atau node sama dengan muatan yang
meninggalkan titik percabangan atau node .Dengan
kata lain, jumlah aljabar dari semua arus yang
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |41

masuk dan keluar dari node harus sama dengan


nol, I(keluar) + I(masuk) = 0. Gagasan ini oleh Kirchoff
umumnya dikenal sebagai Konservasi Muatan.

Di sini, 3 arus yang memasuki node,


I1, I2, I3 semuanya bernilai positif dan 2 arus yang
meninggalkan node, I4 dan I5 bernilai negatif. Maka
ini berarti kita juga bisa menulis ulang persamaan
menjadi : I1 + I2 + I3 - I4 - I5 = 0
Istilah node dalam rangkaian listrik umumnya
mengacu pada sambungan atau junction dari dua
atau lebih jalur pembawa arus atau elemen seperti
kabel dan komponen.

b. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchoff Tegangan atau KVL,
menyatakan bahwa “dalam jaringan loop tertutup,
tegangan total di sekitar loop sama dengan jumlah
semua tegangan turun (jatuh tegangan) dalam loop yang
sama” yang sama dengan nol. Dengan kata lain
jumlah aljabar semua teganan dalam loop/putaran
harus sama dengan nol. Gagasan ini oleh Kirchoff
dikenal sebagai Konservasi Energi.
42| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

3. Hukum Oersted
Seorang fisikawan berkebangsaan Denmark, yaitu
Hans Christian Oersted (1777 – 1851). Setelah melakukan
eksperimen cukup lama, pada tahun 1819 berhasil
menemukan bahwa, “Jika sebuah magnet jarum (kompas
kecil) didekatkan pada suatu penghantar yang berarus listrik,
magnet jarum akan menyimpang”. Hal ini menunjukkan
bahwa di sekitar kawat berarus terdapat medan magnet.
Hans Christian Oersted lahir pada 14 Agustus 1777
di Rudkobing, Denmark. Sebagai anak muda, Hans
Christian Oersted mengembangkan minatnya dalam
ilmu sambil bekerja untuk ayahnya, yang dimiliki
apotek. Ia dan saudaranya Anders menerima sebagian
besar pendidikan awal mereka melalui belajar-sendiri di
rumah, pada tahun 1793 mereka pergi ke Kopenhagen
untuk mengikuti masuk ujian University of Copenhagen,
kedua saudara tersebut unggul secara akademis. Tahun
1796 Hans Christian Oersted diberi kehormatan dalam
estetika dan fisika. Dia meraih gelar doktor pada tahun
1799 untuk disertasi berdasarkan karya-karya Kant
berjudul “The Architectonics Alam Metafisika”.
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |43

Gambar 2.4 Hans Christian Oersted

Untuk mengetahui hubungan antara arus, kuat


arus, dan medan magnet yang timbul, dapat dilakukan
percobaan berikut ini.

Gambar 2.5 Percobaan Oersted

Ambil sebuah kawat penghantar yang panjangnya


kira-kira 50 cm, kemudian kita bentangkan di atas
magnet jarum kompas. Kita atur sedemikian rupa arah
bentangan kawat penghantar sejajar dengan arah magnet
jarum pada kompas. Pada saat ujung kawat AB tidak
dihubungkan dengan sumber tegangan (baterai),
kedudukan magnet jarum sejajar dengan bentangan
kawat. Pada saat ujung A dihubungkan dengan kutub
positif baterai dan ujung B dengan kutub negatif baterai,
ternyata kutub utara magnet menyimpang ke kiri.
Sebaliknya jika ujung A dihubungkan dengan kutub
44| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

negatif baterai dan ujung B dengan kutub positif baterai,


maka kutub utara magnet menyimpang ke kanan.
Penyimpangan kutub magnet utara tersebut
menunjukkan adanya medan magnet di sekitar kawat
beraliran arus listrik. Penyimpangan kutub utara
magnet ini memberi petunjuk tentang arah medan
magnet di sekitar kawat berarus.

4. Hukum Faraday
Hukum Faraday adalah Hukum dasar
Elektromagnetisme yang menjelaskan bagaimana arus
listrik menghasilkan medan magnet dan sebaliknya
bagaimana medan magnet dapat menghasilkan arus
listrik pada sebuah konduktor. Hukum Faraday inilah
yang kemudian menjadi dasar dari prinsip kerja
Induktor, Transformator, Solenoid, Generator listrik dan
Motor Listrik. Hukum yang sering disebut dengan
Hukum Induksi Elektromagnetik Faraday ini pertama
kali dikemukakan oleh seorang Fisikawan Inggris yang
bernama Michael Faraday pada tahun 1831. Michael
Faraday sendiri dilahirkan pada Tanggal 22 September
1791, di desa Newington dekat kota London.

Gambar 2.6 Michael Faraday


Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |45

Gambar 2.7 Percobaan Faraday

Dalam percobaan Faraday atau sering dikenal


dengan istilah Eksperimen Faraday ini, Michael Faraday
mengambil sebuah magnet dan sebuah kumparan yang
terhubungkan ke galvometer. Pada awalnya, magnet
diletakkan agak berjauhan dengan kumparan sehingga
tidak ada defleksi dari galvometer. Jarum pada
galvometer tetap menunjukan angka 0. Ketika magnet
bergerak masuk ke dalam kumparan, jarum pada
galvometer juga bergerak menyimpang ke satu arah
tertentu (ke kanan). Pada saat magnet didiamkan pada
posisi tersebut, jarum pada galvometer bergerak kembali
ke posisi 0. Namun ketika magnet digerakan atau ditarik
menjauhi kumparan, terjadi defleksi pada galvometer,
jarum pada galvometer bergerak menyimpang
berlawanan dengan arah sebelumnya (ke kiri). Pada saat
magnet didiamkan lagi, jarum pada galvometer kembali
ke posisi 0. Demikian juga apabila yang bergerak adalah
Kumparan, tetapi Magnet pada posisi tetap, galvometer
akan menunjukan defleksi dengan cara yang sama. Dari
46| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

percobaan Faraday tersebut juga ditemukan bahwa


semakin cepat perubahan medan magnet semakin besar
pula gaya gerak listrik yang diinduksi oleh kumparan.
(Galvometer adalah alat uji yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir).
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya tersebut,
Michael Faraday menyimpulkannya dengan dua
pernyataan seperti berikut ini yang juga sering disebut
dengan Hukum Induksi Elektromagnetik Faraday 1 dan
Hukum Induksi Elektromagnetik Faraday 2.
a. Hukum Faraday 1
Setiap perubahan medan magnet pada kumparan
akan menyebabkan gaya gerak listrik (GGL) yang
diinduksi oleh kumparan tersebut.
b. Hukum Faraday 2
Tegangan GGL induksi di dalam rangkaian tertutup
adalah sebanding dengan kecepatan perubahan fluks
terhadap waktu.

Namun ada juga mengabungkan kedua hukum


Faraday tersebut menjadi satu pernyataan yaitu: Setiap
perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan
gaya gerak listrik (GGL) Induksi yang sebanding dengan laju
perubahan fluks. Hukum Faraday tersebut dapat
dinyatakan dengan rumus dibawah ini:

ɛ = -N (ΔΦ/Δt) ………………………...……………… (6)

dimana:
ɛ = GGL induksi (volt)
N = Jumlah lilitan kumparan
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |47

ΔΦ = Perubahan fluks magnetik (weber)


∆t = selang waktu (s)
Tanda negatif menandakan arah gaya gerak listrik (ggl)
induksi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar


kecilnya Gaya Gerak Listrik (GGL), yaitu:
a. Jumlah lilitan pada kumparan, semakin banyak
lilitan pada kumparan semakin besar tegangan yang
diinduksikan.
b. Kecepatan gerak medan magnet, semakin cepat garis
gaya medan magnet atau fluks yang mengenai
konduktornya semakin besar pula tegangan
induksinya.
c. Jumlah garis gaya medan magnet atau fluks,
semakin besar jumlah garis gaya medan magnet atau
fluks yang mengenai konduktor, semakin besar juga
tegangan induksinya.

5. Hukum Gaya Lorentz


Lorentz merupakan nama dari sebuah gaya dalam
fisika modern yang diambil dari nama belakang seorang
ahli fisika kelahiran Arnhem Belanda yang bernama
Hendrik Anton Lorentz. Hendrik Anton Lorentz
dilahirkan pada tanggal 18 juli 1853 di Arnhem, Belanda.
H.A. Lorentz merupakan keturunan Jerman dan Belanda.
Pada umur 13 tahun Lorentz masuk sekolah menengah
setelah melalui sekolah dasar yang selalu mendapat juara
pertama. Pada sekolah menengah ia langsung duduk di
kelas tiga. Pada umur 17 tahun ia menjadi mahasiswa di
Universitas Leiden. Hanya satu tahun ia sudah
48| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

mendapatkan diploma sarjana Selence dengan predikat


“Magna cum laude”. Pada tahun 1875 ia memperoleh gelar
Doktor dengan tesis yang membicarakan tentang
pemantulan dan pembiasan cahaya dalam hal teori
elektromagnetik. Ia lulus dengan predikat “Magna cum
Laude”. Tesis doctor Lorentz diilhami oleh hasil-hasil
penemuan dari Maxwellsebelumnya. Pada tahun 1877 ia
diangkat menjadi guru besar fisika pada Universitas
Leiden. Tahun 1892 Lorentz mengemukakan teori elektron
yang berpengaruh besar terhadap perkembangan fisika,
terutama fisika teori. Tahun 1895 ia menerbitkan
penelitiannya mengenai perubahan bentuk suatu benda
yang diakibatkan oleh geraknya dengan kecepatan V
melalui eter. Pada tahun 1902 Lorentz mendapat hadiah
nobel dalam bidang fisika untuk penelitiannya bersama P.
Zeeman tentang pengaruh magnetisme terhadap
fenomena radiasi. Tahun 1904 ia mengemukakan teorinya
yang sekarang kita kenal dengan nama “Transformasi
Lorentz”. Pada tahun 1925 ia mendapat gelar Doktor
Honorius Causa dalam bidang kedokteran. Pada tanggal
10 Februari 1928 Lorentz meninggal di Maarlem.

Gambar 2.8 Hendrik Anton Lorentz


Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |49

Hendrik Anton Lorentz meneliti tentang sebuah


interaksi penghantar berarus yang diletakkan di dalam
sebuah medan magnet. Dan hasilnya ia berhasil
menemukan sebuah gaya yang kemudian disebut
dengan gaya lorentz. Gaya inilah yang kemudian banyak
bermanfaat untuk menggerakkan motor listrik untuk
berbagai keperluan.
Apabila kawat dialiri arus listrik maka akan
menimbulkan medan magnet disekitarnya. Bila
penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet,
maka pada penghantar akan timbul gaya, dan gaya ini
yang disebut dengan gaya lorentz. Jadi gaya lorentz
adalah gaya yang dialami kawat berarus listrik di dalam
medan magnet. Gaya lorentz pada penghantar
bergantung pada 3 faktor yaitu kuat medan magnet,
besar arus listrik, dan panjang penghantar. Gaya Lorentz
dapat dituliskan secara matematis:

F = B . I . L ………………………………………… (7)

dimana:
F = gaya lorentz (N)
B = kuat medan magnet (Tesla)
I = kuat arus listrik (A)
L = panjang penghantar (m)

Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan


tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian
rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan
tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan
magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I)
50| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di


tunjukkan oleh jari tengah. perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.9 Aturan Tangan kanan

B. Teori Kemagnetan
Magnet adalah benda yang mampu menarik benda-
benda disekitarnya. Setiap Magnet memiliki sifat kemagnetan.
Kemagnetan adalah kemampuan benda tersebut untuk
menarik benda-benda lain disekitarnya. Kata Magnet diambil
dari nama daerah di asia yaitu Magnesia, di tempat inilah
bangsa Yunani menemukan sifat magnetik dari bebatuan yang
mampu menarik biji besi.
Menurut perkiraan ilmuan, Cina merupakan bangsa
pertama yang memanfaatkan magnet sebagai penunjuk arah
atau kompas.
1. Sifat-sifat Magnet
a. Magnet hanya dapat menarik benda-benda tertentu
dalam jangkauannya, artinya tidak semua benda
dapat ditarik.
b. Gaya Magnet dapat menembus benda, semakin kuat
gaya magnet maka semakin tebal pula benda yang
dapat ditembus oleh gaya tersebut.
c. Magnet mempunyai dua kutub, yaitu Kutub Utara
dan Kutub Selatan
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |51

d. Apabila Kutub yang sejenis atau senama didekatkan


satu sama lain maka mereka akan saling tolak
menolak, namun apabila kutub yang berbeda
didekatkan satu sama lain maka mereka akan saling
Tarik Menarik.
e. Medan Magnet akan membentuk Gaya Magnet.
Semakin dekat benda dengan Magnet, medan
magnetnya semakin rapat, sehingga gaya magnetnya
akan semakin besar. Demikian pula sebaliknya.
f. Sifat Kemagnetan dapat hilang atau melemah karena
bebarapa penyebab, contohnya apabila terus
menerus jatuh, terbakar, dan lain-lain.

Gambar 2.10 Medan Magnet dan Kutub Magnet

2. Istilah-istilah dalam Teori Kemagnetan


a. Fluks magnet
Fluks magnet adalah banyaknya arus garis-
garis gaya magnet yang keluar dari kutub utara
magnet, yang dinyatakan dengan satuan Weber
(Wb). 1 Weber sama dengan atau setara dengan 100
juta garis-garis gaya magnet
b. Medan magnet
Medan magnet adalah ruang di sekitar besi
magnet di mana terdapat garis-garis gaya magnet,
52| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

dan di dalam medan magnet inilah terdapat


pengaruh kemagnetan. Sedangkan di luar medan
magnet, besi magnet tidak berpengaruh.
c. Gaya magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan
oleh dorangan dan tarikan dari magnet.
d. Permeabilitas
Kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan
garis-garis gaya magnet

3. Jenis-jenis Magnet
a. Magnet alam
Magnet alam adalah magnet yang tidak dibuat
orang. Magnet itu sudah bersifat magnet sejak semula.
Batuan alami yang dapat menarik benda dari besi
disebut magnet alam. Magnet alam dikenal orang sejak
zaman Yunani Kuno. Pada waktu itu, bahan magnet
banyak ditemukan di daerah Magnesia (Gunung Ida).
Magnet di Gunung Ida ditemukan oleh seorang
penggembala yang heran terhadap tongkat besi yang
dibawanya. Tongkat tersebut tertarik oleh tanah dan
sulit (berat) sekali diangkat. Dari kejadian tersebut,
penggembala menjadi penasaran kemudian menggali
tanah yang menyebabkan tongkatnya tertarik ke tanah.
Ternyata, di dalam tanah dia mendapatkan lapisan
batu besar berwarna hitam. Dari sana ia tahu bahwa
yang menarik tongkatnya adalah batu hitam tersebut,
yang sekarang dikenal sebagai magnet alam.
b. Magnet buatan
Magnet buatan adalah Magnet yg dibuat oleh
tangan manusia dengan menggunakan bahan
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |53

magnetik yang kuat. Bahan magnetik Kuat yang


digunakan seperti Besi dan Baja. Magnet Buatan ini
terbagi menjadi 2 bagian yaitu Magnet buatan
permanen dan Magnet buatan sementara.
1) Magnet buatan permanen
Magnet Buatan Permanen ialah Magnet
yang mempunyai sifat kemagnetan yang
Permanen (tetap), meskipun Proses pembuatan
Magnetnya sudah dihentikan.
2) Magnet buatan sementara atau remanen
Magnet buatan sementara ialah magnet yg
mempunyai sifat kemagnetan yang bersifat
sementara yaitu yang terjadi selama proses
pembuatannya saja, sehingga magnet buatan
sementara ini akan kehilangan sifat kemagnetan
(Sifat Menarik Benda) ketika medan magnet
eksternal dihilangkan.

Adapun bentuk-bentuk magnet buatan, yaitu


magnet jarum, magnet ladam, magnet batang,
magnet lingkaran, dan magnet silinder.

Gambar 2.11 Jenis-jenis Bentuk Magnet Buatan


54| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

4. Cara Membuat Magnet


Magnet dapat dibuat dengan 3 cara, antara lain
yaitu:
a. Dengan cara menggosokkan dengan magnet tetap

Gambar 2.12 Cara Membuat Magnet


dengan Menggosok dengan Magnet Tetap

Benda-benda kecil, misalnya jarum atau paku


apabila kita dekatkan dengan sebatang besi atau
sebatang baja ternyata benda-benda kecil tersebut
tidak dapat ditarik oleh batang besi atau baja. Hal ini
menunjukkan bahwa besi atau baja tidak bersifat
sebagai magnet. Besi atau baja dapat dibuat magnet
antara lain dengan cara menggosokkan salah satu
ujung magnet tetap di sepanjang batang besi, atau
baja ke satu arah secara berulang-ulang. Secara fisika
bahwa benda-benda yang bisa dibuat magnet adalah
benda atau material yang sudah mempunyai sifat
kemagnetan yang terdiri dari domain-domain atau
magnet-magnet kecil yang disebut magnet
elementer. Saat terjadi penggosokan dengan arah
yang teratur mengakibatkan adanya pengaruh
medan magnet dari magnet permanen yang dapat
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |55

digunakan untuk menyearahkan posisi domain.


Dengan posisi yang searah tentu mengakibatkan
adanya gaya yang ditimbulkan oleh domain tersebut
sehingga menjadikan benda bermagnet.

b. Dengan cara aliran arus listrik

Gambar 2.13 Cara Membuat Magnet


dengan Aliran Arus Listrik

Sebuah paku besar yang dililiti oleh sebuah


kumparan setelah dihubungkan dengan baterai
kemudian dekatkan dengan paku-paku kecil,
ternyata paku kecil akan menempel pada paku besar
tersebut. Jika arus listrik diputus maka pakupaku
kecil yang menempel pada paku besar dalam
hitungan detik akan berjatuhan atau lepas. Berarti
paku besar sudah hilang kemagnetannya. Jadi, sifat
kemagnetan paku besar hanya terjadi selama ada
aliran listrik. Dikatakan bahwa paku besi menjadi
magnet sementara. Seandainya paku besi diganti
dengan logam baja, maka setelah arus listrik
diputus, logam tetap bersifat sebagai magnet. Karena
56| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

baja dapat dibuat magnet yang bersifat permanen


(tetap). Secara fisika dapat dijelaskan bahwa medan
listrik yang ditimbulkan oleh arus listrik akan
mempengaruhi posisi domain yang mengakibatkan
posisi yang tidak teratur berubah menjadi teratur
atau searah. Dengan posisi searah akan mempunyai
kekuatan yang bersifat magnet.

c. Dengan cara induksi

Gambar 2.14 Cara Membuat Magnet dengan Induksi

Sebuah paku besar didekatkan dengan sebuah


magnet yang diletakkan pada statif maka paku akan
menempel pada magnet. Paku besar yang telah
menempel pada magnet jika didekati paku-paku
kecil, ternyata paku-paku kecil menempel pada paku
besar. Hal ini disebabkan oleh paku besar yang
berada di dalam medan magnet terkena induksi
sehingga bersifat sebagai magnet. Cara induksi ini
secara konsep sama dengan pembuatan magnet cara
digosok atau dililiti kumparan yang dialiri listrik.
Hukum Dasar Listrik dan Teori Kemagnetan |57

Akibat dari pengaruh medan magnet maka paku


yang menempel pada magnet permanen
memungkinkan posisi domainnya menjadi teratur
dan bersifat sebagai benda magnet.

↜oOo↝
Bab 3
KOMPONEN ELEKTRONIKA
DAN PERALATAN ELEKTRONIKA

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan komponen elektronika aktif.
2. Menjelaskan komponen elektronika pasif.
3. Menjelaskan Power supply.
4. Menjelaskan Inverter.
5. Menjelaskan UPS.

A. Komponen Elektronika
Secara umum, komponen elektronika dapat dibagi atas
2 macam berdasarkan fungsi kerjanya yaitu komponen
elektronika pasif dan komponen elektronika aktif.
Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dapat
beroperasi tanpa memerlukan arus atau tegangan listrik
tambahan saat bekerja. Contoh komponen pasif yaitu
resistor, kapasitor, induktor. Sedangkan komponen aktif
adalah komponen elektronika yang memerlukan arus atau
tegangan internal untuk dapat beroperasi. Komponen aktif
ini dapat menguatkan dan menyearahkan arus listrik,
komponen aktif juga dapat mengubah bentuk energi menjadi
energi lain. Contoh komponen aktif adalah dioda, transistor,
dan IC (integrated circuit).

- 58 -
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |59

1. Resistor
Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang
memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang
berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau
Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”.
Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah Ohm
dengan simbol Ω. Fungsi-fungsi Resistor di dalam
Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai sebagai
pembatas arus listrik, sebagai pengatur arus listrik, sebagai
pembagi tegangan listrik, dan sebagai penurun tegangan
listrik. Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed Resistor,
Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
a. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang
memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi
atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai
dengan kode warna ataupun kode Angka. Adapun
simbol dan bentuk dari Fixed Resistor ditunjukkan
dengan gambar berikut.

Gambar 3.1 Simbol dan Bentuk Fixed Resistor


60| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Berdasarkan gambar diatas yang tergolong


dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan
Komposisi bahan pembuatnya adalah Carbon
Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon),
Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon), dan
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam).

b. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang
nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai
dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor
terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan
Trimpot. Adapun symbol dan bentuk dari Variable
Resistor ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Simbol dan Bentuk Variable Resistor

c. Thermistor
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai
resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Temperature). Thermistor merupakan Singkatan
dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |61

Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative


Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC
(Positive Temperature Coefficient). Adapun simbol
dan bentuk dari Variable Resistor ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 3.3 Simbol dan Bentuk dari Thermistor

d. Light Dependent Resistor (LDR)


Light Dependent Resistor atau disingkat
dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai
hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada
intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai Hambatan
LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan
nilai Hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam
kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light
Dependent Resistor) adalah untuk menghantarkan
arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya
(Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam
kondisi gelap. Naik turunnya nilai Hambatan akan
sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya.
Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan
62| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi gelap dan


menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi
Cahaya Terang. LDR (Light Dependent Resistor)
yang merupakan Komponen Elektronika peka
cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan
dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada
Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur,
Rangkaian Anti Maling, Shutter Kamera, Alarm dan
lain sebagainya. Adapun simbol dan bentuk dari
LDR ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.4 Simbol dan Bentuk dari LDR

2. Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan
Kondensator (Condensator) adalah Komponen
Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik
dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya
adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari
nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867)
yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan
yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |63

Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika


adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad,
NanoFarad dan MicroFarad. Kapasitor merupakan
Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat
konduktor yang pada umumnya adalah terbuat dari
logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah.
Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat
dengan huruf “C”.
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan
salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling
sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor
memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap
Rangkaian Elektronika memerlukannya. beberapa fungsi
daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika yaitu
sebagai penyimpan arus atau tegangan listrik, sebagai
konduktor yang dapat melewatkan arus AC, sebagai
Isolator yang menghambat arus DC, sebagai Filter dalam
Rangkaian Power Supply (Catu Daya), sebagai Kopling,
sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian
Osilator, sebagai Penggeser Fasa, dan sebagai pemilih
gelombang frekuensi (Kapasitor Variabel yang
digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator).
Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor
dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap
dan Kapasitor Variabel.
a. Kapasitor nilai tetap
Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor
adalah Kapasitor yang nilainya konstan atau tidak
berubah-ubah. Adapun jenis, gambar dan simbol dari
kapasitor nilai tetap ditunjukkan pada gambar berikut.
64| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 3.5 Jenis, Gambar, dan Simbol Kapasitor


Nilai Tetap

b. Kapasitor variabel
Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai
Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-ubah.
Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis
yaitu Varco yang terbuat dari Logam dengan ukuran
yang lebih besar dan pada umumnya digunakan
untuk memilih Gelombang Frekuensi pada
Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena
dan Spul Osilator) dan Trimmer yaiut jenis Kapasitor
Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga
memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |65

memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2


pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika
dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak
kedua pelat logam tersebut sehingga nilai
kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam
Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan
pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune).
Adapun jenis, gambar dan simbol dari kapasitor
variabel tetap ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.6 Jenis, Gambar, dan Simbol Kapasitor


Variabel

3. Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah
Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan
lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada
dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet
jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang
ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam
waktu yang relatif singkat. Kemampuan Induktor atau
Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan
Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan
66| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen


Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh
Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari
Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan
induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan
turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah
milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan Induktor dalam
Rangkaian Elektronika adalah huruf “L”.
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya
adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan
magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan
arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan
pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan
sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan
Frekuensi, Transformator (Transformer), Motor Listrik,
Solenoid, Relay, Speaker dan Microphone. Berdasarkan
bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Air Core
Inductor yang menggunakan Udara sebagai Intinya, Iron
Core Inductor yang menggunakan bahan Besi sebagai
Intinya, Ferrite Core Inductor yang menggunakan bahan
Ferit sebagai Intinya, Torroidal Core Inductor yang
Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk
Donat), Laminated Core Induction yang menggunakan
Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam
yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing
lempengan logam diberikan Isolator. Dan Variable
Inductor yaitu Induktor yang nilai induktansinya dapat
diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |67

Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang


dapat diputar-putar. Adapun simbol dari jenis-jenis
inductor ditunjukkan pada gambar.

Gambar 3.7 Simbol Jenis-jenis Induktor

4. Dioda
Dioda atau dalam bahasa Inggris disebut dengan
Diode adalah komponen elektronika yang dapat
menghantarkan arus listrik ke satu arah saja. Jika arah
arusnya terbalik, maka Dioda akan menghambat arus
listrik tersebut. Karena sifatnya yang dapat
menghantarkan arus listrik ke satu arah (forward bias)
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya
(reverse bias), dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor ini sering digunakan sebagai penyearah
bentuk gelombang (wave rectifier) dalam pencatu daya
dan detektor radio. Dioda juga sering digunakan pada
rangkaian-rangkaian listrik dan elektronika yang
memerlukan hasil “satu arah”. Bahan semikonduktor
yang sering digunakan untuk membuat Dioda adalaah
bahan Silikon (Si) dan bahan Germanium (Ge). Pada
awal penemuannya, perangkat yang menghantarkan
68| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

arus listrik ke satu arah dan menghambat dari arah


sebaliknya ini disebut dengan nama Rectifier atau
Penyearah. Nama Dioda ini pertama kali diperkenalkan
oleh William Henry Eccles pada tahun 1919. Istilah Dioda
ini berasal dari kata “Di” yang artinya adalah “dua” dan
kata “ode” yang artinya adalah “jalur”. Adapun Jenis-
jenis Dioda ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.8 Jenis-jenis Dioda

a. Dioda Normal
Dioda jenis ini merupakan dioda yang paling
sering ditemui dalam rangkaian elektronika,
terutama pada rangkaian pencatu daya (power
supply) dan rangkaian frekuensi radio (RF). Dioda
jenis ini disebut juga Dioda Normal (Normal Diode)
karena merupakan dioda standar yang paling umum
digunakan ataupun Dioda Penyearah (Rectifier Diode)
karena biasanya digunakan sebagai penyearah pada
Pencatu Daya. Dioda ini juga dikenal dengan nama
PN Junction Diode.
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |69

b. Dioda Bridge
Dioda Bridge pada dasarnya adalah Dioda
yang terdiri dari 4 dioda normal yang umumnya
digunakan sebagai penyearah gelombang penuh
dalam rangkaian Pencatu Daya (Power Supply).
Dengan menggunakan Dioda Bridge ini, kita tidak
perlu lagi merangkai 4 buah dioda normal menjadi
rangkaian penyearah tegangan AC ke tegangan DC
karena telah dikemas oleh produsen menjadi 1
komponen saja. Dioda Bridge ini memiliki 4 kaki
terminal yaitu 2 kaki terminal Input untuk masukan
tegangan/arus bolak-balik (AC) dan 2 kaki terminal
untuk Output Positif (+) dan Output Negatif (-).
c. Dioda Zener
Dioda Zener adalah jenis dioda yang dirancang
khusus untuk dapat beroperasi di rangkaian reverse
bias (bias balik). Karakteristik Dioda Zener ini adalah
dapat melewatkan arus listrik pada kondisi bias
terbalik (reverse bias) apabila tegangan mencapai
titik tegangan breakdown-nya. Namun pada saat
Forward bias (bias maju), Dioda Zener ini dapat
menghantarkan arus listrik seperti Dioda normal
pada umumnya. Dioda Zener dapat memberikan
tegangan referensi yang stabil sehingga banyak
digunakan sebagai pengatur tegangan (Voltage
Regulator) pada pencatu daya (Power supply).
d. Dioda LED (Light Emitting Diode)
Dioda LED atau Light Emitting Diode
merupakan jenis dioda yang dapat memancarkan
cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan
maju (Forward bias). LED ada yang berwarna merah,
70| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

jingga, kuning, biru, hijau dan putih tergantung


pada panjang gelombang (wavelength) dan jenis
senyawa semikonduktor yang digunakannya. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan
aplikasi LED di lampu-lampu penerangan rumah
maupun jalan raya, lampu indikator peralatan
elektronik dan listrik, lampu dekorasi dan iklan serta
backlight untuk TV LCD.
e. Dioda Foto
Dioda Foto atau Photodiode adalah jenis Dioda
yang dapat mengubah energi cahaya menjadi arus
listrik. Dioda Foto ini sering digunakan sebagai
sensor untuk mendeteksi cahaya seperti pada sensor
cahaya kamera, sensor penghitung kendaraan,
scanner barcode dan peralatan medis. Dioda Foto ini
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Dioda
Photovoltaic yang menghasilkan tegangan seperti sel
surya dan Dioda Photoconductive yang tidak
menghasilkan tegangan dan harus diberikan sumber
tegangan lain untuk penggerak beban.
f. Dioda Laser
Dioda Laser atau Laser Diode adalah jenis
dioda yang dapat menghasilkan radiasi atau cahaya
koheren yang dapat dilihat oleh mata dan spektrum
inframerah ketika dialiri arus listrik. Dioda Laser ini
sering digunakan pada perangkat audio/video
seperti Player DVD dan Blueray, Laser pointer,
Scanner Barcode, Alat ukur jarak dan Printer laser.
LASER pada dasarnya adalah singkatan dari Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation.
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |71

g. Dioda Varactor
Dioda Varactor atau kadang-kadang disebut juga
dengan Dioda Varicap adalah jenis dioda yang
memiliki sifat kapasitas yang berubah-ubah sesuai
dengan tegangan yang diberikan. Dioda Varactor ini
sering digunakan di rangkaian-rangkaian yang
berkaitan dengan frekuensi seperti osilator, TV Tuner
dan Radio Tuner. Simbol Dioda Varactor atau Dioda
Varicap ini dilambangkan dengan sebuah dioda yang
ujungnya ditambahkan sebuah kapasitor.
h. Dioda Tunnel
Dioda Tunnel atau Dioda Terowongan adalah
jenis dioda yang mampu beroperasi pada kecepatan
yang sangat tinggi dan dapat berfungsi dengan baik
pada gelombang mikro (Microwave). Dioda Tunnel
ini biasanya digunakan di rangkaian pendeteksi
frekuensi dan konverter. Dioda Tunner disebut juga
dengan Dioda Esaki. Nama Esaki diambil dari nama
penemu Dioda jenis ini.
i. Dioda Schottky
Dioda Schottky merupakan jenis dioda dengan
tegangan maju yang lebih rendah dari dioda normal
pada umumnya. Pada arus rendah, tegangan jatuh
bisa berkisar diantara 0,15V hingga 0,4V. Tegangan
ini lebih rendah dari dioda normal yang terbuat dari
silikon yang memerlukan 0,6V. Dioda ini banyak
digunakan pada aplikasi rectifier (penyearah),
clamping dan juga aplikasi RF.
72| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

5. Transistor
Transistor adalah komponen elektronika yang terbuat
dari bahan semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda
(triode) yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor) dan
pemancar (emitor). Dengan ketiga elektroda (terminal)
tersebut, tegangan atau arus yang dipasang di satu
terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui
2 terminal lainnya. Transistor berasal dari perpaduan dua
kata, yakni “transfer” yang artinya pemindahan dan
“resistor” yang berarti penghambat. Dengan demikian
transistor dapat diartikan sebagai suatu pemindahan atau
peralihan bahan setengah penghantar menjadi penghantar
pada suhu atau keadaan tertentu.
Fungsi transistor sangatlah besar dan mempunyai
peranan penting untuk memperoleh kinerja yang baik
bagi sebuah rangkaian elektronika. Transistor adalah
komponen semikonduktor yang memiliki berbagai
macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali,
penyearah, osilator, modulator dan lain sebagainya.
Transistor merupakan salah satu komponen
semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam
rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan
bahwa hampir semua perangkat elektronik
menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan
dalam rangkaiannya. Perangkat-perangkat elektronik
yang dimaksud tersebut seperti Televisi, Komputer,
Ponsel, Audio Amplifier, Audio Player, Video Player,
konsol Game, Power Supply dan lain-lainnya.
Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang
fisikawan yang berasal Amerika Serikat pada akhir
tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |73

adalah John Bardeen, Walter Brattain, dan William Shockley.


Dengan penemuan tersebut, perangkat-perangkat
elektronik yang pada saat itu berukuran besar dapat
dirancang dalam kemasan yang lebih kecil dan portabel
(dapat dibawa kemana-mana). Ketiga fisikawan tersebut
mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas
penemuan Transistor ini. Namun sebelum ketiga
fisikawan Amerika Serikat tersebut menemukan
Transistor Bipolar, seorang fisikawan Jerman yang
bernama Julius Edgar Lilienfeld sudah mempatenkan
Transistor jenis Field Effect Transistor di Kanada pada
tahun 1925 tetapi Julius Edgar Lilienfeld tidak pernah
mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam bentuk
tulisan maupun perangkat prototype-nya. Pada tahun
1932, seorang inventor Jerman yang bernama Oskar Heil
juga mendaftarkan paten yang hampir sama di Eropa.
Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada
saat ini telah dirancang telah berbagai jenis desain
dengan fitur aliran arus dan pengendali yang unik. Ada
jenis Transistor yang berada dalam kondisi OFF hingga
terminal Basis diberikan arus listrik untuk dapat berubah
menjadi ON sedangkan ada jenis lain yang berada dalam
kondisi ON hingga harus diberikan arus listrik pada
terminal Basis untuk merubahnya menjadi kondisi OFF.
Ada juga Transistor yang membutuhkan arus kecil dan
tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang
hanya memerlukan tegangan untuk mengoperasikannya.
Ada lagi Transistor yang memerlukan tegangan positif
untuk memicu pengendalinya di terminal Basis
sedangkan ada Transistor yang memerlukan tegangan
negatif sebagai pemicunya.
74| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi


dua keluarga besar yaitu Transistor Bipolar dan Transistor
Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang
paling utama diantara dua pengelompokkan tersebut
adalah terletak pada bias Input (atau Output) yang
digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus
(current) untuk mengendalikan terminal lainnya
sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya
menggunakan tegangan saja (tidak memerlukan arus).
Pada pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan
muatan pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan
FET hanya memerlukan salah satunya.

Gambar 3.9 Jenis-jenis Transistor

a. Transistor Bipolar
Transistor Bipolar adalah Transistor yang
struktur dan prinsip kerjanya memerlukan
perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di
kutup negatif untuk mengisi kekurangan electon
atau hole di kutub positif. Bipolar berasal dari kata
“bi” yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |75

artinya adalah “kutub”. Transistor Bipolar juga


sering disebut juga dengan singkatan BJT yang
kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.
Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu
Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga Terminal
Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis,
Kolektor dan Emitor.
1) Transistor NPN adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
positif pada terminal Basis untuk mengendalikan
aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Kolektor ke Emitor.
2) Transistor PNP adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan
negatif pada terminal Basis untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan yang
lebih besar dari Emitor ke Kolektor.

b. Transistor Efek Medan


Transistor Efek Medan atau Field Effect
Transistor yang disingkat menjadi FET ini adalah
jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk
mengendalikan konduktifitasnya. Yang dimaksud
dengan Medan listrik disini adalah Tegangan listrik
yang diberikan pada terminal Gate (G) untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan pada
terminal Drain (D) ke terminal Source (S). Transistor
Efek Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai
Transistor Unipolar karena pengoperasiannya hanya
tergantung pada salah satu muatan pembawa saja,
apakah muatan pembawa tersebut merupakan
76| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Electron maupun Hole. Transistor jenis FET ini


terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect
Transistor (JFET), Metal Oxide Semikonductor Field
Effect Transistor (MOSFET) dan Uni Junction
Transistor (UJT).
1) JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah
Transistor Efek Medanyang menggunakan
persimpangan (junction) p-n bias terbalik
sebagai isolator antara Gerbang (Gate) dan
Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET
Kanal P (p-channel) dan JFET Kanal N (n-
channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal
yang masing-masing terminal tersebut diberi
nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
2) MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect
Transistor) adalah Transistor Efek Medan yang
menggunakan Isolator (biasanya menggunakan
Silicon Dioksida atau SiO2) diantara Gerbang
(Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua
jenis konfigurasi yaitu MOSFET Depletion dan
MOSFET Enhancement yang masing-masing jenis
MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-
P (P-channel) dan MOSFET Kanal-N (N-channel).
MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal yaitu Gate
(G), Drain (D) dan Source (S).
3) UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis
Transistor yang digolongkan sebagai Field Effect
Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga
menggunakan medan listrik atau tegangan
sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis
FET lainnya, UJT mememiliki dua terminal Basis
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |77

(B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT


digunakan khusus sebagai pengendali (switch)
dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat
seperti jenis transistor lainnya.

6. IC (Integrated Circuit)
Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah
Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan
ratusan, ribuan bahkan jutaan Transistor, Dioda, Resistor
dan Kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu
Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil.
Bahan utama yang membentuk sebuah Integrated
Circuit (IC) adalah Bahan Semikonduktor. Silicon
merupakan bahan semikonduktor yang paling sering
digunakan dalam Teknologi Fabrikasi Integrated Circuit
(IC). Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC
ini sering diterjemahkan menjadi Sirkuit Terpadu.
Teknologi Integrated Circuit (IC) atau Sirkuit Terpadu
ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 oleh
Jack Kilby yang bekerja untuk Texas Instrument,
setengah tahun kemudian Robert Noyce berhasil
melakukan fabrikasi IC dengan sistem interkoneksi pada
sebuah Chip Silikon. Integrated Circuit (IC) merupakan
salah satu perkembangan Teknologi yang paling
signifikan pada abad ke 20.
Sebelum ditemukannya IC, peralatan Elektronik saat
itu umumnya memakai Tabung Vakum sebagai komponen
utama yang kemudian digantikan oleh Transistor yang
memiliki ukuran yang lebih kecil. Tetapi untuk merangkai
sebuah rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks,
memerlukan komponen Transistor dalam jumlah yang
78| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

banyak sehingga ukuran perangkat Elektronika yang


dihasilkannya pun berukuran besar dan kurang cocok
untuk dapat dibawa berpergian (portable).
Teknologi IC (Integrated Circuit) memungkinkan
seorang perancang Rangkaian Elektronika untuk membuat
sebuah peralatan Elektronika yang lebih kecil, lebih ringan
dengan harga yang lebih terjangkau. Konsumsi daya listrik
sebuah IC juga lebih rendah dibanding dengan Transistor.
Oleh karena itu, IC (Integrated Circuit) telah menjadi
komponen Utama pada hampir semua peralatan
Elektronika yang kita gunakan saat ini. Tanpa adanya
Teknologi IC (Integrated Circuit) mungkin saat ini kita
tidak dapat menikmati peralatan Elektronika Portable
seperti Handphone, Laptop, MP3 Player, Tablet PC, Konsol
Game Portable, Kamera Digital dan peralatan Elektronika
yang bentuknya kecil dan dapat dibawa bepergian
kemana-mana.
Berdasarkan Aplikasi dan Fungsinya, IC
(Integrated Circuit) dapat dibedakan menjadi IC Linear,
IC Digital dan juga gabungan dari keduanya.
a. IC Linear atau disebut juga dengan IC Analog adalah
IC yang pada umumnya berfungsi sebagai Penguat
Daya (Power Amplifier), Penguat Sinyal (Signal
Amplifier), Penguat Operasional (Operational
Amplifier/Op Amp), Penguat Sinyal Mikro
(Microwave Amplifier), Penguat RF dan IF (RF and IF
Amplifier), Voltage Comparator, Multiplier, Penerima
Frekuensi Radio (Radio Receiver) dan Regulator
Tegangan (Voltage Regulator).
b. IC Digital pada dasarnya adalah rangkaian switching
yang tegangan Input dan Outputnya hanya memiliki 2
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |79

(dua) level yaitu “Tinggi” dan “Rendah” atau dalam


kode binary dilambangkan dengan “1” dan “0”. IC
Digital pada umumnya berfungsi sebagai Flip-flop,
Gerbang Logika (Logic Gates), Timer, Counter,
Multiplexer, Calculator, Memory,Clock,
Microprocessor (Mikroprosesor), dan Microcontroller.

Gambar 3.10 Jenis-jenis IC

B. Peralatan Elektronika
1. Power Supply atau Adaptor
Arus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor dan
pabrik pada umumnya adalah dibangkitkan, dikirim dan
didistribusikan ke tempat masing-masing dalam bentuk
Arus Bolak-balik atau arus AC (Alternating Current). Hal
ini dikarenakan pembangkitan dan pendistribusian arus
Listrik melalui bentuk arus bolak-balik (AC) merupakan
cara yang paling ekonomis dibandingkan dalam bentuk
arus searah atau arus DC (Direct Current). Akan tetapi,
peralatan elektronika yang kita gunakan sekarang ini
sebagian besar membutuhkan arus DC dengan tegangan
yang lebih rendah untuk pengoperasiannya. Oleh karena
itu, hampir setiap peralatan Elektronika memiliki sebuah
80| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

rangkaian yang berfungsi untuk melakukan konversi arus


listrik dari arus AC menjadi arus DC dan juga untuk
menyediakan tegangan yang sesuai dengan rangkaian
Elektronika-nya. Rangkaian yang menurunkan tegangan
AC, mengubah arus listrik AC menjadi DC dan
menstabilkan tegangan DC ini disebut dengan DC Power
Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu
daya DC. DC Power Supply atau Catu Daya ini juga sering
dikenal dengan nama “Adaptor”.
Sebuah DC Power Supply atau Adaptor pada
dasarnya memiliki 4 bagian utama agar dapat
menghasilkan arus DC yang stabil. Keempat bagian
utama tersebut diantaranya adalah Transformer,
Rectifier, Filter dan Voltage Regulator. Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai Prinsip Kerja DC
Power Supply, perlu untuk mengetahui Blok-blok dasar
yang membentuk sebuah DC Power Supply atau
Pencatu daya ini. berikut ini adalah gambar Diagram
Blok DC Power Supply (Adaptor) pada umumnya.

Gambar 3.11 Diagram Blok Power Supply DC


atau Adaptor

Bagian-bagian penyusun dari sebuah Power Supply


DC seperti yang diperlihatkan pada gambar blok
diagram power supply DC atau adaptor, yaitu:
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |81

a. Transformator
Transformator (Transformer) atau disingkat
dengan Trafo yang digunakan untuk DC Power
supply adalah Transformer jenis Step-down yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai
dengan kebutuhan komponen Elektronika yang
terdapat pada rangkaian adaptor (DC Power Supply).
Transformator bekerja berdasarkan prinsip Induksi
elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian utama yang
berbentuk lilitan yaitu lilitan Primer dan lilitan
Sekunder. Lilitan Primer merupakan Input dari pada
Transformator sedangkan Output-nya adalah pada
lilitan sekunder. Meskipun tegangan telah diturunkan,
Output dari Transformator masih berbentuk arus
bolak-balik (arus AC) yang harus diproses selanjutnya.

Gambar 3.12 Transformator Step Down

b. Rectifier atau penyearah


Rectifier atau penyearah gelombang adalah
rangkaian Elektronika dalam Power Supply (catu
daya) yang berfungsi untuk mengubah gelombang AC
menjadi gelombang DC setelah tegangannya
diturunkan oleh Transformator Step down. Rangkaian
Rectifier biasanya terdiri dari komponen Dioda.
82| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Terdapat 2 jenis rangkaian Rectifier dalam Power


Supply yaitu “Half Wave Rectifier” yang hanya terdiri
dari 1 komponen Dioda dan “Full Wave Rectifier”
yang terdiri dari 2 atau 4 komponen dioda.

Gambar 3.13 Rangkaian Rectifier (Penyearah)

c. Filter atau penyaring


Dalam rangkaian Power supply (Adaptor),
Filter digunakan untuk meratakan sinyal arus yang
keluar dari Rectifier. Filter ini biasanya terdiri dari
komponen Kapasitor (Kondensator) yang berjenis
Elektrolit atau ELCO (Electrolyte Capacitor).

Gambar 3.14 Rangkaian Filter atau Penyaring


Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |83

d. Voltage regulator atau regulator tegangan


Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC
(arus searah) yang tetap dan stabil, diperlukan
Voltage Regulator yang berfungsi untuk mengatur
tegangan sehingga tegangan Output tidak
dipengaruhi oleh suhu, arus beban dan juga
tegangan input yang berasal Output Filter. Voltage
Regulator pada umumnya terdiri dari Dioda
Zener, Transistor atau IC (Integrated Circuit). Pada
DC Power Supply yang canggih, biasanya Voltage
Regulator juga dilengkapi dengan Short Circuit
Protection (perlindungan atas hubung singkat),
Current Limiting (Pembatas Arus) ataupun Over
Voltage Protection (perlindungan atas kelebihan
tegangan).

Gambar 3.15 Rangkaian Dasar IC Voltage Regulator

Gambar lengkap dari sebuah Power Supply DC


atau adaptor ditunjukkan pada gambar berikut.
84| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 3.16 Rangkaian Power Supply DC atau Adaptor

2. Inverter
Power Inverter atau biasanya disebut dengan
Inverter adalah suatu rangkaian atau perangkat
elektronika yang dapat mengubah arus listrik searah
(DC) ke arus listrik bolak-balik (AC) pada tegangan dan
frekuensi yang dibutuhkan sesuai dengan perancangan
rangkaiannya. Sumber-sumber arus listrik searah atau
arus DC yang merupakan Input dari Power Inverter
tersebut dapat berupa Baterai, Aki maupun Sel Surya
(Solar Cell). Inverter ini akan sangat bermanfaat apabila
digunakan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan
pasokan arus listrik AC. Karena dengan adanya Power
Inverter, kita dapat menggunakan Aki ataupun Sel Surya
untuk menggerakan peralatan-peralatan rumah tangga
seperti Televisi, Kipas Angin, Komputer atau bahkan
Kulkas dan Mesin Cuci yang pada umumnya
memerlukan sumber listrik AC yang bertegangan 220V
ataupun 110V. Bentuk-bentuk Gelombang yang dapat
dihasilkan oleh Power Inverter diantaranya adalah
gelombang persegi (square wave), gelombang sinus (sine
wave), gelombang sinus yang dimodifikasi (modified sine
wave) dan gelombang modulasi pulsa lebar (pulse width
modulated wave) tergantung pada desain rangkaian
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |85

inverter yang bersangkutan. Namun pada saat ini,


bentuk-bentuk gelombang yang paling banyak
digunakan adalah bentuk gelombang sinus (sine wave)
dan gelombang sinus yang dimodifikasi (modified sine
wave). Sedangkan Frekuensi arus listrik yang dihasilkan
pada umumnya adalah sekitar 50 Hz atau 60 Hz dengan
Tegangan Output sekitar 120 V atau 240 V. Output Daya
listrik yang paling umum ditemui untuk produk-produk
konsumer adalah sekitar 150 watt hingga 3000 watt.
Sederhananya, suatu Power Inverter yang dapat
mengubah arus listrik DC ke arus listrik AC ini hanya
terdiri dari rangkaian Osilator, rangkaian Saklar (Switch)
dan sebuah Transformator (trafo) CT seperti yang
ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.17 Rangkaian Inverter

Sumber daya yang berupa arus listrik DC dengan


tegangan rendah (contoh 12V) diberikan ke Center Tap
(CT) Sekunder Transformator sedangkan dua ujung
86| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Transformator lainnya (titik A dan titik B) dihubungkan


melalui saklar (switch) dua arah ke ground rangkaian.
Jika saklar terhubung pada titik A akan menyebabkan
arus listrik jalur 1 mengalir dari terminal positif baterai
ke Center Tap Primer Transformator yang kemudian
mengalir ke titik A Transformator hingga ke ground
melalui saklar. Pada saat saklar dipindahkan dari titik A
ke titik B, arus listrik yang mengalir pada jalur 1 akan
berhenti dan arus listrik jalur 2 akan mulai mengalir dari
terminal positif baterai ke Center Tap Primer
Transformator hingga ke ground melalui Saklar titik B.
Titik A, B dan Jalur 1, 2 dapat dilihat pada gambar
diatas, Peralihan ON dan OFF atau A dan B pada Saklar
(Switch) ini dikendalikan oleh sebuah rangkaian Osilator
yang berfungsi sebagai pembangkit frekuensi 50Hz yaitu
mengalihkan arus listrik dari titik A ke titik B dan titik B
ke titik A dengan kecepatan 50 kali per detik. Dengan
demikian, arus listrik DC yang mengalir di jalur 1 dan
jalur 2 juga bergantian sebanyak 50 kali per detik juga
sehingga ekivalen dengan arus listrik AC yang
berfrekuensi 50Hz. Sedangkan komponen utama yang
digunakan sebagai Switch di rangkaian Switch Inverter
tersebut pada umumnya adalah MOSFET ataupun
Transistor. Sekunder Transformator akan menghasilkan
Output yang berupa tegangan yang lebih tinggi
(contohnya 120V atau 240V) tergantung pada jumlah
lilitan pada kumparan sekunder Transformator atau
rasio lilitan antara Primer dan Sekunder Transformator
yang digunakan pada Inverter tersebut.
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |87

3. UPS atau Uninterrutible Power Supplies


Uninterrutible Power Supplies (UPS) yang juga
dikenal dengan istilah “uninterruptible power source”
adalah perangkat ektronik yang mampu menyediakan
cadangan listrik sementara ketika arus listrik utama
terputus. UPS mampu memberikan perlindungan
hampir seketika saat terjadi pemutusan sumber listrik.
Perangkat UPS ini dapat digunakan untuk melindungi
segala jenis alat elektronik yang sensitif terhadap
ketidakstabilan arus dan tegangan listrik. Namun pada
umumnya UPS digunakan untuk melindungi komputer
supaya ketika terjadi kehilangan daya secara mendadak,
kita masih sempat mematikan komputer kita secara
benar untuk menghindari kerusakan baik software
maupun hardware. UPS memiliki tiga fungsi utama,
yaitu sebagai alat untuk menstabilkan tegangan arus
listrik, memberikan cadangan listrik sementara, dan
sebagai alat bantu backup data.
Untuk mengetahui bagaimana cara kerja UPS pada
computer, sebaiknya kita mengetahui lebih dulu apa saja
perangkat UPS yang memiliki fungsi penting,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Baterai, perangkat baterai yang digunakan pada UPS
biasanya merupakan jenis dari lead-acid ataupun
jenis nikel-cadmium. Baterai ini memiliki fungsi
sebagai cadangan listrik yang umumnya mampu
bekerja selama 30 menit.
b. Rectifier atau penyearah, perangkat ini berfungsi
untuk merubah arus AC menjadi arus DC dari
sumber arus utama. Hal ini digunakan pada saat
88| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

proses pengisian baterai sebagai sumber arus


cadangan.
c. Inverter, memiliki fungsi sebaliknya dari rectifier,
yakni merubah arus DC menjadi arus AC. Hal ini
dibutuhkan untuk proses penyaluran arus dari
baterai dari UPS ke perangkat computer.

Gambar 3.18 Skema Rangkaian UPS

UPS bekerja berdasar pada kepekaan tegangan.


(RT) UPS akan mengalami penyimpangan jalur voltase
(linevoltage) sebagai contoh, kenaikan tajam,
kerendahan, serta gelombang dan juga penyimpangan
yang disebabkan pemakaian bersama alat pembangkit
sumber tenaga listrik yang murah harganya. Karena
gagal, UPS tersebut akan berpindah pada operasi on-
battery ataupun baterai hidup sebagai bentuk reaksi
penyimpangan guna melindungi bebannya (load). Pada
penggunaan UPS pada komputer, terdapat beberapa
jenis gangguan yang penting untuk Anda ketahui,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Komponen Elektronika dan Peralatan Elektronika |89

a. Noise, merupakan kondisi tegangan yang naik turun


pada presentasi sedikit. Misalnya tegangan yang
seharusnya 220V sedangkan tegangan yang terjadi
antara 200 hingga 240 Volt maka hal tersebut masih
masuk dalam kategori noise.
b. Blackout, yakni kondisi dimana main power atau
sumber arus PLN tidak bekerja sama sekali.
c. Brownout, merupakan kondisi dimana terjadi
kenaikan arus secara tiba-tiba dari kondisi rendah
menjadi tinggi dengan cara yang cukup cepat.
Kondisi ini biasanya terjadi apabila ada penggunaan
beban berat yang dilakukan secara bersamaan
misalnya menyalakan setrika atau mesin cuci. Bisa
ditandai dengan kondisi nyala lampu di ruangan
yang biasanya sedikit berkedip.

Jadi secara umum, cara kerja UPS pada computer


adalah, perangkat rectifier yang dihubungkan dengan
sumber arus utama akan merubah arus bolak-balik (AC)
menjadi arus searah (DC), hal ini digunakan untuk
pengisian sumber arus baterai yang dimiliki oleh UPS.
Baru kemudian setelah tiba-tiba sumber arus mati, arus
DC pada baterai akan dirubah oleh perangkat inverter
menjadi arus AC yang selanjutkan disalurkan ke
computer. Untuk keamanan komputer PC di rumah
Anda, sebaiknya memilih perangkat UPS dengan
kualitas terbaik dengan harga yang terjangkau.

↜oOo↝
Bab 4
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan cara pengukuran Test Pen.
2. Menjelaskan cara pengukuran Clamp meter.
3. Menjelaskan cara pengukuran Multimeter.
4. Menjelaskan cara pengukuran Megger Test.
5. Mendemonstrasikan cara pengukuran besaran listrik,
yaitu Arus dan tegangan listrik.

A. Alat Ukur Listrik


Alat ukur listrik adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi ataupun untuk mengukur besaran-besaran
listrik yang mengalir seperti hambatan listrik (R), Kuat Arus
listrik (I), Beda Potensial listrik (V), Daya listrik (P), dan
lainnya. Selain itu alat ukur dapat pula digunakan untuk
mengetahui kondisi dari sebuah komponen, alat ataupun
peralatan listrik. Terdapat dua jenis alat ukur yang
digunakan yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital.
Terdapat beberapa jenis alat ukur listrik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ataupun untuk mengukur
besaran-besaran listrik yang mengalir diantaranya tes pen,
tang amper atau Clamp meter, multimeter, wattmeter, dan
megger tes atau isolasi tester.

- 90 -
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |91

1. Tespen
Tespen atau Test Pen merupakan salah satu alat yang
paling sering digunakan oleh para Teknisi Listrik dalam
melakukan pekerjaannya. Bentuknya yang relatif kecil dan
mirip seperti sebuah Pena membuatnya sangat mudah
untuk dibawa kemana-mana. Ujung Test Pen yang yang
berbentuk “Minus” dapat dijadikan sebagai Obeng untuk
melonggarkan atau mengetatkan sekrup (screw). Jadi Test
Pen pada dasarnya adalah suatu alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengecek apakah sebuah
penghantar listrik memiliki tegangan listrik atau tidak.
Penghantar listrik yang dimaksud disini dapat berupa
kabel listrik, Kawat listrik maupun Stop Kontak listrik.
Berbeda dengan Multimeter, Test Pen tidak dapat
digunakan untuk mengukur seberapa tingginya suatu
Tegangan Listrik di sumber penghantar listrik tersebut,
Test Pen hanya dapat digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya aliran listrik di suatu penghantar listrik
dengan sebuah Indikator lampu. Jika terdapat listrik di
Stop Kontak atau Kabel listrik, maka lampu Indikator
akan menyala, jika tidak ada aliran listrik maka lampu
Indikator tidak akan menyala.

Gambar 4.1 Tespen dan Bagian-bagiannya


92| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

2. Tang Ampere atau Clamp Meter


Tang Ampere atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
dengan Clamp Meter adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor
yang dialiri arus listrik dengan menggunakan dua rahang
penjepitnya (Clamp) tanpa harus memiliki kontak
langsung dengan terminal listriknya. Dengan demikian,
kita tidak perlu mengganggu rangkaian listrik yang akan
diukur, cukup dengan ditempatkan pada sekeliling kabel
listrik yang akan diukur.Pada umumnya, Tang Ampere
(Clamp Meter) yang terdapat di pasaran memiliki fungsi
sebagai Multimeter juga. Jadi selain terdapat dua rahang
penjepit, Clamp Meter juga memiliki dua probe yang dapat
digunakan untuk mengukur Resistansi, Tegangan AC,
Tegangan DC dan bahkan ada model tertentu yang dapat
mengukur Frekuensi, Arus Listrik DC, Kapasitansi dan
Suhu.
Tang Ampere (Clamp Meter) menggunakan prinsip
induksi Magnetik untuk menghasilkan pengukuran non-
kontak terhadap arus listrik AC. Arus Listrik yang
mengalir di kabel konduktor akan menghasilkan Medan
Magnet. Seperti yang diketahui bahwa, arus AC adalah
arus dengan polaritas yang bolak-balik, hal ini akan
menyebabkan fluktuasi dinamis dalam medan magnet
yang sebanding dengan aliran arus listriknya. Sebuah
Transformator yang terdapat di dalam Clamp
Meter/Tang Ampere akan merasakan fluktuasi magnet
tersebut dan kemudian mengkonversikannya menjadi
nilai Ampere (arus listrik) sehingga kita dapat
membacanya di layar Clamp Meter. Cara Pengukuran
dengan teknologi ini sangat mempermudahkan kita
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |93

dalam mengukur arus listrik AC terutama pada arus


listrik AC yang tinggi.

Gambar 4.2 Bagian-bagian Tang Ampere


atau Clamp Meter

3. Multimeter
Multimeter adalah alat yang berfungsi
untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus
Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu
unit. Multimeter sering disebut juga dengan istilah
Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt
Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam
menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog
Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Multimeter Analog dicirikan dengan jarum penunjuk.
Parameter yang akan diukur dan jangkah ukur dipilih
melalui saklar. Bentuk saklar pemilih mode pengukuran
berbentuk lingkaran dengan garis penunjuknya. Dalam
melakukan pengukuran skala ukur yang dibaca adalah
sesuai dengan basaran dan jangkah yang akan ditunjuk
94| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

oleh saklar pemilih. Berbeda dengan Multimeter Analog,


Multimeter Digital memiliki tampilan yang lebih
sederhana, agar lebih mudah digunakan jika
dibandingkan dengan Multimeter Analog. Multimeter
Digital juga disebut DMM (Digital Multi Meter), atau
bahkan DVOM (Digital Volt Ohm Meter). Multimeter
Digital tidak menggunakan jarum penunjuk sebagai
penunjuk nilai, namun menggunakan LCD (Liquid
Crystal Display) sebagai penunjuk hasil pengukurannya.
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian
nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya serta
didukung dengan harga yang semakin terjangkau,
Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan
lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi
Elektronika ataupun penghobi Elektronika. Dengan
perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau
Multitester tidak hanya dapat mengukur Ampere,
Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi
dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi dan
Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter
Digital). Beberapa kemampuan pengukuran Multimeter
yang banyak terdapat di pasaran antara lain:
a. Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran
Volt.
b. Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere.
c. Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm.
d. Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad.
e. Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz.
f. Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry.
g. Pengukuran atau Pengujian Dioda.
h. Pengukuran atau Pengujian Transistor.
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |95

Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri


dari 3 bagian penting, yaitu Display, Saklar Selektor, dan
Probe. Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter
Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-bagian
pentingnya.

Gambar 4.3 Multimeter dan Bagian-bagiannya

4. Megger Test atau MegaOhmmeter


Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat
diantara dua kawat saluran (kabel) yang diisolasi satu
sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran dengan
tanah (ground). Pengukuran tahanan isolasi digunakan
untuk memeriksa status isolasi rangkaian dan
perlengkapan listrik, sebagai dasar pengendalian
keselamatan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
atau menguji tahanan isolasi suatu kabel adalah Megger
test (MegaOhmmeter). Secara prinsip megger test terdiri
dari dua kumparan V dan C yang ditempatkan secara
menyilang seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
96| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 4.4 Diagram Rangkaian Megger test

Kumparan V merupakan besarnya arus yang


mengalir adalah E/Rp dan kumparan C merupakan
besarnya arus yang mengalir adalah E/Rx. Rx adalah
tahanan yang akan diukur. Jarum dapat bergerak
disebabkan oleh perbandingan dari kedua arus, yaitu
sebanding dengan Rp/Rx atau berbanding terbalik
terhadap tahanan yang akan diukur.
Variasi tegangan tidak akan berpengaruh banyak
terhadap harga pembacaan, karena hasilnya tidak
ditentukan dari sumber tegangan arus searah. Sumber
tegangan arus searah adalah sumber tegangan tinggi,
yang dihasilkan dari pembangkit yang diputar dengan
tangan. Umumnya tegangannya adalah 100 V, 250 V, 500
V, 1000 V atau 2000 V. Sedangkan daerah pengukuran
yang efektif adalah 0,02 sampai 20 MegaOhm dan 5
sampai 5.000 MegaOhm. Tetapi pada sekarang pengujian
tahanan isolasi menggunakan sumber tegangan tinggi
dari tegangan tetap sebesar 100 V sampai 1.000 V yang
didapat dari baterai sebesar 8 V sampai 12 V dan disebut
Megger dengan baterai. Alat ini membangkitkan
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |97

tegangan tinggi lebih stabil dibanding dengan yang


menggunakan generatar diputar dengan tangan.
Pengukuran tahanan isolasi untuk perlengkapan
listrik dapat menggunakan megger, yang mana
pengoperasiannya pada waktu perlengkapan rangkaian
listrik tidak bekerja atau tidak dialiri arus listrik. Secara
umum bahan isolasi yang digunakan sebagai pelindung
dalam saluran listrik atau sebagai pengisolir bagian satu
dengan bagian lainnya harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Harga tahanan isolasi antara dua saluran
kawat pada peralatan listrik ditetapkan paling sedikit
adalah 1000 x harga tegangan kerjanya. Misal tegangan
yang digunakan adalah 220 V, maka besarnya tahanan
isolasi minimal sebesar: 1000 x 220 = 220.000 Ohm atau 220
KOhm. Ini berarti arus yang diizinkan di dalam tahanan
isolasi 1 mA/V. Apabila hasil pengukuran nilai lebih
rendah dari syarat minimum yang sudah ditentukan, maka
saluran/kawat tersebut kurang baik dan tidak dibenarkan
kalau digunakan. Waktu melakukan pengukuran tahanan
isolasi gunakan tegangan arus searah (DC) sebesar 100 V
atau lebih, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengalirkan
arus yang cukup besar dalam tahanan isolasi. Di samping
untuk menentukan besarnya tahanan isolasi, nilai
tegangan ukur yang tinggi juga untuk menentukan
kekuatan bahan isolasi dari saluran yang akan digunakan.
Walaupun bahan-bahan isolasi yang digunakan cukup
baik dan mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tetapi
masih ada tempat-tempat yang lemah lapisan isolasinya,
maka perlu dilakukan pengukuran. Megger test
(Megaohmmeter) dipergunakan untuk mengukur tahanan
isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi antara
98| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

lain untuk kabel instalasi pada rumah atau bangunan,


kabel tegangan rendah, kabel tegangan tinggi,
Transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya. Output
dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus
searah, yang diputar oleh tangan. Besar tegangan tersebut
pada umumnya adalah: 500, 1.000, 2.000 atau 5.000 volt
dan batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai
20 meter ohm dan 5 sampai 5.000 meter ohm dan lain-lain
sesuai dengan sumber tegangan dari megger tersebut.
Dengan demikian, maka sumber tegangan megger
yang dipilih tidak hanya tergantung dari batas
pengukur, akan tetapi juga terhadap tegangan kerja
(system tegangan) dari peralatan ataupun instansi yang
akan diuji isolasinya. Dewasa ini telah banyak pula
megger yang mengeluarkan tegangan tinggi, yang
didapatkannya dari baterai sebesar 8 – 12 volt (megger
dengan sistem elektronis). Megger dengan baterai,
umumnya membangkitkan tegangan tinggi yang jauh
lebih stabil dibanding megger dengan generator yang
diputar dengan tangan.

Gambar 4.5 Megger Test Digital dengan Baterai


Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |99

B. Pengukuran Listrik
Pengukuran atau pendeteksian besaran listrik dilakukan
dengan menggunakan alat ukur listrik ataupun alat pendeksi
untuk mengetahui besar atau nilai dari besaran listrik yang
akan diukur. Selain itu, pengukuran dengan menggunakan alat
ukur listrik dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi suatu
alat atau komponen listrik dan elektronika, apakah masih
dalam kondisi baik atau sedah dalam kondisi rusak.
1. Pendeteksian Potensial Listrik dengan Test Pen
Cara Penggunaan Test Pen sangat sederhana hanya
dengan beberapa langkah, kita dapat mengetahui
apakah sebuah Stop Kontak listrik atau Kabel Listrik
yang bersangkutan dialiri listrik atau tidak. Tujuan
pengetesan ini tentunya adalah untuk menghindari
sengatan listrik yang berbahaya bagi kesehatan dan
bahkan terjadinya kematian apabila anggota badan kita
tersentuh pada suatu penghantar yang bertegangan
listrik yang sangat tinggi. Langkah-langkah penggunaan
test pen sebagai berikut:
a. Ambil Test Pen dan pegang Test Pen tersebut
dengan ujung-ujung jari tangan.
b. Letakan ujung jari telunjuk pada bagian atas Test
Pen (ujung jari telunjuk harus tersentuh pada bagian
besi di atas Test Pen tersebut).
c. Tempelkan bagian ujung Test Pen (bagian bawah
yang biasa berbentuk Minus Obeng) ke sumber
listrik yang akan diuji.
d. Perhatikan Lampu Indikatornya. Jika Lampu
Indikator Menyala maka Kabel listrik atau
penghantar listrik tersebut sedang dialiri arus listrik
(terdapat Tegangan). Jika Lampu Indikator tidak
100| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Hidup (OFF) maka kabel listrik atau penghantar


listrik tersebut tidak dialiri arus listrik (tidak
terdapat tegangan di penghantar tersebut).

Gambar 4.6 Cara Penggunaan Test Pen

2. Pengukuran Arus Listrik dengan Tang Ampere atau


Clamp meter
Cara menggunakan Tang Ampere atau Clamp
Meter yaitu dengan menjepitkan rahang penjepitnya ke
kabel listrik yang diinginkan. Berikut ini adalah langkah-
langkah selengkapnya untuk Mengukur Arus Listrik AC
atau Ampere AC dengan menggunakan Clamp Meter
(Tang Ampere).
a. Putar atau setting Saklar Clamp Meter ke posisi
Ampere Meter (biasanya tertulis huruf A dengan
gelombang sinus diatasnya).
b. Tekan Trigger untuk membuka rahang Penjepit
Clamp Meter atau Tang Ampere.
c. Jepitkan Rahang penjepit ke kabel Konduktor yang
dialiri arus listrik AC (Kabel Listrik berada di
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |101

tengah-tengah rahang penjepit) kemudian lepaskan


Trigger Clamp Meter. Baca Nilai Ampere yang
tertera di layar Clamp Meter (Tang Ampere).

Perbedaan antara Clamp meter dan multimeter


dalam mengukur besar Arus listrik yang mengalir ke
dalam rangkaian adalah untuk Clamp meter rangkaian
tidak harus diputuskan terlebih dahulu namun cukup
dengan menjepit ke kabel. Sedangkan untuk multimeter
rangkaian harus diputus terlebih dahulu.

Gambar 4.7 Cara Pengukuran Arus Listrik


dengan Menggunakan Multimeter dan Clamp Meter

3. Pengukuran Isolasi dengan menggunakan Megger Test


Salah satu pengujian isolasi adalah pengujian
tahanan isolasi pada instalasi listrik. Jika kawat atau
kabel listrik terdiri dari dua kawat saluran misal kawat
fasa (P) dan kawat netral (N), maka tahanan isolasinya
adalah antara kawat fasa (P) dengan kawat netral (N),
antara kawat fasa (P) dengan tanah (G), dan antara
kawat netral (N) dengan tanah (G).
102| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Pada saat melakukan pengukuran tahanan isolasi


antara fasa (P) dan netral (N), hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah memutus atau membuka semua alat
pemakai arus yang terpasang secara paralel pada saluran
tersebut, seperti lampu-lampu, motormotor, voltmeter,
dan sebagainya. Sebaliknya semua alat pemutus seperti
kontak, penyambung-penyambung, dan sebagainya
yang tersambung secara seri harus ditutup.

Gambar 4.8 Pengujian Tahanan Isolasi antara Fasa (P)


dengan Netral (N)

Di samping digunakan untuk mengetahui keadaan


tahanan isolasi, juga untuk mengetahui kebenaran
sambungan yang ada pada instalasi. Jika terjadi
sambungan yang salah atau hubung singkat dapat
segera diketahui dan diperbaiki.

Gambar 4.9 Pengujian Tahanan Isolasi antara Fasa (P)


dengan Tanah (G)
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |103

Gambar 4.10 Pengujian Tahanan Isolasi antara Netral (N)


dengan Tanah (G)

Gambar 4.11 Pengujian Tahanan Isolasi antara Instalasi


dengan Tanah (G)

Sedangkan untuk pengujian tahanan isolasi antara


jaringan instalasi dengan tanah/ground (G), hal pokok
yang perlu diperhatikan adalah memasang semua alat
pemakai arus yang terpasang secara paralel pada saluran
tersebut, seperti lampu-lampu, motormotor, voltmeter,
dan sebagainya. Semua alat pemutus seperti: kontak,
penyambung-penyambung, dan sebagainya yang
tersambung secara seri harus ditutup.
Sebelum menggunakan alat pengujian tahanan
isolasi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Check batere apakah dalam kondisi baik.
b. Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum
penunjuk harustepat berimpit dengan garis skala. Bila
tidak tepat, atur pointer zero (10) pada alat ukur.
104| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

c. Lakukan elektrikal zero check:


d. Pasang kabel test pada megger terminal, serta
hubung singkatkan ujung yang lain.
e. Letakkan saklar pemilih di posisi 500.
f. Letakkan saklar pemilih skala pada posisi skala 1.
g. On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus
menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat atur
pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak berhasil
(penunjukan tidak mencapai nol) periksa/ganti batere.
h. Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan
elektrikal zero.
i. Pasang kabel test ke peralatan yang diukur.
j. 10.Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai
tegangan kerja alat yang diukur.
k. On-kan megger, baca tampilan pada skalanya. Bila
skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih
skala 2, bila hasilnya sama pindahkan ke skala 3, dan
tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan (
0,5 – 1 menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi.
Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat
ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan
isolasi. Harga terendah 1 MΩ / kV.

Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah


mengukur tahanan isolasi baik pada motor, generator
maupun jaringan maka kita harus grounding kembali
kabel yang di ukur karena kabel tersebut masih memiliki
tegangan listrik akibat tegangan megger tadi yang jika
pegang akan setrum. Untuk cara grounding, cukup
hubungkan kabel yang diukur kemudian hubungkan
dengan body.
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |105

4. Pengukuran Besaran Listrik dengan Menggunakan


Multimeter
Multimeter sebagai alat ukur besaran listrik,
umumnya digunakan untuk mengukur tegangan Listrik,
arus listrik, Hambatan dan juga untuk mengecek kondisi
sebuah komponen atau peralatan listrik.
a. Cara mengukur tegangan DC (DC Voltage)
1) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV.
2) Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan
yang akan diukur. Jika ingin mengukur 6 Volt,
putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog
Multimeter). (Jika tidak mengetahui tingginya
tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter).
3) Hubungkan probe ke terminal tegangan yang
akan diukur. Probe Merah pada terminal Positif
(+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-).
Hati-hati agar jangan sampai terbalik.
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Gambar 4.12 Cara Pengukuran Tegangan DC


106| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

b. Cara mengukur tegangan AC


1) Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan
yang akan diukur. Jika ingin mengukur 220 Volt,
putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog
Multimeter). Jika tidak mengetahui tingginya
tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang tertinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
2) Hubungkan probe ke terminal tegangan yang
akan diukur. Untuk Tegangan AC, tidak ada
polaritas Negatif (-) dan Positif (+).
3) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Gambar 4.13 Cara Pengukuran Tegangan AC

c. Cara mengukur arus listrik


1) Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA.
2) Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan
diukur. Jika Arus yang akan diukur adalah 100mA
maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A).
Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih,
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |107

maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan


putus. Kita harus menggantinya sebelum kita
dapat memakainya lagi.
3) Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang
terhubung ke beban.
4) Kemudian hubungkan probe Multimeter ke
terminal Jalur yang kita putuskan tersebut. Probe
Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe
Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun
Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk lebih
jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
5) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Gambar 4.14 Cara Pengukuran Arus Listrik

d. Cara mengukur tahanan


1) Cara pengukuran tahanan dengan menggunakan
multimeter digital
a) Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω).
b) Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm
yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda
“X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus
Multimeter Analog).
108| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

c) Hubungkan probe ke komponen Resistor,


tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
d) Baca hasil pengukuran di Display
Multimeter. (Khusus untuk Analog
Multimeter, diperlukan pengalian dengan
setting di langkah ke-2).

Gambar 4.15 Cara Pengukuran Tahanan

2) Cara pengukuran tahanan dengan menggunakan


multimeter analog
Bagaimana cara melakukan pengukuran
tahanan resistor (satuan ohm yang disimbolkan Ω)
dengan menggunakan multimeter analog. Bagian
yang paling penting dalam pembacaan tahanan
menggunakan multimeter adalah Pengaturan
pengali pada knop multimeter, Kalibrasi, dan
Pembacaan skala. Adapun langkah pengukuran
adalah sebagai berikut:
a) Siapkan multimeter.
b) Tancapkan probe merah pada terminal + dan
probe hitam pada terminal – (com). Pada
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |109

saat pemasangan probe pastikan dan


biasakan warna probe sesuai dengan
terminalnya, meskipun sebenarnaya tidak
akan mempengaruhi pengukuran atau
membahayakan alat ukur itu sendiri.
c) Baca besar resistor berdasarkan gelang
warnanya. Hal ini dilakukan untuk
menentukan pemilihan pengali pada knop
multimeter.
d) Pilih pengali dengan mengarahkan knop
multimeter pada pengali tahanan. Pemilihan
pengali disesuaikan dengan besar tahanan
yang akan diukur.
e) Lakukan kalibrasi alat ukur. Perlu diingat
bahwasannya kalibrasi dilakukan setiap kali
kita mengganti besar pengalinya. Adapun
langkah kalibrasi akan saya jelaskan pada
bagian bawah artikel ini bagian contoh
pengukuran.
f) Lakukan pembacaan skala. Perlu diingat
bahwa dalam pembacaan skala pada
multimeter cari garis skala yang memiliki
penunjuk angka nol di sebelah kanan.
Biasanya garis skala pengukuran tahanan
berwarna hijau dan ditandai dengan simbol Ω.

e. Cara mengukur induktor


Berikut ini langkah-langkah pengujian
komponen Induktor, yaitu:
110| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

1) Dasar
Tiga langkah dasar bila ingin mengukur
dengan posisi Ohm pada multimeter:
a) Putar dan letakan Jangka Pemilih (selektor)
pada posisi Ohm.
b) Pilih salah satu batas ukur (range) yaitu x1,
x10, 100, x1k, x10k atau x100k.
c) Nol secara tepat skala ukur sebelah kanan
dengan pengatur nol sebelah kanan (adjust
zero) hanya untuk multimeter Analog.
2) Pengujian komponen inductor
Dengan alat ukur Ohm meter kita dapat
menguji induktor, apakah induktor ini:
a) Bagus dimana nilai perlawanan kecil atau
besar.
b) Putus dimana nilai perlawanan tak terhingga.

Dengan alat-ukur ohm atau multimeter kita


akan mengukur nilai perlawanan induktor.
1) Sesama gulungan
a) Apa bila jarum bergerak maka induktor bagus.
b) Apa bila jarum tidak bergerak maka
induktor putus.
2) Antar gulungan
a) Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor
bagus.
b) Apa bila jarum bergerak maka induktor putus.
c) Bila jarum tidak bergerak jauh berarti
induktor kemungkinan induktor bocor
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |111

f. Cara mengukur Kapasitor


Berikut ini adalah Cara menguji Kapasitor
Elektrolit (ELCO) dengan Multimeter Analog:
1) Atur posisi skala Selektor ke Ohm (Ω) dengan
skala x1K.
2) Hubungkan Probe Merah (Positif) ke kaki
Kapasitor Positif.
3) Hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki
Kapasitor Negatif.
4) Periksa Jarum yang ada pada Display
Multimeter Analog.
a) Kapasitor yang baik: Jarum bergerak naik
dan kemudian kembali lagi.
b) Kapasitor yang rusak: Jarum bergerak naik
tetapi tidak kembali lagi.
c) Kapasitor yang rusak: Jarum tidak naik sama
sekali.

Gambar 4.16 Cara Mengukur Kapasitor


dengan Multimeter Analog
112| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter


Digital yang memiliki fungsi Kapasitansi Meter
cukup mudah, berikut ini caranya:
 Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol
Kapasitor.
 Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
 Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.

Gambar 4.17 Cara Mengukur Kapasitor


dengan Multimeter Digital yang Memiliki Fungsi
Kapasitansi Meter

g. Cara mengukur Dioda


Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka
diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut
dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).
Adapun langkah-langkah mengukur Dioda
dengan multimeter Analog sebagai berikut:
1) Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k
atau x100.
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |113

2) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda


(tanda gelang).
3) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
4) Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter.
5) Jarum pada Display Multimeter harus bergerak
ke kanan.
6) Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan
Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).
7) Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter.
8) Jarum harus tidak bergerak. Jika Jarum bergerak,
maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah
rusak.

Gambar 4.18 Cara Mengukur Diode


dengan Multimeter Analog

Adapun langkah-langkah mengukur Dioda


dengan multimeter Digital menggunakan fungsi
Ohm sebagai berikut:
1) Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω).
2) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
3) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
114| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

5) Display harus menunjukan nilai tertentu


(Misalnya 0.64MOhm).
6) Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan
Probe Merah ke Katoda.
7) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
8) Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga)
atau Open Circuit. Jika terdapat Nilai tertentu,
maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah
Rusak.

Gambar 4.19 Cara Mengukur Diode


dengan Multimeter Digital Memakai Fungsi Ohm

Adapun langkah-langkah mengukur Dioda


dengan multimeter Digital menggunakan fungsi Dioda
sebagai berikut:
1) Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda.
2) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
3) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
5) Display harus menunjukan nilai tertentu
(Misalnya 0.42 V).
6) Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan
Probe Merah ke Katoda.
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |115

7) Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.


8) Tidak terdapat nilai tegangan pada Display
Multimeter. **Jika terdapat Nilai tertentu, maka
Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.

Gambar 4.20 Cara Mengukur Diode


dengan Multimeter Digital Memakai Fungsi Dioda

h. Cara mengukur Transistor


Kita dapat menggunakan Multimeter Analog
maupun Multimeter Digital untuk mengukur ataupun
menguji apakah sebuah Transistor masih dalam
kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat
perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam)
Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital
dalam mengukur/menguji sebuah Transistor. Berikut
ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur
Transistor dengan Mengunakan Multimeter Analog
dan Multimeter Digital.
1) Cara mengukur transistor PNP dengan multimeter
analog
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k
atau x10k.
b) Hubungkan Probe Merah pada Terminal
Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal
116| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan


menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.
c) Pindahkan Probe Hitam pada Terminal
Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.

2) Cara mengukur transistor NPN dengan


multimeter analog
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k
atau x10k.
b) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal
Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal
Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.
c) Pindahkan Probe Merah pada Terminal
Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.

Gambar 4.21 Cara Mengukur Transistor dengan


Multimeter Analog Menggunakan Fungsi Ohm
Alat Ukur dan Pengukuran Listrik |117

3) Cara mengukur Transistor PNP dengan


multimeter digital
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda.
b) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis
(B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor
(E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut
dalam kondisi baik.
c) Pindahkan Probe Merah pada Terminal
Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut
dalam kondisi baik.

4) Cara mengukur Transistor NPN dengan


multimeter digital
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda.
b) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis
(B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor
(E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut
dalam kondisi baik.
c) Pindahkan Probe Hitam pada Terminal
Kolektor (C), jika Display Multimeter
menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti
Transistor tersebut dalam kondisi baik.
118| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 4.22 Cara Mengukur Transistor dengan


Multimeter Digital Menggunakan Fungsi Ohm

↜oOo↝
Bab 5
ANALISA DAN PERHITUNGAN LISTRIK

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan rangkaian seri dan paralel dari sumber listrik
DC.
2. Melakukan perhitungan besaran listrik yaitu Arus,
tegangan dan tahanan.
3. Melakukan perhitungan waktu pemakaian dan pengisian
Aki.
4. Melakukan analisa dan perhitungan rangkaian listrik.
5. Melakukan perhitungan daya dan energy listrik.

A. Perhitungan Besaran Listrik dari Hukum Ohm


Resistansi dari sebuah Tahanan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dari hukum Ohm. Bunyi hukum Ohm
adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus
dengan tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan
berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian”. Hukum
Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian elektronika
dan merupakan hukum dasar pada rangkaian listrik. Dengan
menggunakan hukum Ohm, kita tidak hanya dapat
menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik,
memperkecil tegangan pada rangkaian dan juga untuk
memperoleh nilai resistansi atau hambatan yang diperlukan.
Simbol yang digunakan pada hukum Ohm adalah V untuk

- 119 -
120| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

tegangan listrik yang diukur dalam satuan volt, R untuk


resistansi atau hambatan yang diukur dalam satuan ohm (Ω),
dan I untuk arus listrik yang diukur dalam satuan ampere.
Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis
untuk menghitung besar voltase listrik menggunakan rumus:

V=IxR

Untuk menghitung kuat arus listrik, menggunakan


rumus:

I=V/R

Untuk nilai resistansi dari sebuah hambatan,


menggunakan rumus:

R=V/I

Contoh Soal:
1. Pada suatu rangkaian listrik sederhanan terdapat
penyuplai daya dengan tegangan 10 Volt dan beban
dengan hambatan 10 Ohm. Berapakah besarnya kuat
arus pada rangkaian tersebut?

Pembahasan:
Dengan menggunakan hukum Ohm, kita dapat langsung
mencari nilai kuat arus pada rangkaian sederhana
dengan memakai rumus:
I = V/R = 10 / 10 = 1 A
Analisa dan Perhitungan Listrik |121

Jadi, kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut


sebesar 1 Ampere.

2. Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar


24 Volt dan nilai arus yang terbaca pada amperemeter
sebesar 10 mA. Berapakah nilai resistansinya?

Pembahasan:
Pertama, semua nilai harus disesuaikan dulu dengan
satuan sesuai standar. Diketahui besar arus:
I = 10 mA = 0.01 A.

Dengan menggunakan rumus hukum Ohm, dapat


langsung dicari besar resistansi dengan memakai rumus:
R = V / I = 24 / 0,01 = 2400 Ohm

Jadi, resistansi pada rangkaian tersebut sebesar 2400


Ohm atau 2,4 kilo Ohm

3. Rancanglah sebuah rangkaian listrik tertutup yang


terdiri dari sumber daya berupa baterai dan beban
berupa lampu pijar. Kabel pada rangkaian tersebut
mampu menghantarkan arus listrik sebesar 2 ampere
dan baterai yang dipakai menghasilkan tegangan sebesar
36 Volt. Akan tetapi, lampu pijar pada rangkaian
tersebut hanya dapat menyala jika dialiri listrik sebesar
24 volt sehingga kamu harus memasang resistor untuk
menurunkan tegangan dari baterai. Berapa besar
resistansi yang diperlukan pada resistor yang dipakai?
122| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Pembahasan:
Dari soal diketahui bahwa diperlukan penurunan
tegangan sebesar:
V = 36 – 24 = 12 Volt

Dengan menggunakan rumus hukum Ohm, dapat dicari


nilai resistansi:
R = V/I = 12 / 2 = 6 Ohm

Jadi, pada rangkaian tersebut harus dipasang resistor


sebesar 6 Ohm agar lampu pijar dapat menyala.

B. Perhitungan Baterai
Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat merubah
energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang
dapat digunakan oleh suatu perangkat Elektronik. Hampir
semua perangkat elektronik yang portabel seperti Handphone,
Laptop, Senter, ataupun Remote Control menggunakan Baterai
sebagai sumber listriknya. Dengan adanya Baterai, kita tidak
perlu menyambungkan kabel listrik untuk dapat mengaktifkan
perangkat elektronik kita sehingga dapat dengan mudah
dibawa kemana-mana.
Kapasitas sebuah Baterai biasanya diukur dengan
satuan mAH. mAH adalah singkatan dari mili Ampere Hour
atau miliamper per Jam. Makin tinggi mAH-nya makin
tinggi pula kapasitasnya. Pada dasarnya mAH (miliampere
Hours) dalam Baterai menyatakan kemampuan Baterai
dalam menyediakan energinya selama satu jam.
Contoh sebuah peralatan Elektronik yang digunakan
memerlukan 100 mA setiap jamnya. Jika kita memakai
Baterai yang memiliki kapasitas 1000 mAH maka Baterai
Analisa dan Perhitungan Listrik |123

tersebut mampu menyediakan energi untuk peralatan


Elektronik tersebut selama 10 Jam. Jika kita menghubungkan
4 buah Baterai 1000 mAH secara paralel yang dapat
menghasilkan 4000 mAH. maka gabungan paralel 4 buah
Baterai ini akan mampu menyediakan energi kepada
peralatan Elektronik tersebut selama 40 jam.
Hampir semua peralatan Elektronika portable
menggunakan Baterai sebagai sumber dayanya. Untuk
mendapatkan tegangan yang diinginkan, biasanya kita
merangkai Baterai dalam bentuk Rangkaian Seri. Contoh
Rangkaian Seri Baterai yang paling sering ditemukan adalah
penggunaan Baterai dalam Lampu Senter dan Remote Control
Televisi. Biasanya kita akan menemui instruksi dari peralatan
tersebut untuk memasukan 2 buah baterai atau lebih dengan
arah Baterai yang ditentukan agar dapat menghidupkan
peralatan yang bersangkutan. Pada dasarnya, Baterai dapat
dirangkai secara Seri maupun Paralel. Tetapi hasil output dari
kedua Rangkaian tersebut akan berbeda. Rangkaian Seri
Baterai akan meningkatkan Tegangan (Voltage) output Baterai
sedangkan Current/Arus Listriknya (Ampere) akan tetap
sama. Hal ini Berbeda dengan Rangkaian Paralel Baterai yang
akan meningkatkan Current/Arus Listrik (Ampere) tetapi
Tegangan (Voltage) Outputnya akan tetap sama.

Gambar 5.1 Rangkaian Seri Baterai


124| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Dari Gambar Rangkaian Seri Baterai diatas, 4 buah


baterai masing-masing menghasilkan Current atau kapasitas
arus listrik (Ampere) yang sama seperti Arus Listrik pada 1
buah baterai, tetapi Tegangannya yang dihasilkan menjadi 4
kali lipat dari Tegangan 1 buah baterai. Yang dimaksud
dengan Tegangan dalam Elektronika adalah perbedaan
potensial listrik antara dua titik dalam Rangkaian Listrik
yang dinyatakan dengan satuan Volt.
Seperti yang digambarkan pada Rangkaian Seri Baterai
diatas, 4 buah Baterai yang masing-masing bertegangan 1,5
Volt dan 1.000 miliampere per jam (mAH) akan
menghasilkan Tegangan 6 Volt tetapi kapasitas arus
Listriknya (Current) akan tetap yaitu 1.000 miliampere per
jam (mAH).
Vtot = Vbat1 +Vbat2 + Vbat3 + Vbat4
Vtot = 1,5V + 1,5V + 1,5V + 1,5V
Vtot = 6 V

Gambar 5.2 Rangkaian Paralel Baterai

Gambar diatas merupakan Rangkaian Paralel yang


terdiri dari 4 buah Baterai. Tegangan yang dihasilkan dari
Rangkaian Paralel adalah sama yaitu 1,5 Volt tetapi Current
atau kapasitas arus listrik yang dihasilkan adalah 4.000 mAH
(miliampere per Jam) yaitu total dari semua kapasitas arus
listrik pada Baterai.
Analisa dan Perhitungan Listrik |125

Itot = Ibat1 +Ibat2 + Ibat3 + Ibat4


Itot = 1.000 mAH + 1.000 mAH + 1.000 mAH + 1.000 mAH

Itot = 4.000 mAH

C. Perhitungan Waktu Pemakaian dan Pengisian Sebuah


Aki
1. Waktu Pemakaian Sebuah Aki
Rumus menghitung Waktu Pemakaian Sebuah Aki:

T = (C / I) – Φ ………………….. 8

dimana :
T = Waktu Pemakaian ( Hours)
C = kapasitas Aki (Ah)
I = Arus listrik (A)
Φ = Waktu Diefisiensi (20 %)

Rumus menghitung arus listrik yang mengalir ke beban


dari Aki:

I = P / V ………………….. 9

dimana:
I = Current (A)
P = Beban (Watt)
V = Tegangan (Vdc)

Contoh soal:
Jika kita mempunyai suatu Aki mobil dengan label 120
Ah 12Vdc, dan mempunyai beban pemakaian pada aki
tersebut 100 W, Hitunglah waktu pemakaian Aki.
126| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Pembahasan:
Untuk waktu pemakaian Aki, menggunakan rumus:
T = (C / I ) – Φ

dimana:
C = 120 Ah
I = Current (A);

dimana:
I = P / V = 100 / 12 = 8,33 A

Maka:
T = (C / I) – Φ = (120 / 8,33) - 20 % = 14,4 - 2,88 = 11,52 jam

Kesimpulannya, lama Pemakaian Aki tergantung dari


besar Arus dan besar beban suatu Aki.

Contoh soal:
Sebuah Aki dengan spesifikasi 12 V/ 50 Ah melayani
Beban sebesar 50 Watt. Hitunglah Waktu Pemakaian aki.

Pembahasan:
I = 50 W/12 V = 4,167 Ampere

Waktu pemakaian:
T = 50 Ah/4,167 A = 11,99 jam – dieffisiensi Aki 20% (2,398 jam)
= 11,99 jam – 2,398 jam
= 9,592 Jam ( 9 Jam, 35 Menit, 31,2 Detik)
Analisa dan Perhitungan Listrik |127

Kesimpulan:
Jadi sebuah aki 12 V/50 Ah jika digunakan untuk
mensuplay energi listrik dalam sebuah beban dengan daya
50 Watt mampu bertahan selama 9 Jam, 35 Menit, 31,2
Detik. Dengan begitu lama waktu pemakaian atau daya
tahan aki tergantung dari besarnya Ampere aki dan berapa
watt beban.

2. Waktu Pengisian Sebuah Aki


a. Besar arus pengisian (kapasitas trafo charge)

I = (C / T1) + Φ1 ……………………….. 10

dimana:
I = Arus Pengisian (A)
C = kapasitas Aki (Ah)
T1 = Waktu pengisian yang kita inginkan (Jam)
Φ1 = % Diefisiensi (20%)

b. Besar daya pengisian yang dibutuhkan (kapasitas


daya charge)

P = V. I . cos Φ ……………………………. 11

dimana:
P = Daya pengisian ( Watt )
V = Tegangan Aki (Volt)
I = Besar arus listrik pengisian (A)
cosΦ = Faktor daya listrik, dimana cosΦ = 1
128| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Contoh soal:
Jika kita mempunyai suatu Aki mobil dengan label 50 Ah
12 Vdc, ingin diisi ulang (charge) selama 10 jam. Hitunglah
besar arus pengisian dan daya kaspasitas charge.

Maka untuk besar arus pengisian Aki tersebut kita dapat


menggunakan rumus:
I = (C / T1) + Φ1

dimana:
C = 50 Ah
T1 = 10 jam
Φ1 = (20%)

maka akan didapat:


I = (50Ah / 10 h) + 20%
I = 5 A + 20%
I=5A+1A
I=6A

Jadi untuh mengisi Aki 50 Ampere dibutuhkan trafo charge


sebesar 6 Ampere daya yang dibutuhkan untuk mengisi
aki tersebut:
P = V. I. Cos Φ

dimana:
cos Φ = 1

maka:
P = 12V x 6A x 1
P = 72 Watt
Analisa dan Perhitungan Listrik |129

Daya atau Kapasitas charge yang dibutuhkan untuk


mengisi aki sebesar 72 Watt.

D. Analisa Rangkaian Listrik


Rangkaian listrik adalah sebuah jalur listrik dimana
elektron dapat mengalir dari sumber listrik ke beban listrik.
Proses perpindahan elektron inilah yang kita kenal sebagai
arus listrik. Benda apapun dapat menjadi beban listrik, oleh
karena itu simbol universal untuk beban listrik adalah
hambatan (resistor). Jadi, simbol lampu pada sebuah
rangkaian dapat diganti menjadi simbol hambatan. Pada
gambar 71, lampu merupakan beban listrik dan sumber
listrik berasal dari baterai. Selanjutnya arus listrik mengalir
melalui kabel dan sakelar berfungsi untuk memutus atau
menyambungkan arus listrik. Untuk menggambar rangkaian
listrik, kita harus menyederhanakan gambar seperti pada
gambar 71 dari gambar A menjadi gambar B.

Gambar 5.3 Rangkaian Listrik


130| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Terdapat dua tipe rangkaian yaitu: rangkaian seri dan


rangkaian paralel. Rangkaian seri dan paralel dapat
dikombinasikan sehingga menjadi rangkaian kombinasi atau
gabungan. Rangkaian seri merupakan sebuah rangkaian
listrik yang komponennya disusun secara berderetan hanya
melalui satu jalur aliran listrik. Contohnya adalah sebuah
rangkaian yang memiliki dua resistor, tapi hanya terdapat
satu jalur kabel untuk mengalirkan arus listrik. Adapun
Karakteristik dari Rangkaian Listrik Seri adalah cara
menyusun rangkaian cenderung praktis dan sederhana,
semua komponen listrik disusun secara sejajar (berderet atau
berurutan), kabel penghubung pada seluruh komponen
tidak memiliki percabangan sepanjang rangkaian, hanya ada
satu jalan yang dapat dilalui oleh arus listrik, jadi jika ada
satu jalur yang terputus maka rangkaian tidak dapat
berfungsi dengan baik, arus listrik yang mengalir di berbagai
titik dalam rangkaian sama besarnya, Setiap komponen yang
terpasang akan mendapat arus yang sama, Beda potensial
atau tegangan listrik pada setiap komponen yang terpasang
memiliki nilai yang berbeda dan memiliki hambatan total
yang lebih besar daripada hambatan penyusunnya.

Gambar 5.4 Rangkaian Listrik Seri


Analisa dan Perhitungan Listrik |131

Rangkaian paralel merupakan sebuah rangkaian listrik


yang komponennya disusun sejajar dimana terdapat lebih dari
satu jalur listrik (bercabang) secara paralel. Contohnya adalah
sebuah rangkaian yang memiliki dua resistor dimana terdapat
satu jalur kabel untuk setiap resistor. Adapun karakteristik
Rangkaian Listrik Paralel adalah cara menyusun rangkaian
cenderung lebih rumit, semua komponen listrik terpasang
secara bersusun atau sejajar, kabel penghubung pada sebuah
rangkaian memiliki percabangan, terdapat beberapa jalan yang
dapat dilalui oleh arus listrik, Arus yang mengalir pada setiap
cabang memiliki besar nilai yang berbeda, setiap komponen
yang terpasang mendapat besar arus yang berbeda, semua
komponen mendapat tegangan yang sama besar dan hambatan
totalnya lebih kecil dari hambatan pada tiap-tiap komponen
penyusunnya.

Gambar 5.5 Rangkaian Listrik Paralel


132| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Contoh untuk soal-soal rangkaian listrik dengan beban


tunggal maupun beban yang lebih dari satu dengan terhubung
seri dan paralel sebagai berikut:

Soal 1

Diketahui:
Vs = 12 Volt
R = 12 Ohm

Ditanyakan:
I = ….. Ampere

Penyelesaian:
I = Vs / R = 12 / 12 = 1 Ampere

Soal 2

Diketahui:
Vs = 24 Volt
R1 = 10 Ohm
R2 = 10 Ohm
R3 = 4 Ohm
Analisa dan Perhitungan Listrik |133

Ditanyakan:
Rtotal = …… Ohm
I = ….. Ampere
VR1 = …... Volt
VR2 = …... Volt
VR3 = …... Volt

Penyelesaian:
I = Vs / Rtotal

dimana:
Rtotal = R1 + R2 + R3 = 10 + 10 + 4 = 24 Ohm
I = 24 / 24 = 1 Amp
VR1 = I x R1 = 1 x 10 = 10 Volt
VR2 = I x R2 = 1 x 10 = 10 Volt
VR3 = I x R3 = 1 x 4 = 4 Volt

Soal 3

Diketahui:
R1 = 10 Ώ R4 = 10 Ώ
R2 = 15 Ώ R5 = 20 Ώ
R3 = 25 Ώ Vs = 24 Volt

Ditanyakan:
Rtotal = …. Ώ
134| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Itotal = ….. A
VR1 = …... Volt
VR2 = …... Volt
VR3 = …... Volt
VR4 = …... Volt
VR5 = …... Volt

Penyelesaian:
I = Vs / Rtotal

dimana
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 = 10 + 15 + 25 + + 10 + 20 = 80 Ohm

maka
I = 24 / 80 = 0,3 Amp
VR1 = I x R1 = 0,3 x 10 = 3 Volt
VR2 = I x R2 = 0,3 x 15 = 4,5 Volt
VR3 = I x R3 = 0,3 x 25 = 7,5 Volt
VR4 = I x R4 = 0,3 x 10 = 3 Volt
VR5 = I x R5 = 0,3 x 20 = 6 Volt

Soal 4

Diketahui:
R1 = 5 Ώ
R2 = 5 Ώ
Vs = 12 Volt
Analisa dan Perhitungan Listrik |135

Ditanyakan:
Rtotal = …. Ώ
Itotal = ….. A
IR1 = ….. A
IR2 = ….. A

Penyelesaian:
I = Vs / Rtotal

dimana
Rtotal = R1 // R2 = R1 x R2 / R1 + R2 = 5 x 5 / 5 + 5 = 25 / 10 = 2,5 Ώ

Maka
I = 12 / 2,5 = 4,8 Amp
Vs = VR1 = VR2 = 12 Volt
IR1 = VR1 / R1 = 12/5 = 2,4 A
IR2 = VR2 / R2 = 12/5 = 2,4 A

Soal 5

Diketahui:
R1 = 10 Ώ R4 = 40 Ώ
R2 = 20 Ώ
R3 = 30 Ώ Vs = 24 Volt

Ditanyakan:
Rtotal = …. Ώ
Itotal = ….. A
136| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

IR1 = …. A
IR2 = …. A
IR3 = …. A
IR4 =…A

Penyelesaian:
I = Vs / Rtotal

dimana:
Rtotal = ((( R1//R2 ) // R3 ) // R4 ) = (10 x 20 ) / (10 + 20 )
= 200 / 30 = 6,67
= ( 6,67 x 30 ) / ( 6,67 + 30 ) = 200,1 / 36,67 = 5,457
= ( 5,457 x 40 ) / ( 5,457 + 40 ) = 4,8 Ώ

Maka
I = 24 / 4,8 = 5 Amp
Vs = VR1 = VR2 = VR3 = VR4 = 24 Volt
IR1 = VR1 / R1 = 24 / 10 = 2,4 A
IR2 = VR2 / R2 = 24 / 20 = 1,2 A
IR3 = VR3 / R3 = 24 / 30 = 0,8 A
IR4 = VR4 / R4 = 24 / 40 = 0,6 A

E. Daya Listrik dan Energi Listrik


Daya listrik adalah tenaga yang dibutuhkan untuk
mengalirkan arus listrik. Simbol daya listrik adalah P,
sedangkan satuan daya listrik adalah Watt ( W ).
Rumus daya listrik:

P = V x I Watt …………………. (12)


atau P = V x V/R Watt …………………. (13)
atau P = I x R x I Watt …………………. (14)
Analisa dan Perhitungan Listrik |137

Energi atau Usaha Listrik adalah Tenaga listrik yang


dikeluarkan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan/
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Simbol untuk Energi listrik adalah A, sedangkan satuan
energy listrik atau usaha listrik adalah Joule (J) atau
Watt.detik

Rumus energy atau usaha listrik:

A = P x t Joule ( J ) atau Watt.detik …………………. (15)

Contoh soal untuk menghitung daya listrik rangkaian,


sebagai berikut:
1. Dari Rangkaian listrik pada soal nomor 1 diatas, diketahui
Tegangan sumber Vs = 12 Volt dan Hambatan pada beban
R = 12 Ohm, hitunglah Daya listrik pada beban.

Jawab:
Ditanyakan:
P = ….. Watt

Penyelesaian:
I = Vs / R = 12 / 12 = 1 Ampere
PR = V x I = 12 x 1 = 12 Watt

2. Dari Rangkaian listrik pada soal nomor 2 diatas,


diketahui tegangan sumber Vs = 24 Volt dan hambatan
pada beban R1 = 10 Ohm, R2 = 10 Ohm, dan R3 = 4 Ohm,
hitunglah Daya listrik pada masing-masing beban.
138| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Jawab:
Ditanyakan:
P1 = … Watt
P2 = …. Watt
P3 = …… Watt

Penyelesaiaan:
I = Vs / Rtotal

dimana:
Rtotal = R1 + R2 + R3 = 10 + 10 + 4 = 24 Ohm
I = 24 / 24 = 1 Amp
PR1 = I2 x R1 = 12 x 10 = 10 Watt
PR2 = I2 x R2 = 12 x 10 = 10 Watt
PR3 = I2 x R3 = 12 x 4 = 4 Watt

3. Dari Rangkaian listrik pada soal nomor 3 diatas, diketahui


tegangan sumber Vs = 24 Volt dan hambatan pada beban
R1 = 10 Ohm, R2 = 15 Ohm, R3 = 25 Ohm, R4 = 10 Ohm, dan
R5 = 20 Ohm. Hitunglah Daya listrik pada masing-masing
beban.

Jawab:
Ditanyakan:
P1 = … Watt
P2 = …. Watt
P3 = …… Watt
P4 = …… Watt
P5 = …… Watt
Analisa dan Perhitungan Listrik |139

Penyelesaian:
I = Vs / Rtotal

dimana
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 = 10 + 15 + 25 + + 10 + 20
= 80 Ohm
I = 24 / 80 = 0,3 Amp
PR1 = I2 x R1 = (0,3)2 x 10 = 0,9 Watt
PR2 = I2 x R2 = (0,3)2 x 15 = 1,35 Watt
PR3 = I2 x R3 = (0,3)2 x 25 = 2,25 Watt
PR4 = I2 x R4 = (0,3)2 x 10 = 0,9 Watt
PR5 = I2 x R5 = (0,3)2 x 20 = 1,8 Wat

4. Dari Rangkaian listrik pada soal nomor 4 diatas,


diketahui tegangan sumber Vs = 12 Volt dan hambatan
pada beban R1 = 5 Ohm dan R2 = 15 Ohm. Hitunglah
Daya listrik pada masing-masing beban.

Jawab:
Ditanyakan:
P1 = … Watt
P2 = …. Watt

Penyelesaian:
PR1 = V2 / R1 = (12) 2 / 5 = 28,8 Watt
PR2 = V2 / R2 = (12) 2 / 5 = 28,8 Watt

5. Dari Rangkaian listrik pada soal nomor 5 diatas,


diketahui tegangan sumber Vs = 24 Volt dan hambatan
pada beban R1 = 10 Ohm, R2 = 20 Ohm, R3 = 30 Ohm,
140| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

dan R4 = 140 Ohm. Hitunglah Daya listrik pada masing-


masing beban.

Jawab:
Ditanyakan:
P1 = … Watt
P2 = …. Watt
P3 = …… Watt
P4 = ….. Watt

Penyelesaian:
PR1 = V2 / R1 = (24) 2 / 10 = 57,6 Watt
PR2 = V2 / R2 = (24) 2 / 20 = 28,8 Watt
PR3 = V2 / R3 = (24) 2 / 30 = 19,2 Watt
PR4 = V2 / R4 = (24) 2 / 40 = 14,4 Watt

↜oOo↝
Bab 6
INSTALASI KELISTRIKAN

Tujuan Perkuliahan
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan maksud dan tujuan penerbitan PUIL oleh
BSN.
2. Menjelaskan syarat-syarat dalam pemasangan instalasi
listrik.
3. Menjelaskan komponen instalasi listrik yang diperlukan
dalam pemasangan instalasi listrik.
4. Menggambar simbol-simbol Instalasi listrik dan
penerangan.
5. Menggambar Single line Diagram dan Wiring Diagram
Instalasi listrik.

A. Pendahuluan
Instalasi listrik adalah suatu bagian penting dalam
sebuah bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik dari instalasi pengusaha ketenagalistrikan ke titik-titik
beban. Penyaluran tenaga listrik harus sesuai dengan
peraturan yang telah distandarisasi oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN) dengan menerbitkan Persyaratan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) sebagai panduan umum (rujukan)
instalasi listrik. maksud dan tujuan Persyaratan Umum
Instalasi Listrik ialah agar pengusahaan instalasi listrik
terselenggara dengan baik, untuk menjamin keselamatan

- 141 -
142| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik


berserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya
dari kebakaran yang ditimbulkan akibat listrik, dan
perlindungan lingkungan.
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini,
harus pula diperhatikan ketentuan yang terkait dengan
dokumen yaitu undang undang no. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, undang-undang No. 15 tahun 1985
tentang Ketenagalistrikan, undang-undang No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, peraturan
Pemerintah RI No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik, Peraturan Pemerintah No. 25
tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik,
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan, dan
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan
Akreditasi dalam Lingkungan pertambangan dan energy.
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan
peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus
diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi
listrik, antara lain:
1. Syarat ekonomis; Instalasi listik harus dibuat sedemikian
rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi itu mulai
dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya
semurah mungkin, kerugian daya listrik harus sekecil
mungkin.
2. Syarat keamanan; Instalasi listrik harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak
Instalasi Kelistrikan |143

membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan


dan benda benda disekitarnya dari kerusakan akibat dari
adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat,
tegangan lebih, beban lebih dan sebagainya.
3. Syarat keandalan (kelangsungan kerja); Kelangsungan
pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin
secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncana
sedemikian rupa sehingga kemungkinan terputusnya
atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.

B. Simbol-simbol Instalasi Listrik dan Penerangan


Seorang teknisi atau ahli listrik Selain menguasai
peraturan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan
instalasi, juga harus mahir membaca gambar instalasi.
Denah ruangan yang akan dilengkapi dengan instalasi pada
umumnya digambar dengan skala. Pada denah ini gambar
instalasi yang akan dipasang menggunakan lambang atau
simbol-simbol instalasi listrik dan penerangan yang
berlaku. lambang-lambang atau simbol-simbol instalasi
listrik dan penerangan yang sesuai dengan standar PUIL
2000 sebagai berikut:
144| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Tabel Simbol Gambar Diagram Saluran Arus Kuat


Instalasi Kelistrikan |145
146| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |147
148| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Tabel Simbol Gambar Diagram untuk Instalasi Pusat


dan Gardu Induk
Instalasi Kelistrikan |149
150| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |151
152| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |153

Tabel Simbol Diagram untuk Gambar Instalasi Bangunan


154| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |155
156| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |157
158| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Instalasi Kelistrikan |159

C. Komponen Instalasi Listrik


Komponen instalasi listrik adalah komponen atau
bahan yang diperlukan dalam pemasangan instalasi listrik.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pemasangan instalasi
listrik diantaranya:
1. Bargainser (meteran Listrik)

Gambar 6.1 Bargainser (meteran Listrik)


160| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Bargainser merupakan alat yang berfungsi sebagai


pembatas daya listrik yang masuk ke rumah tinggal,
sekaligus juga berfungsi sebagai pengukur jumlah daya
listrik yang digunakan rumah tinggal tersebut (dalam
satuan kWh). Ada berbagai batasan daya yang
dikeluarkan oleh PLN untuk konsumsi rumah tinggal,
yaitu 220 VA, 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA.
Pada bargainser terdapat tiga bagian utama, antara
lain yaitu:
a. MCB atau Miniature Circuit Breaker, berfungsi
untuk memutuskan aliran daya listrik secara
otomatis jika daya yang dihantarkan melebihi nilai
batasannya. MCB ini bersifat on/off dan dapat juga
berfungsi sebagai sakelar utama dalam rumah. Jika
MCB bargainser ini dalam kondisi off, maka seluruh
aliran listrik dalam rumah pun terhenti. Sakelar ini
biasanya dimatikan pada saat akan dilakukan
perbaikan instalasi listrik dirumah.
b. Meter listrik atau kWh meter, alat ini berfungsi
untuk mengukur besaran daya yang digunakan oleh
rumah tinggal tersebut dalam satuan kWh (kilowatt
hour). Pada bargainser, meter listrik berwujud
deretan angka secara analog ataupun digital yang
akan berubah sesuai penggunaan daya listrik.
c. Spin Control, merupakan alat kontrol penggunaan
daya dalam rumah tinggal dan akan selalu berputar
selama ada daya listrik yang digunakan. Perputaran
spin control ini akan semakain cepat jika daya listrik
yang digunakan semakin besar, dan akan melambat
jika daya listrik yang digunakan berkurang/sedikit.
Pada kanal output Bargainser biasanya terdapat 3
Instalasi Kelistrikan |161

kabel, yaitu kabel fasa, kabel netral dan kabel ground


yang dihubungkan ketanah. Listrik dari PLN harus
dihubungkan dengan bargainser terlebih dahulu
sebelum masuk ke instalasi listrik rumah tinggal.

2. Pengaman Listrik
Instalasi listrik rumah tinggal membutuhkan
pengaman yang berfungsi untuk memutuskan rangkaian
listrik apabila terjadi gangguan pada instalasi listrik rumah
tinggal tersebut, seperti gangguan hubung singkat atau
short circuit atau korsleting. Terdapat dua jenis pengaman
listrik pada instalasi listrik rumah tinggal, yaitu:
a. Pengaman lebur biasa atau biasa disebut sekering, alat
pengaman ini bekerja memutuskan rangkaian listrik
dengan cara meleburkan kawat yang ditempatkan
pada suatu tabung apabila kawat tersebut dialiri
arus listrik dengan ukuran tertentu.

Gambar 6.2 Pengaman Lebur (Fuse)

b. Pengaman listrik thermis, biasa disebut MCB dan


merupakan alat pengaman yang akan memutuskan
rangkaian listrik berdasarkan panas.
162| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar 6.3 Pengaman Listrik Thermis (MCB)

3. Sakelar
Sakelar atau switch merupakan komponen instalasi
listrik yang berfungsi untuk menyambung atau
memutus aliran listrik pada suatu pemghantar.
Berdasarkan besarnya tegangan, sakelar dapat
dibedakan menjadi:
a. Sakelar bertegangan rendah.
b. Sakelar tegangan menengah.
c. Sakelar tegangan tinggi serta sangat tinggi.

Sedangkan berdasarkan tempat dan pemasangannya,


sakelar dapat dibedakan menjadi:
a. Sakelar in-bow, sakelar yang ditanam didalam
tembok.
b. Sakelar out-bow, sakelar yang dipasang pada
permukaan tembok.

Jenis sakelar berikutnya dapat dibedakan


berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Sakelar on-off, merupakan sakelar yang bekerja
menghubungkan arus listrik jika tombolnya ditekan
pada posisi on. Untuk memutuskan hubungan arus
Instalasi Kelistrikan |163

listrik, tombol sakelar harus ditekan pada posisi off.


Sakelar jenis ini biasanya digunakan untuk sakelar
lampu.

Gambar 6.4 Saklar On-Off

b. Sakelar push-on, merupakan sakelar yang


menghubungkan arus listrik jika tombolnya ditekan
pada posisi on dan akan secara otomatis memutus
arus listrik, ketika tombolnya dilepas dan kembali ke
posisi off dengan sendirinya. Biasanya sakelar jenis
ini digunakan untuk sakelar bel rumah.

Gambar 6.5 Saklar Push On-Off


164| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Berdasarkan jenis per-unitnya, sakelar dapat


dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Sakelar tunggal, merupakan sakelar yang hanya
mempunyai satu buah kanal input yang terhubung
dengan sumber listrik, serta kanal output yang
terhubung dengan beban listrik/alat listrik yang
digunakan.
b. Sakelar majemuk, merupakan sakelar yang memiliki
satu buah kanal input yang terhubung dengan
sumber listrik, namun memiliki banyak kanal output
yang terhubung dengan beberapa beban/alat listrik
yang digunakan. Jumlah kanal output tergantung
dari jumlah tombol pada sakelar tersebut.

Gambar 6.6 Saklar In-Bow Tunggal & Majemuk

4. Stop Kontak
Stop kontak, sebagian mengatakan outlet,
merupakan komponen listrik yang berfungsi sebagi
muara hubungan antara alat listrik dengan aliran listrik.
Agar alat listrik terhubung dengan stop kontak, maka
diperlukan kabel dan steker atau colokan yang nantinya
akan ditancapkan pada stop kontak.
Instalasi Kelistrikan |165

Gambar 6.7 Pengaman Listrik thermis (MCB)

Berdasarkan bentuk serta fungsinya, stop kontak


dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Stop kontak kecil, merupakan stop kontak dengan
dua lubang (kanal) yang berfungsi untuk
menyalurkan listrik pada daya rendah ke alat-alat
listrik melalui steker yang juga berjenis kecil.
b. Stop kontak besar, juga nerupakan stop kontak
dengan dua kanal AC yang dilengkapi dengan
lempeng logam pada sisi atas dan bawah kanal AC
yang berfungsi sebagai ground.sakelar jenis ini
biasanya digunakan untuk daya yang lebih besar.
c. Sedangkan berdasarkan tempat pemasangannya.
Dikenal dua jenis stop kontak, yaitu:
d. Stop kontak in bow, merupakan stop kontak yang
dipasang didalam tembok.
e. Stop kontak out bow, yang dipasang diluar tembok
atau hanya diletakkan dipermukaan tembok pada
saat berfungsi sebagai stop kontak yang tidak tetap
atau dapat dipindahkan.
166| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

5. Steker
Steker atau Staker atau yang kadang sering disebut
colokan listrik, karena memang berupa dua buah
colokan berbahan logam dan merupakan alat listrik yang
yang berfungsi untuk menghubungkan alat listrik
dengan aliran listrik, ditancapkan pada kanal stop
kontak sehingga alat listrik tersebut dapat digunakan.

Gambar 6.8 Pengaman Listrik Thermis (MCB)

Berdasarkan fungsi dan bentuknya, steker juga


memliki dua jenis, yaitu:
a. Steker kecil, merupakan steker yang digunakan untuk
menyambung alat-alat listrik berdaya rendah,
misalnya lampu atau radio kecil, dengan sumber
listrik atau stop kontak.
b. Steker besar, merupakan steker yang digunakan
untuk alat-alat listrik yang berdaya besar, misalnya
lemari es, microwave, mesin cuci dan lainnya,
dengan sumber listrik atau stop kontak. Steker jenis
ini dilengkapi dengan lempeng logam untuk kanal
ground yang berfungsi sebagai pengaman.
Instalasi Kelistrikan |167

6. Kabel
Kabel listrik merupakan komponen listrik yang
berfungsi untuk menghantarkan energi listrik ke
sumber-sumber beban listrik atau alat-alat listrik.
Untuk instalasi listrik rumah tinggal, kabel yang
digunakan biasanya berjenis sebagai berikut:
a. NYA, kabel jenis ini merupakan kabel listrik yang
berisolasi PVC dan berintikan/berisi satu kawat.
Jenisnya adalah kabel udara atau tidak ditanam
dalam tanah. Kabel listrik ini biasanya berwarna
merah, hitam, kuning atau biru. Isolasi kawat
penghantarnya hanya satu lapis, sehingga tidak
cukup kuat terhadap gesekan, gencetan/tekanan
atau gigitan binatang seperti tikus. Karena
kelemahan pada isolasinya tersebut maka dalam
pemasangannya diperlukan pelapis luar dengan
menggunakan pipa conduit dari PVC atau besi.

Gambar 6.9 Kabel NYA

b. NYM, merupakan kabel listrik yang berisolasi PVC


dan berintikan kawat lebih dari satu, ada yang 2, 3
atau 4. Jenis kabel udara dengan warna isolasi luar
168| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

biasanya putih dan warna isolasi bagian dalam


beragam, karena isolasi yang rangkap inilah maka
kabel listrik NYM ini relative lebih kuat terhadap
gesekan atau gencetan/tekanan.

Gambar 6.10 Kabel NYM

c. NYY, kabel listrik jenis ini merupakan kabel


berisolasi PVC, berintikan 2, 3 atau 4 dengan warna
isolasi luarnya hitam. Jenis kabel tanah, sehingga
tahan terhadap air dan gencetan atau tekanan.

Gambar 6.11 Kabel NYY

d. NYMHYO, kabel jenis ini merupakan kabel serabut


dengan dua buah inti yang terdiri dari dua warna.
Kabel jenis ini biasa digunakan pada loudspeaker,
sound sistem, lampu-lampu berdaya kecil sampai
sedang.
Instalasi Kelistrikan |169

Gambar 6.12 Kabel NYMHYO

D. Gambar Instalasi Listrik Penerangan


Dalam merencanakan dan menggambar Instalasi listrik
penerangan, terlebih dahulu yang harus dipahami adalah
diagram satu garis (single line diagram) dan diagram
pengawatannya.
1. Single Line Diagram (SLD) atau diagram satu garis
dikenal juga sebagai diagram lokasi. Pada diagram ini
menjelaskan lokasi dari komponen listrik yang akan di
instalasi dihubungkan dengan satu garis yang bisa juga
direpresentasikan sebagai sebuah pipa instalasi yang
didalamnya terdapat beberapa kabel instalasi dengan
jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan
kondisi instalasi yang diperlukan. Jumlah kabel dalam
pipa pada SLD ini bisa kita tentukan ketika kita
mengetahui bagaimana gambar wiring diagramnya.
2. Wiring Diagram (WD) atau dikenal juga dengan nama
diagram pengawatan adalah hal yang penting dalam
perencanaan awal sebuah instalasi. Jika dari diagram
satu garis kita dapat memprediksi jumlah kabel yang
terdapat pada sebuah jalur pipa instalasi, maka dengan
diagram pengawatan kita bisa memprediksi berapa
170| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

panjang kabel yang dibutuhkan, spesifikasi fasilitas yang


harus disiapkan, pelacakan jalur instalasi ketika terjadi
renovasi, bahkan memudahkan ketika terjadi problem
jalur instalasi dan sebagainya.

Contoh-contoh gambar instalasi listrik sederhana yang


terdapat Diagram satu garis dan diagram pengawatan:
1. Instalasi Saklar Tunggal dan Satu Lampu
Gambar dibawah ini adalah gambar SLD dan WD
yang menjelaskan tentang instalasi saklar tunggal untuk
mengendalikan satu buah lampu.

Gambar 6.13 Instalasi Saklar Tunggal dan Satu Lampu

2. Instalasi Saklar Seri dan Dua Lampu


Gambar dibawah ini adalah gambar SLD dan WD
yang menjelaskan tentang instalasi saklar seri untuk
mengendalikan dua buah lampu

Gambar 6.14 Instalasi Saklar Seri dan 2 Buah Lampu


Instalasi Kelistrikan |171

3. Instalasi Saklar Tunggal dan Stop Kontak dengan Satu


Buah Lampu
Gambar dibawah ini adalah gambar SLD dan WD
yang menjelaskan tentang instalasi saklar tunggal untuk
mengendalikan satu lampu, dimana letak saklar tunggal
berdampingan dengan sebuah stop kontak.

Gambar 6.15 Instalasi Saklar Tunggal dan Stop Kontak


dengan 1 Lampu

4. Instalasi Saklar Seri dan Stop Kontak serta Dua Buah


Lampu
Gambar dibawah ini adalah gambar diagram satu
garis dan diagram pengawatan yang menjelaskan tentang
instalasi saklar seri untuk mengendalikan dua buah lampu,
dimana letak saklar seri berdampingan dengan sebuah
stop kontak.

Gambar 6.16 Instalasi Saklar Seri dan Stop Kontak


serta Dua Buah Lampu
172| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Gambar instalasi listrik penerangan secara lengkap


berdasarkan PUIL 2000 adalah:
1. Gambar Situasi
Gambar situasi merupakan gambar yang digunakan
untuk menyatakan letak atau posisi bangunan yang akan
dipasang instalasi listrik, serta rencana penyambungan
dengan jaringan listrik pemasok atau PLN. Gambar situasi
ini merupakan gambar yang paling awal dibuat sebelum
melakukan perencanaan selanjutnya.

Gambar 6.17 Gambar Situasi

2. Gambar Denah Rumah Instalasi Listrik

Gambar 6.18 Gambar Denah Rumah Instalasi Listrik


Instalasi Kelistrikan |173

Denah bangunan adalah suatu gambar yang


menunjukkan lokasi dari berbagai ruangan dan
kegunaannya, jendela, pintu, tangga, gang dan
sebagainya pada suatu rumah tinggal tertentu. Denah-
denah sebaiknya digambar dengan skala 1 : 100 atau 1 :
50 tergantung pada ukuran kertas yang digunakan dan
pada luasnya bangunan.

3. Gambar Diagram Satu Garis Instalasi Listrik


Gambar diagram satu garis menjelaskan lokasi dari
komponen-komponen listrik yang akan diinstalasi
dihubungkan dengan satu garis yangisa juga
direpresentasikan sebagai sebuah pipa instalasi yang
didalamnya terdapat beberapa kabel instalasi dengan
jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan
kondisi instalasi yang diperlukan.

Gambar 6.19 Gambar Diagram Satu Garis Instalasi Listrik


174| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

4. Gambar Diagram Pengawatan Instalasi Listrik


Gambar diagram Pengawatan Instalasi litrik adalah
gambar yang menunjukkan keseluruhan jalur-jalur kabel
secara lengkap beserta dengan komponen-komponen
listriknya, sehingga orang yang akan mengerjakan
pemasangan instalasi listrik ini akan mudah mengetahui
dan memahami secara detail letak, dan jumlah
komponen-komponen listrik.

Gambar 6.20 Gambar Diagram Pengawatan Instalasi


Listrik

↜oOo↝
TUGAS-TUGAS

TUGAS 1
1. Jelaskan Hukum Ohm, Hukum Kirchoff, Hukum
Faraday, Hukum Oerstead, dan hukum Gaya Lorentz!
2. Jelaskan sifat-sifat magnet!
3. Jelaskan Jenis-jenis magnet!
4. Jelaskan cara membuat magnet!

TUGAS 2
1. Jelaskan jenis-jenis komponen elektronika Aktif!
2. Jelaskan jenis-jenis komponen elektronika Pasif!
3. Jelaskan fungsi, bagian dan cara kerja dari Power supply!
4. Jelaskan fungsi, bagian dan cara kerja dari Inverter!
5. Jelaskan fungsi, bagian dan cara kerja dari UPS!

TUGAS 3
1. Jelaskan fungsi, bagian-bagian dan cara menggunakan
Test Pen untuk mendeteksi sumber listrik!
2. Jelaskan fungsi, bagian-bagian dan cara menggunakan
Clamp meter untuk mengukur Arus listrik!
3. Jelaskan fungsi, bagian-bagian dan cara menggunakan
Multimeter untuk mengukur Arus, tegangan dan
hambatan!
4. Jelaskan fungsi, bagian-bagian dan cara menggunakan
Megger Test untuk pengukuran isolasi alat listrik!

- 175 -
176| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

TUGAS 4
1. Rancanglah sebuah rangkaian listrik tertutup yang
terdiri dari sumber daya berupa baterai dan beban
berupa lampu pijar. Kabel pada rangkaian tersebut
mampu menghantarkan arus listrik sebesar 5 ampere
dan baterai yang dipakai menghasilkan tegangan sebesar
64 Volt. Akan tetapi, lampu pijar pada rangkaian
tersebut hanya dapat menyala jika dialiri listrik sebesar
48 volt sehingga kamu harus memasang resistor untuk
menurunkan tegangan dari baterai. Berapa besar
resistansi yang diperlukan pada resistor yang dipakai?
2. Jika kita mempunyai suatu Aki mobil dengan label 250
Ah 24Vdc, dan mempunyai beban pemakaian pada aki
tersebut 150 W, Hitunglah waktu pemakaian Aki.
3. Jika kita mempunyai suatu Aki mobil dengan label 100
Ah 12 Vdc, ingin diisi ulang (charge) selama 5 jam.
Hitunglah besar arus pengisian dan daya kaspasitas
charge.
4.

Vs R1 R2 R3 R4

Diketahui: R1 = 15 Ώ R4 = 45 Ώ
R2 = 25 Ώ
R3 = 35 Ώ Vs = 48 Volt
ditanyakan: Rtotal = …. Ώ Itotal = ….. A
IR1 = …. A IR3 = …. A
IR2 = …. A IR4 = … A

↜oOo↝
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adiarta. A. (2017). Dasar-dasar Instalasi. Depok: Rajagrafindo


Persada.

Badan Standarisasi Nasional SNI 04-0225-2000. Persyaratan


Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000).

Linsley, T. (1998). Instalasi Listrik dasar. Jakarta: Erlangga.

Mismail, B. (1995). Rangkaian Listrik Jilid Kedua. Bandung: ITB


Bandung.

Mismail, B. (1995). Rangkaian Listrik Jilid Pertama. Bandung:


ITB Bandung.

Mismail, B. (2006). Dasar Teknik Elektro. Malang: Bayumedia


Publishing.

Noersasongko, W. (2002). Pedoman dasar Elektronika untuk


Pemula. Pekalongan: Toko Buku Agency.

Scaddan, B. (2003). Instalasi Listrik Rumah Tangga. Jakarta:


Erlangga.

Suryatmo, F. (1974). Teknik Listrik Arus Searah. Jakarta: Bumi


Aksara.

Zuhal. (1988). Dasar Teknik Listrik dan elektronika Daya.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

- 177 -
178| Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika

Internet:

http://www.sitepoint.com

http://www.wikipedia.com

http://www.Laboratoria.com

http://www.enjiner.com

http://www.teknikelektronika.com

http://www.gurupendidikan.co.id

http://www.scientricalengineering.wordprees.com

http://www.dunialistrik.com

http://www.fisikazone.com

http://www.teknik-otomotif.com

http://www.elkatechno.blogspot.com

http://www.rumushitung.com

http://www.berpendidikan.com

http://www.dimensidata.com

http://www. sentraljagalan.wordpress.com

http://www.studiobelajar.com

http://www.instalasilistrikrumah.wordpress.com

http://www.harmawantecno.blogspot.com

http://www.namasayaruhiat.blogspot.com

http://www.blogteknisi.com
Daftar Pustaka |179

http://www.listrik-praktis.blokspot.com

http://www.rumahmu.web.id

http://www.abi-blog.com

http://www.tokopedia.com

http://www.harga-kabel.blogspot.com

http://www.kabelnyyindonesia.blogspot.com

http://www.harga-kabel.blogspot.com

http://www.dbudik.blogspot.com

http://www.margionoabdil.blogspot.com

↜oOo↝
Tentang Penulis

Muhammad Naim, S.T., M.T., memulai karier


akademiknya pada tahun 2005 sebagai dosen muda
di Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin
Akademi Teknik Soroako. Gelar sarjana diperoleh
pada tahun 1999 dari Universitas Muslim Indonesia
Makassar, Fakultas Teknik, jurusan Teknik Elektro
Arus Kuat, dengan skripsi tentang Perencanaan
Belitan Motor Induksi Enam Kutub Tiga Puluh
Enam Alur. Gelar master diperoleh pada tahun 2015 dari Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar jurusan Teknik Elektro,
dengan tesis “Analisis Pengaruh Perubahan Belitan Stator Motor Induksi
1 Fasa Starting Kapasitor Menjadi Belitan Stator 3 Fasa terhadap Arus,
Tegangan dan Putaran Motor pada Mesin Bor Meja”. Pernah menjabat
sebagai Kepala Laboratorium Otomasi Program Studi Perawatan dan
Perbaikan Mesin Akademi Teknik Soroako antara tahun 2010 sampai
tahun 2012. Kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian PSDM dan
Pelatihan Akademi Teknik Soroako antara tahun 2018 sampai 2019. Saat
ini ia menjabat sebagai Ketua LSP Akademi Teknik Soroako dan Ketua
Tim Pengabdian kepada Masyarakat.
Buku Ajar
Teori Dasar Listrik dan Elektronika
Seorang teknisi perawatan dan perbaikan mesin lulusan institusi
vokasi membutuhkan pengetahuan tentang dasar listrik dan
elektronika sebagai pengetahuan tambahan untuk melakukan
proses perbaikan dan pemeliharaan pada mesin-mesin yang
membutuhkan energi listrik sebagai sumber energi utamanya.
Pengetahuan dan pemahaman tentang dasar listrik dan
elektronika sebagai pengetahuan tambahan untuk melakukan
proses perbaikan dan pemeliharaan pada mesin-mesin dapat
diperoleh melalui proses pendidikan di institusi pendidikan tinggi
vokasi, baik itu politeknik maupun akademi teknik.
Buku ini berisi tentang teori dasar listrik, hukum-hukum dasar listrik,
teori kemagnetan, komponen-komponen elektronika, jenis-jenis
alat ukur dan pengukuran besaran listrik, perhitungan besaran
listrik, dan dasar instalasi kelistrikan. Untuk meningkatkan
kompetensi mahasiswa, pada beberapa pokok bahasan
mahasiswa diberi tugas latihan untuk menerapkan apa yang
dipelajari dangan cara mengerjakan tugas yang ada pada
bagian akhir buku ini.

Anda mungkin juga menyukai