Anda di halaman 1dari 41

BAB III

PROBLEM WATER CONING

Dalam dunia perminyakan mengeksploitasi dan memproduksikan minyak


dan gas bumi yang sebesar-besarnya dari suatu lapangan minyak adalah tujuan
dari setiap orang ahli perminyakan. Tetapi pada kenyataannya hasil produksi
ytang diperoleh sering mengalami hambatan, yang pada ahkirnya menurunkan
produksi minyak dan gas yang dihasilkan.
Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya lajuproduksi suatu
sumur adalah karena adanya air dan atau gas yang menembus lapisan minyak.

3.1. Pengertian Coning


Pengertian coning sering dikacaukan dengan fingering karena kedua-
duanya terjadi dari gradien tekanan yang dihasilkan antara tekanan flowing
dilubang sumur (Pwf) dengan tekanan mula-mula pada batas gas-minyak (BGM)
atau pada batas air-minyak (BAM) selama produksi dari sumur.
Fingering terjadi bila gradien tekanan flowing menyebabkan gas atau
mengalir sepanjang bidang perlapisan (Gambar 3.1)
Coning terjadi bila gradien flowing terlalu besar dekat lubang bor
menyebabkan gas atau air memotong bidang perlapisan . (Gambar 3.2)
Coning dari air atau gas pada sumur produksi terjadi bila produksi fluida-
fluida tersebutmenyebabakan flowing gradient yang tinggi disekitar lubang bor.
Gradient tekanan ini mempunyai kecenderungan menurunkan Batas Gas Minyak
(BGM) dan menaikkan Batas Air Minyak (BAM) didekat sumur. Gaya gravitasi
yang disebabkan perbedaan berat jenis minyak dengan berat jenis air/gas
mempunyai kecenderungan untuk mengimbangi flowing gradient tadi, sehingga
menyebabkan gas tetap diatas dan air tetap dibawah zone minyak. Bila gaya-gaya
yang timbul disebabakan gradient lebih besar dari gaya gravitasi dilubang bor
maka gas/water coning terjadi dan menyebabkan gas/air terproduksi bersama-
sama minyak.
Suatu cone yang stabil terjadi pada saat sebagai berikut :
Sumur diproduksikan pada rate yang konstan.
Gradien tekanan dalam daerah pengurasan konstan.
Gradien tekanan aliran lebih kecil daripada gaya gravitasi.

Gambar 3.1. Water Dan Gas Fingering 2)

Gambar 3.2. Water Coning 2)


Ketika gradien tekanan aliran menjadi cukup untuk melebihi gaya
gravitasi, bentuk air atau gas akan berupa cone yang tidak stabil, yang akan maju
ke lubang perforasi sehingga akan terjadi coning, dapat berupa water coning, gas
coning atau water dan gas conig terjadi secara bersamaan, jika di reservoir
tersebut mempunyai gas cap dan aquifer (mempunyai GOC maupun WOC).
Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Kondisi Water Dan Gas Conig


(T = top, B = bottom) 2)

Parameter-parameter yang mempengaruhi terjaadinya coning :


Jarak antara lubang perforasi terhadap water oil contact (WOC) maupu gas
oil contact (GOC).
Perbandingan permeabilitas horisontal batuan dan permeabilitas vertikal
batuan.
Bila permeabilitas vertikal batuan lebih besar daripada permeabilitas
horisontal, maka akan lebih mudah terjadi coning dibandingkan bila
permeabilitas vertikal lebih besar daripada permeabilitas horisontal.
Perbedaan densitas fluida
Coning dapat terjadi karena adanya perbedaan densitas antara gradien tekanan
aliran dengan gravitasi disekitar lubang bor. Bila perbedaan dan sifat antara
minyak-air dan minyak-gas besar, maka gravitasinya besar sehingga kecil
kemungkinan terjadi coning. Tetapi sebaliknya bila pebedaan densitas fluida
kecil, maka gaya gravitasi kecil sehingga mudah terjaadi coning.
Kesetimbangan antara gaya gravitasi yang disebabkan perbedaan densitas
fluida dengan gradien tekanan aliran yang mengakibatkan fluida harus dicapai
untuk mencegah terjadinya water dan gas coning. Dengan demikian sangat
mungkin terjadi water coning jika :
………………………………………………(3-1)
dan sangat mungkin terjadi gas coning jika :
………………………………………………(3-2)
dimana :
P = (Psi)
= SG air formasi
= SG minyak
= SG gas
= jarak vertikal dari batas bawah komplesi dengan initial WOC
= jarak vertikal dari batas atas komplesi dengan initial GOC
Dari Persamaan (3-1) dan (3-2) diatas maka untuk menghindari
terbentuknya water coning dan gas coning diperlukan kesetimbangan antara
P dengan gaya gravitasi dari fluida.

3.2. Penentuan Laju Produksi Kritis


Perencanaan laju produksi minyak dari suatu sumur yang
menembus lapisan minyak-air atau lapisan minyak-gas haruslah dijaga pada
suatu harga tertentu yang akan mencegah air dan atau gas agar tidak masuk
lubang sumur. Masuknya air dan atau gas ke dalam lubang sumur akan
menurunkan produksi minyak, sehingga laju produksi minyak hartuslah
seoptimum mungkin tanpa terjadinya water dan gas coning.
Pengertian laju produksi kritis adalah laju produksi yang merupakan
batas agar tidak terjadi water coning atau gas coning. 13)
Diatas laju produksi kritis ini gradien tekanan alir di sekitar lubang sumur
akan menyebabkan air atau gas atau keduanya mengalir ke lubang sumur.
Dari arti laju kritis diatas dapat dipastikan bahwa dengan laju produksi
kritis maka cone yang stabil akan terbentuk. Dengan cone yang stabil ini
maka terbentuk suatu keadaan yang kritis dimana cone yang stabil dapat
berubah menjadi cone yang tidak stabil jika produksi dinaikkan dan akan
menyebabkan air atau gas atau keduanya akan terproduksi ke permukaan.

3.2.1. Penentuan Laju Kritis Dengan Metode Chierici et . al.


Chierici 17)
mengembangkan metode untuk menentukan laju
produksi kritis suatu sumur, berdasarkan pada model potentiometrik.
Dasar penggunaan model potentiometrik ini adalah bahwa kecepatan ion
pada sistem elektrolit sebanding dengan gradiuen potensial. Hal ini
digunakan untuk mewakili kondisi aliran dalam media berpori, dimana
kecepatan suatu partikel sebanding dengan gradien tekanan. Supaya
kondisi model aliran fluida berpori sesuai dengan model potentiometrik,
maka perlu dilakukan beberapa anggapan, yaitu :
Aliran mantap.
Fluida incompresible.
Batuan berpori homogen.
Tekanan kapiler diabaikan.
Pada kondisi statis, batas antara gas minyak dan minyak air
horisontal.
Ukuran aquifer terbatas dan tidak berpengaruh terhadap daya
dorong reservoir.
Pengembangan tudung gas sangat lambat, sehingga gradien
potensial di tudung gas diabaikan.
Dengan menggunakan mode potentiometrik tersebut Cherici
mempelajari pengaruh letak lubang perforasi terhadap perkembangamn
batas gas-minyak dan minyak-air di sekitar lubang sumur, sebagai fungsi
dari :
Perbedaan densitas gas-minyak dan air-minyak.
Permeabilitas batuan dalam arah vertikal dan horisontal.
Tebal lapisan minyak.
Tebal dan letak interval/selang perforasi.
Sifat-sifat fisika minyak.
Dimensi daerah pengurasan.
Berdasarkan hasil pengamatannya Cherici menurunkan persamaan
laju produksi kritis sebagai berikut :
1. Laju produksi kritis terhadap water coning :

………(3-3)

2. Laju produksi kritis terhadap gas coning :


…..……(3-4)

dimana :
= Laju produksi kritis minyak pada water coning, BOPD
= Laju produksi keitis minyak pada gas coning, BOPD
= Ketebalan zone minyak, ft
= Perbedaan densitas minyak dan air, gr/cc
= Perbedaan densitas minyak dan gas, gr/cc
= Permeabilitaas horisontal, md
= Permeabilitas vertikal, md
= Radius pengurasan, ft
= Faktor volume formasi minyak, bbl/stb
= Viscositas minyak, cp
= Fraksi interval perforasi terhadap ketebalan zone minyak, hp/h
= Jari-jari tidak berdimensi
§ = µ § …………………………………………(3-5)
=Fungsi dari µ §
Persamaan (3-3) dan (3-4) memperlihatkan bahwa
variabel-variabel yang mempengaruhi laju produksi
kritis ialah :
Karakteristik fluida yaitu, µ §. Data-data
ini diperoleh pada kurva hasil analisa PVT.
Permeabilitaas efektif minyak horisontal dan
vertikal yang besarnya dapat ditentukan melalui
analisa coring dilaboratorium.
Ketebalan total kolom minyak (h). Data ini
diperoleh melalui analisa log.
Geometri dari sistem reservoir, yaitu µ §, yang
dinyatakan sebagai fungsi tidak berdimensi (. Harga
(ini ditentukan besarnya oleh suatu potentiometric
analyzer yang menggunakan analogi antara aliran
mantap (steady state) pada media berpori dari fluida
yang tidak dapat dimampatkan (imcompresible) dengan
aliran arus listrik pada konduktor. Hubungan antaraµ
§dengan fungsi ( sebagaimanan ditentukan oleh
potentiometric analyzer yang ditunjukkan oleh Gambar
3.4 sampai dengan Gambar 3.10. Batasan dari harga-
harga yang dipakai pada gambar-gambar tersebut ialah
:
µ §
µ §
µ §
Jika suatu sumur diproduksikan pada suatu laju
produksi kritisnya, air atau gas ataupun keduanya
akan bergerak (membentuk kerucut) menuju lubang
sumur.
Dengan demikian syarat untuk tidak terproduksinya gas
ke permukaan ialah :
µ §
Sedangkan syarat untuk tidak terproduksinya air ke
permukaan ialah :
µ §
Untuk suatu jarak tertentudari masing-masing
initial GOC dan WOC, laju produksi kritis yang
dihasilkan untuk kondisi water coning merupakan suatu
laju produksi kritis dari sumur tersebut. Hal ini
disebabkan perbedaan densitas yang lebih kecil untuk
water coning dibandingkan untuk kondisi gas coning.
Prosedur penentuan harga laju produksi kritis dengan
metode Chierici et al ialah sebagai berikut :
Data-data yang diperlukan ialah : tebal kolom
minyak (h), jari-jari pengurasan µ §, panjang
bagian yang diperforasi (L), viscositas minyakµ §,
densitas minyak µ §µ §, densitas air µ §, densitas
gas µ §, permeabilitas horisontal µ §,
permeabilitas vetikal µ § dan faktor volume formasi
minyak (Bo).
Menghitung harga µ § dengan menggunakan
Persamaan (3-5).
Menghitug harga fb/( :
µ §…………………………………………………………..(3-6)
Menghitung harga hcw/h atau hcg/h.
Dengan menggunakan harga µ § yang telah
dihitung maka pilih Gambar 3.4 sampai dengan Gambar
3.10 untuk harga µ § yang sesuai.
Dengan menggunakan Persamaan (3-3) dan (3-4)
hitung harga µ § dan µ §
Dari perhitungan µ § dan µ § bandingkan harga
kedua laju tersebut dan pilih harga yang paling
kecil kemudian harga tersebut merupakan laju
produksi kritis dari sumur tersebut.

Gambar 3.4
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 5 2)
Gambar 3.5
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 10 2)
Gambar 3.6
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 20 2)
Gambar 3.7
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 30 2)

Gambar 3.8
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 40 2)

Gambar 3.9
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 60 2)
Gambar 3.10
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 80 2)
3.2.2. Penentuan Laju Alir Kritis Dengan Metode Pudjo
Sukarno
Penentuan harga ( dari metode Chierici memrlukan
perhitungan grafis yang rumit dan dapat mengurangi
ketelitian. Untuk maksud tersebut, harga ( ditentukan
dari persamaan Pudjo Sukarno dan Eko Rachmansyah Gindo
13) yang diturunkan dari grafik-grafik Chierici.
Asumsi yang digunakan dalam metode Pudjo sukarno
adalah sama dengan asumsi yang digunakan dalam metode
Chierici, perbedaannya terletak pada pembacaan grafik
fungsi dari µ § untuk mencari harga (.
Dari Persamaan (3-3) dan (3-4) diketahui bahwa laju
produksi kritis akan meningkat dengan bertambahnya
harga ( pada suatu data sifat fisik minyak, gas dan
air serta sifat batuan yang tepat. Selain itu harga
( dipengaruhi letak selang perforasi terhadap tebal
kolom minyak. Dengan analisa regresi dibuat hubungan
anthrax µ § dengan µ §, dinyatakan dalam bentuk log-
log sebagai berikut :
Untuk minyak-air
µ §……………………………….…………(3-7)
Untuk gas-minyak
µ §…………………………………………(3-8)
Persamaan (3-7) dan (3-8) dapat ditulis sebagai
berikut :
µ §………………………………………(3-9)
µ §………………………………………(3-10)

Selanjutnya dengan memasukkan pengaruh fb ke alam


Persamaan diatas dibuat hubungan antara konstanta A
dan B untuk Persamaan (3-7) dan (3-8) didapatkan :
µ §…………………………….………………(3-11)
µ §…………………………………………………….(3-12)
dimana :
µ §………………………….(3-13)
µ §……………………….(3-14)
µ §…………………(3-15)
µ §………………………(3-16)
Prosedur penentuan laju produksi krtitis dengan metode
Pudjo Sukarno adalah sebagai berikut :
Data-data yang diperlukan ialah : tebal kolom minyak
(h), jari-jari pengurasan µ §, panjang bagian yang
diperforasi (L), viscositas minyakµ §, densitas minyak µ §µ
§, densitas air µ §, densitas gas µ §, permeabilitas
horisontal µ §, permeabilitas vetikal µ § dan faktor volume
formasi minyak (Bo).
Menghitung harga µ § dengan menggunakan Persamaan (3-
5).
Penentuan harga C, D, E, dan F dengan Persamaan (3-
13), (3-14), (3-15) dan (3-16).
Penentuan harga µ §dengan Persamaan (3-9)
Dengan menggunakan Persamaan (3-3) dan (3-4) hitung
harga µ § dan µ §.

3.2.2. Penentuan Laju Kritis Dengan Metode Pirson, Meyer Dan


Gardner
Pirson µ § dan kawan-kawan menurunkan Persamaan
matematis untuk penentuan laju kritis dengan assumsi-
assumsi sebagai berikut :
Reservoir homogen isotropik.
Aliran fluida steady state.
Fluida reservoir incompresible.
Tidak ada aliran ke dalam sumur pada zona air.
Tekanan kapiler diabaikan.
Persamaan-persamaan laju kriotis yang dikembangkan
oleh Pirson dibagi dalam tiga kasus sebagai berikut :
Untuk Sistem Gas – Minyak
µ §……………(3-17)
Untuk Sistem Minyak – Air
µ §……………(3-18)
c. Untuk Sistem Gas – Minyak –Air
µ §
……………………………………………………………………(3-19)
µ §…………………………….….(3-20)

dimana :
k = Permeabilitas efektif minyak, md
o
( = Densitas air, gr/cc
w
(o = Densitas minyak, gr/cc

(g = Densitas gas, gr/cc

( = Viscositas minyak, cp
o
h = Ketebalan lapisan minyak , ft
h = Panjang interval perforasi, ft
c
D = Jarak antara puncak zona minyak ke
perforasi terbawah, ft

Prosedur penentuan harga laju produksi kritis denga


metode Pirson et al ialah sebagai berikut :
1. Data-data yang diperlukan ialah : tebal kolom
minyak (h), jari-jari pengurasan µ §, panjang
bagian yang diperforasi (hc), viscositas minyakµ §,
densitas minyak µ §µ §, densitas air µ §, densitas
gas µ §, permeabilitas efektif minyak µ §, faktor
volume formasi minyak (Bo), jari-jari sumur µ §
2. Menghitung harga D dengan menggunakan Persamaan
(3-20).
3. Dengan menggunakan ersamaan (3-16) dan (3-17)
hitung harga µ § dan µ §serta Persamaan (3-19) untuk
menghitung harga µ §.
Dari perhitungan µ § dan µ § bandingkan harga kedua
laju tersebut dan pilih harga yang paling kecil
kemudian harga tersebut merupakan laju produksi kritis
dari sumur tersebut.

µ §3.2.3. Penentuan Laju Alir Kritis Metode Boyun Guo Dan


R.LH. Lee 15)
Asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan
laju alir minyak kritis yaitu dari persamaan aliran
sebagai berikut ;
Reservoir minyak homogen.
Berlaku aliran steady state.
Tekanan kapiler diabaikan
Lubang sumur vertical dan lurus.
Skin effect diabaikan.
Pada kondisi aliran steady state, persamaan
Laplace adalah persamaan governing untuk aliran
massa. Persamaan governing untuk pola aliran radial
dapat ditulis sebagai berikut :
µ §………………………………….(3-21)
dimana fungsi potensial didefinisikan sebagai :
µ §………………………………………..(3-22)

kondisi batas untuk Persamaan (3-22) ialahµ §


Untuk pola aliran spherical Persaman dapat ditulis:
µ §………………………………………….(3-23)
dengan kondisi batas µ §
Solusi untuk Persamaan (3-21) dengan kondisi batas
adalah :
µ §…………………………………...(3-24)

Solusi untuk Persamaan (3-22) dengan kondisi batas


adalah :
µ §……………………………….(3-25)
Laju Alir
Untuk pola radial, kecepatan radial adalah sebagai
berikut :
µ §…………………………………….(3-26)
Untuk pola spherical, kecepatan radial adalah
sebagai berikut:
µ §……………………….(3-27)
dimana
µ §= sudut yang menutup critical water cone dibawah
lubang sumur.
Harga µ §dapat diperkirakan dengan Persaman:
µ §………………………………………….(3-28)
Distribusi Tekanan
Subsitusikan Persamaan (3-26) dan (3-22) kedalam
Persamaan (3-24) dan digunakan untuk tekanan yang
diberikan pada distribusi tekanan dalam pola aliran
radial adalah sebagai berikut:
µ §………..(3-29)
Subsitusikan pula Persamaan (3-27) dan (3-22)
kedalam Persamaan (3-25) untuk tekanan yang
diberikan pada distribusi tekanan dalam pola aliran
spherical adalah sebagai berikut:
µ §…….(3-30)

Menurut Persamaan (3-30), tekanan dinamik minyak dalam


interval aliran minyak adalah:
µ §…….…………(3-31)
Tekanan air statis dalam cone water adalah:
µ §………………………………(3-32)
Pada puncak stable water cone, dua tekanan adalah
sama, kondisi ini memecahkan laju kritis minyak. Jika
didefinisikan sebagai fungsi µ §………………….…………………………(3-
33)
Kondisi ini menjadi :
µ §=0…………………………….………………………………(3-34)

Pada puncak stable water cone, kondisi lain dari


pemecahan laju kritis ini adalah pada puncak dari
maksimum stable water cone, gradien tekanan minyak
dalam arah vertical adalah sama dengan gradien statis
air. Kondisi ini dapat diekspresikan dalam Persamaan
sebagai berikut:
µ §………………………………..………………………..(3-35)
subsitusikan Persamaan (3-31) dan Persamaan (3-32)
kedalam Persamaan (3-33) menjadi:
µ §……..(3-36)
dari Persamaan (3-30):
µ §………..……………………..(3-37)
kemudian subsitusikan persamaan (3-37) kedalam
Persamaan (3-36) sehingga didapat:
µ §……………………(3-38)
Penerapan pada kondisi yang diberikan dengan persamaan
(3-34) dan Persamaan (3-35) untuk Persamaan (3-38)
adalah sebagai berikut:
µ §……………..……………(3-39)
dan µ §…………………………….…………...(3-40)
Untuk kasus gradien tekanan yang rendah (tanpa
unstable cone), pertimbangan untuk tingi cone adalah
setengah jarak antara dasar lubang dan WOC mula-mula.
Sehingga diberikan melalui Persamaan sebagai berikut:
µ §………………..……………..(3-41)
Untuk kasus gradien tekanan yang tinggi (ada unstable
cone), pemecahan Persamaan (3-39) dan (3-40) untuk qs
adalah sebagai berikut:
µ §………..………(3-42)
Subsitusikan Persamaan (3-41) dan cos µ § kedalam
Persamaan berikut:
µ §……………………………….……(3-43)
yang membeikan laju kritis minyak untuk kasus gradien
tekanan rendah:
µ §………....(3-44)
Subsitusikan pula Persamaan (3-41) dan cos µ § kedalam
Persamaan (3-43) yang memberikan laju kritis minyak
untuk kasus gradien tekanan tinggi:
µ §………………………(3-45)
Hasil yang diberikan pada Persamaan (3-45) sedikit
lebih rendah dari hasil yang diberikan pada Persamaan
(3-44) ketika ratio µ §.
Dimana:

f = differensial pressure function, psi


(Rz)
go = gradien tekanan static minyak, psi/ft
gw = gradien tekanan static air, psi/ft
(g = gw-go, psi/ft
h = ketebalan zona minyak, ft
kv = permeabilitas horizontal, md
kh = permeabilitas vertical, md
P = tekanan,psi
peo = tekanan outer boundary padaatas zona minyak,
psi
po(Rz = tekanan diatas wellbore dalam interval
) aliran minyak
pw(Rz = tekanan diatas wellbore dalam kerucut air,
) psi
pwo = tekanan wellbore padaatas zona minyak, psi
qc = laju alir kritis, B/D
qr = laju alir minyak dari aliran radial, B/D
qs = laju alir minyak dari aliran spherical, B/D
qt = total laju minyak, B/D
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Rr = jarak radial dati wellbore dlam aliran
radial, ft
Rs = jarak radial dari bawah wellbore dalam
aliran spherical, ft
Rz = jarak radial dlam vertical direction dari
bawah wellbore dalam aliran spherical, ft
vr = kecepatan radial aliran minyak dalam aliran
radial, ft/sec
vs = kecepatan radial aliran minyak dalam aliran
spherical, ft/sec
( = viscositas minyak, cp
(o = sudut yang menutup water cone dibawah lubang
sumur, derajat
Z = jarak vertical dari atas zona minyak, ft
L = panjang interval perforasi, ft

Prosedur perhitungan Laju alir kritis dengan metode


Boyun Guo dan R.H.L. Lee adalah sebagai berikut:
Data-data yang diperlukan gw, go, re, rw, h, L,kh,kv.
Besarnya laju alir kritis ditentukan dengan Persamaan
(3-45).

3.2.4. Penentuan Laju Alir Kritis Dengan Metode Chaney,


Nobel Dan Rice
Chaney, Nobel dan Rice2) mengambil analisa Muskat
yaitu penyebaran potensial sekeliling sumur yang
ditembus sebagian dan dipakai pada suatu simulator.
Dari studi ini diberikan penyelesaian coning secara
grafis yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 sampai dengan
gambar 3.15.

µ §
Gambar 3.11.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 12,5
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.12.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 25 ft,
Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.13.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 50 ft,
Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.14.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 75
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.15.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 100
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)

laju produksi kritis yang diperoleh dengan


menggunakan Gambar 3.11sampai dengan Gambar 3.15
dikoreksi terhadap berbagai fluida dan
karakteristik formasi dengan mengunakan Persamaan:
µ §………………………………..(3-46)
Selain dengan menggunakan kurva diatas, laju
produksi juga dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan yang merupakan fungsi dari H yaitu:
µ § untuk H< 15 ft …………..(3-47)
µ § untuk H > 15 ft ………….(3-48)

3.2.5. Penentuan Laju Alir Kritis Dengan Sobocinki Dan


Cornelius 9)
Metode ini untuk menentukan coning dengan
mengunakan korelasi waktu tanpa dimensi td
(dimensionless time) dengan tingi cone tanpa dimensi Z
(dimensionless cone height).
Gambar 3.16.
Korelasi Z dan td 9)

Dimensionles height dapat ditentukan dengan


menggunakan Persamaan
berikut:
µ §………………………………………...(3-49)
Sedangkan waktu tanpa dimensi (dimensionless time)
ditentukan dengan menggunakan Persamaan :
µ §…………………………………….(3-50)
dimana:
(( = perbedaan densitas gr/cc
kh = permeabilitas horizontal, md
Fk = perbandingan permeabilitas vertical-horisontal
h = ketebalan lapisan minyak, ft
hc = jarak antara batas air-minyak dengan perforasi
paling bawah, ft
(o = viscositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak
t = waktu, hari
( = Eksponensial

untuk M <1 ( = 0.5 dan Mµ §1 ( = 0.6


dimana µ §…………………………………………(3-51)
3.2.6. Penentuan Laju Alir Kritis Dengan Metode Kuo Dan
Desbrisay 9)
Kuo dan Desbrisay melakukan penelitian pada
literature yang telah ada tentang water coning.
Dari metode Sobocinki dan Cornelius, diperoleh
bahwa perubahan hasil dalam bentuk persamaan adalah
sangat baik. Dalam penentuan laju alir kritis, metode
Chaney memberikan hasil yang terlalu besar dan metode
Meyer memberikan hasil yang terlalu kecil. Berdasarkan
hal ini Kuo dan Desbrisay memberikan suatu persamaaan
yang diambil dari Schols yaitu:
µ §…………………………………(3-52)
dimana:
µ §…………………………………………(3-53)
µ §……………………………………...(3-54)
µ §……………………………………………..(3-55)

3.3. Penentuan Interval Perforasi

3.3.1. Penentuan Interval Perforasi Dan Posisi Perforasi


Optimum Dengan Metode Cherici et al.
Penentuan laju produksi kritis tidak terlepas
dari sistem perforasi dari sumur tersebut. Hal ini
disebabkan karena penentuan laju produksi kritis
merupakan fungsi dari jarak vertikal sistem perforasi
dengan batas initial GOC dan WOC. Chierici dalam
menentukan penempatan interval perforasi yang optimum
mengasumsikan bahwa gas coning dan water coning
terjadi secara bersamaan. Jika cone dari air dan gas
terjadi secara bersamaan maka perhitungan laju
produksi kritis harus didasarkan pada kedua gaya yang
bekeerja dari aquifer maupun dari gas cap.

Dalam bab sebelumnya telah diketahui bahwa sangat


mungkin terjadi water coning jika :
µ §……………………………………………………..(3-56)
Sedangkan keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya
gas coning ialah :
µ §…………………………………………….……….(3-57)
Dari kedua keadaan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa keadaan optimum dari sistem perforasi akan
tercapai pada keadaan :
µ §……………………………(3-58)
Prosedur penentuan interval perforasi dengan metode
Chierici sebagai berikut:
Data-data yang diperlukan ialah : tebal kolom minyak
(h), jari-jari pengurasan µ §, panjang bagian yang
diperforasi (L), viscositas minyakµ §, densitas minyak µ §µ
§, densitas air µ §, densitas gas µ §, permeabilitas
horisontal µ §, permeabilitas vetikal µ § dan faktor volume
formasi minyak (Bo).
Menghitung rDE dengan Persamaan (3-5).
Mengasumsikan berbagai panjang perforasi (L).
Menghitung harga ( dengan Persamaan (3-6).
Menghitung harga ((.
Dengan menggunakan Gambar (3.4) hingga Gambar (3-10)
dapat ditentukan harga hcg/h.
Menghitung harga hcg = hxhcg/h.
Dengan menggunakan Gambar (3.4) hingga Gambar (3.10)
dapat ditentukan harga(g.
Menghitung harga qoc,g dengan Persamaan (3-61).
Menghitung harga hcw = h – L- hcg.
Dengan mengunakan Gambar (3.4) hingga Gambar (3.10)
dapat ditentukan harga (w.
Menghitung µ § dengan Persamaan (3-60).
Setelah semua harga L yag diasumsikan telah dihitung maka dpat dipilih panjang perforasi yang
diinginkan dan mengetahui letak dari perforasi itu serta besarnya laju alir kritis.

3.3.2. Penentuan Interval Perforasi Dan Posisi Perforasi


Dengan Metode Pudjo Sukarno
Dengan keadaan yang ditunjukkan dari persamaan
(3-58) diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika
terbentuk cone dari air dan gas secara bersamaan,
laju peroduksi kritis besarnya harus sama dengan laju
produksi kritis gas dan laju produksi kritis air.
Menurut persamaan Eko R. Gindo dan Pujo Sukarno
µ § , persamaan untuk interval perforasi optimum
diturunkan dari persamaan empiris ( . Persamaan-
persamaan yang menjadi dasar bagi penentuan interval
perforasi yang optimum ialah :
µ §……………………….………………….(3-59)
dari Persamaan (3-3) dan (3-4) :
µ §……………(3-60)
µ §…………….(3-61)

Dengan menggabungkan Persamaan (3-59), (3-60) dan (3-


61) akan didapat
µ §……………………………………………….(3-62)
dimana :
µ §………(3-63)
µ §………(3-64)
µ §……………………………………………...(3-65)
µ §……………………………………………..(3-66)
Dengan menggabungkan Persamaan (3-63), (3-64), (3-65)
dan (3-66) akan didapat :
µ §…………………………………(3-67)
µ §…….……(3-68)
µ §…………………………………....(3-69)
µ §………………………………………..…….(3-70)
µ §………………………………………………..(3-71)
µ §………….……….………………………………(3-72)
dengan menggabungkan Persamaan (3-71) dan (3-72)
didapat :
µ §…………………………………………..(3-73)
Jarak perforasi teratas dengan GOC mula-mula adalah µ §
Jarak perforasi terbawah dengan WOC mula-mula : µ §
dimana :
µ §…………….……………………………..(3-74)
µ §………………….…………………….(3-75)
µ §…………………………………………….(3-76)
Prosedur perhitungan penempatan interval perforasi optimum ialah sebagai berikut :
Data-data yang harus diketahui ialah :µ §µ §
Menghitung harga µ §.
Mengasumsikan berbagai panjang interval perforasi (L).
Menghitung harga fb dengan Persamaan (3-6)
Menghitung harga µ §dengan Persamaan (3-76).
Menghitung harga µ § dengan Persamaan (3-73).
Menghitung harga µ §dengan Persamaan (3-61).
Menghirung harga µ § dengan Persamaan (3-72).
Menghitung hargaµ § dengan Persamaan (3-60).
Setelah semua harga panjang interval perforasi (L) yang diasumsikan telah dihitung
maka kita dapat memilih panjang interval perforasi yang diinginkan dan mengetahui
letak dari perforasi serta mengetahui besarnya laju alir kritis.

3.3.2. Penentuan Interval Perforasi Dan Posisi


Perforasi Optimum Dengan Metode Pirson et. al
Dengan menetapkan laju alir kritis yang diinginkan, akan
dapat ditentukan panjang perforasi dan posisi perforasi optimum.
1. Untuk Sistem Gas-Minyak
µ § …………………….(3-77)
µ §………………………………………………...(3-78)
2. Untuk Sistem Minyak-Air
µ §…………………….(3-79)
µ §………………………………………………….(3-80)
3. Untuk Sistem Gas-Minyak-Air
µ §…..(3-81)
µ §…………………………………………………….…...(3-82)
µ §…………………………………………………….…...(3-83)
Prosedur perhitungan penempatan interval perforasi optimum metode
Pirson ialah sebagai berikut :
Data-data yang harus diketahui ialah : µ §, µ § dan µ §.
Menghitung harga µ § dengan ersamaan (3-78) untuk sistem gas-minyak
Menghitung harga µ § dengan Persamaan (3-80) untuk sistem minyak-air.
Menghitung harga µ § dengan Persamaan (3-83) dan hcg dengan Persamaan (3-
82) untuk sistem gas-minyak-air.
Setelah semua harga laju alir kritis yang diasumsikan (qc) telah dihitung maka
dapat memilih panjang perforasi yang diinginkan dan mengetahui letak dari
perforasi serta besarnya laju alir kritis yang dihasilkan.

3.3.3. Penentuan Interval Perforasi Optimum Dengan Metode Boyun Gou


Dan R.L.H. Lee
Untuk mencari solusi umum interval perforasi diekspresikan dalam
dimensi disebut Fractional penetration, x
X=L/h……………………………………………………….(3-84)
Dimana L= interval perforasi dari puncak zone minyak dan h = ketebalan
zona minyak.
Oleh karena itu Persamaan (3-45) dapat ditulis kembali dalam Persamaan
fractional penetration sebagai berikut :
µ §…………….(3-85)
dimana(o maksimum digunakan kretiria dari optimasi interval perforasi
adalah memaksimalkan qc. Dapat digunakan derivatif qc dengan
kesinambungan untuk x dan selanjutnya derivatif nol untuk memecahkan
optimum fractional penetration, µ § sebagai berikut :
µ §………………………………………………………..(3-86)
ambil derivatif dari Persaman (3-86) berturut-turut untuk x dan
subsitusikan hasilnya kedalam Persamaan (4-31) :
µ §…………...(3-87)
dimana :
µ §………………………………………….(3-88)
µ §……………………………..………..(3-89)
µ §…………………………………………...(3-90)
Penyelesaian numerik untuk Persamaan (3-90) ditunjukkan pada Gambar
(3.17) sampai dengan Gambar (3.21)
Gambar 3.17
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=20 ft15)
Gambar 3.18
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=40 ft15)

Gambar 3.19
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=60 ft15)
Gambar 3.20
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=80 ft15)

Gambar 3.21
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=100 ft15)

Dimana :
C1 = parameter group 1
C2 = parameter group 2
C3 = parameter group 3
L = panjang interval perforasi, ft
x = fractional penetration wellbore, dimensionless
xop = optimum fractional penetration wellbore, dimensionless
t

Maka besarnya panjang interval perforasi (L) adalah L= Xopt x h


Prosedur perhitungan interval perforasi dengan Metode Boyun Guo dan R.H.L. Lee adalah
sebagai berikut:
Data-data yang diperlukan adalah re, rw, h (ketebalan lapisan minyak).
Dengan menggunakan grafik pada Gambar (3-17) sampai dengan Gambar (3-21) didapatkan
besarnya Xopt.
Panjang interval (L) adalah L = Xopt x h.

3.3.4. Penentuan Interval Perforasi Dengan Metode Chaney


Berdasarkan Persamaan (3-46) untuk laju alir kritis dan persamaan (3-47) dan
Persamaan (3-48) untuk menentukan besarnya Q kurva, maka akan dapat ditentukan
panjang perforasi. Modifikasi Persamaan diatas adalah sebagai berikut:
Sistem Gas - Minyak
Untuk H < 15 ft
µ §………………………………..(3-91)
Untuk H> 15 ft
µ §…………………………(3-92)

Sistem Minyak – Air


Untuk H < 15 ft
µ §………………………………..(3-93)
Untuk H > 15 ft
µ §………………………...(3-94)
Prosedur perhitungan panjang interval perforasi dengan metode Chaney adalah sebagai
berikut:
Data-data yang diperlukan adalah (o, (w, (o, Bo, h, k.
Besarnya panjang interval peforasi dapat dihitung dengan Persamaan (3-91), (3-92), (3-93), dan
(3-94).
dimana:
L = panjang interval perforasi, ft

Bo = faktor volume formasi minyak, RBL/STB


h = ketebalan lapisan minyak, ft
(o = densitas minyak, gr/cc
(w = densitas air ,gr/cc
(g = densitas gas, gr/cc
k = permeabilitas minyak, md
(o = viscositas minyak, cp

3.3.5. Penentuan Interval Perforasi Dengan Metode Kuo Dan Desbrisay


Berdasarkan Persamaan (3-52) dapat ditentukan
besarnya panjang interval perforasi dengan
menetapkan besarnya laju alir kritis. Modifikasi
dari Persamaan (3-52) adalah sebagai berikut (D =
L):
Sistem Gas - Minyak
µ §µ §……………………………..(3-95)
Sistem Minyak – Air
µ §µ §……………………………..(3-96)
dimana:
L = panjang interval pefforasi
Bo = faktor volume formasi minyak, RBL/STB
h = ketebalan lapisn minyak, ft
(o = densitas minyak, gr/cc
(w = densitas air ,gr/cc
(g = densitas gas, gr/cc
k = permeabilitas minyak,md
(o = viscositas minyak, cp
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Prosedur perhitungan panjang interval perforasi dengan metode Kuo dan Desbrisay
adalah sebagai berikut:
Data-data yang diperlukana adalah(o, (w, (o, Bo, h, k, re, rw.
Panjang interval perforasi dapat dihitung dengan Persamaan (3-95) dan (3-96).

Anda mungkin juga menyukai