………(3-3)
dimana :
= Laju produksi kritis minyak pada water coning, BOPD
= Laju produksi keitis minyak pada gas coning, BOPD
= Ketebalan zone minyak, ft
= Perbedaan densitas minyak dan air, gr/cc
= Perbedaan densitas minyak dan gas, gr/cc
= Permeabilitaas horisontal, md
= Permeabilitas vertikal, md
= Radius pengurasan, ft
= Faktor volume formasi minyak, bbl/stb
= Viscositas minyak, cp
= Fraksi interval perforasi terhadap ketebalan zone minyak, hp/h
= Jari-jari tidak berdimensi
§ = µ § …………………………………………(3-5)
=Fungsi dari µ §
Persamaan (3-3) dan (3-4) memperlihatkan bahwa
variabel-variabel yang mempengaruhi laju produksi
kritis ialah :
Karakteristik fluida yaitu, µ §. Data-data
ini diperoleh pada kurva hasil analisa PVT.
Permeabilitaas efektif minyak horisontal dan
vertikal yang besarnya dapat ditentukan melalui
analisa coring dilaboratorium.
Ketebalan total kolom minyak (h). Data ini
diperoleh melalui analisa log.
Geometri dari sistem reservoir, yaitu µ §, yang
dinyatakan sebagai fungsi tidak berdimensi (. Harga
(ini ditentukan besarnya oleh suatu potentiometric
analyzer yang menggunakan analogi antara aliran
mantap (steady state) pada media berpori dari fluida
yang tidak dapat dimampatkan (imcompresible) dengan
aliran arus listrik pada konduktor. Hubungan antaraµ
§dengan fungsi ( sebagaimanan ditentukan oleh
potentiometric analyzer yang ditunjukkan oleh Gambar
3.4 sampai dengan Gambar 3.10. Batasan dari harga-
harga yang dipakai pada gambar-gambar tersebut ialah
:
µ §
µ §
µ §
Jika suatu sumur diproduksikan pada suatu laju
produksi kritisnya, air atau gas ataupun keduanya
akan bergerak (membentuk kerucut) menuju lubang
sumur.
Dengan demikian syarat untuk tidak terproduksinya gas
ke permukaan ialah :
µ §
Sedangkan syarat untuk tidak terproduksinya air ke
permukaan ialah :
µ §
Untuk suatu jarak tertentudari masing-masing
initial GOC dan WOC, laju produksi kritis yang
dihasilkan untuk kondisi water coning merupakan suatu
laju produksi kritis dari sumur tersebut. Hal ini
disebabkan perbedaan densitas yang lebih kecil untuk
water coning dibandingkan untuk kondisi gas coning.
Prosedur penentuan harga laju produksi kritis dengan
metode Chierici et al ialah sebagai berikut :
Data-data yang diperlukan ialah : tebal kolom
minyak (h), jari-jari pengurasan µ §, panjang
bagian yang diperforasi (L), viscositas minyakµ §,
densitas minyak µ §µ §, densitas air µ §, densitas
gas µ §, permeabilitas horisontal µ §,
permeabilitas vetikal µ § dan faktor volume formasi
minyak (Bo).
Menghitung harga µ § dengan menggunakan
Persamaan (3-5).
Menghitug harga fb/( :
µ §…………………………………………………………..(3-6)
Menghitung harga hcw/h atau hcg/h.
Dengan menggunakan harga µ § yang telah
dihitung maka pilih Gambar 3.4 sampai dengan Gambar
3.10 untuk harga µ § yang sesuai.
Dengan menggunakan Persamaan (3-3) dan (3-4)
hitung harga µ § dan µ §
Dari perhitungan µ § dan µ § bandingkan harga
kedua laju tersebut dan pilih harga yang paling
kecil kemudian harga tersebut merupakan laju
produksi kritis dari sumur tersebut.
Gambar 3.4
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 5 2)
Gambar 3.5
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 10 2)
Gambar 3.6
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 20 2)
Gambar 3.7
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 30 2)
Gambar 3.8
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 40 2)
Gambar 3.9
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 60 2)
Gambar 3.10
Grafik Korelasi Coning Untuk µ § = 80 2)
3.2.2. Penentuan Laju Alir Kritis Dengan Metode Pudjo
Sukarno
Penentuan harga ( dari metode Chierici memrlukan
perhitungan grafis yang rumit dan dapat mengurangi
ketelitian. Untuk maksud tersebut, harga ( ditentukan
dari persamaan Pudjo Sukarno dan Eko Rachmansyah Gindo
13) yang diturunkan dari grafik-grafik Chierici.
Asumsi yang digunakan dalam metode Pudjo sukarno
adalah sama dengan asumsi yang digunakan dalam metode
Chierici, perbedaannya terletak pada pembacaan grafik
fungsi dari µ § untuk mencari harga (.
Dari Persamaan (3-3) dan (3-4) diketahui bahwa laju
produksi kritis akan meningkat dengan bertambahnya
harga ( pada suatu data sifat fisik minyak, gas dan
air serta sifat batuan yang tepat. Selain itu harga
( dipengaruhi letak selang perforasi terhadap tebal
kolom minyak. Dengan analisa regresi dibuat hubungan
anthrax µ § dengan µ §, dinyatakan dalam bentuk log-
log sebagai berikut :
Untuk minyak-air
µ §……………………………….…………(3-7)
Untuk gas-minyak
µ §…………………………………………(3-8)
Persamaan (3-7) dan (3-8) dapat ditulis sebagai
berikut :
µ §………………………………………(3-9)
µ §………………………………………(3-10)
dimana :
k = Permeabilitas efektif minyak, md
o
( = Densitas air, gr/cc
w
(o = Densitas minyak, gr/cc
( = Viscositas minyak, cp
o
h = Ketebalan lapisan minyak , ft
h = Panjang interval perforasi, ft
c
D = Jarak antara puncak zona minyak ke
perforasi terbawah, ft
µ §
Gambar 3.11.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 12,5
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.12.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 25 ft,
Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.13.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 50 ft,
Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.14.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 75
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.15.
Kurva Laju Produksi Kritis Pada Ketebalan Pasir 100
ft, Jari-Jari Sumur 3 in, dan jari-Jari
Pengurasan 1000 ft 2)
Gambar 3.19
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=60 ft15)
Gambar 3.20
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=80 ft15)
Gambar 3.21
Penyelesaian Numerik Untuk xopt , h=100 ft15)
Dimana :
C1 = parameter group 1
C2 = parameter group 2
C3 = parameter group 3
L = panjang interval perforasi, ft
x = fractional penetration wellbore, dimensionless
xop = optimum fractional penetration wellbore, dimensionless
t