FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA I
MEDAN
SKRIPSI
OLEH
Puji Syukur kepada Allah SWT dan Rasullulah SAW yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Pengaruh Desain Pekerjaan terhadap Gairah Kerja karyawan divisi IIA (Inalum
Internal Auditor) pada PT.Inalum, Kuala Tanjung.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meyelesaikan program
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan hormat dan ucapan
terima kasih yang tiada cukup hanya dengan kata-kata kepada :
1. Bapak DRs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha. F Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi
masukan-masukan yang berarti bagi saya.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekertaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Prihatin Lumban Raja SE,Msi selaku dosen pembimbing saya yang
telah banyak meluangkan waktu serta memberi dukungan moril, membimbing
saya dengan penuh kesabaran dan memberi berbagai masukan dan bahan
pertimbangan pada saya dalam proses pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Ami Dilham Se,Msi selaku dosen penguji I saya.
6. Ibu Dra. Friska Sipayung ,Msi selaku dosen penguji II saya.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
8. Segenap Karyawan PT.Inalum yang telah membantu penulis sebagai bahan
penelitian.
9. Papa sayang Drs. H. M.Syarif Pohan dan Mama sayang Renni Sari Siregar
terima kasih untuk semua doa, kasih sayang, dukungan, dan tawa canda yang
Penulis
Medan, Februari 2009
Vira Renata Sari Pohan (2009). Pengaruh Desain Pekerjaan terhadap Gairah
kerja karyawan divisi IIA (Inalum Internal Auditor) pada PT.Inalum. Dr. Prihatin
Lumbanraja, SE,MSi (Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,MSi (Ketua
Departemen Manajemen), Drs.Ami Dilham SE,MSi (Penguji I),Dra.Friska Sipatung
SE,Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Desain Pekerjaan (X) terhadap
Gairah Kerja (Y) divisi IIA, PT.Inalum, Kuala Tanjung. Dengan hipotesis Desain
pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gairah kerja karyawan pada
divisi IIA di PT.Inalum,Kuala Tanjung.
Data Primer dalam penelitian ini diproleh dengan memberikan kuesioner dengan
skala pngukuran menggunakan skala likert,uji asumsi klasik, dan diolah statistik dengan
model Uji F, Uji t dan identifikasi determinan R square dengan menggunakan program
SPSS versi 12.00 dengan terlveih dauhuli kuesioner diuji Validitas dan Reliabiitasnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel desain pekerjaan (X) berpengaruh
signifikan terhadap gairah kerja (Y) pada karyawan divisi IIA (Inalum Internal Auditor)
PT.Inalum, Kuala Tanjung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis
dengan hasil R square sebesar 0.672 atau 67.2 % Desain pekerjaan mempengaruhi gairah
kerja karyawan, Untuk itu penulis menyarankan agar perusahaan tetap mempertahankan
kejelasan dari desain pekerjaan yang selama ini dibuat dan atasan harus tetap
mendampingi karyawan nya dalam setiap pekerjaan yang diberikan.
Kata Kunci : Desain Pekerjaan dan Gairah Kerja.
Halaman
D. Hipotesis ............................................................................... 5
4. Pelabuhan .................................................................... 35
A. Deskripsi Responden................................................................. .. 48
B. Deskriptif Variabel....................................................................... 50
2. Uji Heteroskedastisitas.............................................................. . 55
A. Kesimpulan....................................................................................... .. 61
B. Saran................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu sistem yang diadakan dan dirancang untuk mencapai
karyawan yang ada dalam organisasi tersebut memiliki tugasnya masing-masing, tugas
tujuan perusahaan. Pengelolaan yang baik dan professional merupakan suatu hal yang
menjadi bagian dari siklus hidup perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk itu dalam
mencapai tujuan tersebut seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan harus dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin termasuk sumber daya manusia sebagai alat utamanya.
rangka mencapai tujuan sangat bergantung kepada kemampuan sumber daya manusianya
dalam menjalankan setiap aktifitas dan gairah kerja karyawan yang maksimal sangat
Gairah kerja adalah sebuah kondisi karyawan yang mengakibatkan karyawan dapat
bekerja lebih terarah dan maksimal ( Nitisemito 1991 : 96 ). Dengan adanya gairah kerja
yang tinggi maka karyawan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Tingkat gairah
kerja karyawan dapat dilihat dari tingkat absensi karyawan, lamanya suatu pekerjaan
permasalahan yang mengakibatkan tekanan kerja yang tinggi. Hal inilah yang
mengkondisikan karyawan sulit memiliki gairah dalam bekerja. Dengan dibuatnya desain
pekerjaan organisasi yang terstruktur dan jelas akan membantu mempengaruhi secara
positif kondisi kerja karyawan sehingga akan membantu membangkitkan gairah kerja
pada karyawan.
Desain Pekerjaan adalah Spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai perkerjaan
secara individu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pribadi pemegang pekerjaan secara
individu maupun tim (Sunarto 2005 : 78). Desain pekerjaan akan memberikan ketegasan
dan standar tugas yang harus dicapai oleh setiap karyawan, apabila desain pekerjaan yang
diberikan kurang jelas akan mengakibatkan karyawan kurang mengetahui tugas dan
tanggung jawabnya yang akan mempengaruhi gairah karyawan dalam bekerja, hal ini
Desain pekerjaan mutlak diperlukan oleh setiap perusahaan karena dalam desain
pekerjaan, yang dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah pekerjaan atau
sekelompok pekerjaan agar perkerjaan yang dilakukan menjadi terarah jelas dan
pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Desain pekerjaan senantiasa
dengan menciptakan motivasi pada setiap karyawannya yaitu dengan cara membuat
desain pekerjaan yang jelas signifikansi tugasnya, keberagaman tugas yang dikerjakan
dan apakah pekerjaan yang dibuat dapat mengembangkan kemampuan karyawannya dan
perusahaannya salah satunya yang berperan penting adalah IIA (Inalum Internal Auditor)
yaitu divisi yang bertugas untuk mengawasi dan memeriksa jalannya divisi-divisi lain
yang ada di PT.INALUM setiap karyawan memiliki tanggung jawab yang besar dan
tugas yang tidak sedikit dan setiap karyawan diharapkan tidak melakukan kesalahan
dalam melakukan audit oleh karena itu seharusnya setiap karyawan di divisi IIA ini
haruslah didukung oleh desain pekerjaan yang cukup jelas agar setiap karyawan dapat
minimnya.
Pada kenyataan yang ada di lapangan bahwa, berdasarkan dari observasi yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa desain pekerjaan yang disampaikan atasan kepada
bawahan pada divisi IIA ini masih belum terlalu jelas sehingga terkadang masih sering
Tabel 1.1
Laporan Absensi Pada Divisi IIA (Inalum Internal Auditor) PT.Inalum,Kuala
Tanjung
Bulan
November-08 Desember-08 Januari-09
No. Ket. Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kehadiran Karyawan
1 Penuh 18 90 16 80 17 85
2 Izin Sakit 1 5 3 15 0 0
3 Izin Keperluan lain-lain 1 5 1 5 3 15
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Sumber : Divisi IIA, PT.Inalum (data diolah)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melihat sejauh mana hubungan
antara desain pekerjaan dengan gairah kerja dengan sebuah penelitian yang berjudul
”Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Gairah Kerja pada divisi IIA (Inalum
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah yang dijadikan
signifikan terhadap gairah kerja karyawan pada divisi IIA (Inalum Internal
C. Kerangka Konseptual
Desain pekerjaan yang jelas akan menimbulkan pengaruh signifikan yang sangat
besar terhadap gairah kerja karyawan. Tanpa adanya gambaran akan desain pekerjaan
yangharus dilakukan maka karyawan akan sulit mempunyai gairah untuk mengerjakan
pekerjaannya dengan lebih baik. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini
dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu Desain pekerjaan sebagai variabel bebas
dan Gairah kerja sebagai Variabel terikat. Seperti yang tertera pada gambar kerangka
3. Keberagaman Tugas
D. Hipotesis
hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis yang berbentuk
berikut :
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh desain pekerjaan terhadap gairah kerja karyawan pada divisi IIA (Inalum
a. Untuk memberi saran dan masukan yang mungkin dapat bermanfaat bagi
b. Penelitian ini merupakan kesempatan baik bagi penulis untuk dapat menerapkan
berpikir ilmiah
c. Sebagai referensi yang dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan serta
perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa yang
akan datang.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Penelitian ini membahas pengaruh desain pekerjaan terhadap gairah kerja karyawan
pada divisi IIA (Inalum Internal Auditor) di PT.Inalum, Kuala Tanjung dengan
responden penelitian adalah karyawan PT.Inalum, pada divisi IIA (Inalum Internal
2. Definisi Operasional
Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel suatu faktor yang
berkaitan dengan faktor variabel yang lainya. Defenisi operasional merupakan petunjuk
bagaimana suatu variabel di ukur untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dalam
pekerjaan sebagai variabel bebas dan gairah kerja sebagai variabel terikat. Kedua
Gairah kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang di lakukan (
jelas.
senang atau tidaknya terhadap pekerjaan yang diberikan, puas tidaknya terhadap
hasil kerja yang dilakukan dan berapa lama pekerjaan itu dilakukan karyawan.
tuntutan.
organisasional yang tujuannya adalah untuk mengatur penugasan kerja agar dapat
1. Signifikansi tugas yaitu karyawan harus yakin tugas yang diberikan cukup
penting dan cukup berarti dan mempunyai dampak yang cukup besar pada
Kecamatan Sei Suka 21257, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara pada divisi IIA
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pada divisi IIA (Inalum Internal
Penelitian ini menggunakan jenis teknik pengambilan sampel yaitu Sampling Jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2005:78). Hal ini sering dilakukan bila jumlah
5. Jenis Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan cara
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa
dokumen perusahaan atau organisasi dan publikasi yang dikumpulkan oleh pihak
atau intansi lain. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi profil perusahaan,
struktur organisasi dan data yang diperoleh dari hasil pengolahan buku-buku,
a. Angket (kuesioner) yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket
tentang desain pekerjaan dan gairah kerja yang ditunjukan kepada responden di
PT.Inalum.
majalah, jurnal, dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
yaitu variabel X (Desain pekerjaan) dan variabel Y (Gairah Kerja) adalah dengan
menggunakan Skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seorang atau kelompok tentang fenomena sosial ( sugiyono, 2004 : 86 ).Untuk
keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka setiap pertanyaan yang akan diberi
skala sangat baik sampai skala sangat buruk dimana skala tersebut mempunyai poin,
Tabel 1.2
Instrumen Skala Likert
No. Pernyataan Skor
1. Sangat baik 5
2. Baik 4
3. Cukup 3
4. Buruk 2
5. Sangat Buruk 1
Sebuah kondisi
1.Tingkat absensi
karyawan yang Skala Likert Kuesioner
2.Tingkat
mengakibatkan
Gairah Kerja kegelisahan
(Y) karyawan dapat
3.Tingkat tuntutan
bekerja lebih
maksimal
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur dalam penelitian dapat mengukur sesuatu
yang memang ingin diukur. Dalam hal ini penulis menggunakan kuesioner yang terdiri
atas 8 butir pertanyaan Desain pekerjaan dan 9 butir pertanyaan Gairah kerja, sehingga
keseluruhan pertanyaan adalah 17 butir (item). Dimana setiap butir disiapkan 5 interval
jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan jawaban tertinggi diberi skor 5.
Keuangan pada PT. INALUM . Uji validitas instrumen Desain Kerja dan Gairah Kerja
Vira Renata Sari pohan : P e n g a r u h D e s a i n P e k e r j a a n T e r h a d a p G a i r a h Kerj a K ar yawan
Divis i IIA(Inalum Internal Auditor) Pad a PT .INALUM, 2009.
USU Repositor y © 2009
menunjukkan hasil korelasi tiap faktor adalah positif dan diatas 0,3. Hal tersebut berarti
tiap-tiap faktor dalam instrumen Desain Kerja dan Gairah Kerja merupakan konstruk
yang kuat.
Tabel 1.4
Hasil Analisis Instumen Desain Kerja
(variabel Independent)
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Dari output SPSS pengujian reliabilitas menunjukkan
nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,846 untuk instrumen Desain Kerja, dan sebesar 0,843
Menurut Umar Husein bahwa suatu ”construct” dianggap reliabel jika koefisien alpha
nya ≥ 0,70. Dengan demikian koefisien sebesar 0,846 dan 0 ,843 yang mendekati 1
sudah membuktikan bahwa instrumen Desain Kerja dan Gairah Kerja adalah Reliabel.
1) Metode Deskriptif
perusahaan.
Metode regresi linier sederhana digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh desain
pekerjaan terhadap gairah kerja karyawan yang dapat dilihat sebagai berikut :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Desain Pekerjaan
X = Gairah kerja
a. Uji Heterokedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi
Uji ini dapat dilakukan untuk menentukan apakah suatu frekuensi yang diobservasi
(Oi) sesuai dengan frekuensi yang diharapkan (Ei) yang distribusinya mendekati
kurva normal.
4) Uji t
Uji t merupakan uji yang secara parsial untuk membuktikan hipotesis awal tentang
pengaruh deskripsi kerja sebagai variabel bebas (independent) terhadap prestasi kerja
Ho : b = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Indonesia III Cabang Tanjung Perak Surabaya” Alat analisis yang digunakan adalah
1) Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,546 berarti bahwa 54,6% prestasi kerja
karyawan dipengaruhi oleh Rentang Tugas (X1) , Kedalaman Tugas (X2), dan
2) Hipotesis pertama terbukti kebenarannya, karena Variabel bebas yang terdiri dari
3) Hipotesis kedua terbukti kebenarannya, karena Variabel bebas yang terdiri dari
Rentang Tugas, Kedalaman Tugas dan Hubungan Tugas secara parsial memiliki
Karyawan yang mempunyai gairah kerja yang tinggi mempunyai loyalitas yang tinggi
juga terhadap atasan dan pekerjaanya dan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan standar
yang diberlakukan dan dalam skala waktu yang telah di tentukan. Gairah kerja yang
tinggi hanya akan muncul ketika semua orang memiliki pengetahuan dan arah tujuan
yang jelas dan sederhana. Merupakan tugas terpenting dari pemimpin untuk menjadi
pembimbing dan penunjuk arah bagi perjalanan para karyawan dalam mencapai hasil
kerja terbaik. Tanpa campur tangan pemimpin maka dapat dipastikan para karyawan
hanya akan sibuk dengan pola kebiasaan atau rutinitas kerja yang bila dibiarkan terus
hanya akan menghasilkan kebosanan dan penurunan gairah kerja secara drastis.
tengah karyawannya sebagai penunjuk arah dan sekaligus sebagai motivator dalam upaya
menjaga keutuhan gairah kerja untuk mencapai semua misi dan visi organisasi.
atau perilaku individu tenaga kerja dalam perusahaan dan hal tersebut
sebabnya orang mau bekerja dan kepuas-puasan apa yang dinikmati maka
kerja karyawan.
a. Gaji yang cukup, dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan para
karyawan merasa senang dalam bekerja sama sesuai dengan keahlian dan
e. Mengusahakan Karyawan pada posisi yang tepat. Hal ini membuat mereka
mereka bekerja.
f. Harga diri perlu diperhatikan. Dengan adanya perasaan diakui sebagai anggota
para karyawan dan seluruh staff untuk berlibur bersama-sama dalam rangka
menjalin keakraban.
C. Desain Pekerjaan
Desain pekerjaan atau Job design merupakan faktor penting dalam manajemen
menyangkut tenaga kerja yang akan melaksanakan kegiatan operasi perusahaan Desain
pekerjaan adalah suatu alat untuk memotivasi dan memberi tantangan kepada karyawan
oleh karena itu perusahaan perlu memiliki suatu sistem kerja yang dapat menunjang
tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien yang dapat merangsang
karyawan untuk bekerja secara produktif, mengurangi timbulnya rasa bosan dan dapat
membuat desain pekerjaan komunikasi antara atasan dan bawahan harus diperhatikan
karena desain pekerjaan dalam suatu organisasi dan proses komunikasi adalah hal yang
Inti dalam menyusun desain pekerjaan adalah bagaimana membuat semua pekerjaan
yang ada disusun secara sistematis. Desain pekerjaan membantu dalam menjelaskan
pekerjaan apa yang harus dikerjakan, bagimana mengerjakan pekerjaan tersebut, berapa
banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan bagaimana ketentuan yang harus dijalankan
a) Menurut Eddy Herjanto (2001:48) ”Desain Pekerjaan adalah rincian tugas dan
cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan
tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil
apa yang diharapkan.” Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
diberikan yaitu bagaimana tugas dikerjakan dan apa-apa saja hasil yang
dalam suatu pekerjaan bagi seorang atau sekelompok karyawan dalam suatu
5) Isolasi pekerjaan.
6) Shift kerja.
3) Pelatihan yang tepat akan sangat berguna bagi karyawan sehingga mengerti
lakukan.
6) Minimalkan pengeluaran yang tidak perlu dan penekanan pada keperluan yang
paling penting.
Permulaan yang harus dilakukan ketika mendesain pekerjaan adalah mengenai proses
pekerjaan yang dibuat bersifat mengikat untuk merealisasikan tujuan bisnis perusahaan.
Jika desain pekerjaan yang dibuat merancu maka tujuan perusahaan sulit untuk tercapai.
1) Signifikansi Tugas.
Karyawan akan bekerja dengan lebih baik apabila mereka meyakini bahwa
pekerjaan yang diberikan oleh atasan adalah pekerjaan yang cukup penting,
2) Keberagaman Tugas.
Karyawan akan bekerja lebih baik dan bertahan pada pekerjaannya lebih lama
telah ada sebelumnya dapat berkembang secara berkala sesuai dengan minat dan
bakat karyawan sehingga karyawan tidak cepat bosan dengan pekerjaan yang
Menurut Eddy Herjanto (2001:85) Desain pekerjaan harus dalam bentuk tertulis
sehingga ada dokumen yang dapat menjadi rujukan serta dimengerti dan disepakati baik
oleh pihak manajemen maupun pekerja. Kesepakatan ini diperlukan agar terjadi
keseimbangan yaitu dapat dilakukan secara wajar oleh karyawan, tetapi tetap merangsang
produktivitas pekerja yang tinggi seperti yang dikehendaki oleh manajemen perusahaan.
1. Manajemen Ilmiah.
yang tinggi seorang pekerja dituntut untuk dapat menguasai pekerjaanya. Hal itu
dapat diperoleh apabila pekerja yang bersangkutan hanya menangani suatu jenis
pekerjaan tertentu dan tidak berganti-ganti pekerjaan. Dengan kata lain, dilakukan
istilah yang dipakai untuk menjelaskan suatu pekerjaan yang ruang lingkupnya
sehingga menghasilkan output yang lebih besar dan tingkat kesalahan yang kecil.
bagi para pekerja karena pengulangan jenis tugas yang sama terus menerus
over) pekerja.
2. Pendekatan Perilaku.
yang sering menjadi bahan pertimbangan yaitu banyak pekerja yang merasa
tugasnya tidak menarik dan pekerja yang menghendaki tanggung jawab lebih
besar dari tugasnya. Kedua hal itu berkaitan dengan kepuasan kerja dalam
keluaran atupun suasana kerja. Sehubungan dengan itu untuk membuat pekerjaan
a) Perluasan tugas (job enlargement) meliputi pemberian posisi tugas yang lebih
besar secara horisontal, dimana pekerjaan tambahan itu berada pada tingkat
c) Perputaran tugas (job rotation) yaitu melakukan penukaran tugas antar pekerja
mengerjakan tugas yang sama setiap hari. Perputaran tugas ini memberikan
masuk.
3. Pendekatan Sosioteknis
mencerminkan teknologi yang paling ekonomis tetapi juga memperhatikan faktor sosial
tempat karyawan bekerja. Pendekatan sosioteknik sangat umum dan tidak melakukan
kelompok kerja yang masing-masing bertanggung jawab untuk suatu kegiatan kerja.
Tujuannya untuk mengembangkan suatu hubungan dan komitmen yang kuat antara para
desain pekerjaannya. Desain pekerjaan yang baik akan membantu dalam mencapai dua
tujuan yang terpenting yaitu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan ketepatan dalam
menggunakan kemampuan karyawan. Keutungan yang akan di dapat oleh karyawan dan
atasan berasal dari kesuksesan desain pekerjaanya. Pekerjaan tidak akan dapat selesai
tepat pada waktunya apabila desain pekerjaan dibuat asal-asalan. Desain pekerjaan yan
buruk hanya akan membuat karyawan bosan dan frustasi dengan pekerjaan yang
dilakukan.
Manajer atau atasan mempunyai tanggung jawab dalam mendesain pekerjaan apabila
atasan mengabaikan tanggung jawabnya dalam mendesain pekerjaan ini maka karyawan
akan membuat desain pekerjaannya sendiri. Desain pekerjaan yang dibuat sendiri oleh
karyawan bukan dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tetapi
aktivitas untuk setiap pekerjaan. Proses itu disebut dengan analisis pekerjaan, analisis
pekerjaan terdiri dari isi pekerjaan, Deskripsi kerja, proses penyeleksian, orientasi dan
pekerjaan adalah struktur pekerjaan untuk memperbaiki efisiensi bisnis dan kepuasan
kerja karyawan. Pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan akan menimbulakan
1) Desain pekerjaan yang dibuat paling tidak harus dapat mendorong karyawan
secara terus menerus dan melakukan pekerjaan yang sama dalam waktu yang
lama kelamaan akan membuat siapa pun karyawan itu menjadi bosan dan
pekerjaan menjadi tidak menarik kembali. Karyawan akan bekerja lebih baik dan
Sebuah tugas yang sederhana sekalipun akan dapat memuaskan apabila seorang
5) Timbal balik adalah karakteristik yang terakhir dari desain pekerjaan. Desain
pekerjaan yang baik adalah antisipasi dari kebutuhan komunikasi antara bawahan
atasannya.
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sebuah
antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium pada waktu perusahaan
didirikan adalah 10 % dengan 90 %. Pada bulan Juli 1979 perbandingan tersebut berubah
menjadi 25 % dengan 75 % dan sejak bulan Juni 1987 menjadi 41.33 % dengan 58,87 %
dan sejak bulan Pebruari 1997 menjadi 41,12 % dengan 58,88%. Untuk melaksanakan
presiden No.5 Tahun 1976 yang melandasi terbentuknya otorita pengembangan proyek
asahan sebagai wakil pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan
dan pengembangan proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan
pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan
B. Sarana Utama
terdiri dari Stasiun pembangkit Siguragura dan Tangga yang dikenal juga dengan PLTA
Utara. Kedua stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air sungai Asahan
yang mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu tenaga listrik yang
Pembangunan PLTA ini dimulai tanggal 9 Juni 1978. Stasiun pembangkit dibawah
tanah Siguragura mulai dibangun pada tanggal 7 April 1980 dengan peletakan ”Batu
Sendi Utama” oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara adat tradisional Jepang dan
daerah setempat. Pembangunan PLTA secara keseluruhan selesai dalam jangka waktu
lima tahun. Peresmian penyelesaian pembangunan PLTA ini kemudian dilakukan oleh
Kapasitas terpasang dari kedua stasiun pembangkit adalah 603 MW Output tetap
sebesar 426 MW dan output puncak 513 MW, Tenaga listrik yang dihasilkan dipakai
untuk industri Aluminium di Kuala Tanjung dan sesuai dengan perjanjian induk dan
kelebihan tenaga listrik dari kebutuhan perusahaan untuk operasi PLTA pabrik peleburan
dan prasarana penunjang lainnya disalurkan kepada masyarakat melalui PLN dengan
batasan beban puncak 50 MW dan energi listrik sebesar 218 GWh setiap tahun.
a. Bendungan Pengatur.
Tanjung dibutuhkan tenaga listrik yang konstan dan stabil. Hal ini hanya dapat
Siruar yaitu 14,5 km dari mulut Danau Toba guna mengatur aliran air yang
keluar dari danau. Bendungan yang dibangun dengan tipe beton massa ini
memakan waktu sekitar tiga tahun yaitu mulai bulan Juni 1978 sampai dengan
Oktober1981 bendungan dengan tipe beton massa ini tingginya 46m dengan
massa 38.000m³.
93m, lebar 18m dan tinggi 36m dengan 4 unit generator yang masing-masing
berkapasitas 71,5 MW. Stasiun pembangkit listrik Siguragura ini berada kira-
Air yang telah dipakai untuk menggerakkan turbin pada Stasiun Pembangkit
Oktober 1982.
Tangga. Air yang ditampung oleh Bendungan Penadah Air Tangga dialirkan
f. Jaringan Transmisi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh stasiun pembangkit Siguragura dan tangga
produksinya di atas area seluas 200ha di Kuala Tanjung yang berjarak lebih kurang 110
km dari medan. Pabrik Peleburan dengan kapasitas desain 225.000 ton aluminium
tanggal 6 Juli 1979 sedang tahap pertama operasinya dimulai tanggal 20 Januari 1982
peresmian tahap pertama operasi dilakukan oleh Presiden Soeharto disaksikan oleh 12
Februari 1982 dan pada bulan Maret tahun yang sama aluminium ingot pertama berhasil
dicetak. Tanggal 14 Oktober 1982, Kapal Ocean Prima dengan muatan 4.800 ton
sekaligus menandai ekspor perdana aluminium ingot produksi INALUM. Sejak itu
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara pengekspor aluminium didunia. Produksi ke-
sejuta ton dicapai pada tanggal 8 Februari 1988, produksi ke-dua juta ton pada tanggal 2
Juni 1993, dan pada tanggal 12 Desember 1997 dihasilkan produksi ke-tiga juta ton dan
mencapai ke-empat juta ton pada tanggal 16 Desember 2003, pada tanggal 11 Januari
2008 mencapai produksi ke-lima juta ton. Produk INALUM menjadi komoditas ekspor
dengan tujuan utama Jepang dan juga dipasarkan untuk konsumsi dalam negri.
Umumnya produsen dalam negri yang menggunakan aluminium untuk industri hilir
seperti produk ekstrusi, kabel dan lembaran aluminium. PT. INALUM telah mendapat
sertifikat ISO 9001:2000, sebuah standar international untuk menjamin mutu produksi,
instalasi dan service. Aluminium ingot produksi INALUM mempunyai tingkat kemurnian
memproses alumina menjadi logam aluminium dengan memakai alumina, karbon dan
tenaga listrik sebagai bahan baku utama. Pada peleburan ini terdapat 3 bagian utama
operasi peleburan. Investasi cukup besar telah dilakukan untuk manajemen lingkungan
berkaitan dengan aktivitas peleburan, terutama sekali untuk sistem pengendalian emisi
pencemaran gas buang termasuk flourida dan debu yang keluar dari tungku reduksi serta
SOx dan Ter dari proses pemanggangan anoda. Pabrik juga dilengkapi dengan 27 unit
pembersih gas kering yang dihubungkan ketiga gedung reduksi untuk membersihkan
tungku reduksi. Untuk membersihkan emisi gas yang keluar dari tungku untuk
membersihkan emisi gas alumina disemprotkan ke aliran gas yang mengandung flourida.
Hampir semua flourida dalam gas bereaksi dengan alumina dan terserap. Alumina yang
kembali kedalam tungku reduksi sementara gas yang telah bersih dikeluarkan melalui
cerobong. Sistem recovery dan recycling dari flourida ini tidak saja bermanfaat bagi
pengendalian dampak lingkungan, tetapi juga merupakan penghematan yang cukup besar
yang hampir dapat menutup biaya pengoperasian pembersih gas kuning. Selain itu juga
yang terdapat diudara, pada pertumbuhan dan ditanah serta SOx yang terdapat di udara.
Kegiatan impor bahan baku dan pengapalan produknya, perusahaan telah membangun
sebuah pelabuhan pada bagian timur pabrik peleburan dengan 3 buah dermaga yaitu
dermaga A,B,C. Untuk mendapatkan kedalaman laut yang ideal, dermaga ini dibangun
darat. Pelabuhan ini mempunyai kapasitas muat sebesar 1500mt sampai 2000mt dan
Dermaga A dengan kapasitas 25.000 DWT dipakai khusus untuk membongkar bahan
baku dan bahan-bahan keperluan operasi pabrik lainya. Dermaga B dengan kapasitas
16000 DWT dipakai untuk pengapalan batangan aluminium (ingot) dan dermaga C
dengan kapasitas 3000 DWT yang digunakan untuk membongkar peralatan pada masa
pembangunan proyek dan guna kepentingan umum, diserahkan kepada pemerintah pada
a. Karyawan.
Karyawan perusahaan berjumlah sekitar 2.300 orang dari berbagai tingkatan dan latar
belakang pendidikan dan datang dari berbagai daerah di indonesia. Mereka bekerja di
PLTA, pabrik aluminium, Kantor Penghubung Medan serta kantor pusat di Jakarta.
Sebagaian besar karyawan adalah warga masyarakat sekitar daerah pabrik peleburan dan
PLTA dan sebagian lagi datang dari berbagai daerah dipropinsi Sumatera Utara,
Karyawan sarjana direkrut dari berbagai perguruan tinggi di indonesia. Sesuai dengan
pembangunan, INALUM telah mengirim lebih 100 karyawan untuk mengikuti pelatihan
di Jepang mereka menjalani pelatihan selama 6 sampai 12 bulan untuk menjadi tenaga
inti dalam pengoperasian pabrik sementara itu sejumlah pekerja Indonesia pada
proses inilah alih teknologi dapat dilaksanakan dengan lancar amat disadari bahwa pabrik
peleburan aluminium dan PLTA membutuhkan teknologi tinggi dan canggih. Karyawan
sumber daya manusia pada pusat pendidikan dan latihan (HRD) yang didirikan oleh
b. Alih Teknologi
Pelatihan yang diberikan pada karyawan Indonesia pada awal pembangunan, dari
tahun 1979 sampai dengan tahun 1982 merupakan sebuah pengenalan pada permulaan
operasi peleburan dan PLTA. Lima tahun berikutnya pada permulaan operasi yaitu dari
tahun 1982 sampai 1987 merupakan tahap alih teknologi dalam bidang operasi dan lima
tahun berikutnya dari tahun 1987 sampai 1992 merupakan alih teknologi untuk know-
how.
Sejak tahun 1992 sebuah program sistematis untuk peningkatan teknologi peleburan
produktivitas, mengurangi pemakaian energi serta bahan baku dan memproduksi produk
aluminium dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dalam jumlah yang lebih besar.
produksi adalah sebesar 250.000 MT/Tahun bukan lagi 225.000 MT/Tahun) mengurangi
pemakaian tenaga listrik sekitar 2 % dan pemakaian karbon sekitar 10 % dari desain
semula.
6. Sertifikat ISO
proses kerja, proses produksi dan servis berdasarkan metode standar global yang disebut
ISO, sebuah metode yang pada prinsipnya telah diterapkan oleh Inalum sejak awal dalam
Komitmen perusahaan sejak awal pendirianya perduli terhadap kelestarian alam dan
ISO 14001:1996 pada tanggal 5 April 2002 sertifikat ini kemudian diperbaharui menjadi
sertifikat ISO 14001:2004 yang mulai berlaku sejak 5 April 2005 sementara itu pada
tahun 2003 PT.INALUM juga telah berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yang
mulai berlaku pada tanggal 9 Oktober 2003 Sedangkan untuk evolusi PROPER dalam
bidang Lingkungan, INALUM telah mendapatkan ”Bendera Biru” dan ” Bendera Emas”
Inalum Internal Auditor (IIA) adalah divisi yang bertugas untuk mengawasi jalannya
kegiatan di dalam PT. INALUM. Berikut adalah rangkaian desain pekerjaan pada divisi
1.ORGANIZATION CHART
jabatannya.
2. Memeriksa apakah job description dibuat telah sesuai dengan job assignment
perusahaan.
4. Memeriksa apakah system Internal Control berjalan baik untuk: Pengeluaran cek,
2.PROTEAN SYSTEM
JFA.
3. Memeriksa apakah data yang di entry tepat waktu sehingga data yangg
1. Meminta daftar pengeluaran kas dan memeriksa apakah ada pengeluaran kas yang
tidak mendapat otoritas baik oleh pimpinan atau bertentangan dengan peraturan
dengan daftar pengeluaran yang diizinkan dalam peraturan (jika ada), memeriksa
benar/akurat (di protean) dan tepat waktu serta didukung oleh dokumen yang
syah.
bahwa tidak memungkinkan terjadinya perubahan transaksi oleh orang yang tidak
berhak.
4. Memeriksa apakah ada transaksi penerimaan dan pengeluaran yang tidak di buku-
5. Memeriksa pencairan foreign currency adalah sesuai dengan rate yang berlaku
record dalam Bank Statement dan sesuai jumlah dan tanggal pembukuannya.
2. Memeriksa apakah penerimaan dan pengeluaran bank telah didukung oleh bukti-
berjalan/pada akhir bulan telah dibukukan dengan jumlah yang benar pada Bank
7. Memeriksa apakah saldo akhir Bank Statement pada bulan berjalan sama dengan
pelaksanaannya.
2. Memeriksa jenis pajak yang dibayar kantor pusat ( JFA ) dan kesesuaianya
PINJAMAN
bunganya.
perusahaan.
1. Meminta dan memeriksa transaksi budget kantor pusat dibawah pengawasan JFA.
budget.
9.ASSET CONTROL
disposalnya.
3. Memeriksa bahwa pembelian / disposal fixed asset telah masuk/didelete dari List
of Fixed Asset.
(II)
PROCUREMENT SECTION
1. Organization Structure
tidak).
c) Job Description (periksa apakah Job Description telah dibuat secara jelas dan
tidak bias).
f) Periksa apakah pembagian tugas & tanggung jawab sudah sesuai internal control
yang baik.
2. Receiving RFP
a) Budget
1. Apakah RFP diproses setelah adanya approval budget/ RFA oleh SPA.
b) RFP
4. Telusuri apakah dokumen pendukung RFP sudah lengkap. (T/S, Blank B/Q,
Price Reference)
Langkah-langkah Audit :
di DPM.
5) Apakah tanggal penerimaan RFQ oleh bidder sesuai dengan ketentuan tertulis.
bersaing.
3. Tender Process
a) Tender Briefing
6. Apakah tanggal undangan T/B yang dikirim ke bidder waktunya cukup untuk
8. Telusuri apakah T/S dan B/Q dan tata cara evaluasi telah diberikan oleh
b) Quotation
1. Telusuri apakah quotation yang diterima sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan.
2. Verifikasi dan cek apakah ada penerimaan quotation diluar batas waktu yang
ditentukan.
3. Cek apakah ada quotation yang diterima sesuai dengan bidder yang diundang.
c) Opening Quotation
3. Periksa apakah requester, SPM dan Finance hadir dalam opening tender.
perpanjangan waktu untuk opening tender (sesuai dengan P/M and W/I).
6. Periksa apakah ada revisi penawaran dari bidder dalam hal spesifikasi maupun
harga.
7. Cek secara keseluruhan apakah ada price list dari maker maupun distributor.
4. Evaluation
a) Telusuri apakah Request for T/E sudah dikirim ke requester setelah O/T
dibuka.
b) Cek berapa lama T/E diterima dari requester sejak RFTE dikirim.
c) Periksa apakah ada action dari SPM terhadap T/E yang masuk melebihi batas
e) Cek apakah ada ketentuan dasar dalam menentukan bisnis evaluasi & teknikal
evaluasi
f) Periksa apakah passing grade yang ditetapkan dalam bisnis evaluasi dibuat
g) Periksa apakah passing grade untuk joint evaluasi (Teknis dan Bisnis)
telah konsisten.
yang berlaku.
briefing.
5. Price Negotiation
6. Contract
a) Cek apakah dalam pembuatan OTC sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(RFUD)
b) Cek apakah ada tertera klausul seperti : Warranty, Delivery Date, Penalty,
Quantity).
c) Periksa setiap halaman pada kontrak harus diparaf & cek kekonsistenannya.
briefing.
f) Cek apakah Amandemen kontrak dilakukan bila ada ketentuan yang tidak
i) Cek apakah untuk barang keagenan harus sesuai dengan harga dalam price
list.
7. Delivery Order
a) Cek apakah delivery order sesuai dengan kontrak seperti : tanggal, spesifikasi dan
quantity.
dengan ketentuan.
c) Telusuri apakah barang yang di claims karena out of spec ditindak lanjuti sesuai
dengan ketentuan.
d) Telusuri apakah barang yang diterima dilengkapi dengan dokumen yang syah
e) Telusuri apakah joint inspection telah dilakukan oleh SPM sesuai dengan
8. RFE
b) Telusuri apakah RFE dilakukan untuk barang yang belum pernah dibeli.
9. Avantis System
b) Pertanyakan kepada PIC SPM atas apa saja yang diinput di avantis dan ikuti
c) Periksa apa saja fasilitas yang ada di avantis dengan cara ambil datanya dan print
screen menunya.
d) Periksa apa saja fasilitas avantis yang belum di gunakan oleh SPM :
1. Ambil datanya.
4. Buat saran dan point penting atas fasilitas avantis dari IIA
mengenai
3. Cek keberadaan :
a) Kantor
b) Modal Usaha
c) Pengalaman
d) Organization Chart
f) Perizinan
A.Deskripsi Responden
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian ini
dimana responden yang menjawab penelitian ini adalah karyawan pada divisi IIA di
Berikut ini diperlihatkan data karakteristik responden yang dilihat dari segi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja berkaitan dengan data variabel penelitian
berikut :
Tabel 4.1
Usia Responden
Jumlah 20 100
sebesar 35%, usia 40-50 tahun adalah sebesar 25%, dan usia >50 tahun adalah sebesar 40
SLTA 1 10%
Diploma 6 30%
Sarjana 12 60%
Jumlah 20 100%
Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah Sarjana sebesar
Tabel 4.3
6 – 10 tahun 5 25%
11 – 15 tahun 2 10%
16 – 20 tahun 1 5%
21 – 25 tahun 5 25%
26 – 30 tahun 7 35%
Jumlah 20 100
Tabel 4.3 menunjukkan mayoritas masa kerja responden adalah 26- 30 tahun sebesar
terdiri dari Variabel Independen Desain Pekerjaan (X) dan Variabel Dependen Gairah
Kerja (Y). Tanggapan responden diukur dengan menggunakan Skala Likert dengan 5
Tabel 4.4
Skor Pertanyaan
1. Desain Pekerjaan.
Tabel 4.5
Desain Pekerjaan
Butir Frekuensi
SB % B % C % Bu % SBu %
1 2 10 12 60 6 30 0 0 0 0
2 7 35 11 55 2 10 0 0 0 0
3 2 10 8 40 10 50 0 0 0 0
4 0 0 13 65 7 35 0 0 0 0
5 1 5 16 80 3 15 0 0 0 0
6 1 5 11 55 8 40 0 0 0 0
7 5 25 10 50 5 25 0 0 0 0
8 4 10 13 65 3 15 0 0 0 0
Sumber: Hasil penelitian diolah (2008)
a. Pada butir 1 (Kejelasan Desain Kerja yang dibuat oleh atasan) 10% karyawan
menjawab sangat baik, 60% karyawan menjawab baik dan 30% karyawan menjawab
cukup. Pada butir ini tidak ada karyawan yang menjawab buruk atau sangat buruk.
karyawan) 35 % karyawan menjawab sangat baik 55% karyawan menjawab baik dan
10 % karyawan menjawab cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih
c. Pada butir 3 (Frekuensi pendampingan atasan) 10% karyawan menjawab sangat baik
40 % karyawan menjawab baik dan 50% karyawan menjawab cukup. Pada butir ini
tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban sangat buruk dan buruk.
d. Pada butir 4 (Bantuan yang diberikan atasan dalam mengerjakan tugas) 13%
karyawan menjawab baik dan 35% karyawan menjawab cukup dan pada butir ini
tidak ada karyawan yang menjawab sangat baik, buruk dan sangat buruk.
e. Pada Butir 5 (Sejauh mana karyawan mengerti dengan desain yang dibuat atasan) 5 %
karyawan menjawab sangat baik 80% karyawan menjawab baik dan 15 % menjawab
cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban sangat
menjawab sangat baik 55% karyawan menjawab baik dan 40 % karyawan menjawab
cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban sangat
menjawab cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban
10% karyawan menjawab sangat baik 65 % karyawan menjawab baik dan 15%
karyawan menjawab cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih
Berdasarkan dari hasil jawaban para responden diatas, dapat dilihat bahwa pada
pertanyaan butir 5 yaitu mengenai sejauh mana karyawan mengerti dengan desain
pekerjaan yang dibuat, memiliki persentasi jawaban yang tertinggi yaitu hampir
2. Gairah Kerja
Tabel 4.6
Gairah Kerja
Butir Frekuensi
SB % B % C % Bu % SBu %
1 3 15 15 75 1 5 1 5 0 0
2 5 25 13 65 1 5 1 5 0 0
3 5 25 11 55 4 20 0 0 0 0
4 7 35 11 55 2 10 0 0 0 0
5 6 30 11 55 3 15 0 0 0 0
6 5 25 10 50 5 25 0 0 0 0
7 3 15 7 35 8 40 1 5 1 5
8 12 60 8 40 0 0 0 0 0 0
9 4 20 13 65 3 15 0 0 0 0
Sumber: Hasil penelitian diolah (2008)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 20 orang responden untuk variabel
menjawab sangat baik 75% karyawan menjawab baik dan 5% karyawan menjawab
cukup dan 5% menjawab buruk. Pada butir ini tidak ada karyawan yang menjawab
sangat buruk.
sangat baik 65% karyawan menjawab baik dan 5% karyawan menjawab cukup dan
5% menjawab buruk. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih jawaban
sangat buruk.
menjawab sangat baik 55 % karyawan menjawab baik dan 20% karyawan menjawab
cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban sangat
sangat baik dan 55% karyawan menjawab baik dan 10 % karyawan menjawab cukup.
Pada butir ini tidak ada karyawan yang menjawab buruk dan sangat buruk.
e. Pada Butir 5 (Kepuasan karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukan) 30% karyawan
menjawab sangat baik, 55% karyawan menjawab baik dan 15% menjawab cukup.
Pada butir ini tidak ada responden yang memilih jawaban buruk dan sangat buruk.
karyawan menjawab sangat baik 50% karyawan menjawab baik dan 25% karyawan
menjawab cukup. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih jawaban buruk
sangat baik, 35% karyawan menjawab baik dan 40% karyawan menjawab cukup 5 %
40% karyawan menjawab baik. Pada butir ini tidak ada responden yang memilih
i. Pada Butir 9 (Motivasi dari atasan untuk mengurangi absen) 20% karyawan
menjawab sangat baik, 65% karyawan menjawab baik dan 15% dari karyawan
menjawab baik. Pada butir ini tidak ada karyawan yang menjawab buruk dan sangat
buruk.
Berdasarkan dari hasil jawaban para responden diatas, dapat dilihat bahwa pada
Uji Normalitas data dapat dilihat dari output SPSS melalui gambar kurva normal p-p
Plot untuk menunjukkan sebaran data penelitian jika residual normal maka nilai-nilai
sebaran data terletak sepanjang garis lurus. Disini terlihat bahwa sebaran data pada chart
berikut bisa dikatakan tersebar di sekeliling garis lurus tersebut (tidak ada terpencar dari
garis lurus) maka dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas data bisa terpenuhi.
1.0
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi
terhadap gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar (scatter
plot) yaitu grafik yang merupakan diagram pencar residual yaitu selisih antara nilai X
dengan Y observasi
Hipotesis :
a) Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka
b) Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak
Scatterplot
Berdasarkan grafik scatter plot dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
heterokedastisitas. Artinya model regresi layak untuk memprediksi variabel Gairah kerja
Data penelitian ini diuji dengan uji normalitas dan memenuhi asumsi tersebut.
menganalisis regresi digunakan metode enter yaitu dengan memasukkan semua variabel
Tabel 4.7
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Desain_kerja(a) . Enter
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed)
dengan kata lain variabel independent yaitu Desain Kerja telah dimasukkan kedalam
perhitungan regresi dan yang menjadi variabel dependent adalah Gairah Kerja. Hasil
Tabel 4.8
Correlation
Bagian pertama tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa besar hubungan antara desain
pekerjaan dengan gairah kerja yang dihitung dengan koefisien korelasi sebesar 0.820 hal
ini menujukkan hubungan yang sangat erat (mendekati 1) di antara desain pekerjaan dan
gairah kerja. Arah hubungan positif (tidak ada tanda negatif pada angka 0.820)
menujukkan semakin diefektifkannya desain kerja akan membuat gairah kerja cendrung
meningkat.
Vira Renata Sari pohan : P e n g a r u h D e s a i n P e k e r j a a n T e r h a d a p G a i r a h Kerj a K ar yawan
Divis i IIA(Inalum Internal Auditor) Pad a PT .INALUM, 2009.
USU Repositor y © 2009
Tingkat koefisien korelasi satu sisi dari output (diukur dari probabilitas)
menghasilkan angka 0.000 atau praktis 0 oleh karena probabilitas jauh di bawah 0,05
maka korelasi antara desain kerja dan gairah kerja sangat nyata.
Tabel 4.9
Model Summary(b)
Hasil Output SPSS selanjutnya yaitu model summary yang menunjukkan nilai R
square yaitu sebesar 0.672 yang berarti 67.2% Gairah Kerja dapat dijelaskan oleh
sisanya 32.8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.
Tabel 4.10
Coefficients(a)
Standardize
d
Unstandardized Coefficient Collinearity
Model Coefficients s T Sig. Statistics
Std. Toleran
B Error Beta ce VIF
1 (Constant) 7.592 4.817 1.576 .041
Desain_kerja .942 .155 .820 3.077 .006 1.000 1.000
Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari Uji t
Ha : ada pengaruh yang signifikan dari Desain Kerja terhadap Gairah Kerja..
Terlihat bahwa pada kolom sig. /significances adalah .006 atau probabilitas jauh
dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima atau penilaian Desain kerja berpengaruh
Hasil selanjutnya dari tabel 4.10 coefficients yang menunjukkan data hasil regresi
penelitian pada kolom Beta Unstandardized Coefficients . Jika hasil pengolahan SPSS
tersebut dimasukkan kedalam rumus maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 7.592 + 0.942 X
Interpretasi model:
Desain Kerja berpengaruh positif terhadap Gairah Kerja dengan koefisien regresi
sebesar 0.942 Ini berarti apabila Desain Kerja diefektifkan maka Gairah Kerja akan
meningkat. Tanda r (positif) pada variabel Desain Kerja menunjukkan hubungan searah,
artinya apabila Desain Kerja semakin baik, begitu juga sebaliknya t hitung = 3.077 > t
tabel 1.576 dan probabilitas 0.006 < 0.05, ini berarti Desain Kerja memiliki pengaruh
(Inalum Internal Auditor) memiliki peran penting dalam hal meningkatkan gairah kerja
karyawannya hal ini dapat diperjelas dengan melihat hasil dari penelitian di atas
menunjukkan bahwa dari 20 orang karyawan pada divisi IIA (Inalum Internal Auditor) di
PT.Inalum, 67.2 % Gairah Kerja karyawan dapat dijelaskan oleh Desain Kerja sedangkan
sisanya 32.8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
yaitu kemampuan, prestasi kerja, peluang untuk berprestasi, kepastian harapan, iklim
kerja dll.. Desain pekerjaan pada bagian IIA tersebut memberikan pengaruh yang relatif
besar terhadap gairah karyawan, Sehingga dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan
bahwa Desain pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
A. Kesimpulan
regresi sebesar 0,942. Hal ini berarti bahwa dengan adanya kejelasan Desain
Kerja Karyawan.
dengan hasil determinan R square sebesar 67.2% ini berarti Desain Kerja sudah
tersusun dengan baik dan menjadi salah satu faktor dalam yang mempengaruhi
B. Saran
pekerjaan seperti : kapan saat terbaik untuk melakukan pekerjaan, siapa yang akan
2. Walaupun setiap karyawan telah dibekali dengan desain pekerjaan, tetapi dalam
halini diharapkan atasan tetap mendampingi dan selalu memberi arahan kepada
Barker, Alan. 2001 . Managing People. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Harding, H.A & D.T Johns. 2001. Manajemen Operasi. PT.Ikrar Mandiriabadi.
Jakarta.
Herjanto, Eddy. 2001. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua, Cetakan
Jayagus. 2007.Pengaruh Iklim Organisasi terhadap gairah kerja pada hotel Tun
Teja,Pekan Baru,Riau.Universitas Sumatera Utara.Medan
www. Google.co.id
www. Yahoo.com
a. Umum
Pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini bertujuan untuk melengkapi data penelitian
perlu diketahui bahwa jawaban dari kuesioner ini tidak berhubungan dengan
2. Pilihalah jawaban dengan memberi tanda silang (×) pada salah satu jawaban
yang paling sesuai menurut bapak dan ibu ini dapat dilakukan berdasarkan
b. Identitas Responden
Nama :
Pekerjaan/Posisi :
Pendidikan Terakhir :