Anda di halaman 1dari 17

Available online at : http://journal.unj.ac.id/unj/index.

php/gjik
Gladi : Jurnal Ilmu Keolahragaan 11 (02) 2020, 98-114
Permalink/DOI: https://doi.org/10.21009/GJIK.112.03

MODEL WARMING UP OLAHRAGA BERBASIS PERMAINAN

Robby Kurniawan1*, Eko Prabowo1


1
Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Kampus 2 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jl. Perjuangan No.81,Marga Mulya, Bekasi Utara, Kota
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia 17143.

Corresponding author. Email : robby.kurniawan@dsn.ubharajaya.ac.id

Abstrak.Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa model warming up olahraga berbasis permainan.
Model pengembangan dalam penelitian ini, berupa model prosedural yang bersifat deskriptif, karena dalam
penelitian ini menggariskan atau menggunakan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk
yang berupa model warming up olahraga berbasis permainan. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan sepuluh langkah, yaitu: 1) penelitian pendahuluan, 2) perencanaan pengembangan model, 3)
pengembangan desain model pembelajaran, 4) validasi pakar dan revisi model, 5) ujicoba kelompok kecil dan revisi,
6) ujicoba skala besar, 7) revisi produk sekala besar, 8) ujicoba pemakaian dalam kondisi yang sesungguhnya, 9)
revisi produk kembali, 10) Pembuatan produk massal setelah diperbaiki. Uji validasi menggunakan validasi isi dan
uji reliabilitas menggunakan Indeks Kesesuaian Kasar (Crude Index Agreement), hasil uji reliabilitas memperoleh
koefisien sebesar 0,73. Uji coba skala kecil dan skala luas dilaksanankan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Uji coba skala kecil menggunakan mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatiha Olahraga angkatan 2017 sebanyak 9
mahasiswa dan uji coba skala luas menggunakan mahasiswa prodi yang sama angkatan 2018 dan 2019 dengan
jumlah 50 mahasiswa. Hasil akhir penelitian ini berupa 30 model warming up olahraga berbasis permainan.

Kata Kunci: Olahraga, Model Warming Up, Permainan.

Abtract. This study aims to produce a game-based warming up sport model. The development model in this study is
a descriptive procedural model, because in this study, it outlines or uses the steps that must be followed to produce a
game-based warming up sport model. The procedure used in this study used ten steps, namely: 1) preliminary
research, 2) model development planning, 3) learning model design development, 4) expert validation and model
revision, 5) small group trials and revisions, 6) large-scale trials, 7) large-scale product revisions, 8) trials use in real
condition, 9) revision of product back, 10) manufacture of mass product after repair. The validation test uses content
validation and the reliability test uses the Crude Index Agreement, the reliability test results obtain a coefficient of
0.73. Small-scale and wide-scale trials were carried out at Bhayangkara University, Jakarta Raya. The small-scale
trial used 9 students of the Sports Training Study Program class of 2017 and the large-scale trial used the same study
program students of 2018 and 2019 with a total of 50 students. The final result of this research is 30 game-based
warming up sports models.

Keywords: Warming Up Model, Game.

PENDAHULUAN bervariasi, menyenangkan dan mengarah ke


Berdasarkan hasil observasi peneliti aktivitas utama masih tergolong sangat
dibeberapa kampus, sekolah serta klub minim, sehingga peserta didik yang
olahraga di kota Bekasi dalam melaksanakan terlihat kurang antusias dan
melaksanakan proses pembelajaran dan bersemangat. Apabila hal ini dibiarkan
latihan, aktivitas pemanasan yang maka pemanasan yang dilaksanakan tidak
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 99
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

akan maksimal dan akan membuat peserta mencoba merancang sebuah buku yang
didik kurang siap dalam aktivitas utama, lengkap dengan video pelaksanaan yang
dan di khawatirkan akan terjadinya cidera berisikan model warming up olahraga
dan menurunnya prestasi peserta didik. berbasis permainan.
Dengan kondisi ini, peneliti Olahraga harus dilakukan secara
mencoba berupaya menelaah apa yang teratur agar manfaatnya bisa dirasakan
menjadi kendala bagi dosen, guru dan dengan maksimal. Syafrudin dkk (2011)
pelatih terutama ketika melakukan warming menyatakan olahraga secara teratur dapat
up. Peneliti menilai kurang efektifnya dilakukan dengan memperhatikan hal
aktivitas warming up yang dilaksanakan berikut :
oleh peserta didik sehingga ketika aktivitas a. Latihan olahraga sebaiknya sebelum
utama banyak peserta didik yang tidak makan atau 2 jam setelah makan
maksimal bahkan ada yang cidera,. Untuk b. Luangkan waktu sebelum dan sesudah
aktivitas utama yang baik, tubuh harus pelatihan untuk pemanasan dan
melaksanakan warming up yang pendinginan
menyenangkan dan gerakannya mengarah c. Targetkan latihan 3 – 5 kali setiap
ke aktivitas utama, sehingga dalam minggu
melaksanakan aktivitas utama tubuh peserta d. Pilih jenis latihan yang dapat nada
didik sudah dalam keadaan siap untuk nikmati dan ajaklah teman – teman untuk
menerima aktivitas yang lebih berat. latihan bersama. Sehingga kegiatan
Namun yang menjadi kendala dalam olahraga menjadi acara yang
aktivitas warming up, kegiatannya terlihat menyenangkan dan selalu diharapkan.
kaku dan membosankan.. Melihat keadaan Warming Up atau yang kita sebut
seperti ini muncul ide bagi peneliti untuk sebagai pemanasan merupakan tahapan
merancang buku yang bisa dijadikan kegiatan yang dilakukan anak-anak dalam
pedoman untuk membantu pembelajaran suatu pembelajaran olahraga. Pemanasan
dan latihan olahraga terutama pada saat berperan sangat penting bagi anak-anak,
melakukan warming up. Buku ini sebelum masuk dalam kegiatan inti ketika
diharapkan mampu menjadi pedoman bagi mengikuti pembelajaran. Menurut
dosen, guru dan pelatih dalam menyiapkan Luxbacher (2004) menyatakan bahwa
aktivitas warming up dalam kegiatan pemanasan berguna untuk menghangatkan
olahraga, dari uraian diatas peneliti akan suhu otot, melancarkan peredaran aliran
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 100
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

darah dan memperbanyak aliran oksigen ke tubuh, b)memenuhi hasrat bergerak anak,
dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot yang sebelumnya duduk berjam jam di
dan kecepatan gerakan refleks, dan juga bangku sekolah, c) membawa / menyiapkan
untuk mencegah kejang otot. Selain itu panas badan anak yang optimal, untuk
pemanasan juga akan membuat sistem menerima latihan yang berikutnya, d)
organ seperti paru – paru dan jantung dapat membawa jiwa dan rasa anak kepada suatu
bekerja dan terlatih dengan baik. Tilong pelajaran pendidikan jasmani, e)
(2018) berpendapat jenis olahraga yang menghindari unsur cedera. Setelah melihat
baik untuk paru – paru adalah yang berupa pemaparan diatas maka penulis dapat
lari, lompat, dan gerakan yoga. menyimpulkan, bahwa pemanasan atau
Pemanasan merupakan persiapan erengaangan sebelum melakukan aktivitas
aktivitas pertama dari latihan olahraga olahraga itu sangatlah dibutuhkan oleh
(Kravitz, 1997). Hal ini sama seperti yang tubuh, karena jika pemanasan tidak
dikemukakan Alter (1996) menerangkan dilakukan maka akan memberikan dampak
bahwa dengan melakukan latihan atau yang sangat besar contohnya: otot tidak
pemanasan diharapkan dapat memberikan siap dan kaku, kram, kurang percaya diri
penyesuaian pada kondisi tubuh atlet dari (nerveus), dan dampak yang lebih parah
keadaan istirahat sebelum melakukan lagi adalah resiko cedera sangat
aktivitas olahraga, dan pemanasan juga besar.Waktu untuk melakukan pemanasan
diharapkan dapat memperbaiki penampilan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan
atlet dan dapat mengurangi resiko cedera. fisik dan kondisi yang ada. Namun akan
Menurut Lutan (2000) tujuan pemanasan lebih baik jika pemanasan dilakukan secara
adalah : (1) menyiapkan siswa agar segera intensif untuk meningkatkan suhu tubuh,
menyiapkan diri dengan tugas ajar, (2) sehingga menyebabkan tubuh berkeringat,
merangsang fungsi organ tubuh agar siap dan jangan sampai dilakukan secara
melakukan kerja fisik yang lebih berat, (3) berlebihan sehingga menyebabkan
merengangkan otot dan tali sendi sehingga keletihan. Berbeda jika cuaca dingin
bahaya cidera otot atau sendi dapat pemanasan dapat dilakukan dengan lebih
dihindari. intensif lagi. Bentuk dari pemanasan
Menurut Mulyaningsih, dkk (2009) sebenarnya sangatlah banyak, hal ini karena
juga menerangkan bahwa tujuan dari pemanasan disesuaikan dengan olahraga
pemanasan adalah a) meningkatkan suhu atau aktivitas fisik yang akan dilakukan.
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 101
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

Beberapa contoh pemanasan dapat menimbulkan kesadaran agar bermain


dilakukan dengan berlari-lari kecil/ joging, dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang
pemanasan statis, pemanasan dinamis, atau memerlukan kerjasama dengan teman,
bisa juga melalui bentuk-bentuk permainan menghormati lawan, mengetahui
sederhana, dan masih banyak lagi yang kemampuan teman, patuh pada peraturan,
lainya, intinya dalam pemanasan harus dan mengetahui kemampuan dirinya
mengandung unsur -unsur yang sendiri.
menyenangkan, mudah, semangat, dan Bermain dapat mengembangkan
membuat siswa tertarik dengannya, kemampuan lain yang dimiliki oleh anak.
sehingga dengan begitu siswa akan Salah satunya ialah anak dapat
semangat dalam mengikuti pelajaran, atau menunjukkan keterampilan gerak mereka
aktivitas olahraga berikutnya. selama mengikuti permainan sehingga
Strategi mengajar masing-masing dapat diketahui anak tersebut berbakat
memiliki kelebihan dan kelemahan dalam kegiatan olahraga. Fungsi kegiatan
tersendiri. Guru dituntut harus dapat kreatif bermain pada anak ialah mastery play,
dan mampu melakukan pengamatan dengan sesuai dengan pendapat Tedjasaputra
baik sehingga tepat dalam menerapkan (2006) yang menyatakan bahwa sebagian
suatu strategi mengajar kedalam proses besar kegiatan bermain pada anak disebut
pengajaran pendidikan jasmani di Sekolah sebagai mastery play, atau bermain untuk
yang sesuai dengan karakteristik dan menguasai keterampilan tertentu karena
kebutuhan dari siswa tersebut sehingga kegiatan tersebut dapat merupakan latihan
proses pembelajan berjalan dengan baik bagi anak untuk menguasai keterampilan -
dan lancar dan tujuan dari proses keterampilan yang baru baginya melalui
pembelajaran tesebut tercapai dengan baik. pengulangan-pengulangan yang dilakukan
Sukintaka (2007) didalam bukunya anak.
menjelaskan mengenai sifat bermain yaitu : Bermain dapat diartikan sebagai
(1) Bermain merupakan aktivitas yang suatu kegiatan yang dilakukan dengan
dilakukan dengan sukarela atas dasar rasa mempergunakan atau tanpa
senang. (2) Bermain dengan rasa senang, mempergunakan alat yang menghasilkan
menumbuhkan aktivitas yang dilakukan pengertian, memberikan informasi,
secara spontan. (3) Bermain dengan rasa memberikan kesenangan, dan dapat
senang, untuk memperoleh kesenangan, mengembangkan imajinasi anak. Di dalam
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 102
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

bermain seorang anak memberikan batasan- anak melakukan gerakan yang


batasan, batasan tersebut antara lain batasan diperintahkan sesuai materi yang akan
tempat dan waktu, mengikuti aturan dan diberikan. Sesuai dengan penjelasan dalam
tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan buku Biskop dan Mavis Curtis (2005)
kesepakatan bersama. Bermain dapat menyatakan bahwa anak-anak dapat secara
digunakan untuk membantu anak dalam aman bereksplorasi dan bereksperimen
mengembangkan potensi fisik, kognitif, karena mereka merasa aman dan percaya
sosial dan emosi bukan sekedar pada aspek diri di arena bermain.
psikomotor saja melaikan lebih kompleks Terkait hal tersebut terlihat bahwa
untuk pengaruh bermain. Ada beberapa penerapan pendekatan bermain tersebut
pengaruh dalam bermain yang disimpulkan merupakan bagian yang tidak dapat
oleh Furqon (2006) dalam perkembangan dipisahkan dalam pelaksanaan proses
anak, yaitu: 1) Pengembangan keterampilan belajar pendidikan jasmani dan kesehatan
gerak, 2) Perkembangan fisik dan yang memiliki fungsi dengan tujuan yang
kesegaran jasmani, 3) Dorongan sama, yaitu sebagai suatu cara
berkomunikasi, 4) Penyaluran bagi energi memudahkan siswa dalam belajar serta
emosional yang terpendam, 5) Penyaluran agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
bagi kebutuhan dan keinginan, 6) Sumber dapat berjalan secara efisien dan efektif
belajar, 7) Rangsangan bagi kreatifitas, 8) yang pada akhirnya prestasi dan hasil
Perkembangan wawasan diri, 9) Belajar belajar dapat dicapai secara optimal.
bermasyarakat, 10) Perkembangan Dengan melakukan pendekatan bermaian
kepribadian. peserta didik akan merasa senang, gembira,
Pendekatan bermain adalah suatu aktif, dan tidak merasa cepat bosan
proses atau cara penyampaian pembelajaran sehingga proses pembelajaran lari cepat
dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan berjalan dengan baik dan benar dan tujuan
materi inti untuk mencapai tujuan yang dari pembelajaran bisa tercapai dengan baik
telah ditetapkan. Permainan yang dan benar.
dimaksukan disini adalah permainan kecil Sholihin (2019) telah melakukan
yang materinya disesuaikan dengan standar penelitian untuk melihat pengaruh
kompetensi dalam kurikulum. Pendekatan pemanasan menggunakan permainan kecil
bermain memberikan kebebasan kepada terhadap tingkat kesiapan siswa dalam
siswa untuk begerak yang akan merangsang Pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 103
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

Olahraga dan Kesehatan. Hasil penelitian juga telah membuat model latihan SMASH
menunjukkan adanya peningkatan kesiapan sepak takraw untuk atlet DKI. Namun
siswa dalam pembelajaran dengan model latihan ini masih terbatas untuk
pemanasan menggunakan permainan kecil. melatih kemampuan SMASH dalam sepak
Selanjutnya Lubena (2017) menggunakan takraw.
model pembelajaran keterampilan lari Pada penelitian lainnya Mangun,
gawang (A.D.L) berbasis permainan untuk F.A., & Budiningsih, M (2017) telah
siswa SMA. Melalui treatment yang menemukan 100 model baru dan
diberikan, siswa berhasil meningkatkan modifikasi untuk latihan SMASH pada
kemampuan dalam pembelajaran lari cabang olahraga bulutangkis untuk atlet
gawang. Selain itu, Finalosa, F. & Hartani, ganda. Selanjutnya, Gandasari (2020) telah
S.C.Y., (2014) juga meneliti pengaruh mengembangkan model pemanasan
permainan kecil dalam pemanasan terhadap berbasis permainan pramuka pada siswa
minat siswa dalam pembelajaran bola SMP. Bentuk model pemanasan lainnya
basket. Hasil penelitian didapatkan adanya juga telah dikembangkan oleh Segi, L. &
peningkatan minat siswa dalam Seran, L.M., (2019) yang menggunakan
pembelajaran bola basket. video pembelajaran gerak tari gawi sebagai
Pada penelitian relevan terdahulu, pemanasan olahraga sepakbola siswa SSB
Farlin, B., dkk (2016) mengembangkan Indonesia Muda Ende.
model warming up berbasis permainan Berdasarkan penelitiannya, Yudanto
tradisional pada peserta didik SMP. Model (2011) juga telah membuat model
permainan yang dikembangkan terdiri dari pemanasan dalam dalam bentuk permainan
3 model permainan, yaitu permainan depan untuk siswa Sekolah Dasar pada permainan
belakang, Pukat Ikan dan Menggumpulkan sepakbola. Penelitian tersebut menjelaskan
Ikan. Model pemanasan lainnya yang telah bahwa ada 8 model pemanasan yang
dilakukan adalah adalah model pemanasan disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
berbasis gerak dan lagu bagi anak perkembangan siswa. Model pemanasan ini
tunanetra. Kusworo, H & Winarni, S dikhususkan untuk pembelajaran sepakbola
(2017) telah mengembangkan model dan untuk siswa Sekolah Dasar.
pemanasan yang dapat mengajarkan siswa Berdasarkan penelitian-penelitian
tunanetra bergerak pemanasan/ beraktivitas tersebut, model pemanasan berbasis
menggunakan media. Munandar (2017) permainan masih terbatas untuk beberapa
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 104
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

cabang olahraga. Sejauh ini belum terlihat pengembangan model. (3) Pengembangan
bentuk pemanasan (warming up) berbasis desain model pembelajaran. (4) Validasi
permainan yang bisa dipakai oleh semua pakar dan revisi model. (5) Ujicoba
cabang olahraga dan semua kelompok kelompok kecil dan revisi. (6) Ujicoba
umur. Penelitian yang saya lakukan adalah skala besar (7) Revisi produk sekala besar.
model pemanasan berbasis permainan yang (8) Ujicoba pemakaian dalam kondisi yang
dapat dipakai untuk semua jenis aktivitas sesungguhnya. (9) Revisi produk kembali.
olahraga dan semua kelompok umur (10) Pembuatan produk massal setelah
dengan jumlahnya 30 model permainan. diperbaiki.
Penelitian ini bertujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
menghasilkan produk yang berupa model
Aktivitas olahraga yang baik adalah
warming up olahraga berbasis permainan.
aktivitas yang dirancang dan tersusun
METODE PENELITIAN secara sistematis. Dimulai dari warming up,
Penelitian ini dilakukan di Kampus aktivitas utama hingga colling down.
2 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Warming up atau yang biasa kita sebut
Subjek penlitian ini adalah mahasiswa pemanasan adalah aktivitas pertama yang
Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga dilakukan dalam berolahraga. Warming up
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya bertujuan untuk mempersiapkan tubuh
yang berjumlah 50 orang dan memerlukan untuk melakukan aktivitas utama. Warming
waktu 2 Bulan. Peneliti menggunakan up yang baik akan menjadikan tubuh lebih
desain penelitian research and development bersemangat dan membuat tubuh kita lebih
atau R & D. Research and development siap menghadapi kegiatan inti yang lebih
merupakan suatu metode penelitian yang berat serta mencegah terjadinya cidera saat
digunakan untuk menghasilakan produk berolahraga. Warming up juga merupakan
dan mampu menguji keefektifan produk aktivitas penting yang tidak boleh
tersebut (Sugiono, 2012). Peneliti dilewatkan sesorang apabila ingin
menciptakan sebuah buku yang akan berolahraga. Penelitian ini membahas
membantu dosen, guru dan pelatih dalam model warming up dengan model
proses pembelajaran dan latihan olahraga. permainan sehingga peserta didik lebih
Prosedur atau langkah-langkah yang menikmati aktivitas dan mengurangi
digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) kebosanan sehingga peserta didik lebih siap
Penelitian pendahuluan. (2) Perencanaan dalam aktivitas utama.
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 105
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

Definisi Operasional dalam penggunaan buku dalam


Berdasarkan konsep mengenai mempersiapkan aktivitas warming up,
pengembangan model warming up sehingga pada proses ini dapat dilihat
olahraga berbasis permainan, maka secara efektifitas dalam pengunaan buku dalam
operasional yang dimaksud dengan mempersiapkan aktivitas warming up
pengembangan model warming up sebelum latihan atau pembelajaran
olahraga berbasis permainan adalah Reliabilitas instrumen menunjuk
bentuk-bentuk warming up dalam bentuk pada tingkat keterandalan sesuatu.
bermain yang digunakan dalam aktivitas Reliabel artinya dapat dipercaya dan
olahraga yang dihubungkan dengan diandalkan (Arikunto, 1997). Disamping
aktivitas inti yang akan dilakukan sebelum itu, reliabilitas menunjuk pada konsistensi
memasuki aktivitas utama atau inti dalam suatu alat ukur dalam mengukur gejala-
aktivitas keolahragaan baik itu olahraga gejala yang sama, yang artinya bahwa setiap
pendidikan, prestasi ataupun rekreasi. pengukuran harus memiliki kemampuan
Uji Validasi Ahli dan Uji Reliabilitas untuk memberikan hasil pengukuran
Produk yang konsisten.
Validasi yang digunakan dalam uji Pengujian reliabilitas model
validasi ahli adalah berdasar pada validitas pemanasan dalam bentuk bermain pada
isi. Pada dasarnya validitas isi menunjuk pembelajaran sepakbola bagi siswa
kepada cakupan materi atau bahan sesuai sekolah dasar menggunakan reliabilitas
dengan ruang lingkup materi yang pengamatan atau dengan mencari
diajarakan atau mengukur tujuan khusus koefisien kesepakatan diantara para
tertentu yang relevan dengan materi atau isi pengamat. Pengujian reliabilitas
yang akan diberikan, Validator dalam pengamatan menunjuk pada pengertian
penelitian ini adalah ahli bidang olahraga bahwa menentukan reliabilitas instrumen
pendidikan dan ahli olahraga prestasi. dengan menggunakan kesepakatan
Peserta didik dan pelatih serta guru dan diantara beberapa pengamat atau juri.
dosen merupakan subjek dalam penelitian Untuk mencarai reliabilitas dengan cara
ini, karena pelaksanaan uji penggunaan mencari Indeks Kesesuaian Kasar (Crude
media dilakukan dalam perkuliahan praktel Index Agreement), dengan rumus sebagai
olahraga PKO UBJ sehingga dosen dan berikut:
peserta didik memiliki peranan penting IKK = n : N
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 106
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

Keterangan: setelah model dilakukan uji validasi dan


IKK : Indeks Kesesuaian Kasar n : diikuti dengan revisi dari para ahli dan guru
Jumlah kode yang sama Pendidikan Jasmani. Uji coba skala kecil
N : Banyaknya objek yang diamati dilakukan di Universitas Bhayangkara
(Arikunto, 1997). Jakarta Raya, Bekasi pada mahasiswa prodi
Hasil pengujian reliabilitas model Pendidikan Kepelatihan Olahraga angkatan
pemanasan dalam bentuk bermain pada 2017 dengan jumlah 9 mahasiswa. Uji coba
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah skala kecil ini dilakukan untuk
dasar didapatkan koefisien sebesar 0,73. mendapatkan informasi apakah model
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tersebut dapat dilaksanakan serta dapat
dan validitas, dapat disimpulkan bahwa mengumpulkan informasi masukan-
warming up olahraga berbasis permainan masukan mengenai model warming up
telah memenuhi syarat valid dan reliabel olahraga berbasis permainan.
untuk dapat digunakan pada sampel yang Berdasarkan uji coba skala kecil
sesungguhnya. tersebut dapat disimpulkan bahwa produk
Revisi Produk sebelum Uji Coba warming up olahraga berbasis permainan
Model warming up olahraga dapat diujicobakan pada sampel
berbasis permainan, pada tahap uji validasi sesungguhnya yaitu mahasiswa prodi
ahli terdapat beberapa masukan dan saran Pendidikan Kepelatihan Olahraga
untuk revisi atau perbaikan model. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Beberapa masukan dan saran yang telah Angkatan 2018 dan 2019.
didapatkan dari ahli dan dosen Revisi Produk setelah Uji Coba Skala
keolahragaan adalah sebagai berikut: 1) Kecil
pada permainan ”Shooter Leg” sasaran Revisi produk model warming up
adalah lutut ke bawah dan bola yang olahraga berbasis permainan, setelah
digunakan menggunakan bola plastik atau dilakukan uji coba skala kecil perlu
bola yang lunak dan pada permainan dilakukan. Masukan dan saran yang
”Lampu Lalu Lintas” gerakan yang akan didapatkan setelah melakukan uji coba
dilakukan disesuaikan dengan instruksi skala kecil, berupa penambahan keterangan
pelatih atau guru. pada gambar pada masing- masing
Uji Coba Skala Kecil permainan, untuk memperjelas petunjuk
Uji coba skala kecil dilakukan, pelaksanaan permainan yang dilakukan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 107
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

Uji Coba Skala Besar digerakkan oleh juri tadi dalam


Uji coba skala besar merupakan uji mengumpulkan poin.
coba akhir sebelum model warming up 2. Maling Kemalingan
olahraga berbasis permainan benar-benar Permainan ini dimainkan oleh 4 tim
dapat digunakan. Uji coba skala besar yang masing – masing diisi minimal 2
dilaksanakan pada mahasiswa prodi orang. Setiap pemain secara bergantian
Pendidikan Kepelatihan Olahraga berlari mengambil cone tim lawan dan
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya diletakkan ke dalam huula hoop tim
Angkatan 2018 dan 2019 yang berjumlah tersebut. Setiap pemain boleh mengambil
50 orang. cone tim manapun dan cone yang ada pada
Hasil Pengembangan Model tim tersebut juga bisa diambil oleh lawan
Hasil pengembangan berupa manapun.
warming up olahraga berbasis permainan 3. Balap Buaya
dihasilkan delapan (30) model pemanasan. Permainan ini dimainkan oleh 2
Adapun model pemanasan tersebut adalah orang setiap timnya, dimana untuk
sebagai berikut: berpindah dari titik A ke titik B pemain
pertama harus bergerak hanya dengan
1. Take & Run From Twister tangan dengan kedua kaki pemain pertama
Permainan ini dimainkan oleh 2 - 4 harus dipegang dan diangkat dari belakang
tim dengan setiap tim berisi minimal 3 oleh pemain kedua. Ketika sudah sampai di
pemain. Dalam permainan ini setiap titik B tim tersebut harus kembali ke titik A
pemain berlomba mengumpulkan benda dengan Pemain kedua yang bergerak
(poin) yang sudah di tentukan didalam area dengan tangan dan pemain pertama yang
permainan. Dalam permainan ini ada satu memegang dan mengagkat kaki pemain
juri yang berdiri tepat di tengah area kedua dari belakang.
permainan dengan memegang bola yang 4. Kejar Balik
diikatkan dengan sebuah tali, juri tadi Permainan ini terbagi atas 3 jenis
melakukan gerakan memutar bola tersebut pemain yaitu (A) pemain yang mengejar,
dengan berpegang ke tali dengan jarak (B) dikejar dan (C) menunggu. Pemain
secara acak. Setiap pemain yang yang A harus berusaha menyentuh pemain
mengumpulkan benda (poin) harus B. Jika pemain A berhasil menyentuh B,
berusaha menghindari bola dan tali yang maka mereka bertukar peran. Namun jika
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 108
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

pemain B duduk didepan pemain C, maka tujuan berlari secara bergantian ke arah
pemain A yang mengejar akan menjadi area yang berisi 9 lingkaran untuk
pemain yang dikejar oleh pemain C, dan membentuk garis lurus vertikal, horizontal
begitu seterusnya. ataupun diagonal dengan menggunakan
6. Hitam Hijau penanda untuk masing – masing tim.
Permainan ini bertujuan melatih 9. Menjala Ikan
konsentrasi dan reaksi seseorang. Permainan ini dimulai dengan
Permainan ini dipimpin guru atau instruktur membagi setiap pemain menjadi satu
yang memberi aba – aba hitam atau hijau. pasang ( 2 orang ) dan saling
Jika guru menyebut kata hitam, maka bergandengan, dan yang tidak dapat
pemain hitam mengejar pemain hijau, dan pasangan harus bertugas mengejar
jika guru menyebut kata hijau maka pemain kelompok yang mendapat pasangan. Setiap
hijau mengejar pemain hitam. pasangan yang berhasil disentuh /
7. Lari Bowling ditangkap pengejar harus bergabung dan
Permainan ini dimainkan oleh 5 bergandengan untuk mengejar pasangan
hingga 10 orang setiap timnya. Pemain yang lain.
berbaris di titik A dengan pemain paling 11. Shooter Leg
belakang memegang sebuah bola. Saat Permainan ini dimainkan oleh
permainan dimulai, pemain yang minimal 10 orang, dimana salah satu
memegang bola harus menggelindingkan diantara pemain berada diluar area batas
bola tersebut diantara kaki rekan setim dan permainan yang bertugas melempar bola
pemain paling depan menangkap bola dengan target kaki dari pemain yang berada
tersebut, lalu berlari ke titik B, selanjutnya dildalam area permainan, apabila kaki
pemain yang berlari dengan bola tadi sipemain yang berada di dalam area terkena
berlari ke titik A hingga menjadi pemain bola, maka pemain tersebutpun keluar dan
paling belakang da melanjutkan membatu pemain yang berada di luar area
menggelindingkan bola tersebut kepada untuk melempar bola ke kaki pemain yang
pemain yang sudah menunggu giliran masih berada di dalam area.
selanjutnya untuk berlari. 13. Gobak Sodor / Galasin
8. Tic Tac Toe Permainan ini dimainkan oleh 2 tim,
Permainan ini dimainkan oleh 2 tim dimana setiap tim berisi 4 sampai 6 pemain
yang setiap tim berisi 3 – 7 orang dengan dengan tujuan menghadang lawan agar
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 109
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

tidak bisa lolos melewati garis ke baris 18. Lari Warna Warni Lurus
terakhir secara bolak-balik, dan untuk Permainan ini dimainkan oleh
meraih kemenangan seluruh anggota grup minimal 2 tim yang berisi 3 – 5 orang
harus secara lengkap melakukan proses setiap timnya. Masing – masing pemain
bolak-balik dalam area lapangan yang telah secara bergantian harus berlari
ditentukan. mengumpulkan bola satu persatu sesuai
14. Lampu Lalu Lintas dengan warna tim, dan yang paling cepat
Permainan ini dilakukan dengan selesai mengumpulkan bola adalah
cara merespon aba – aba yang disampaikan pemenangnya.
guru untuk melakukan gerakan seperti 19. Lari Warna Warni Silang
rambu lalu lintas yaitu merah untuk Permainan ini dimainkan oleh
berhenti, hijau berlari dan beberapa aba – minimal 2 tim yang berisi 3 – 5 orang
aba lainnya. setiap timnya. Masing – masing pemain
15. Lari Estafet secara bergantian harus berlari
Permainan ini dimainkan oleh 2 tim mengumpulkan bola satu persatu sesuai
atau lebih dimana satu tim berisi 3 – 7 dengan warna tim, dan yang paling cepat
pemain. Setiap tim harus bergerak dengan selesai mengumpulkan bola adalah
berlari secara bergantian, dan yang paling pemenangnya.
cepat menyelesaikan permainan adalah 20. Contact Ball
pemenangnya. Permainan ini dimainkan dengan
17. Shoot The Ball With The Ball cara 1 orang yang memegang bola dan
Permainan ini dimaikan oleh 2 tim, yang lain berusaha menghindar dari orang
dengan 1 tim berisikan minimal 5 Pemain, yang memegang bola tadi. Pemain yang
Kedua tim akan berdiri di area masing – memegang bola berusaha menyentuhkan
masing dengan bola untuk setiap anggota bola yang ia pegang ke tubuh pemain lain.
tim yang akan doigunakan sebagai alat Jika ada pemain lain yang berhasil ia
utama. Di tengah –tengah kedua tim akan sentuh dengan bola maka pemain lain tadi
diletakkan sebuah bola target. Kedua tim harus bergabung dengan pemain yang
harus melempar bola yang ada di tangan memegang bola tersebut.
mereka masing – masing ke arah bola 21. Ular Buta
target sampai bola target bergerak melewati Permainan ini dimainkan oleh 2 tim
garis pembatas area dari lawannya. atau lebih, dimana satu tim terdiri dari 2 – 4
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 110
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

pemain yang berbaris lurus sambil kesalahan ( misalnya tim A ) sehingga bola
memegang bahu. Pemain yang paling tersebut bisa disentuh oleh tim C harus
depan harus menutup matanya dengan kain bertukar peran, dan selanjutnya permainan
penutup dan bertugas mengambil poin yang dilanjutkan dengan tim B dan C yang
disediakan. Karena mata pemain paling memainkan lempar tangkap bola dan A
depan ditutup maka pemain lain harus yang berusaha merebut bola, dan begitu
mengarahkan pemain paling depan untuk seterusnya.
bergerak dan mengambil poin dan bergerak 24. Hulla Hoop Sepatu Individu
mengikuti pemain paling paling depan. Permainan ini dimainkan dengan
22. Kepala Pundak Lutut Cone bergerak dari satu titik ke titik lain dan
Permainan ini bertujuan untuk kembali ke titik awal secara bergantian.
melatih konsentrasi dan reaksi sesorang. Namun saat bergerak pemain menggunakan
Cara permainan ini adalah 2 pemain saling 2 cone sebagai alas bergerak. Pemain
berhadapan dengan huula hoop diantara bergerak dengan meletakkan cone ke arah
kedua pemain tersebut yang sudah depan dan berpindah ke cone tersebut lalu
diletakkan cone didalamnya. Guru / mengambil cone yang dibelakang untuk
instruktur menyebutkan kata kepala pundak dipindahkan lagi ke depan dan pindah ke
lutut secara acak dan disaat bersamaan cone tersebut dan seperti itu seterusnya
pemain harus memegang bagian tubuh hingga titik yang ditentukan.
yang disebutkan oleh guru, jika tiba – tiba 25. Hulla Hoop Sepatu Tim
guru mengucapkan kata cone maka kedua Permainan ini dimainkan dengan
pemain tersebut berlomba mengambil cone bergerak dari satu titik ke titik lain secara
yang ada diantara pemain tersebut. bersamaan. Saat bergerak pemain harus
23. Kucing 3 Warna cone sebagai alas bergerak. Pemain
Permainan ini dimainkan oleh 3 tim bergerak dengan meletakkan cone ke arah
( A B C / sesuai warna ), dimana dua dari depan dan berpindah ke cone tersebut dan
tim ( A B ) tersebut berusaha bermain pemain yang dibelakang juga ikut pindah
lempar tangkap dan tim yang lain ( C ) mengisicone yang kosong yang ada
harus berusaha menganggu hingga bisa didepan, lalu pemain paling belakang
menyentuh / menangkap bola tersebut. Jika mengambil cone yang dibelakang untuk
bola berhasil disentuh atau ditangkap oleh dipindahkan lagi ke depan dan pindah ke
tim C, maka pemain pada yang melakukan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 111
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

cone tersebut dan seperti itu seterusnya memiliki 3 gawang sebagai target mereka
hingga titik yang ditentukan. mencetak angka. Permainan dilakukan
26. Fotely seperti bermain sepakbola pada umumnya
Permainan ini adalah gabungan dari namun ada 3 gawang yang harus dijaga dari
permainan sepakbola, tenis dan bola voli. lawan dan ada 3 gawang lawan juga yang
Pemain menggunakan bola sepak / bola dijadikan sebagai target untuk mencetak
sebagai alat permainan, dan aturan gol.
permainan seperti permainan tenis dan voli. 30. Berguling Estafet
27. Handball 3 Langkah Permainan ini dimainkan dengan
Permainan ini dimainkan seperti cara memindahkan suatu benda dari titik ke
pemainan handball pada umunya, namun titik yang lain, namun setiap pemain / tim
setiap pemain hanya boleh membawa bola harus bergerak dengan cara berguling.
maksimal 3 langkah, setelah itu harus Pemanasan (warming up)
dilempar ke teman yang lain dan setiap merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
pemain hanya boleh melakukan shooting sebelum memasuki aktivitas inti dalam
dari luar area kotak pinalti. berolahraga Pemanasan ini berfungsi untuk
28. Lempar Huula Hoop menyiapkan tubuh secara fisik dan psikis.
Permainan ini dimainkan oleh 2 tim Permainan dalam warming up dapat
atau lebih dengan cara berlari dari titik A membuat ketercapaian tujuan pemanasan
ke titik B sambil membawa huula hoop, untuk berolahraga menjadi lebih maksimal.
dan saat sampai di titik B, pemain Hal ini dikarenakan permainan merupakan
melempar huula hoop ke target yang sudah aktivitas yang menyenangkan. Semua
ditentukan. Jika berhasil pemain kembali ke kelompok umur sangat menyukai
titik A dan bergantian dengan pemain lain, permainan.
jika gagal pemain harus dihukum ( push up Beberapa peneliti juga telah
/ lompat sekitar 5 – 10 kali ) dan mengemukakan hasil penelitiannya terkait
mengambil huula hoop tersebut kembali ke permainan dalam pemanasan. Hal ini
titik A dan bergantian dengan pemian diungkapkan oleh Sholihin (2019), bahwa
lainnya terjadi peningkatan kesiapan siswa dalam
29. Sepakbola 3 Gawang pembelajaran PJOK jika melakukan
Permainan ini oleh 2 tim, dimana pemanasan menggunakan permainan.
setiap tim berisi 4 – 7 pemain. Setiap tim Selain itu Lubena (2017) juga
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 112
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

mengungkapkan bahwa model mengandung unsur - unsur yang


pembelajaran keterampilan lari gawang menyenangkan, mudah, semangat, dan
berbasis permainan dinilai efektif untuk membuat siswa tertarik dengannya. Dengan
meningkatkan keterampilan lari gawang demikian, siswa akan semangat dalam
siswa SMA. mengikuti pelajaran, ataupun aktivitas
Pada penelitian lainnya, olahraga lainnya.
Kiswantoko, D., & Wijaya, M.R.A.,
KESIMPULAN
(2018) telah melakukan penelitian untuk
Berdasarkan hasil penelitian yang
melihat perbandingan pemanasan bermain
telah diuraikan sebelumnya, dapat
dengan pemanasan klassik dalam
disimpulkan bahwa telah terbentuk suatu
pembelajaran renang gaya dada pada siswa
model warming up olahraga berbasis
SMP N 3 Sukabumi. Penelitian serupa juga
permainan. Model tersebut terdiri dari tiga
telah dilakukan Maedapradana, D., &
puluh model. Adapun nama model
Hartati, S.C.Y., (2020) yang melihat
pemanasan adalah sebagai berikut: Take &
perbandingan partisipasi aktif dalam
Run From Twister, Maling Kemalingan,
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga
Balap Buaya, Kejar Balik, Updown Cone,
dan kesehatan menggunakan pemanasan
Hitam Hijau, Lari Bowling, Tic Tac Toe,
permainan kecil dengan pemanasan
Menjala Ikan, Lari Angkut, Shooter Leg,
konvensional pada siswa SMP N 4
Bola Setan, Gobak sodor / galasin, Lampu
Widodaren. Dalam penelitian tersebut
Lalu Lintas, Lari Estafet, Lompat Estafet,
terlihat partisipasi aktif siswa berolahraga
Shoot The Ball With The Ball, Lari Warna
lebih besar jika melakukan pemanasan
Warni Lurus, Lari Warna Warni Silang,
menggunakan permainan.
Contact Ball, Ular Buta, Kepala Pundak
Adanya pemanasan berupa
Lutut Cone, Kucing 3 Warna, Hulla Hoop
permainan memang dapat meningkatkan
Sepatu ( Individu ), Hulla Hoop Sepatu (
minat olahraga bagi siapapun. Hal ini
Tim ), Fotely, Handball 3 Langkah, Lempar
disampaikan oleh Finalosa, F & Hartani,
Huula Hoop, Sepakbola 3 Gawang,
S.C.Y, (2014) yang menyatakan bahwa
Berguling Estafet. Model warming up
terjadi peningkatan minat siswa dalam
berbasis permainan ini diharapkan mampu
pembelajaran bola basket disebabkan oleh
membantu dosen, guru dan pelatih
adanya sesi permainan saat pemanasan.
keolahragaan dalam mempersiapkan
Oleh karena itu, dalam pemanasan harus
aktivitas pemanasan sehingga siswa atau
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 113
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

atlit lebih siap untuk melakukan aktivitas Pemanasan Bermain dan


Pemanasan Classic (Statis &
inti saat berolahraga.
Dinamis) Terhadap Minat dalam
Pembelajaran Renang Gaya Dada
Pada Kelas VIII di SMA Negeri 3
DAFTAR PUSTAKA
Kota Sukabumi Tahun 2018.
Sukabumi : FKIP UMMI.
Alter, Michael J. (1996). 300 Teknik Kravitz, Len. (1997). Bugar Total. Jakarta:
Perengangan Olahraga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Raja Grafindo Persada.
Kusworo, Hendrik dan Sri Winarni. (2017).
Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Model Pemanasan Berbasis Gerak
Penelitian suatu Pendekatan dan Lagu Bagi Anak Tunanetra.
Praktek. (Edisi IV). Jakarta: Rineka Jurnal Pendidikan Jasmani
Cipta. Indonesia, 12 (1), 19 – 24.

Biskop, Julia C dan Mavis Cortis. (2005). Lubena, Ayu Dyah. (2017). Model
Permainan Anak - anak Zaman Pembelajaran Keterampilan Lari
Sekarang di Sekolah Dasar, Gawang (A.D.L) Berbasis
Jakarta: Gramedia Widiasarana Permainan Untuk Siswa SMA.
Indonesia. Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan,
07 (02), 61-66. doi : 10.21009/
Farlin, Belka, dkk. (2016). Pengembangan GJIK.081.05.
Model Warming Up Berbasis
Permainan Tradisional Pada Lutan, Rusli. (2000). Asas - asas
Peserta Didik SMP. Pontianak : Pendidikan Jasmani Pendekatan
FKIP Untan. Pendidikan Gerak di Sekolah
Dasar. Jakarta : Direktorat Jenderal
Finalosa, Fiki dan Hartani, S.C.Y dan. Olahraga, Depdiknas.
(2014). Pengaruh Pemberian
Permainan Kecil dalam Pemanasan Luxbacher, Joe. (2004). Sepakbola : Taktik
Terhadap Minat Siswa dalam dan Teknik Bermain. Jakarta:
Pembelajaran Bola Basket. Jurnal Raja Grafindo Persada.
Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, 02 (03), 805 – 810. Maedapradana, Deagrienta dan Sasminta.
Christina Y.H. (2020).
Furqon, M. (2006). Mendidik Anak Dengan Perbandingan Partisipasi Aktif
Bermain. Surakarta : Universitas Siswa Dalam Pembelajaran
Sebelas Maret. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan Menggunakan
Gandasari, Maharani Fatima. (2020). Pemanasan dengan Permainan Kecil
Pengembangan Model Pemanasan dan Konvensional Pada Siswa Kelas
Berbasis Permainan Pramuka Pada VII SMPN 4 Widodaren. Jurnal
Siswa SMP. JOSEPHA, 1 (1), 26 – Pendidikan Olahraga dan
32. Kesehatan, 8 (01), 27-30.

Kiswantoko, Didik dan M.Rizki Adi Mangun, Fajar Arie dan Marlinda
Wijaya. (2018). Perbandingan Budiningsih. (2017). Model latihan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 11 (02), Oktober- 114
Robby Kurniawan, Eko Prabowo

SMASH Pada Cabang Olahraga Olahraga dan Kesehatan. Jurnal


Bulutangkis Untuk Atlet Ganda. Pendidikan Olahraga dan
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, Kesehatan, 07 (02), 375-379.
08 (02), 78 -91. doi : 10.21009/
GJIK.082.01 Sugiono. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Mulyaningsih, Farida dkk. (2009). Senam Alfabeta.
Irama. Yogyakarta: FIK UNY.
Munandar, Haris. (2017). Model Latihan Sukintaka. (2007). Teori Bermain untuk D2
SMASH Sepaktakraw Berbasis PGSD Penjaskes. Jakarta:
Stand Ball Untuk Atlet DKI. Gladi Departemen Pendidikan dan
Jurnal Ilmu Keolahragaan, 08 (02), Kebudayaan, Direktorat Jenderal
119-134. doi : 10.21009/ Pendidikan Tinggi.
GJIK.082.05
Syafrudin, dkk. (2011). Himpunan
Segi, Longginus dan Ludgerus Manek Penyuluhan Kesehatan, Pada
Seran. (2019). Pengembangan Remaja, Keluarga, Lansia, dan
Video Pembelajaran Gerak Tari Masyarakat. Jakarta: Trans Info
Gawi yang Dimodifikasi Sebagai Media.
Alternatif Pemanasan Olahraga Tedjasaputra, Mayke S. (2006). Bermain,
Sepakbola Siswa SSB Indonesia Mainan dan Permainan. Jakarta:
Muda Ende. Jurnal Ilmiah Ilmu Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pendidikan, 2 (3), 319- 327.
Tilong, Adi D. (2018). Jam Piket Harian
Sholihin, M dan D. Andrijanto. (2019). Organ Tubuh Manusia, Hidup Sehat
Pengaruh Pemanasan Menggunakan Berkat Kerja Organ Yang Optimal.
Permainan Kexil Terhadap Tingkat Yogyakarta: Laksana.
Kesiapan Siswa dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani,

Yudanto. (2011). Model Pemanasan


Dalam Bentuk Bermain Pada
Pembelajaran Sepakbola Bagi
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, 8
(1), 106 – 116.

Anda mungkin juga menyukai