Anda di halaman 1dari 12

Wawasan Dunia Kristen 2

Dosa dan Disiplin Ilmu


Pokok Utama
• Apakah Kaitan antara pewahyuan umum dan kebenaran
ilmu pengetahuan?
• Seperti apakah sifat dari ilmu pengetahuan dan kaitannya
dengan dosa?
Natural Law dan Moral Law juga diikat dengan
Divine Law (HUKUM ALLAH)

Garis
Pertanggungjawaban

Roh Kudus Prinsip Verifikasi


Hukum Koreksi
Evaluasi
Aplikasi

Menemukan &
Divine Law merumuskan teori
Berkuasa &
Dunia & Memelihara
Observasi
segala isinya Eksperimentasi
Natural Law Keteraturan

ILMUWAN
Moral
Manusia sebagai Law
makhluk hidup

ilmu pengetahuan tidak netral


Pewahyuan Umum sebagai Dasar bagi
Kebenaran Ilmu Pengetahuan
• Allah menyatakan & meletakkan kebenaran-kebenaran-
Nya di dalam alam semesta ciptaan-Nya (Mzm. 19:2;
Rm. 1:20).
• Kebenaran Allah itu ditemukan, dirumuskan, &
dimanfaatkan manusia menjadi sebuah teori, konsep,
paradigma, prinsip & hukum untuk dijadikan dasar
perkembangan peradaban manusia, ilmu pengetahuan,
& teknologi.
• Roh Kuduslah yang memberikan
iluminasi kepada para ilmuwan (yang
memiliki kemampuan rasionil) untuk
menemukan kebenaran yang ada di alam
semesta.
• Setiap ilmu pengetahuan, baik sains,
humaniora, sosial, & seni, memiliki
otonominya masing-masing.
• Setiap ilmu pengetahuan selalu
berusaha dikembangkan & ditingkatkan
akurasi serta validitasnya.
Sifat dari Ilmu Pengetahuan
• Michael Polanyi
o Semua pengetahuan adalah pengetahuan personal
(subyektif & tidak netral), karena berakar dari
dimensi yang tidak terungkapkan/tersembunyi (tacit
dimension)
o Contoh dari tacit dimension: tradisi, emosi, seni,
estetika, religi, afeksi, & moral.
o Contoh dari dimensi yang terlihat: formulasi
matematika, data-data pengamatan, eksperimen,
prinsip, hukum-hukum, yang semuanya dapat
diverifikasi secara positif.
o Tugas pencarian kebenaran selalu dilaksanakan
dalam lingkaran (karakter sirkular proses bernalar)
yang karenanya mengandung risiko (bersifat
subyektif).
o Pengetahuan yang obyektif mungkin diteruskan ke
orang lain dengan metode-metode objektif
tradisional (belajar melalui contoh personal). Sebab
tidak semua pengetahuan bisa ditransfer melalui
buku teks. Butuh sentuhan-sentuhan yang bersifat
personal (pengalaman).
o Transmisi tacit dimension ini membutuhkan sikap
percaya & tunduk pada otoritas yang memberikan
pengajaran (butuh untuk beriman).
• Karena itu Ilmu pengetahuan & teknologi yang manusia
buat, bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan,
sesuai dengan:
o Tacit dimension yang ia miliki.
o Siapa yang mentransmisikan & menerima tacit
dimension itu, khususnya keyakinan (religi) yang
mereka miliki.
• Thomas Kuhn
o Sains tidak pernah berkembang dalam satu paradigma
tunggal yang sama, netral, & obyektif murni.
o Paradigma adalah sistem kompleks yang terdiri atas
fakta-fakta, teori-teori, asumsi-asumsi metafisik, &
nilai-nilai ideal riset itu.
o Perubahan paradigma terjadi karena keputusan
komunitas sains yang bersangkutan (subyektif).
o Paradigma menyediakan nilai-nilai, standar-standar, &
metodologi-metodologi bagi ilmu pengetahuan,
sehingga sebuah data penelitian tidak pernah netral.
Sebab data itu dipilih berdasarkan paradigma tertentu
& ditafsirkan dari paradigma tertentu juga.
o Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi yang
manusia buat, bisa digunakan untuk kebaikan atau
kejahatan, sesuai dengan paradigma setiap orang.
o Fakta bahwa dosa mempengaruhi hidup manusia
termasuk paradigmanya, maka dosa bisa
mempengaruhi cara ilmuwan dalam
mengembangkan & menggunakan ilmu
pengetahuan serta teknologi.
o Contoh: Rekayasa genetika, penyalahgunaan
multimedia (hoaks), penyalahgunaan obat-obat
terlarang, penyalahgunaan internet (peretasan,
pornografi), bom nuklir.
Referensi
• Anthony
A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah
(Surabaya: Momentum, 2003), Bab 8-10, hlm.171-261.
• Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Manusia (Sur
abaya: Momentum, 2012), Bag.2, Bab 2-5 hlm.99-171.
• Millard J. Erickson, Teologi Kristen Volume
2, (Malang:Gandum Mas, 2003), Bab 26-30, hlm.155-282.
• Herman Bavinck, Dogmatika Reformed –
Jilid 3: Dosa dan Keselamatan di dalam Kristus, terjema
han Ichwei G. Indra dan Irwan Tjulianto (Surabaya:
Momentum, 2016), Bag.I, Bab 2-4, hlm.149-234.

Anda mungkin juga menyukai