Anda di halaman 1dari 17

METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

(GIZ 325)

MODUL 12
METABOLISME SELENIUM (Se), KOBALT (Co), MOLYBDENUM (Mo),
FLOURIDA (F) DAN TEMBAGA (Cu)

DISUSUN OLEH
Harna,S.Gz, M.Si

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
METABOLISME SELENIUM (Se), KOBALT (Co) DAN MOLYBDENUM
(Mo)

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu


menjelaskan :
1. konsep dasar Selenium (Se), Kobalt (Co) Dan Molybdenum (Mo)
2. Metabolisme dan dampak kekurangan serta kelebihan Selenium (Se),
Kobalt (Co) Dan Molybdenum (Mo)

B. Uraian dan Contoh


1. Selenium (Se)
a. Definisi dan Fungsi Selenium (Se)
Selenium menimbulkan efek biologis sebagai konstituen
selenoprotein yang dari unsur ini terdapat 25 macam slenoprotein yang
dari unsur ini terdapat 25 macam selenoprotein dalam tubuh manusia.
Selenoprotein ini terlibat dalam berbagai ragam proses di dalam tubuh
manusia, termasuk mekanisme kelenjar tiroid, fungsi imun, fungsi
reproduksi, dan banyak lagi lainny dengan implikasi kepentingan klinis
pada banyak penyakit kanker dan penyakit tiroid autoimun. Substansi
berikut ini telah dimurnikan dan dipelajari:
 Glutation peroksidase (gpx)
 Sitosolik, selular (gpx1)
 Gastrointestinal (gpx2)
 Plasma (gpx3)
 Fosfolipid hidroperoksida (gpx4)
 Embrional dan olfaktorius (gpx6)
 Selenoprotein P (SEPP)
 Iodotironin 5’-deiodinase (D11, D12, D13)
 Thioredoksin reductase (TR1, TR2, TR3)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
 Juga selenofosfat sintase 2, Sep15 (15 kda selenoprotein),
slenoprotein W, selenoprotein R (methionine-R-sulphoxide
reductase, msrb1), selenoprotein H, I, K, M, N, O, P, S, T, dan
V.

Selenium terdapat dalam selenoprotein seperti selenosistein pada


lokasi yang aktif. Selenosistein merupakan asam amino kedua puluh satu,
disisipkan ke dalam protein secara kontranslasi dalam merespons kodon
UGA, dan lagi untuk insersi selenosistein berfungsi untuk mengakhiri
sintesis protein.
Jenis selenoprotein yang pertama kali diketahui cirinya adalah GPx
yang terdiri dari empat subunit yang identik, yang masing-masing
mengandung selenosistein pada lokasi aktif. GPx sekurang-kurangnya
terdiri dari lima bentuk yang berbeda, dan semuanya menggunakan
glutation untuk menganalisis reduksi hydrogen peroksida dan/atau
fosfolipid hiropeksida. Dalam sel termasuk eritrosit (GPx1), saluran
gastroinstestinal (GPx2) dan plasma (GPx3), enzim ini dapat berfungsi in
vivo untuk menyingkirkan hidrogen peroksida, dan dengan demikian akan
mencegah dimulainya peroksidasi membran serta kerusakan oksidatif. GPx
ini dapat mempunyai fungsi yang lebih spesifik dalam metabolisme asam
arakidonat di dalam trombosit, aktivitas mikrobiosida di dalam leukosit,
fungsi imun, dan pencegahan kanker. GPx1 adalah salah satu
selenoprotein yang lebih sangat sensitive terhadap defisiensi selenium dan
perubahan status selenium.
Selenium lain yang mengandung enzim, fosfolipid hidropeksida GPx
(GPx4), berbeda dari GPx lain dalam beberapa hal. Selenium ini dapat
memetabolisasi fosfolipid hidroperoksida dalam membran sel, dan dengan
demikian dapat memainkan peran sebagai antioksidan dalam melindungsi
biomembran. Dan lagi, GPx4 bertindak sebagai protein struktural, yang
diperlukan untuk pematangan sperma.
Selenoprotein P (SEPP), glikoprotein yang mengandung residu
selenosistein multipel, telah dimurnikan dan ditandai dari plasma tikus dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
manusia. Selenoprotein P merupakan selenoprotein yang utama di dalam
plasma dengan memberikan 40-50% selenoprotein plasma. Konsentrasi
selenium ini pada plasma tikus akan mengalami penurunan sebesar 10%
pada keadaan defisiensi selenium dan dnegan demikian menjadi selenium.
Fungsi selenium ini masih tidak jelas, tetapi terdapat bukti bahwa selenium
tersebut memainkan peranan sebagai antioksidan maupun peranan
transportasi dalam testis dan otak.
Ketiga jenis enzim iodotironin 5’-deiodinase (pe 1, 2, dan 3)
merupakan selenoprotein. Enzim ini menganalisis perubahan tiroksin (T4)
menjadi triiodotironin (T3) yang merupakan metabolit aktifnya. Defisiensi
selenium yang serius menyebabkan peningkatan kadar plasma T4 dan
penurunan kadar T3 yang terkait. Interaksi defisiensi selenium dan yodium
mempunyai implikasi terhadap Kesehatan manusia maupun ternak
produksi. Pada manusia, defisiensi selenium dapat memperburuk efek
defisiensi yodium yang terjadi bersamaan.
Keluarga selenoprotein yang lain adalah reduktase tioredoksin,
oksidoreduktase flavoprotein tergantung NADPH yang mengurangi
disulfida tioredoksin. Aktivitas reductase tioredoksin akan menurun pada
defisiensi selenium. Pada manusia ada tiga tipe reductase tioredoksin yang
berbeda, yang mendukung proliferasi sel, pertahanan antioksidan, dan
rangkaian pemberi sinyal yang diatur oleh redoks serta terlibat dalam
spermatogenesis dan perkembangan embrio.
Beberapa selenium yang mengandung enzim telah diidentifikasi
dalam mikroorganisme dan selenoprotein lain ditemukan dalam jaringan
hewan sehingga menunjukkan fungsi selenium selanjutnya.
Selenium protein W ditemukan dalam otot serta jaringan lain dan
memperoleh namanya karena selenoprotein ini merupakan salah satu
selenoprotein yang hilang dalam otot jantung dan skeletal domba yang
menderita penyakit white muscle. Fungsinya masih belum jelas.
Bertambah banyak bukti yang menunjukkan bahwa mutase atau
polimorfisme nekleotida tunggal dalam selenoprotein kemungkinan besar

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
akan mempengaruhi efisiensi penyatuan selenosistein, yang pada
gilirannya dapat turun menjadi penyebab penyakit seperti kanker, penyakit

b. Metabolisme Selenium
Asam selenoamino merupakan bentuk utama selenium dalam makanan
yang menggantikan sulfur dalam selenometionin pada protein dalam
makanan nabati dan hewani serta selenosistein dalam selenoenzim pada
makanan hewani. Bentuk anorganik selenium, seperti selenit dan selenat,
digunakan dalam diet eksperimen dan sebagai suplemen.
Absorpsi selenium
Selenium diserap terutama dari dalam duodenum. Selenometionin dan
metionin memiliki mekanisme transportasi aktif yang sama dan
selenosistein mungkin mempunyai transporter sistein. Absopsi selenium
bentuk anorganik seperti selenit dan selenat terjadi melalui mekanisme
pasif. Absorpsi selenium pada umumnya tinggi pada manusia, yaitu
mungkin sekitar 80% dari sebagian besar sumber makanan;
selenometionin kelihatannya diserap lebih baik daripada selenit. Absopsi
selenium tidak terpengaruh oleh status selesium, dan hal ini menunjukkan
tidak adanya regulasi homeostatik yang mengantur absopsi tersebut.
Bioavailabilitas
Sejumlah penelitian pada hewan menunjukkan sangat beragamnya
bioavailabilitas selenium dari beragam makanan. Pada tikus,
bioavailabilitas selenium dalam jamur, ikan tuna, gandum, ginjal sapi dan
kacang Brazil masing-masing adalah 5, 57, 83, 97, dan 124% jika
dibandingkan dengan natrium selenit. Sejumlah penelitian pada manusia
juga menunjukkan perbedaan di antara beragam bentuk seperti selenat,
gandum, dan ragi.
Transportasi
Hanya sedikit yang kita ketahui tentang transportasi selenium di dalam
tubuh, meskipun kelihatan selenium diangkat dalam keadaan terikat
dengan protein plasma yaitu: selenometionin yang terikat dengan albumin
dan selenium anorganik yang terikat dengan very low density lipoprotein

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
(VLDL). SEPP juga kelihatan berfungsi sebagai protein pembawa yang
terlibat khususnya dalam pengangkutan selenium ke otak dan testis.
Distribusi
Kadar selenium dalam jaringan dipengaruhi oleh asupan makanan
seperti direfleksikan dalam beragamnya konsentrasi selenium darah
penduduk di negara yang kadar selenium tanahnya berbeda. Bentuk
selenium yang diberikan juga mempengaruhi retensi selenium, dengan
selenometionon yang lebih efektif untuk meningkatkan kadar selenium
darah dibandingkan bentuk natrium selenit atau selenat. Baik bentuk
anorganik maupun organik selenium akan ditransformasikan menjadi
selenida. Selenida (keadaan oksidasi-2) ditransformasika menjadi
selenosistein pada tRNA dan residu selenosisteinil disatukan ke dalam
lokasi aktif selenoprotein oleh kodon UGA. Penyataan non-spesifik
selenometionin ke dalam protein turut memberikan selenium jaringan
yang tidak segera tersedia untuk sintesis selenoprotein diatur oleh suplai
selenium dan hierarki retensi selenium pada beragam organ dan jaringan.
Ekskresi
Urine merupakan jalur utama eksresi selenium yang diikuti oleh fases
yang sebagian besar adalah selenium yang tidak terserap. Homeostatis
selenium dicapai melalui regulasi ekskresinya. Ekskresi selenium ke dalam
urine setiap harinya berhubungan erat dengan kadar selenium plasma serta
kandungan selenium makanan, dan jumlah selenium yang diekskresikan
ini menempati lebih kurang 50-60% dari jumlah total selenium yang
diekskresikan keluar. Pengukuran klirens renal selenium dari plasma
menunjukkan bahwa penduduk di Selendia Baru tampak telah beradaptasi
dengan asupan selenium melalui urine dalam jumlah yang lebih sedikit.
Surplus selenium akan menjalani reaksi metilasi menjadi metabolit
selenium yang dimetilasi dari selenide intermediat yang sering dijumpai.
Senyawa 1 β-Metil seleno- N- asetil- D-galaktosamin (gula seleno)
merupakan metabolit selenium yang utama di dalam urine. Ion
trimetilselenonium dieksresikan keluar sebagai respons terhadap asupan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
selenium yang sangat tinggi dan dapat digunakan sebagai penanda biologis
(biomarker) untuk dosis yang berlebihan.

c. Dampak kekurangan dan kelebihan Se


Kekurangan
Interaksi antara selenium dan vitamin E terlihat pada etiologi
banyak penyakit defisiensi yang terjadi pada hewan dan defisiensi
selenium murni yang dalam kenyataannya jarang dijumpai. Jadi, defisiensi
selenium hanya dapat terjadi ketika status selenium yang rendah berkaitan
dengan stress tambahan seperti bertambahnya pajanan bahan kimia atau
stress oksidan karena defisiensi vitamin E. Meskipun penduduk beberapa
daerah dengan kandungan selenium yang rendah mempunyai kadar
selenium darah dan aktivitas GPx serta SEPV yang rendah, sejumlah kecil
bukti memperlihatkan bahwa kondisi ini suboptimal atau telah
menyebabkan perubahan dalam mekanisme pertahanan oksidasi lain.
Lagipula, orang belum menunjukkan perbaikan Kesehatan yang nyata
ketika aktivitas GPx mengalami saturasi oleh suplementasi selenium.
Apakah setiap fungsi selenium yang lebih baru merupakan kondisi
suboptimal pada mereka dengan status selenium yang rendah masih terus
diteliti.
Kelebihan
Batas antara asupan selenium yang adekuat dan toksik cukup sempit.
Pajanan yang berlebihan atau selenosis dapat terjadi karena konsumsi
makanan kaya selenium yang tumbuh di daerah selenifero di Venezuela,
Kolombia, AS Utara, dan provinsi Enshi di Cina. Tanda keracunan yang
paling sering ditemukan adalah rontoknya rambut dan tanggalnya kuku,
kendati kulit, sistem saraf dan gigi dapat juga terlibat. Nafas yang berbau
bawang putih merupakan indikasi untuk panjanan selenium yang
berlebihan (akibat kandungan dimetilselenida dalam udara napas). Teknik
pemeriksaan biokimia yang sensitif tidak banyak terdapat untuk
menentukan keracunan yang sekarang ini didiagnosis dari gejala rontoknya
rambut dan berubahnya kuku. Sejumlah efek yang ditimbulkan oleh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
keracunan selenium terlihat pada orang dengan asupan selenium dari
makanan sebesar 900 µg, dan batas atas asupan ditetapkan sebesar 400 µg
per hari.

2. Kobalt (Co)
Kobalt adalah unsur yang relatif langka dari kerak bumi, yang penting
bagi manusia dalam bentuk cobalamin (vitamin B12). Tubuh manusia dewasa
mengandung sekitar 1 mg kobalt, 85% di antaranya dalam bentuk vitamin B12.
Asupan makanan dari kobalt bervariasi antara 5 dan 50 μg / hari, dan sebagian
besar kobalt dicerna oleh manusia adalah anorganik. Fungsi kobalt adalah
membentuk bagian dari struktur vitamin B12 (konstituen vit.B12) dan
Katalisator dalam tahapan pembentukan eritrosit.
Di dalam tubuh kobalt akan bereaksi dengan karbon sebuah gugus metil
dan membentuk metilkobalamin atau dengan karbon 5-deaksidenosin
membentuk 5-deaksidenosilkobalamin. Cobalt tersedia dalam konsentrasi yang
sangat rendah dalam cairan tubuh dan jaringan, dengan kandungan total dari
tubuh manusia dewasa adalah <1,5 mg. Sebanyak 85 % ekskresi kobalt
dilakukanmelalui urin, selebihnya melalui feses dan keringat. Keracunan
akibat kelebihan konsumsi kobalt jarang terjadi, konsumsi kobalt dalam jumlah
yang banyak (1000 kali normal) masih bisa di toleransi tubuh kita.

3. Molybdenum (Mo)
Molybdenum merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh.
Molybdenum berkaitan dengan penyerapan besi dan tembaga, kelebihan
asupan Mo dapat menghambat penyerapan besi dan tembaga. Kebutuhan
sekitar 75-250 µg/hari. Fungsi Mo adalah 1) merupakan kofaktor untuk besi
dan Flavin yang mengandung enzim, xhantine oxidase, aldehyde oxidase, dan
sulfite oxidase; 2) Mengaktifkan adenylate cyclase dalam otak, kardiak dan
eritrosit.
Sekitar 40-100% Mo yang dikonsumsi akan diserap. Mo di sel epitel usus
halus. Di dalam darah berikatan dengan protein-bound complex. Didalam
tubuh ditemukan dalam jumlah yang sedikit (0,1-1.0 µg/g). Tersimpan di

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
dalam hati, ginjal, tulang dan kulit. Di ekskresi dalam urin dalam jumlah yang
kecil

C. Latihan
1. Absopsi selenium bentuk anorganik seperti selenit dan selenat terjadi
melalui mekanisme ...
a. Transpor aktif
b. Difusi pasif
c. Difusi difasilitasi
d. Na+ kontransporter
2. Selenium diangkut dalam keadaan terikat dengan protein plasma yaitu:
selenometionin yang terikat dengan...
a. Albumin
b. Kilomikron
c. Transferin
d. Lipoprotein
3. Absorpsi selenium pada umumnya tinggi pada manusia, yaitu mungkin
sekitar ..... dari sebagian besar sumber makanan.
a. 60 %
b. 70 %
c. 80 %
d. 90 %
4. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1 mg kobalt, 85% di antaranya
dalam bentuk ..
a. Vitamin B1
b. Vitamin B12
c. Vitamin B6
d. Vitamin B9
5. Di dalam darah molybdenum berikatan dengan ...
a. Protein-bound complex
b. kilomikron
c. Transferin

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
d. Albumin
D. Kunci Jawaban
1. b. Difusi pasif
2. a. Albumin
3. c. 80 %
4. b. Vitamin B12
5. a. Protein-bound complex

E. Daftar Pustaka
1. Jim Mann & A. Stewart Truswell. Buku Ajar Ilmu Gizi.(Jakarta :
EGC,2012).PP : 227238
2. Uwe Grober. Mikronutrient( metabolik,pencegahan dan terapi). (Jakarta :
EGC, 2009)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
METABOLISME FLOUR (F) DAN TEMBAGA (Cu)

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan


konsep dasar flour dan tembaga, metabolisme dan dampak kekurangan serta
kelebihan flour dan tembaga.

B. Uraian dan Contoh


1. Flourida (F)
a. Definisi dan Fungsi Flourida (F)
Besi fluorida (F) pada umumnya dianggap zat gizi yang berkhasiat
pada dosis rendah karena asupan 1-4 mg/hari akan mengurangi pravelensi
karies (kerusakan) gigi. Para ahli gizi sebelumnya merasa ragu-ragu untuk
mengelompokkan flourida sebagai zat gizi yang esensial. Manfaat fluorida
bagi kesehatan gigi bukan bersifat menyelamatkan nyawa. Bagaimanapun,
berjuta-juta orang di AS, Australia dan Selandia Baru dan bagian negara
dari negara lain – yaitu 400 juta di seluruh dunia – menambahkan fluorida
ke dalam air minum mereka di tempat kerja pada kadar yang terkontrol 1
mg/L (1 ppm). Kebanyakan pasta gigi juga mengandung fluorida yang
ditambahkan dan dokter gigi secara berkala mengoleskan larutan fluorida
pada pasta gigi anak-anak untuk mencegah kerusakan gigi.
Kandungan fluorida dalam suplai air alami biasanya berkisar dari
0,1 hingga 5 ppm dan di beberapa tempat (misalkan lubang bekas
pemboran), konsentrasi fluorida jauh lebih tinggi. Dari banyak studi anak-
anak AS, Dean et al., (1942) menunjukkan hubungan terbalik antara
konsentrasi fluorida alami suplai air umum dalam kisaran 0-2 ppm (µg/g)
fluorida dan pravelensi karies gigi. Sebelumnya telah ditemukan hubungan
langsung antara kandungan fluorida dalam suplai air (0-6 ppm) dan
munculnya fluorosis enamel (atau enamel yang berbintik-bintik), yaitu
mulai dari bintik-bintik putih yang tidak begitu nyata dan mengenai
enamel dengan presentase yang kecil hingga noda cokelat atau enamel

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
yang berlubang pada kasus yang paling berat. Keadaan ini menimbulkan
efek kosmetik dan bentuk yang lebih ringan tidak terlihat dengan mudah
pada individu yang sakit atau pengamat biasa. Dalam komunitas dengan
suplai air alami yang biasanya cukup mengandung fluorida, yaitu kurang
dari 3 ppm, penambahan fluorida atau pemberian fluorida ke dalam suplai
air untuk mencapai 1 ppm telah diikuti oleh penurunan luar biasa pada
pravelensi kerusakan gigi anak hingga mencapai 60%. Bahkan, pengaruh
pemberian fluorida ke dalam suplai air dan lebih terbaru ke dalam pasta
gigi telah menjadi keberhasilan yang cost-effective bagi kesehatan
masyarakat.
Fluorida bekerja untuk mengurangi karies gigi melalui dua cara:
1) Ketika fluorida dikonsumsi oleh anak kecil sementara gigi
permanen (set kedua) tengah dibentuk di dalam rahang, sebelum
gigi tersebut tumbuh, fluorida yang dibawa darah akan bergabung
dengan kristal hidroksiapatit fosfat kalsium enamel sehingga
enamel menjadi resisten terhadap erosi asam. Erosi enamel gigi
oleh asam yang diproduksi oleh bakteri mulut yang
memetabolisme gula merupakan penyebab keries. Untuk
mendapatkan kerja fluorida ini, anak kecil harus minum air putih
dengan fluorida alami yang cukup atau yang ditambahkan atau
yang diberikan tablet fluorida sebelum gigi permanen mereka
tumbuh.
2) Fluorida juga bekerja setelah gigi tumbuh. Dalam larutan air liur
atau dalam kontak dengan gigi melalui pasta gigi, fluorida
mencegah enzim bakteri yang memproduksi asam dalam plak gigi
dan fluorida meningkat remineralisasi lesi enamel insipien. Ini
berarti bahwa fluorida terus mempunyai kerja kariostatik di usia
dewasa.
b. Sumber Flourida
Minuman merupakan sumber utama fluorida, tetapi kontribusi
minuman tergantung pada konsentrasi fluoride dalam suplai air. Daun teh
dan dengan demikian seduhan daun teh juga menjadi sumber utama

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
fluorida (yaitu sekitar 1-2 ppm) yang tergantung pada kandungan fluorida
air dan kekentalan seduhan. Jadi, minuman dapat memberikan fluorida
dengan jumlah sebesar 0,2 mg/hari untuk orang yang tidak minum teh dan
air yang tidak mengandung fluorida atau air yang mengandung sedikit
fluorida dan hingga dengan jumlah 2-4 mg/hari atau bahkan lebih untuk
orang yang sering minum teh yang pekat dan dibuat dari air berfluorida.
Air kemasan
Kandungan fluorida air kemasan (dan minuman
bersoda/berkarbonasi) tergantung pada sumber air yang digunakan,
biasanya sumber mata air, dan dengan demikian dapat tidak mengandung
fluorida. Jika orang minum Sebagian besar air dari air kemasan setiap
harinya, mereka mungkin tidak memperoleh manfaat fluorida pada gigi
seperti yang didapatkan air keran yang ditambahkan fluorida.
Makanan mengandung fluorida dalam jumlah yang sangat kecil
dan fluoride yang dikonsumsi oleh orang dewasa hanya sekitar 0,5
mg/hari; makanan nabati (1 ppm) pada umumnya mengandung lebih
banyak fluorida daripada makanan hewani (0,1 ppm) kecuali ikan laut (1-3
ppm). Kandungan fluorida air yang digunakan dalam pemrosesan atau
digunakan di rumah. Kandungan fluorida dalam susu formula bubur dan
juga air yang digunakan untuk membuatnya. Susu formula biasanya
mengandung lebih banyak fluorida daripada ASI.
Sumber bukan makanan
Sumber ini meliputi tablet fluorida atau suplemen tetesan fluorida
yang diberikan terutama untuk anak yang minum air dengan kandungan
fluorida yang rendah selama proses pembentukan dan kematangan gigi,
baik pasta gigi berfluorida maupun larutan fluorida yang dioleskan pada
gigi oleh dokter gigi.

c. Metabolisme Flourida
Ion fluorida terdapat di dalam air dan bentuk ion maupun non-ion
atau bentuk terikat ditemukan dalam makanan maupun minuman. Fluorida
ionic dengan cepat dan hampir dengan sempurna akan diserap, sementara

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
bentuk organic atau bentuk yang terikat dengan protein kurang dapat
diserap dengan baik (sekitar 75%), dan bahkan fluorida anorganik dari
tulang seperti dalamn tepung tulang lebih tidak dapat diserap (<50%). Ada
peningkatan sementara fluorida plasma setelah proses pencernaan fluorida,
kemudian konsentrasi fluorida akan kembali menjadi sekitar 0,1 ppm.
Fluorida ini diambil oleh tulang dan dipertahankan untuk waktu yang lama
di sana, tetapi kebanyakan fluorida diekskresikan keluar dengan cepat
melalui urine, dan dalam jumnlah yang sedikit melalui keringat serta
fases. Fluorida di dalam urine merupakan indikasi yang baik untuk
menunjukkan asupan fluorida harian, sementara kandungan fluorida dalam
tulang merefleksikan asupan jangka panjang. Fluorida dalam jumlah yang
minimal akan dibawa melitasi plasenta. Kandungan fluorida dalam ASI
tidak begitu banyak terpengaruh oleh jumlah suplemen fluorida yang kecil,
seperti 1,5 mg/hari.
d. Kekurangan dan kelebihan flourida
Efek kosmetik fluorosis enamel terjadi ketika seseorang terlalu
banyak mengonsumsi fluorida pada saat pembentukan gigi permanen
dalam usia 8 tahun pertama, hal ini dapat terjadi karena penggunaan tablet
fluorida yang terlalu bebas dan/atau pasta gigi berflourida yang
mengandung sebanyak 1000 ppm fluorida. Anak kecil berada pada risiko
tersebut jika mereka dengan teratur menelan fluorida dalam jumlah yang
besar, tetapi sekarang sudah tersedia pasta gigi yang mengandung fluorida
dengan konsentrasi yang lebih rendah (400 ppm) bagi mereka.
Kerangka (skeleton) akan dipengaruhi oleh asupan kronis fluorida
dalam jumlah yang tinggi seperti dari air minum dengan konsentrasi
fluorida 20 ppm dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat
menyebabkan tulang menjadi sangat padat dan menimbulkan absesimalitas
persendian; fluorosis kerangka ini muncul di daerah-daerah di India, Cina,
dan Afrika Selatan.
Dosis natrium fluorida yang bersifat letal adalah 5 g (yaitu 2300
mg). air yang mengandung 1 mg/L tidak mungkin menyebabkan kematian.
Pemberian fluorida dengan dosis tinggi telah dilakukan dalam penanganan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
osteoporosis, tetapi kekuatan tulang cenderung buruk, insidens fraktur
dapat meningkatkan dan timbul keraguan akan keamanan tetapi semacam
ini.

2. Tembaga (Cu)
a. Fungsi Tembaga
a. Produksi energi
Cytochrome c oxidase adalah kompleks multi-subunit yang
mengandung tembaga dan besi dan sangat penting untuk fosforilasi
oksidatif.
b. Pembentukan jaringan ikat
Lysyl oxidase adalah cuproenzyme yang penting untuk stabilisasi
matriks ekstraseluler. Enzimatik cross-linking dari kolagen dan
elastin.
c. Metabolisme besi
Ferroxidase I (ceruloplasmin) dan ferroxidase II, mengoksidasi
ferrous menjadi ferric
d. Sistem syaraf pusat
Dopamin monooxygenase (DMO) membutuhkan tembaga sebagai
kofaktor dan askorbat sebagai donor elektron. Ini mengkatalisis
konversi dopamin menjadi norepinefrin, neurotransmitter yang
penting
e. Antioksidan
Fungsi SOD (superoxide dismutase) adalah Cu dan Zn yang
mengandung enzim yang mengubah radikal superoksida menjadi
H2O2.

b. Metabolisme
Tembaga diserap di usus halus, melalui transporter spesifik :metal
binding protein metallothionein. Penyerapan dipengaruhi oleh status
Cu. Cu akan ditransport oleh Ceruloplasmin. Ceruloplasmin (CP)
adalah glikoprotein, copper-dependent ferroxidase (95% dari total

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
tembaga dalam plasma manusia), mengoksidasi Fe2 + menjadi Fe3 +
dalam mekanisme penyerapan zat besi. Ekskresi melalui feses.

Gambar 1 Metabolisme tembaga

Gambar 2 Akibat kelebihan asupan tembaga

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
C. Soal Latihan
1. Makanan mengandung fluorida dalam jumlah yang sangat kecil dan
fluoride yang dikonsumsi oleh orang dewasa hanya sekitar ..
a. 0,5 mg/hari
b. 1,5 mg/hari
c. 2,5 mg/hari
d. 3,5 mg/hari
2. Fluorida ini diambil oleh..... dan dipertahankan untuk waktu yang lama.
a. otot
b. Jaringan adiposa
c. Hati
d. Tulang
3. Dibawah ini yang bukan merupakan fungsi tembaga adalah...
a. Produksi energy
b. Pembentukan jaringan ikat
c. Metabolisme kalsium
d. Antioksidan
4. Tembaga diserap di usus halus, melalui transporter spesifik yaitu..
a. Metallothionein
b. Albumin
c. Kilomikron
d. Transferin

D. Kunci Jawaban
1. a. 0,5 mg/hari
2. d. Tulang
3. c. Metabolisme kalsium
4. a. Metallothionein

E. Daftar Pustaka
1. Jim Mann & A. Stewart Truswell. Buku Ajar Ilmu Gizi.(Jakarta :
EGC,2012).PP : 227238

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai