Anda di halaman 1dari 15

MODUL METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

(GIZ 352)

MODUL 13
INTERAKSI VITAMIN DAN MINERAL
KEBUTUHAN ZAT GIZI MIKRO PADA ATLET

DISUSUN OLEH
Nadiyah, S.Gz, M.Si, CSRS
Harna, S.Gz, M.Si

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
Interaksi Vitamin dan Mineral

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mengindentifikasi karakteristik (sinergis/antagonis) interaksi antara zat gizi
2. Menjelaskan metabolisme interaksi antara zat gizi

B. Uraian dan Contoh

Vitamin dan mineral penting memiliki hubungan interaksi dalam tubuh. Dibutuhkan
keseimbangan yang tepat dari zat gizi untuk bisa bermanfaat secara optimal. Banyak zat
gizi bekerja secara sinergis, sehingga kekurangan dalam satu dapat muncul akibat atau
mungkin memperburuk kekurangan lain dan sebaliknya.
Banyak zat gizi juga yang bersifat antagonis, sehingga harus dipertimbangkan agar tidak
berdampak negatif terhadap penyerapan, atau metabolisme yang lain. Untuk beberapa
pasangan zat gizi, terjadi keseimbangan yang sangat smooth, dalam situasi tertentu
meningkatkan pekerjaan zat gizi yang lain, dan dalam situasi lain, seperti ‘bermusuhan’ satu
sama lain.
Berikut ini adalah gambaran singkat tentang hubungan dan interaksi antara zat gizi yang
penting.

Vitamin A

Sinergis Vitamin E 1. Vitamin E meningkatkan penyerapan vitamin A di


usus pada konsentrasi menengah ke tinggi,
hingga 40 persen.
2. Vitamin A dan E bersama-sama menyebabkan
peningkatan kemampuan antioksidan, melindungi
Terhadap beberapa bentuk kanker,dan
mendukung kondisi usus yang sehat.
3. Mereka bekerja secara sinergis untuk mencegah
obesitas, sindrom metabolik, peradangan, respon
imun, kesehatan otak, gangguan pendengaran.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 15
Sinergis Iodium
1. Asam retinoat terlibat dalam penyerapan yodium.
2. Defisiensi vitamin A yang parah mengurangi
penyerapan iodium dan berdampak terhadap
metabolisme tiroid.
3. Kekurangan iodium dan kekurangan vitamin A
menyebabkan kasus hipotiroidisme primer yang
lebih parah dibandingkan dengan kekurangan
iodium saja.
Sinergis Zat besi
1. Besi diperlukan untuk mengkonversi beta-karoten
ke retinol.
2. Vitamin A meningkatkan penyerapan besi,
terutama non-heme besi.
3. Besi meningkatkan bioavailabilitas pro-vitamin A
karotenoid, termasuk alfa-karoten, beta-karoten,
dan beta-cryptoxanthin.
4. Suplementasi bersama vitamin A dapat
memperbaiki anemia defisiensi besi pada anak,
dan kekurangan vitamin A dapat berkontribusi
pada anemia.
Sinergis Zink/seng
1. Seng diperlukan untuk transportasi vitamin A.
2. Suplementasi dengan vitamin A dan seng pada
anak menurunkan risiko infeksi dan meningkatkan
pertumbuhan linier.
3. Seng bersama dengan vitamin A membantu
menjaga kesehatan mata.
Antagonis Vitamin E
Pada jumlah yang tinggi beta karoten dapat
menurunkan kadar serum vitamin E.
Antagonis Vitamin K
1. Toksisitas vitamin A menghambat sintesis Vitamin
K2 oleh bakteri usus.
2. Vitamin A mengganggu penyerapan Vitamin K

Vitamin B1 (Tiamin)
Sinergis Magnesium 1. Magnesium diperlukan untuk mengkonversi
tiamin ke bentuk biologis aktif dan juga

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 /15
diperlukan untuk enzim-enzim yang bergantung
tiamin.
2. Mengatasi kekurangan tiamin akan sulit jika
kekurangan magnesium tidak diperbaiki.

Antagonis Vitamin B6 Vitamin B6 dapat menghambat biosintesis tiamin


Vitamin B2 (Riboflavin)

Antagonis Magnesium Kalsium dapat membentuk chelate (ikatan) dengan


riboflavin menyebabkan penurunan penyerapan
riboflavin.

Vitamin B3 (Niasin)

Sinergis Zink Suplementasi dengan asam nikotinat dapat

memperbaiki kadar zink hati sesuai dengan dosis yang

diberikan dan mendukung biomarker antioksidan yang

lebih baik termasuk menurunnya peroksidasi lipid, dan

menurunnya kadar glutathione.

Vitamin B5 (Asam pantotenat)

Antagonis Tembaga Kekurangan tembaga meningkatkan kebutuhan vitamin


B5

Vitamin B6 (Piridoksin)
Sinergis Magnesium
1. Magnesium meningkatkan penyerapan vitamin B6
dan sebaliknya
2. Suplementasi bersama vitamin B6 dengan
magnesim membantu memperbaiki gejala PMS dan
kemungkinan juga autisme.
Antagonis Vitamin B1
Vitamin B6 can inhibit the biosynthesis of thiamin.

Antagonis Vitamin
1. Vitamin B6 increases folate requirements and
B9/Folat
possibly vice versa.
.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
Vitamin B9 (Folat)
Vitamin B6 increases folate requirements and possibly and
Antagonis Vitamin B6 vice versa
Antagonis Vitamin
1. Supplementing with B9 increases the need
B12
for B12 and vice versa because both play key
roles in the methylation cycle.
2. Deficiency or insufficiency can increase
homocysteine levels, which are connected to a
higher risk of dementia, Alzheimer’s disease,
and cardiovascular disease.
3. Deficiency can also cause
megaloblastic anemia.

Antagonis Zink
Supplementation with folic acid, especially in a state

of zinc deficiency, might reduce absorption of zinc

through forming a chelate, but there are mixed results.

Vitamin B12 (Cobalamin)

Antagonis Vitamin C
In aqueous solution, vitamin C might degrade B12
especially when B1 and copper are also present.

Antagonis Vitamin B9
Supplementing with B9 increases the need
1.
for B12 and vice versa because both play key
roles in the methylation cycle.

Deficiency or insufficiency can increase


homocysteine levels, which are connected to a
higher risk of dementia, Alzheimer’s disease,
2
and cardiovascular disease.

3 Deficiency can also cause


megaloblastic anemia.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
Vitamin C (Ascorbic Acid)

Sinergis Vitamin E
1. Vitamins C and E work synergistically for
antioxidant defense, with vitamin C regenerating
vitamin E.
2. Works in synergy, so large supplementation of
one needs large supplement of other
Sinergis Tembaga
1. Post-absorptive, vitamin C can stimulate uptake
and metabolism of copper.
2. Vitamin C deficiency could lead to symptoms of
copper deficiency.
Sinergis Zat besi
Increases absorption of non-heme iron, even in the
presence of inhibitory substances; vitamin C also
regulates uptake and metabolism of iron.
Sinergis Selenium
A diet high in vitamin C led to increased percent of

absorption of sodium selenite and retention of the


absorbed selenium.
Antagonis Vitamin In aqueous solution, vitamin C might degrade B12,
B12 especially with B1 and copper also present.
Iron

Antagonis Zat besi


Excess vitamin C could increase iron overload risk.

Antagonis Selenium
Converts sodium selenite to elemental selenium which
inhibits absorption but only when supplements are
taken on an empty stomach.

Antagonis Tembaga High levels of vitamin C inhibits absorption of copper,


possibly through increasing iron absorption, which is a
copper antagonist.

Vitamin D

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 15
Sinergis Vitamin K
1. Optimal levels of vitamin K prevents some of the
problems of excess vitamin D and leads to better
outcomes.
2. Sufficient levels of vitamins D and K lead to
reduced risk of hip fractures and an increase in
BMD and other markers of bone health.
3. Sufficient vitamin K and D also improves insulin
levels and blood pressure while reducing the risk
of arthrosclerosis.
Sinergis Calcium
1. Vitamin D increases calcium absorption.
2. Along with vitamin K, supplementing with
calcium and vitamin D leads to improved bone,
heart, and metabolic health.
3. Calcium and vitamin D also work synergistically
for skeletal muscle function.
4. Co-supplementation of vitamin D and calcium led
to an improved response to children with rickets.
Sinergis Magnesium
1. Supplementing with vitamin D improves serum

levels of magnesium especially in obese


individuals.
2. Magnesium is a cofactor for the biosynthesis,
transport, and activation of vitamin D.
3. Supplementing with magnesium
improves vitamin D levels.
4. Deficiency in both vitamin D and magnesium
increase risk for cardiovascular disease,
diabetes, metabolic disease, and skeletal
disorders.
Sinergis Selenium
Supplementing with vitamin D improves serum levels of

selenium
Antagonis Vitamin A High levels of vitamin A decrease vitamin D uptake by
30 percent.
Vitamin E
Medium and high levels of vitamin E significantly
reduce vitamin D uptake by 15 percent and 17 percent
respectively.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6/9
Vitamin E
Sinergis Vitamin A
1. Vitamin E enhances vitamin A intestinal
absorption at medium to high concentrations, up
to 40 percent.
2. Vitamin A and E together lead to increased
antioxidant capabilities, protect against some
forms of cancer, and support a healthier gut.
3. They work synergistically to prevent or support
obesity, metabolic syndrome, inflammation,
immune response, brain health, hearing loss.
Sinergis Vitamin C
1. Vitamins C and E work synergistically as

antioxidant defense, with vitamin C regenerating


vitamin E.
2. Because they work synergistically, large
supplementation of one needs large
supplementation of other
Sinergis Selenium
1. Selenium deficiency aggravates effects of
deficiency of vitamin E and vitamin E can
prevent selenium toxicity.Together they
induce apoptosis.
2. Combined selenium and vitamin E
deficiency has a great impact that the deficiency
of one of the nutrients.
3. Synergy of vitamin E and selenium might help
with cancer prevention through
stimulating apoptosis in abnormal cells; selenium
and vitamin E work synergistically to help
mitigate iron excess.
Sinergis Zinc
Some effects of zinc deficiency were helped by vitamin
E supplementation.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
Interaksi asam askorbat dan zat besi
1. Meningkatkan efek asam askorbat pada penyerapan zat besi non-heme
 Asam askorbat paling efisien dalam meningkatkan penyerapan zat besi dari
berbagai sayuran dibandingkan asam malat, asam sitrat dan asam tartarat
 Asam askorbat efisien dalam dosis kecil: memiliki potensi reduksi dan
kapasitas chelating
2. Sintesis hemoglobin terganggu selama defisiensi asam askorbat, dan suplementasi
besi tidak dapat mengatasi gangguan ini

Interaksi asam askorbat dengan tembaga


Asupan Asam askorbat yang tinggi memiliki efek negative terhadap metabolismE
tembaga. Mekanisme :
1. Asam askorbat yang tinggi akan mereduksi tembaga (+ II) menjadi tembaga (+ I),
yang kurang diserap pada fase penyerapan awal sehingga proses absorpsi
terganggu
2. ceruloplasmin serum diketahui berkaitan kadar tembaga serum
3. Kadar asam askorbat yang tinggi mengurangi aktivitas ceruloplasmin

Interaksi seng dan vitamin A


Kekurangan seng memiliki efek negatif pada metabolisme vitamin A
1. Tikus yang diberi diet rendah seng dapat mengurangi tingkat vitamin A plasma
dibandingkan dengan tikus yang diberi diet yang cukup dalam seng (Smith et al)
2. Mobilisasi vitamin A dari hati terganggu oleh defisiensi seng
3. Kekurangan seng atau gangguang pertumbuhan menurunkan kadar vitamin A
plasma, dan kekurangan seng dapat mempengaruhi sintesis retinol-binding-
protein di hati.

Interaksi vitamin A dan zat besi


Mekanisme interaksi antara vitamin A dan besi adalah gangguan dalam mobilisasi
besi dari hati dan / atau penggabungan besi ke dalam eritrosit. Kekurangan vitamin A
menyebabkan hematopoiesis. Anemia biasanya diamati berbeda dari yang terlihat pada
anemia defisiensi besi, dan pada tikus telah digambarkan sebagai HYPOCHROMIC,
MICROCYTIC. Kadar retinol plasma yang rendah pada anak-anak berkorelasi dengan
kadar hemoglobin, serum besi, dan transferin yang rendah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
Nilai hemoglobin menurun dalam pola yang mirip dengan plasma vitamin A
(deplesi). Selama penggantian dengan vitamin A, nilai hemoglobin meningkat dengan
vitamin A plasma.

Interaksi zat besi dan seng


Zat seng diabsorpsi oleh usus melalui mekanisme Divalent Metal Transporter-1
(DMT-1) yang juga transporter zat besi dan mineral lain dalam usus. Adanya kesamaan
ransporter antara zat besi dan zat seng mengakibatkan absorpsi antara zat besi dan zat
seng saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa hasil penelitian suplementasi
menggunakan dua zat gizi mikro ini dengan perbandingan antara zat besi dengan zat
seng lebih dari 2:1, maka transferin yang tersedia untuk zat seng berkurang sehingga
menghambat penyerapan zat seng.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 15
C. Latihan
1. Sebutkan zat gizi apa saja yang sinergis dengan vitamin A?
2. Jelaskan metabolisme interaksi vitamin A dan vitamin E?

D. Kunci Jawaban

1. Vitamin E, iodium, zat besi dan zink


2. Metabolisme interaksi vitamin A dan E adalah:
a) Vitamin E meningkatkan penyerapan vitamin A di usus pada konsentrasi menengah ke
tinggi, hingga 40 persen.
b) Vitamin A dan E bersama-sama menyebabkan peningkatan kemampuan antioksidan,
melindungi terhadap beberapa bentuk kanker, dan mendukung kondisi usus yang sehat.

E. Referensi

Tom Brody, 1999, Nutritional Biochemistry, 2nd ed.. San Diego.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 15
KEBUTUHAN ZAT GIZI MIKRO PADA ATLET

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan


kebutuhan zat gizi mikro pada atlet.

B. Uraian dan Contoh


Faktor utama yang memastikan kecukupan asupan vitamin dan mineral pada atlet
merupakan asupan energi sedang hingga tinggi dan beragam diet yang berasal dari
makanan yang kaya zat gizi. Mengonsumsi suplemen vitamin secara rutin tidak
dianjurkan, kecuali sebelumnya mengalami defisiensi vitamin tertentu. Tidak semua
atlet mengonsumsi makanan yang beragam dengan asupan energi yang cukup,
dengan pembatasan energi sehingga mempengaruhi asupan zat gizi mikro.
Zat Besi
Seroang atlet membutuhkan edukasi mengenai kualitas dan kuantitas asupan
makanan. Mineral merupakan asupan zat gizi mikro yang paling beresiko mengalami
kekurangan pada atlet. Status zat besi yang tidak cukup dapat mengurangi kinerja
olahraga melalui kadar hemoglobin suboptimal dan berpengaruh terhadap kinerja
enzim yang berkaitan dengan besi. Untuk membedakan defisiensi besi karena dari
makanan dengan perubahan kadar zat besi yang disebabkan oleh olahraga
(perubahan volume plasma, respon fase akut terhadap latihan) merupakan hal yang
sulit. Beberapa atlet beresiko kekuragan zat besi karena kebutuhan zat besi pada atlet
dapat meningkat karena pertumbuhan atau karena meningkatnya kehilangan zat besi
melalui sistem gastriintestinal atau proses hemolitik.
Atlet perempuan yang membatasi asupan energi, variasi makanan, vegetarian, dan
atlet yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat/rendah protein memiliki resiko
tinggi mengalami defisiensi zat besi. Status besi yang rendah (kadar feritin <20
ng/mL), harus mendapatkan perhatiaan yang serius. Pencegahan dna pengobatan zat
besi dapat diatasi dengan pemberian.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13/15
Kalsium
Beberapa atlet juga berisiko mengalami masalah dengan status kalsium dan
kesehatan tulang. Menurunnya kepadatan tulang pada atlet merupakan hal yang
berlawanan, karena olahraga dianggap merupakan protektor penting untuk
kesehatan tulang. Konsekuensi serius ketersediaan energi yang rendah dan
gangguan haid pada atlet perempuan meningkatkan resiko hilangnya kepadatan
tulang secara langsung atau kegagalan dalam mengoptimalkan penambahan
massa tulang puncak yang harus terjadi selama 10-15 tahun setelah awal pubertas.
Kebutuhan kalisum meningkat hingga 1200 mg/hari pada atlet perempuan dengan
gangguan fungsi haid. Ketika asupan kalsium tidak dapat dipenuhi dari makanan,
suplemen kalsium dapat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan
kalsium. Kepadatan tulang yang rendah juga terlihat pada atlet laki-laki. Misalnya
pada atlet sepeda, yang memiliki resiko lebih tinggi karena ketersediaan energi
rendah sedangkan energi yang dikeluarkan cukup tinggi.
Vitamin D
Defisiensi vitamin D juga bisa dialami pada atlet, misalnya atlet renang dan
senam. Hal ini disebabkan karena sebagian besar aktifitas mereka dalam ruangan,
latihan di dalam ruangan, latihan pada pada malam hari, menghindari paparan
sinar matahari, memakai pakaian protektif, dan mengonsumsi makanan yang
rendah vitamin D.

C. Soal Latihan
1. Jelaskan pengaruh asupan zat besi pada atlet?
2. Berapa kebutuhan kalsium pada atlet perempuan?

D. Kunci Jawaban
1. Status zat besi yang tidak cukup dapat mengurangi kinerja olahraga melalui kadar
hemoglobin suboptimal dan berpengaruh terhadap kinerja enzim yang berkaitan
dengan besi.
2. Kebutuhan kalisum meningkat hingga 1200 mg/hari pada atlet perempuan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15
E. Daftar Pustaka
1. Jim Mann & A. Stewart Truswell. Buku Ajar Ilmu Gizi.(Jakarta : EGC,2012).PP
: 227238

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15/ 15

Anda mungkin juga menyukai