Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga Kesehatan keperawatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki


waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan
lainnya serta berada pada semua setting pelayanan kesehatan sehingga perawat
memegang perana penting terhadap mutu pelayanan suatu intansi kesehatan.
Perawat memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pasien dalam mendapatkan
asuhan secara holistik baik saat sehat maupun sakit yang mencakup promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatih . Segala upaya yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan tidak akan berjalan secara optimal bila tidak ditunjang dari
segi sarana dan prasarana , manjaemn rumah sakit serta tenaga kesehatan lainnya.
Dalam sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat berbagai
pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai kasus penyakit. Tiap tiap pasien
merupakan pribadi yang unik dengan kelainan dan kekhasannya masing masing
individu. Selain kondisi penyakit terdapat pula berbagai kondisi pasien yang dapat
menimbulkan resiko. Salah satu resiko yang mungkin timbul adalah pasien jatuh.
Kejadian pasien jatuh ini merupakan salah

Kejadian pasien di rumah sakit diharapkan tidak pernah terjadi karena dapat
menimbulkan bahaya baik cedera fisik maupun komplikasi lain dari kondisi klinis
pasien sebelumnya. Standar Operasional prosedur dalam pengelolan pencegahan
pasien jatuh maupun standar operasional pasien pasca jatuh yang diterapkan oleh
seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit terutama perawat yang memiliki waktu
kontak yang cukup lama deng pasien diharapkan dapat meminimalisir tingkat
kejadian jatuh.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka (Darmojo, 2004). Jatuh merupakan suatu kejadian yang
menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa
disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan
kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang
spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam
keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).
B. Faktor Resiko
1. Faktor instrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang
sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara
lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan
gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin,
pucat dan pusing(Lumbantobing, 2004).
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor ekstrinsik tersebut
antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang
kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau
jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo,
2004).
3. Standar Operasional Prosedur
1. PENCEGAHAN PASIEN JATUH DI RUANG RAWAT INAP PADA
PASIEN DEWASA UMUR >14 TAHUN
a. Pengertian
1) Pencegahan jatuh merupakan segala upaya yang dilakukan untuk
mendeteksi pasien- pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh,
beserta upaya – upaya pencegahnya
2) Jatuh adalah keadaan dimana seseorang tiba – tiba tanpa sengaja
terhempas menimpa lantai, tanah atau permukaan lain yang lebih
rendah dari pada tempat berpijak atau posisinya semula.
b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk mengurangi
kejadian jatuh melalui upaya deteksi dini pasien risiko jatuh dan
pencegahannya secara terpadu, serta meminimalkan terjadinya cedera
akibat jatuh.
c. Kebijakan
SK Direktur RSY No. : 03.8/SKP-RSY/1.1/I/2018 tentang Kebijakan
Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajement Resiko di
Rumah Sakit Santo Yusup bahwa “Identifikasi resiko pasien jatuh
pada dewasa dengan menggunakan parameter MFS (Morse Fall
Scale)”.
d. Prosedur
1) Kaji/identifikasi faktor resiko pasien jatuh oleh perawat pada saat
pasien masuk ke ruang rawat inap, pindah unit perawatan, terjadi
perubahan keadaan klinis, mengalami jatuh, secara berkala dalam
jangka waktu tertentu dan saat akan keluar dari rumah sakit.
2) Lakukan pengkajian dengan menggunakan parameter Morse Fall
Scale (MFS).
3) Parameter penilaian risiko jatuh Morse (Morse Fall Scale) sebagai
berikut :

No PARAMETER STATUS/KEADAAN SKOR


.
1. Riwayat jatuh ( saat ini Tidak pernah 0
atau dalam 3 bulan
yang lalu) Pernah 25
3. Penyakit penyerta Ada 15
(Diagnosis sekunder ) Tidak ada 0
5. Alat bantu jalan Tanpa alat bantu, tidak dapat 0
jalan, kursi roda
Tongkat penyangga (crutch), 15
walker
Kursi 30
8. Pemakaian infus Ya 20
intravena / heparin Tidak 0
10. Cara berjalan Normal. Tidak dapat berjalan 0
Lemah 10
Terganggu 20
13. Status mental Menyadari kelemahanya 0
Tidak menyadari kelemahanya 15

No. Tingkat Resiko Skor Morse Tindakan


1. Resiko rendah 0-24 Tidak ada tindakan
2. Resiko sedang 25-44 Pencegahan Jatuh Standar
3. Resiko Tinggi ≥45 Pencegahan Jatuh resiko
tinggi
4) Identifikasi pasien dengam “ GELANG WARNA KUNING “ yang
dipasang di pergelangan tangan bila resiko jatuh pasien tinggi serta
pasang logo jatuh sesuai dengan score.
5) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tujuan pemasangan gelang
dan logo tersebut.
6) Lakukan intervensi pencegahan jatuh :
 Pencegahan Jatuh Standar
 Pasang kode risiko jatuh sedang warna kuning
 Tingkatkan observasi dan beri bantuan yang sesuai
saat ambulansi.
 Perhatikan keselamatan lingkungan, penerangan
harus cukup pada malam hari.
 Posisi tempat tidur rendah; terpasang penghalang
tempat tidur; serta roda tempat tidur harus selalu
terkunci
 Keluarga menemani pasien, bila tidak ada keluarga,
pasien diminta untuk menekan bel bila
membutuhkan bantuan.
 Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh kepada
pasien dan keluarga .
 Gunakan alat bantu jalan (walker, Handrail).
 Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau
sepatu yang tidak licin.
 Lakukan penilaian ulang resiko jatuh bila ada
perubahan kondisis atau pengobatan .
 Pencegahan Jatuh Resiko Tinggi
 Pasang tanda peringatan risiko jatuh warna merah
pada bed pasien dan gelang warna kuning
bertuliskan RESIKO JATUH
 Lakukan intervensi jatuh standar.
 Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh
yang lebih detil mis: analisa cara berjalan sehingga
dapat ditentukan intervensi spesifik.
 Evaluasi waktu pemberiaan obat
 Amankan lingkungan
 Tutup celah tempat tidur
 Biarkan pintu terbuka kecuali isolasi
 Heck harus selalu keatas/tertutup dan ditemani
 Pasien ditempatkan dekat nurse station .
 Handrail kokoh dan mudah dijangkau pasien
 Anjurkan menggunakan tempat duduk di kamar
mandi saat pasien mandi
 Selalu dampingi pasien. Bila ke kamar mandi,
jangan tinggalkan sendiri.
 Observasi pasien minimal 1 jam dan lakukan
penilaian ulang resiko jatuh tiap shift.
 Dokumentasikan di status pasien dan serah
terimakan pada shift berikutnya
7) Berikan pengertian kepada pasien dan keluarga untuk memahami
faktor risiko karena perubahan tingkat ketergantungan, gangguan
adaptasi terhadap perubahan lingkungan, perubahan daya ingat,
perubahan sensorik, perubahan motorik serta gangguan
komunikasi.
8) Nilai resiko jatuh ditulis dengan tinta warna merah di grafik dan
pada formulir penilaian risiko jatuh setiap shift.
9) Pastikan jumlah perawat cukup pada setiap shiftnya.
10) Amati lingkungan sekitar pasien yang memungkinkan membuat
pasien jatuh. Sedapat mungkin ciptakan ketenangan dan
penerangan yang cukup di sekitar pasien dan posisikan pasien
berisiko jatuh lebih dekat ke nurse station.
11) Pengkajian ulang dilakukan bila pindah ruangan, perubahan
kondisi klinis, pasien jatuh dan secara berkala tiap shif.
12) Catat dan laporkan bila ada kejadian jatuh dan lakukan
penatalaksanaan cidera akibat jatuh serta lakukan
penilaian/asesment ulang risiko jatuh.
13) Monitoring hasil pelaksanaan program dan operkan dengan shift
berikutnya.
e. Unit Terkait
Ruang Keperawatan

2. PENCEGAHAN PASIEN JATUH PADA ANAK DI RUANG RAWAT


INAP
a. Pengertian
1) Jatuh adalah suatu kejadian yang tidak diduga yang dapat
menyebabkan seseoarng terhempat ke tanah atau lantai atau
ditemukan sudah berada di tanah atau lantai.
2) Pencegahan jatuh pada pasien anak adalah suatu rangkaian tindakan
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien anak-
anak yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Santo Yusup
b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk :
1) Mencegah kejadian jatuh dan komplikasi yang diakibatkan oleh
kejadian jatuh
2) Meningkatkan kewaspadaan staf terhadap pencegahan dan
manajemen jatuh.
c. Kebijakan
SK Direktur RSY No. : 03.8/SKP-RSY/1.1/I/2018 tentang Kebijakan
Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajement Resiko di
Rumah Sakit Santo Yusup bahwa “Pada pasien anak dilakukan skoring
dengan HDFS dan ditentukan Tingkat Resiko jatuhnya”.
d. Prosedur
1) Kaji/identifikasi faktor resiko pasien jatuh oleh perawat pada pasien
anak masuk ke ruang rawat inap, pindah unit perawatan, terjadi
perubahan keadaan klinis, mengalami jatuh, secara berkala dalam
jangka wantu tertentu dan saat akan keluar dari Rumah Sakit.
2) Lakukan pengkajian dengan menggunakan parameter Humpty
Dumpty Fall Scale (HDFS).
3) Parameter penilaian risiko jatuh HDFS sebagai berikut :

No. PARAMETER KRITERIA SKOR


1. Usia < 3 Tahun 4
3 - < 7 Tahun 3
7 - < 13 Tahun 2

≥13 Tahun 1
5. Jenis kelamin Laki – laki 2
Perempuan 1
7. Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan dalam oksigenasi 3
( diagnosis respiratorius, dehidrasi,
anemia, anoreksia, sinkope/pusing,
dll
Psikiatrik / gangguan perilaku 2
Diagnosis lain 1
11. Penurunam Tidak menyadari keterbatasan 3
kognitif Lupa akan keterbatasan 2
Berorientai pada kemampuan diri 1
sendiri
14. Faktor – fektor Riwayat jatuh pada bayi – balita 4
lingkungan yang ditempatkan ditempat tidur

Pasien menggunakan alat bantu atau 3


bayi balita dalam box
Pasien yang ditempatkan di tempat 2
tidur
Area rawat jalan 1
18. Respon terhadap Dalam 24 jam 3
pembedahan/sedas Dalam 48 jam 2
i/anestesi Lebih dari 48 jam 1
21. Penggunaan obat – Penggunaan multiple dari : sedative 3
obatan (kecuali pasien – pasien di ICU yang
dalam sedasi dan tidak berdaya),
hipnotik, barbiturate, febotiazin, anti
depresan, laksatif/diuretik, narkotik.
Salah satu obat diatas 2
Medikasi lain/tidak ada 1

4) Lakukan identifikasi untuk melaksanakan protokol pencegahan pasien


jatuh. Pasien dinilai risiko jatuh rendah (skor 7 -11) atau tinggi (skor
≥ 12).
5) Tulis skor yang ada di lembar grafik dengan tinta merah dan pada
formulir pencegahan jatuh setiap shift.
6) Protokol dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien
a) Protokol Standar untuk Resiko Rendah (skor 7-11)
(1) Bel atau lampu pemanggil mudah diraih, ajarkan pasien atau
keluarga untuk menggunakannya.
(2) Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak dipakai, perabotan
ada ditempatnya, bebas dari bahan berbahaya.
(3) Orientasikan pasien dan keluarga pada ruangan
(4) Tempat tidur pada posisi aman dimana kedua sisi heck diatas,
tidak mudah tergeser
(5) Kaji celah sisi tenpat tidur, apakah besarnya celah dapat
mengakibatkan anggota tubuh terjepit, bila perlu gunakan
prosedur keselamatan tambahan.
(6) Menggunkan pakaian dengan ukuran yang cukup untuk
mencegah resiko tersandung (pakaian tidak kebesaran/terlalu
longgar).
(7) Penerangan harus cukup atau lampu yang cukup.
(8) Pasang logo Humpty Dumpty warna putih pada tempat tidur
pasien.
(9) Mendokumentasikan pengajaran pencegahan jatuh, masukkan
ke dalam rencana perawatan
b) Protokol standar untuk resiko tinggi (Skor ≥12)
(1) Mengevaluasi waktu pemberian obat
(2) Memindahkan peralatan yang tidak terpakai ke luar ruangan
(3) Gunakan penutup pelindung untuk menutup celah pada tempat
tidur
(4) Biarkan pintu ruangan terbuka terus kecuali jika sedang
digunakan untuk isolasi
(5) Tempat tidur pada posisi aman dimana kedua sisi heck diatas,
kecuali jika pasien ditemani langsung.
(6) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
(7) Identifikasikan pasien dengan gelang warna kuning
bertuliskan resiko jatuh dipasang di pergelangan tangan kanan
atau kiri dan logo Humpty Dumpty warna kuning dipasang
pada tempat tidur
(8) Dokumentasikan pengajaran yang diberikan dalam catatan
keperawatan.
(9) Observasi pasien minimal tiap 1 jam
7) Bila pasien anak belum bisa di nilai dengan parameter HDFS ini (<1
tahun ) maka langsung dinilai resiko jatuh tinggi.
8) Pengkajian ulang dilakukan bila pindah ruangan, perubahan kondisi
klinis, pasien jatuh dan secara berkala setiap shift.
9) Catat dan laporkan bila ada kejadian jatuh dan lakukan
penatalaksanaan cidera akibat jatuh serta lakukan
penilaian/asesesment ulang resiko jatuh.
10) Monitoring hasil pelaksanaan program dan operkan dengan shift
berikutnya.
e. Unit terkait
1) Direktorat perawatan
2) Direktorat medis
3) Direktorat umum

3. PENGELOLAAN PASIEN PASKA JATUH


a. Pengertian
Pengelolaan pasien paska jatuh merupakan segala upaya yang dilakukan
oleh petugas kesehatan untuk meminimalkan terjadinya cidera pada
pasien akibat kejadian jatuh yang terjadi selama pasien menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah sakit Santo Yusup .
b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk mengurangi/
meminimalkan resiko yang diakibatkan oleh kejadian jatuh pada saat
pasien menjalani perawatan di rumah sakit.
c. Kebijakan
SK Direktur RSY No.: 03.8/SKP-RSY/1.1/I/2018 tentang kebijakan
peningkatan mutu, keselamatan pasien dan manajemen resiko di Rumah
sakit Santo Yusup bahwa “pada setiap kejadian jatuh, hampir jatuh
ataupun jatuh tanpa saksi mata, perawat harus melakukan penilaian
kejadian jatuh balik meliputi faktor intrinsik ( keadaan klinis pasien)
maupun faktor ekstrinsik (keadaan lingkungan) yang dapat menyebabkan
terjadinya jatuh dan buat laporannya insiden keselamatan pasien (pasien
jatuh) ke sub unit keselamatan pasien rumah sakit.
d. Prosedur
1) Bila terjadi pasien jatuh perawat harus mengkaji kondisi pasien :
adakah cidera, observasi tingkat kesadaran dan tanda – tanda vital
pasien setalah jatuh.
2) Pindahkan pasien pada posisi yang aman
3) Tenangkan pasien dan keluarga, laporkan kejadian pasien jatuh
kepada dokter jaga/DPJP.
4) Bila terjadi cidera lakukan tindakan sesuai anjuran dokter jaga/DPJP.
5) Lakukan observasi ulang kondisi pasien selama 1-2jam setelah
kejadian jatuh
6) Lakukan penilaian kejadian jatuh baik meliputi faktor intrinsik
(keadaan klinis pasien) maupun faktor ekstrinsik (keadaan
lingkungan) yang dapat menyebabkan terjadinya jatuh.
7) Buat laporan kejadian jatuh sesuai dengan formulir kejadian yang
berlaku (lampiran).
8) Laporan yang dibuat diberikan kepada “champion Patien safety”
ruangan dan diketahui oleh kepala bagian/kepala seksi yang terkait.
9) Champion Terkait wajib memberikan laporan yang telah dibuat ke
bidang Analisa Sub Unit KPRS.
10) Apabila terjadi KTD (kejadian Tidak Diharapkan?sentinel) maka
champion tetap menyerahkan laporan kejadian tersebut ke sub unit
KPRS
11) Ka Sub Unit KPRS membahas hal tersebut diatas bersama bidang
Analisa dan pelaporan untuk ditindaklanjuti.
12) Setiap kejadian jatuh, hampir jatuh, ataupun jatuh tanpa saksi mata,
perawat harus melakukan penilaian kejadian jatuh baik meliputi
faktor intrinsik (keadaan klinis pasien) maupun faktor ekstrinsik
(keadaan lingkungan) yang dapat menyebabkan terjadinya jatuh.
e. Unit Terkait
1) Direktorat keperawatan
2) Direktorat Medis
3) Direktorat Umum

Anda mungkin juga menyukai