Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Air Minum Ayam Broiler:

Bagian Krusial Pemeliharaan yang Sering Terabaikan

Air adalah sumber kehidupan. Saking seringnya kalimat tersebut kita dengar atau kita baca, maka
tanpa sadar kalimat tersebut menjadi top of mind pada kebanyakan orang yang otomatis teringatkan
saat berdiskusi tentang air. Benar, termasuk juga dijadikan kalimat pembuka dalam penulisan artikel
ini. Tidak berlebihan juga jika dikatakan seperti itu, karena memang faktanya demikian. Sekitar 60%
komponen tubuh manusia dewasa tersusun dari air. Sedangkan pada ayam broiler, komponen air
pada tubuhnya mencapai kurang lebih 70%. Dilihat dari besaran konsumsi harian air pada ayam
broiler pun, ternyata jumlahnya cukup fantastis, yakni sekitar 1,5-2 kali lipat dari konsumsi pakan
tergantung pada suhu air dan suhu lingkungan.

Jadi, jelas sekali peran vital air minum bagi kelangsungan hidup sebagian besar makhluk hidup,
termasuk dalam pemeliharaan ayam broiler yang jumlah konsumsi hariannya sekitar 2 kali lipat dari
pakan tadi. Namun seringnya, angka 2 kali lipat dari pakan itu tidak lantas menjadikan air minum
pada pemeliharaan ayam broiler mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pakan. Masih ada
saja peternak ayam broiler yang kurang memperhatikan air minum, sehingga banyak masalah yang
seharusnya bisa dihindari jika air minum mendapatkan perhatian lebih. Contohnya adalah kasus
dehidrasi, keseragaman, kematian akibat heat-stress ataupun serangan penyakit coli.

Menaruh perhatian lebih pada air minum atau lebih kerennya manajemen air minum
ayam broiler maksudnya adalah memastikan air minum yang diberikan ke ayam benar-benar tepat
dalam ketiga hal berikut: ketersediaan, kualitas & aksesibilitas atau kemudahan ayam untuk minum
kapanpun dia mau. Sehingga asal tersedia air minum saja tidak cukup kalau kualitasnya tidak baik,
atau tidak semua ayam dapat mengakses air minum dengan mudah. Salah satu hal yang harus kita
ingat adalah bahwa sebagai sumber kehidupan, air tidak hanya menjadi sumber kehidupan untuk
makhluk hidup yang kasat mata saja. Air juga jadi sumber kehidupan bagi mikroorganisme atau
makhluk tak kasat mata. Banyak sekali makhluk tak kasat mata yang hidup dalam aliran air.
Celakanya, tak semua dari mereka itu makhluk yang baik dan salah satu yang tidak baik itu adalah
bakteri E.Coli, sang penyebab penyakit Coli pada ayam yang sangat merugikan itu.

1). Ketersediaan Air Minum Ayam Broiler


Pembahasan tentang E.Coli sementara kita tunda, saatnya kita bahas soal ketersediaan air minum
untuk pemeliharaan ayam broiler. Sepertinya mudah dan sederhana, semudah dan sesederhana
mengucapkan kata-nya: ketersediaan. Namun faktanya di lapangan masih ada saja peternak yang
khilaf tentang ini. Poin utamanya adalah bahwa suplai air minum harus tersedia setiap saat setiap
waktu di semua tempat minum yang sedang digunakan di kandang. Benar, di semua tempat minum
yang sedang digunakan. Bukan di salah satu sisi saja, bukan cuma sebagian saja. Juga harus
sepanjang waktu, atau hiperbolanya: tidak boleh sedetikpun suplai air minum itu terhenti (kecuali
untuk keperluan vaksinasi atau selama dilakukan flushing). Pemberian pakan boleh dibatasi, tapi
pemberian air minum untuk ayam broiler tidak boleh dibatasi.

Lebih jauh berbicara tentang manajemen ketersediaan air minum, sangat disarankan bila kita
memiliki stok cadangan yang cukup untuk memenuhi setidaknya kebutuhan air 1 hari penuh. Dalam
hal cadangan stock air ini, tidak hanya untuk keperluan minum ayam saja yang diperhitungkan, tapi
juga untuk keperluan sanitasi, sirkulasi sistem pendingin inlet & MCK pegawai farm. Tujuannya
adalah agar bila terjadi gangguan pada sumber air -misalnya pompa sumur rusak atau mati listrik-
tersedia waktu yang cukup untuk perbaikan atau mencari solusi alternatif lainnya tanpa
menimbulkan dampak negatif bagi ayam.

Memang membuat cadangan stok air itu membutuhkan investasi tambahan untuk membeli torn
atau membangun bak penampungan air tambahan. Tapi nilai investasi tambahan tersebut akan
terasa kecil nilainya jika dibandingkan dengan potensi kerugian akibat ayam kekurangan air, baik
saat kejadian dan pasca kejadian. Populasi ayam dapat mengalami peningkatan kematian karena
dehidrasi, stress dan pertumbuhan lambat selama beberapa hari, yang jika dikonversi ke nilai uang,
nilainya bisa jauh melampaui nilai tambahan investasi penambahan fasilitas penampungan air.

2). Kualitas Air Minum Ayam Broiler


Berbeda dengan pakan yang tidak perlu terlalu pusing dipikirkan kualitasnya karena sudah
dikerjakan oleh pabrik, air minum untuk ayam broiler justru harus kita fikirkan kualitasnya. Kualitas
air yang dimaksud meliputi kualitas fisik, kualitas kimia dan kualitas mikrobiologis. Hal yang termasuk
dalam parameter kualitas fisik yg bisa dideteksi lewat indera kita adalah kekeruhan, warna, bau dan
rasa. Adapun yang termasuk parameter kimiawi yang sering berhubungan dengan air minum ayam
adalah pH, kandungan mineral tertentu & kesadahan. Sedangkan untuk parameter mikrobiologis
adalah kandungan mikroorganisme patogen berbahaya seperti E.Coli, Salmonella, dan beberapa
bibit penyakit lainnya.

Tentu saja ciri-ciri air minum ayam broiler yang baik adalah jernih, tidak beraroma, tidak berasa
(kalau sedikit ada manis-manisnya sih oke ya), pH nya mendekati netral dan tidak mengandung bibit
penyakit. Singkatnya, air minum yang baik untuk ayam broiler sama dengan air minum yang baik
untuk manusia. Level tertinggi dari kualitas air minum ayam broiler yang baik adalah ketika kitapun
berani untuk meminumnya, karena sangat yakin dengan kualitasnya.

Bagaimana jika kualitas air dari sumber air minum di farm kita bermasalah? Warnanya keruh
kecoklatan dan berbau logam misalnya.
Mau tidak mau harus dilakukan treatment atau diolah terlebih dahulu karena air tersebut terindikasi
ada 2 masalah sekaligus, yakni masalah kualitas fisik & kimia. Cara treatment untuk kondisi tersebut
adalah dengan melakukan filtrasi menggunakan water filter tabung (berisi zeolit, karbon aktif, pasir
silika, ferrolit, dll) yang banyak di jual di pasaran. Namun ukuran serta jumlah tabung filter yang
digunakan, harus menyesuaikan dengan volume kebutuhan air di farm.
Apabila air dari sumber mengandung lumpur, sebaiknya dilakukan treatment dengan membuat bak
endapan terlebih dahulu sebelum air dialirkan ke tabung filter tadi. Bila langsung dimasukan ke filter,
bahan aktif filter akan akan cepat diselimuti lumpur sehingga kemampuan penyaringannya tidak
efektif lagi.

Dalam hal menjaga kualitas mikrobiologis, terdapat 2 bagian yang menjadi titik kritis. Bagian
pertama adalah kualitas mikrobiologis air yang masuk ke farm, dan bagian yang kedua adalah
kemungkinan kontaminasi di sepanjang saluran distribusi air minum. Saluran distribusi tersebut
mencakup pipi-pipa dari arah sumber air sampai ke nipple, termasuk juga nipple itu sendiri beserta
cup nya (untuk niple yang memakai cup).

Tantangan dalam menjaga kualitas mikrobiologis air minum ayam broiler adalah bahwa kandungan
mikrobiologis air itu tidak kasat mata. Berbeda dengan kualitas fisik ataupun kimia. Air yang jernih
belum tentu memiliki kualitas mikrobiologis yang bagus. Maka lebih aman kalau kita asumsikan saja
setiap air yang akan dijadikan air minum ayam broiler harus dilakukan treatment mikrobiologis
terlebih dahulu. Klorinasi adalah metode treatment mikrobiologis air minum ayam broiler yang
paling murah namun terbukti efektif. Kebutuhan matematis klorin adalah 3-5 ppm, namun pada
tataran praktisnya adalah sampai aroma klorin pada aliran air nipple di bagian paling ujung kandang
masih tercium meskipun aromanya ringan.

Adapun metode untuk meminimalisir potensi kontaminasi dari saluran distribusi air minum ayam
broiler adalah dengan cara flushing rutin setiap hari. Flushing adalah aktivitas menguras atau
menggelontorkan air pada saluran pipa nipple dengan menambah tekanan aliran airnya. Tujuannya
adalah agar kotoran-kotoran yang menempel di dinding dalam pipa di sepanjang saluran distribusi
air (termasuk biofilm) ikut terbuang bersama gelontoran buangan air flushing. Perlu ditekankan lagi
bahwa dalam hal ini frekwensi flushing adalah kuncinya.

Sementara itu untuk mencegah kontaminasi air minum ayam broiler juga harus diperhatikan
kebersihan nipple & cup-nya (untuk jenis nipple yang memakai cup). Caranya adalah harus sering
dibersihkan secara manual dengan cara pengelapan atau pembersihan menggunakan lap kain atau
kanebo. Idealnya kegiatan pengelapan niple & cup nipple tersebut dilakukan setiap hari.

Jadi langkah manajemen yang diperlukan untuk menjaga kualitas air minum ayam broiler adalah:
-Water treatment, untuk air yang kualitas fisik & kimia dari sumbernya kurang baik.
-Klorinasi, untuk memastikan kualitas mikrobiologis air itu baik.
-Flushing, untuk mengurangi potensi berkembangnya cemaran mikrobiologis dari dalam saluran pipa
distribusi
-Pembersihan nipple & cup-nya untuk menjaga terjadinya kontaminasi silang bibit penyakit.

3). Aksesibilitas Air Minum Ayam Broiler


Intinya adalah soal kemudahan ayam-ayam untuk minum, kapanpun dan dimanapun mereka mau.
Tentu saja di manapun yang dimaksud di sini masih terbatas pada area yang dipakai untuk
pemeliharaan ayam broiler.
Poin yang terkait dengan aksesibilitas air minum ini ada dua, yakni tentang rasio tempat minum dan
tentang tata cara teknis pemberian air minum yang lebih detail. Pada tempat minum yang
menggunakan niple, yang dimaksud dengan tata cara pemberian itu mencakup tekanan air dan
ketinggian nipple.

Terkait rasio, pada prinsipnya semakin banyak tempat minum akan semakin bagus. Namun jika
terlalu banyak juga ternyata akan muncul masalah lain yaitu soal biaya & kecukupan ruang untuk
pergerakan ayam. Lewat riset dan pengalaman yang panjang, beberapa perusahaan strain kemudian
memberikan rekomendasi rasio standar dari beberapa jenis tempat air minum ayam broiler. Berikut
adalah rekomendasi rasio dari beberapa jenis tempat minum/drinker.

Ketinggian drinker juga mempengaruhi kemudahan akses ayam untuk minum. Jika terlalu rendah
ayam akan sulit minum, demikian juga jika terlalu tinggi. Selain itu jika terlalu rendah, tempat minum
juga berpotensi semakin lebih mudah kotor. Sehingga ketinggian drinker harus menyesuaikan
dengan pertumbuhan ayam itu sendiri.
Berikut adalah gambaran ketinggian tempat minum niple pada umur ayam yang berbeda.

Sumber : Cobb Broiler Management Guide, 2021

Sedangkan untuk tempat minum jenis bell-drinker,


pengaturan ketinggian nya adalah seperti pada gambar
di samping. Di lapangan, pemakaian bell-drinker ini
sudah semakin jarang digunakan dalam manajemen air
minum ayam broiler seiring dengan meningkatnya
popularitas niple-drinker yang beriringan dengan
perkembangan sistem perkandangan close house di
Indonesia.
Khusus untuk drinker jenis nipple, selain ketinggiannya juga perlu diperhatikan tekanannya.
Meskipun terlihat sepele, namun dampak tekanan air itu cukup besar. DOC ternyata belum cukup
kuat untuk menekan pemicu nipple sehingga air tidak bisa keluar dan DOC menjadi kurang minum.
Pada ayam besar, tekanan yang terlalu rendah membuat ayam sedikit minum. Sementara itu jika
tekanannya terlalu tinggi juga beresiko menyebabkan litter cepat basah. Karena itu pengaturan
tekanan air merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen air minum ayam broiler.
Berikut adalah rekomendasi tekanan air nipple untuk berbagai usia ayam broiler.

Sumber : Cobb Broiler Management Guide, 2021

Pada bagian akhir diskusi tentang manajemen air minum ayam broiler ini penting untuk disampaikan
bahwa diskusi pada artikel ini hanya sekilas membahas 3 hal saja, yakni ketersediaan, kualitas dan
aksesibilitas saja. Masih perlu digali lebih dalam dan masih banyak hal lain yang juga menarik untuk
dibahas seputar tema manajemen air minum ayam broiler ini, contohnya tentang monitoring
konsumsi air harian dan kaitannya dengan performa ayam. Semoga bermanfaat. Salam semangat
untuk semua Sahabat Pitik Indonesia.

Ditulis oleh : Dwi Yogo Wardoyo

Keyword: air minum ayam broiler, manajemen air minum, manajemen air minum ayam broiler

Anda mungkin juga menyukai