Anda di halaman 1dari 6

KONSEP TRAINING

Konsep Training Pelajar Islam Indonesia setidaknya meliputi 9 (sembilan)


standar sebagai berikut:
1. STANDAR ISI
2. STANDAR PROSES
3. STANDAR INSTRUKTUR (TIM TRAINING)
4. STANDAR SARANA & PRASARANA
5. STANDAR PELAKSANAAN & PENGELOLAAN
6. STANDAR PESERTA (KEPESERTAAN)
7. STANDAR PEMBIAYAAN
8. STANDAR EVALUASI & PELAPORAN
9. STANDAR PUBLIKASI ILMIAH

1. Standar Isi <<GO TO TOP>>

Standar Isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
a. Kompetensi Dasar Peserta Training
Pada tataran kompetensi, capaian yang ditargetkan kepada peserta training untuk
dapat diperoleh setelah mengikuti training, yaitu diantaranya, peserta mampu dalam:
1) merumuskan dan menyampaikan gagasan dan pemikiran secara sistematis,
baik lisan maupun tulisan,
2) berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dalam memecahkan persoalan,
3) bekerja sama dengan segala lapisan dengan tetap menjaga sikap independen,
4) mengaktualisasikan diri untuk mencapai prestasi terbaik dan siap dengan
segala resiko,
5) menerima amanah dan mempertanggungjawabkannya tepat pada waktunya,
6) memelihara ibadah, amaliah dan akhlakul karimah dalam situasi apapun,
7) berfikir dan bervisi jauh ke depan,
8) menjadi pelopor dan bekerja mandiri.

b. Materi Training

1
Pada tataran materi, pengembangan materi Training Pelajar Indonesia didasarkan
pada setidaknya 10 (sepuluh) orientasi training sbb:

1) Iman dan Taqwa


Orientasi ini didasarkan atas problem krisis spiritual, dekadensi moral dan
penyimpangan aqidah.
2) Jati Diri (Attitude)
Orientasi ini didasarkan pada problem krisis identitas, individualisme,
egoisme.
3) IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Tantangan dalam orientasi ini meliputi: ketertinggalan dalam wawasan iptek,
kebodohan, cara berfikir dogmatis-eksklusif akan menyebabkan seseorang
berfikir jumud, picik dan kaku, dan tidak dapat melihat alternatif
pengembangan untuk menyikapi terhadap realitas-realitas yang dihadapi.
4) Kepemimpinan
Problem yang dihadapi dalam orientasi ini meliputi paternalisme, krisis etika,
rendahnya kapasitas dan kompetensi pimpinan.
5) Kelembagaan
Problem kelembagaan yang dihadapi Pelajar Islam Indonesia dewasa ini
adalah pengelolaan organisasi dan sumberdaya yang kurang profesional,
produktiv dan mutu aktivitas yang masih rendah, etika dan rasa kepemilikan
terhadap organisasi yang masih kurang dan lemahnya jaringan organisasi.
6) Kebudayaan dan Peradaban
Problem kebudayaan dan peradaban meliputi; pergeseran nilai-nilai dan
pranata sosial, disorganisasi sosial, globalisasi, sikap konsuptivisme,
hedonisme, krisis paradigma kebudayaan Islam.
7) Keumatan
Problem dan tantangan dalam bidang keumatan dan sosial politik meliputi
eksklusifisme, sekterianisme, lemahnya struktur politik dan akses
terhadap kekuasaan, lemahnya perlindungan HAM, menguatnya hegemoni
tata dunia baru, struktur politik yang feodal, perimbangan kekuasanaan
(demokratisasi) dan krisis ideologi.
8) Ekonomi
Problema yang dihadapi umat Islam saat ini adalah rendahnya etos kerja,
lemahnya jiwa dan kemampuan wirausaha, kesenjangan dan ketidakadilan
ekonomi, serta terbatasnya penguasaan sumberdaya ekonomi.
9) Lingkungan dan Kesehatan

2
Problem dan tantangan dalam bidang Lingkungan dan Kesehatan meliputi
persoalan krisis lingkungan, buruknya budaya hidup sehat, upaya preventif
dan kuratif kesehatan dan kebugaran.
10) Ke-PII-an
Tantangan dan problem yang terdapat secara khusus dalam kelembagaan dan
keorganisasian atau ke-PII-an meliputi tidak meratanya pemahaman dan
beragamnya aplikasi konstitusi PII, belum optimalnya aktualisasi peran PII
dalam masyarakat dan bangsa, serta problem kaderisasi.

2. Standar Proses <<GO TO TOP>>

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan


pendidikan untuk mencapai Standar Isi (SI) dan/atau Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
Di training Pelajar Islam Indonesia, standar proses diimplementasikan dengan
memanfaatkan beberapa metode pembelajaran, satu yang sering
digunakan bernama “Daur Belajar 5 M: Melakukan/mengalami, Mengungkapkan,
Mengolah/menganalisa, Menyimpulkan, dan Menerapkan”

3. Standar Instruktur (Tim Training) <<GO TO TOP>>

Sebagai bagian dari agen pembelajaran dalam Training Pelajar Islam Indonesia,
maka instruktur dan tenaga training harus memiliki 4 (empat) kompetensi pokok,
yaitu: (1) pedagogi (pengajaran), (2) kepribadian, (3) profesionalisme (administrasi,
penelitian, pengembangan, dll), dan (4) sosial.
Yang dimaksud dengan instruktur dan tenaga training disini adalah kader yang telah
mengikuti Pendidikan Instruktur (PI) dan posisinya dalam struktur disesuaikan
dengan riwayat pengalaman training sebelumnya. Struktur instruktur yang mengelola
training dapat terdiri dari posisi-posisi sbb: (1) Koordinator Tim Instruktur,
(2) Sekretaris Tim, (3) Instruktur Penghubung, (4) Instruktur Lokal, (5) Observer,
(6) Intruktur Laboratorium, (7) Instruktur Tamu.
Penanggung jawab perekrutan dan pengorganisasian tim training adalah institusi
Dewan Ta’dib yang setingkat dengan tingkatan training yang diselenggarakan. Untuk
setingkat training kepemimpinan dasar (leadership basic training/batra), institusi
dewan ta’dib yang berwenang adalah tingkat wilayah atau dikenal dengan nama
Dewan Ta’dib Regional (DTR). Bersama-sama dengan Pengurus Daerah selaku
penanggung jawab kegiatan, Dewan Ta’dib Regional melakukan analisis kebutuhan
(jumlah instruktur/tim training yang dibutuhkan) dan kemudian melakukan
perekrutan atau penjaringan kader sebagaimana kualifikasi yang dipersyaratkan.
Perekrutan tersebut dilaksanakan dengan memprioritaskan pemberdayaan ataupun
pengembangan kader dalam wilayah (regional) kerja. Dalam hal masih belum
terpenuhinya formasi lengkap tim training, maka DTR dapat meminta bantuan DTR
dari wilayah lain, atau juga pada kondisi tertentu dapat meminta keterlibatan dari
Keluarga Besar, baik langsung maupun tidak langsung.

3
4. Standar Sarana dan Prasarana <<GO TO TOP>>

Dalam setiap penyelenggaraan training, tempat yang hendak digunakan harus


sudah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memiliki: ruang kelas (1 kelas max 20
orang), ruang instruktur dan tenaga training (putra & putri), ruang kantin, tempat
beribadah, kamar mandi yang cukup dan memadai, kamar rehat peserta, instruktur
dan panitia (putra & putri), serta ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses training yang teratur dan berkelanjutan.
Adapun sarana yang diperlukan pada saat training meliputi: kertas, alat tulis, papan
tulis, komputer, printer, peralatan pembelajaran, media, bahan habis pakai
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses training yang ideal
sesuai dengan perencanaan awal.

5. Standar Pelaksanaan dan Pengelolaan <<GO TO TOP>>

Training Pelajar Islam Indonesia dilaksanakan dan dikelola dengan prinsip


KOLABORASI dari berbagai tingkatan institusi kepengurusan yang terkait, seperti
Pengurus Wilayah beserta Dewan Ta’dib Regional (DTR), Pengurus Daerah beserta
Dewan Ta’dib Daerah (DTD), dan juga Pengurus Komisariat. Kolaborasi disini juga
turut melibatkan peran serta aktif Keluarga Besar dalam rangka mendampingi dan
mengarahkan keseluruhan jalannya training mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaporan dan publikasi. Untuk keperluan itu, Keluarga Besar dapat membentuk tim
pengarah ataupun konsultan yang secara khusus menjalankan tugas tersebut.
Di tataran pelaksanaan, penanggungjawab kegiatan merupakan institusi yang
berwenang membuat kebijakan dan program, melakukan pengembangan, ataupun
mengarahkan pelaksanaan training (bertindak sebagai Steering & Organizing
Committee). Dalam hal pelaksanaan Basic Training (Batra), maka penanggung jawab
adalah Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia beserta Dewan Ta’dib
Daerah (DTD). Adapun panitia pelaksana yang akan mengelola training di level
teknis operasional adalah kolaborasi antara Pengurus Daerah dan Pengurus
Komisariat, selanjutnya bisa pula disebut sebagai Executive Committee (EC) .
Sedangkan di tataran pengelolaan, Training Pelajar Islam Indonesia dikelola
oleh Tim Training/Trainer yang bertanggungjawab atas tersampaikannya
pembelajaran (Ta’dib) untuk meraih kompetensi yang dikehendaki. Tim ini dibentuk
oleh Pengurus Wilayah beserta Dewan Ta’dib Regional (DTR) dengan struktur
sesuai kebutuhan, yang dapat meliputi: (1) Koordinator Tim Instruktur, (2) Sekretaris
Tim, (3) Instruktur Penghubung, (4) Instruktur Lokal, (5) Observer, (6) Intruktur
Laboratorium, (7) Instruktur Tamu, dll.

6. Standar Peserta (Kepesertaan) <<GO TO TOP>>

Peserta Training Pelajar Islam Indonesia adalah para pelajar Islam Indonesia yang
telah memenuhi seluruh persyaratan untuk mengikuti training sebagaimana
ditetapkan pada setiap jenjang pelatihan/training. Untuk training kepemimpinan

4
tingkat dasar (leadership basic training/batra), persyaratan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Pernah mengikuti kegiatan PII (seminar, kursus, pra-batra, dll)
b. Usia (min 14 th/kelas VIII SMP, max semester 2 pendidikan tinggi)
c. Bersedia mengikuti training hingga selesai, sekira 7 hari (sepekan)
d. Memiliki surat mandat/delegasi dari Pengurus Daerah atau Komisariat atau
sekolah/pondok, dll
e. Menyusun dan menyerahkan artikel/tulisan ringan dengan
topik “Kepelajaran, Ke-Islaman, Ke-Indonesiaan” (bisa salah satu atau
kombinasi dari ketiga topik tsb), sebanyak 2 (dua) halaman tulis tangan atau
ketik.
f. Membawa Al Qur’an, alat tulis, buku tulis, sepatu, serta buku bacaan yang
dimiliki mengenai keislaman, pendidikan, keorganisasian, sosial dan budaya.
g. Berpakaian muslim rapi dan sopan (laki-laki : baju berkerah dan perempuan
berjilbab)
h. Membawa perlengkapan pribadi (pakaian, alat sholat, alat keperluan mandi,
obat-obatan jika diperlukan, dll).
i. Membawa pas foto ukuran 3 x 4 berwarna sebanyak 3 lembar.
j. Membayar kontribusi kepesertaan (ditentukan kemudian)
k. Lulus Screening dan wawancara.
l. Persyaratan lain-lain (bila ada) sebagaimana ditetapkan panitia dan
diumumkan secara resmi.

7. Standar Pembiayaan <<GO TO TOP>>

Biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan training utamanya merupakan biaya


harian peserta selama 1 minggu (sepekan), yaitu untuk memenuhi konsumsi peserta
(3 x sehari & snack/suplemen gizi), serta untuk keperluan lain-lain.
Sumber dana untuk pembiayaan training tersebut berasal dari:
a. Biaya peserta (sumbangan wajib peserta) merupakan biaya training yang
harus dikeluarkan oleh calon peserta untuk dapat terdaftar sebagai
peserta training.
b. Sumbangan Wajib Organisasi (SWO) merupakan biaya training yang harus
dikeluarkan oleh institusi pemberi mandat/pengutus untuk setiap peserta yang
diutus.
c. Donasi umum, yang berasal dari institusi pemerintah/swasta, keluarga besar,
dan masyarakat umum
d. Sponsorship atau Corporat Social Responsibility (CSR), yang merupakan
bentuk kerjasama dengan institusi lainnya untuk melaksanakan sesuatu yang

5
disertai dengan pemberian kompensasi tertentu pula sebagaimana dituangkan
dalam kesepakatan bersama.
e. Sumber dana lain yang halal, resmi dan tidak mengikat.

8. Standar Evaluasi & Pelaporan <<GO TO TOP>>

Evaluasi training yang dimaksud disini bisa berupa evaluasi formatif (for learning)
yang beriringan dengan berlangsungnya proses training maupun sumatif (of learning)
di akhir proses training. Evaluasi tersebut dilakukan oleh seluruh komponen training
mulai dari peserta, panitia, tim training/trainer, dsb, baik melalui portofolio, angket
tertutup maupun forum evaluasi terbuka. Adapun hasil evaluasi yang terkait dengan
perkembangan peserta akan disampaikan kepada masing-masing institusi pemberi
mandat/pengutus di akhir masa training, baik dengan penyajian data dalam bentuk
kuantitatif maupun kualitatif.
Selanjutnya, laporan training dibagi dalam dua kategori yaitu laporan pelaksanaan
dan laporan pengelolaan yang nantinya akan dipadukan menjadi laporan utuh
training. Laporan pelaksanaan disusun oleh Pengurus Komisariat, Pengurus Daerah,
serta Dewan Ta’dib Daerah (DTD) selaku pelaksana training; sementara laporan
pengelolaan disusun oleh Pengurus Wilayah beserta Dewan Ta’dib Regional (DTR).

9. Standar Publikasi Ilmiah <<GO TO TOP>>

Standar publikasi ilmiah dimaksudkan untuk menyebarkan temuan hasil training


secara ilmiah (melalui jurnal, dsb) kepada masyarakat umum sehingga dapat turut
berkontribusi pada pengembangan keilmuan dan pada akhirnya dapat membawa
kemanfaatan yang lebih luas (dan nyata) di tengah-tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai