Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELAS A
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. SKENARIO KASUS
Tn X seorang pengusaha berusia 45 tahun memiliki berat badan 70 kg dan tinggi
badan 165. Selama beberapa bulan terakhir mempunyai keluhan sakit di bagian perut
sebelah kanan terutama setelah makan. Selain itu juga merasakan sulit untuk BAB.
Awalnya hanya minum jamu untuk mengobati rasa sakitnya. Ketika rasa sakitnya
semakin parah, juga merasa demam, mual, dan sering flatus.
Hasil anamnesa dengan ahli gizi diketahui pola makan Tn.X tidak suka sayuran,
tempe dan tahu. Kesukaannya makanan berlemak/bersantan.Kebiasan makan paginya
adalah nasi goreng, telur atau roti isi keju dan minuman kopi. Untuk makan siang
seringnya ia makan di restoran padang.Sedangkan frekuensi makan buah hanya
sesekali. Kesukaannya makan makanan kecil/selingan seperti keripik jagung, emping,
dan minuman ringan bersoda. Tn.X juga memiliki kebiasaan merokok 1 hari satu
bungkus.
B. ULASAN KASUS
1. Identitas :
Nama : Tn. X
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : pengusaha pengiriman barang
Diagnosis medis : diverticulitis
TB : 165 cm
BB : 70 kg
2. Data Subyektif
a. Data Riwayat Gizi :
Hasil anamnesa dengan ahli gizi diketahui pola makan :
● Tn.X tidak suka sayuran, tempe dan tahu.
● Kesukaannya makanan berlemak/bersantan.
● Kebiasan makan paginya adalah nasi goreng, telur atau roti isi
keju dan minuman kopi.
● Untuk makan siang seringnya ia makan di restoran padang.
● Sedangkan frekuensi makan buah hanya sesekali.
● Kesukaannya makan makanan kecil/selingan seperti keripik
jagung, emping, dan minuman ringan bersoda.
b. Data Riwayat Penyakit :
Tuan X mengidap penyakit divertikulitis.
3. Data Obyektif
a. Berat badan : 70 Kg
b. Tinggi badan : 165 cm
4. Data Fisik Klinis
a. Perilaku : Merokok 1 hari sebanyak 1 bungkus
b. Adapun pemeriksaan yang dilakukan hasilnya yaitu TD= 120/90
mmHg, suhu : 38°C, nadi : 80x/menit, respirasi : 20x/menit.
c. Pemeriksaan biokimia : kadar Hb 13,5 g/dl dan kadar Hematokrit 45%
5. Diagnosa : divertikular
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Istilah
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Manifestasi klinis
Preskripsi diet
❖ Jenis Diet
1. Diet tinggi serat
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat
pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran
merupakan menu yang hampir selalu terdapat dalam hidangan sehari-
hari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah (lalapan segar)
atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan. Di
samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan,
serat pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang merugikan
seperti mengurangi absorpsi zat gizi juga menyebabkan flatulen, juga
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral
dan dapat menyebabkan defisiensi mineral sehingga meningkatkan
resiko osteoporosis pada orang usia lanjut.
2. Diet rendah FODMAP (Fermentable, Oligosakarida, Disakarida,
Monosakarida, serta Poliol)
Terdapat sebuah teori yang menyatakan bahwa karena
peningkatan tekanan dalam usus besar dapat menyebabkan
perkembangan divertikulum, dan karena diet FODMAP yang rendah
dapat membantu mengurangi gas dan kembung, maka diet FODMAP
yang rendah dapat membantu mengurangi dan / atau mencegah
pembentukan divertikulum. (Gulbin, 2019). Diet FODMAP adalah
kelompok heterogen dari karbohidrat dan poliol rantai pendek yang
sangat mudah difermentasi tetapi kurang terserap.
Diet rendah FODMAP digunakan untuk menghindari makanan
yang mengandung laktosa. Makanan yang mengandung laktosa tidak
hanya menyebabkan peningkatan kadar air di usus (melalui
peningkatan beban osmotik di ileum) tetapi juga mudah difermentasi
oleh mikrobiota kolon, yang mengarah pada produksi asam lemak
rantai pendek dan gas: Terutama hidrogen (H2), karbon dioksida
(CO2), dan metana (CH4). Sehingga, individu dengan intoleransi
laktosa dapat mengalami diare dan distensi perut sebagai akibat dari
asupan makanan. (Uno, 2016).
Diet rendah FODMAP menghilangkan makanan yang
mengandung Fermentable foods, Oligosakarida, Disakarida,
Monosakarida, dan Poliol. Fermentable foods (Makanan yang dapat
difermentasi) seperti yogurt, asinan kubis, dan kombucha.
Oligosakarida seperti kacang, kacang polong, lentil, bawang merah,
dan bawang putih. Disakarida seperti makanan yang mengandung
laktosa seperti susu, krim, es krim, keju cottage, puding, dan produk
produk yang mengandung susu seperti sup, saus, dan saus tertentu.
Monosakarida seperti madu dan makanan yang mengandung sirup
jagung fruktosa tinggi. Poliol seperti apel, plum, pir, persik, semangka,
kembang kol, jamur, kacang polong salju, dan gula alkohol, dapat
disebutkan beberapa di antaranya.
❖ Syarat diet
1. Jika terjadi perdarahan maka dimulai dengan makanan cair jernih
yang hanya terdiri dari teh, kaldu, air jeruk, air bubur kacang hijau,
selanjutnya diberikan cair penuh, seperti makanan cair dengan susu
yang terdiri dari susu, maizena, telur ayam, margarin, minyak, gula,
sari buah dan diblender menjadi satu, saat keadaan mulai membaik,
tekstur makanan dapat ditingkatkan menjadi makanan lunak dengan
mengutamakan pemilihan serat larut air dengan jenis sayur yang
boleh diberikan adalah daun bayam, labu siam dan wortel.
2. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan
batasan diet yang ditetapkan. Jumlah bahan yang digunakan sesuai
dengan kaidah gizi seimbang (3-8 porsi KH, 3-4 Protein, 2-3 Sayuran,
3-5 Buah, dan minyak 6-7 porsi).
3. Untuk mencegah terjadinya penyakit ini maka harus mengonsumsi
makanan dengan jumlah serat minimal 20 g setiap hari. Serat 20 g
dapat dicapai dengan konsumsi sayur minimal 2 mangkok per hari,
buah minimal 3 potong, karbohidrat kompleks sesuai kebutuhan dan
utamakan memilih yang tinggi serta, yaitu beras merah dan roti
gandum. Untuk camilan dapat dipilih puding yang terbuat dari agar-
agar atau jelly serta batasi konsumsi gorengan
4. Makanan diberikan secara bertahap, mulai dari Diet Sisa Rendah I ke
Diet Sisa Rendah II dengan konsistensi yang disesuaikan
5. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti
tomat, jambu biji, dan stroberi, yang dapat menumpuk dalam
divertikular. Serta makanan pedas, buah-buahan kering dan sayuran.
6. Bila perlu diberikan Makanan Enteral Rendah atau Bebas Laktosa
7. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari
❖ Tujuan diet
1. Meningkatkan volume dan konsistensi feses
2. Menurunkan tekanan intraluminal
3. Mencegah infeksi
❖ Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Waktu Menu Bahan Makanan URT Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
Selingan Pagi Puding Roti Roti tawar 2 lbr 70 191,7 6,2 2,1 36,3
Makan siang Nasi putih Nasi putih ¾ gelas 100 130 2,4 0,2 28,6
Selingan sore Roti wortel Wortel 2 cangkir 200 51,6 2 0,4 9,6
Makan malam Choipan isi Tepung beras 2 sdm 30 108 2 0,2 23,9
labu siam