Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN STUDI KASUS

DIETETIKA PENYAKIT INFEKSI DAN DEFISIENSI

INFEKSI SALURAN CERNA BAWAH

Dosen Pengampu :

Dhuha Itsnanisa Adi, S.Gz., M.Kes.

Disusun Oleh :

Fani Lailatul Rochmah (212110102001)

Tasya Cahya Safira (212110102002)

Farah Novihana N (212110102011)

Annisa Nur Mahmudah (212110102016)

Emma Dilla Anannda (212110102020)

Poutry Dhewy Roushitha (212110102036)

KELAS A
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023

A. SKENARIO KASUS
Tn X seorang pengusaha berusia 45 tahun memiliki berat badan 70 kg dan tinggi
badan 165. Selama beberapa bulan terakhir mempunyai keluhan sakit di bagian perut
sebelah kanan terutama setelah makan. Selain itu juga merasakan sulit untuk BAB.
Awalnya hanya minum jamu untuk mengobati rasa sakitnya. Ketika rasa sakitnya
semakin parah, juga merasa demam, mual, dan sering flatus.

Hasil anamnesa dengan ahli gizi diketahui pola makan Tn.X tidak suka sayuran,
tempe dan tahu. Kesukaannya makanan berlemak/bersantan.Kebiasan makan paginya
adalah nasi goreng, telur atau roti isi keju dan minuman kopi. Untuk makan siang
seringnya ia makan di restoran padang.Sedangkan frekuensi makan buah hanya
sesekali. Kesukaannya makan makanan kecil/selingan seperti keripik jagung, emping,
dan minuman ringan bersoda. Tn.X juga memiliki kebiasaan merokok 1 hari satu
bungkus.

B. ULASAN KASUS
1. Identitas :
Nama : Tn. X
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : pengusaha pengiriman barang
Diagnosis medis : diverticulitis
TB : 165 cm
BB : 70 kg

2. Data Subyektif
a. Data Riwayat Gizi :
Hasil anamnesa dengan ahli gizi diketahui pola makan :
● Tn.X tidak suka sayuran, tempe dan tahu.
● Kesukaannya makanan berlemak/bersantan.
● Kebiasan makan paginya adalah nasi goreng, telur atau roti isi
keju dan minuman kopi.
● Untuk makan siang seringnya ia makan di restoran padang.
● Sedangkan frekuensi makan buah hanya sesekali.
● Kesukaannya makan makanan kecil/selingan seperti keripik
jagung, emping, dan minuman ringan bersoda.
b. Data Riwayat Penyakit :
Tuan X mengidap penyakit divertikulitis.

3. Data Obyektif
a. Berat badan : 70 Kg
b. Tinggi badan : 165 cm
4. Data Fisik Klinis
a. Perilaku : Merokok 1 hari sebanyak 1 bungkus
b. Adapun pemeriksaan yang dilakukan hasilnya yaitu TD= 120/90
mmHg, suhu : 38°C, nadi : 80x/menit, respirasi : 20x/menit.
c. Pemeriksaan biokimia : kadar Hb 13,5 g/dl dan kadar Hematokrit 45%
5. Diagnosa : divertikular
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Istilah

Definisi istilah digunakan untuk menghindari perbedaan pengertian terhadap


istilah yang digunakan dalam laporan studi kasus ini, sehingga hal yang
dimaksudkan menjadi jelas. Definisi istilah dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Divertikular adalah suatu penonjolan (herniasi) pada dinding usus yang


membentuk suatu kantung pada kolon (usus besar) yang hanya dilapisi oleh
suatu lapisan permukaan tipis pada bagian kolon tersebut.
b. Peradangan atau inflamasi (inflammation) adalah respons alami dari sistem
kekebalan tubuh terhadap suatu cedera atau penyakit yang disebabkan virus,
bakteri, atau racun tertentu.
c. Endoskopi adalah tindakan medis non bedah dimana memasukkan alat khusus
(pipa kecil berkamera) ke dalam tubuh untuk mengetahui keadaan organ di
dalam tubuh.
d. Motilitas adalah ketahanan usus yang alami, mengontrol perlekatan dan
kolonisasi bakteri, serta mempercepat pengeluaran imunogen dari lumen usus.
e. Dysbiosis merupakan suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah
mikroorganisme dalam saluran pencernaan manusia
f. Kolon Sigmoid merupakan bagian terakhir dari kolon (usus) sebelum sisa
pencernaan masuk ke rektum, terletak di bawah kolon desenden, berbentuk
seperti huruf S.
g. Peritonitis, yaitu peradangan atau infeksi di dalam rongga perut (peritoneum).
h. Perforasi usus, yaitu kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding usus
besar.
i. Kolostomi adalah prosedur pembuatan lubang di perut yang berfungsi sebagai
saluran pembuangan kotoran (feses). Prosedur ini biasanya dilakukan pada
pasien yang tidak dapat buang air besar dengan normal akibat adanya masalah
di usus besar, anus, atau rektum.
j. NSAIDs (nonsteroidal antiinflammatory Drugs) adalah kelompok obat yang
digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan
demam
k. Obstruksi usus, yaitu penyempitan yang terjadi pada usus besar akibat
peradangan, sehingga mengakibatkan tersumbatnya jalan keluar feses.
l. Kolonoskopi adalah prosedur untuk mendeteksi luka, iritasi, polip atau kanker
pada usus besar dan rektum, yaitu bagian paling bawah usus besar yang
terhubung ke anus.
m. Fistula adalah terbentuknya saluran abnormal di antara 2 rongga tubuh yang
seharusnya terpisah seperti usus besar dan kandung kemih, usus kecil, atau
vagina.
n. Anastomosis usus adalah prosedur membuang bagian usus yang meradang dan
menyambungkan kembali dengan bagian usus yang sehat.
o. Nasogastric Tube (NGT) atau biasa dikenal dengan istilah sonde adalah selang
khusus yang dimasukkan melalui hidung melewati tenggorokan lalu
kerongkongan dan menuju ke dalam perut (lambung) yang digunakan untuk
memberikan makanan dalam bentuk cair, obat, dan cairan, serta mengeluarkan
produk dari lambung.
2. Gambaran Umum
a. Pengertian

Penyakit divertikular merupakan penyakit saluran pencernaan bagian


bawah yang ditandai dengan kondisi hipertrofi otot polos pada kolon
usus besar, khususnya kolon sigmoid, sehingga menyebabkan
terbentuknya kantung-kantung di antara serat-serat otot yang menebal.
Apabila makanan atau bakteria tertahan dalam divertikulum maka akan
menyebabkan infeksi dan inflamasi yang dapat mengganggu aliran dan
akan mengarah pada perforasi atau abses. Inflamasi akut yang terjadi
pada divertikulum menyebabkan penyakit divertikulitis. Sedangkan
apabila terdapat pada divertikula multiple tanpa inflamatori atau
gejala-gejala maka disebut divertikulosis.

b. Etiologi

Etiologi dari penyakit divertikular terutama berhubungan dengan dua


faktor yaitu melemahnya dinding usus dan peningkatan tekanan
intraluminal. Dengan adanya kelemahan otot pada usus, peningkatan
tekanan intraluminal dapat menyebabkan pembentukan divertikula.
Tidak hanya itu, penyakit divertikular biasanya juga disebabkan oleh
faktor Makanan yakni karena kurangnya asupan serat pada tubuh. Diet
yang kurang serat, baik dari asupan sayuran ataupun buah, sebagai
faktor radiologis yang menonjol. Defisiensi serat dalam tubuh tersebut
diduga merupakan predisposisi untuk timbulnya divertikula akibat
motilitas kolon terganggu. Terdapat bukti bahwa penderita divertikular
mengalami respon kontraktil yang berlebihan terhadap makanan dan
stimulus hormonal. Otot-otot abnormal tersebut menyebabkan
peningkatan tekanan intraluminal sebagai akibat adanya hipertrofi otot
polos dan pembentukan divertikula. Secara anatomi, divertikula akan
membentuk titik lemah dimana pembuluh darah vasa recta menembus
lapisan otot sirkuler ke mukosa. Perforasi yang terjadi di pembuluh
darah ini cenderung menembus dinding kolon. Divertikula dapat
terjadi di lokasi manapun di usus kecil maupun kolon sigmoid.

Gambar 1. Ilustrasi divertikulosis dan divertikulitis

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit divertikulosis dan


divertikulitis. Divertikulosis terjadi apabila terdapat beberapa beberapa
divertikula tanpa disertai adanya gejala-gejala seperti peradangan
(inflamasi). Divertikulosis paling sering terjadi pada usia lanjut lebih
dari 80 tahun, hal ini disebabkan fungsi fisiologis tubuh telah menurun
serta intake asupan serat yang sangat kurang. Asupan serat yang
kurang inilah yang merupakan faktor predisposisi utama. Sedangkan
divertikulitis terjadi ketika makanan dan bakteri yang tertahan di dalam
divertikulum sehingga menyebabkan terjadinya infeksi kronis yang
terpendam dan tidak diketahui. Predisposisi divertikulitis bersifat
congenital apabila gangguan muncul pada individu berusia dibawah 40
tahun. Faktor-faktor lainnya yang berperan dalam terjadinya penyakit
divertikular adalah penuaan, obesitas, sifat genetika, dan konstipasi
kronis. (Brunner, 2016)

c. Patofisiologi

Gambar 2. ilustrasi divertikulitis (sumber: emedicalacademy.com)

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit divertikulosis dan


divertikulitis sehingga patofisiologi keduanya juga berbeda. Pada
divertikulosis menunjukkan kehadiran divertikulum dalam kolon dan
keadaan patologi dengan lesi ini lazimnya adalah divertikulitis yang
mana merupakan suatu keadaan peradangan yang timbul setelah
obstruksi leher divertikulum oleh tinja dan terkadang dapat juga oleh
barium. Proses inilah yang menyebabkan penyempitan kolon dan bisa
berlanjut ke obstruksi lengkap yang meniru manifestasi klinis
karsinoma. Perdarahan gastrointestinal bawah yang masif dapat
mengikuti ulserasi di dalam divertikulum. Sehingga terjadinya abses,
fistula, atau perforasi sering mengkompilasi perjalanan divertikulitis
yakni dengan perikolitis dan edema mesenterium.

Perdarahan saluran cerna bagian bawah paling umum disebabkan oleh


karena terjadinya divertikulosis kolon. Divertikula kolon merupakan
lesi yang diperoleh secara umum dari usus besar. Secara anatomi,
penyebab dari terjadinya perdarahan ialah pecahnya cabang intramural
di vasa recta secara asimetris. Divertikula paling sering terjadi pada
kolon sigmoid. Hal tersebut disebabkan oleh faktor traumatis lumen
termasuk yang menyebabkan abrasi dari pembuluh darah yang
akhirnya terjadilah perdarahan. Perdarahan dari lesi kolon sebelah
kanan dapat lebih banyak dan menghasilkan volume yang lebih besar
daripada sebelah kiri. Hal ini disebabkan karena divertikula yang
terletak pada sebelah kanan dapat mengekspos bagian yang lebih besar
dari vasa recta sehingga menjadi luka. Kolon sebelah kanan juga
memiliki bagian leher yang lebih luas serta bagian kubah yang lebih
besar dibandingkan dengan divertikulum khas pada kolon sebelah kiri.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwasanya perdarahan
divertikular berasal dari vasa recta yang terletak di submukosa yang
dapat pecah pada bagian puncak atau leher dari divertikulum tersebut,
itulah mengapa perdarahan kolon sebelah kanan lebih banyak dan
menghasilkan volume yang lebih besar daripada sebelah kiri.

d. Manifestasi klinis

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa divertikulum kolon terjadi


tanpa gejala kecuali apabila terdapat komplikasi oleh mikroperforasi
dan infeksi divertikulitis atau perdarahan rektum tanpa disertai nyeri.
Divertikulitis akut mengikuti perforasi dan fekalit yang terperangkap
mengerosi mukosa serta memungkinkan infeksi yang menyebar ke
dinding usus yang saling berdekatan. Manifestasi klinis divertikulitis
yakni mencakup nyeri termasuk nyeri tekan abdomen, konstipasi,
distensi ringan, demam, dan leukositosis. Masa di dalam abdomen dan
rektum biasanya dapat dipalpasi serta dapat juga timbul diare. Gejala
iritasi pada vesika urinaria juga dapat terjadi karena sering disebabkan
oleh masa peradangan yang mengenainya atau terdapat perkembangan
fistula didalamnya. Perdarahan yang timbul dari divertikulum adalah
sebagai bentuk perdarahan rektum yang mendadak berwarna merah tua
atau bahkan merah terang yang biasanya dapat disertai nyeri atau tanpa
nyeri atau bahkan disertai dengan adanya kram ringan. Perdarahan
yang masif biasanya menyebabkan syok hemoragik atau bahkan
kematian. Perdarahan dari divertikulum kolon biasanya dapat berhenti
spontan dan dapat ditangani secara konservatif dengan penggantian
darah sesuai keperluan.

Divertikulosis yang mana merupakan adanya divertikel semu multiple


dan biasanya tidak bergejala. Keluhan dan tandanya berupa serangan
nyeri, obstipasi, dan diare oleh gangguan motilitas sigmoid. Pada
pemeriksaan biasanya didapatkan nyeri tekan lokal ringan dan sigmoid
seringkali dapat diraba sebagai struktur padat. Tidak terjadi gejala
demam atau leukositosis namun biasanya disertai radang. Apabila
penderita dalam keadaan umum dan tidak terganggu maka tidak terjadi
tanda-tanda sistemik. Pada pemeriksaan barium enema menggunakan
sinar X akan menunjukkan hasil foto rontgen yang tampak adanya
divertikel dengan spasme lokal dan penebalan dinding yang
menyebabkan penyempitan lumen.

Menurut Brunner (2016), berikut manifestasi klinis penyakit


divertikulosis.

- Seringkali tidak terlihat gejala yang bermasalah, konstipasi


kronis kerap mengawali perjalanan penyakit.
- BAB yang tidak teratur, sesekali disertai diare, mual, anoreksia,
serta kembung atau distensi abdomen.
- Kram, ukuran feses menyempit, dan terjadi peningkatan
konstipasi atau terkadang obstruksi usus.
- Kelemahan, keletihan, dan anoreksia.

Divertikulitis merupakan radang akut dalam divertikel baik dengan


atau tanpa adanya perforasi. Pada umumnya, radang pada divertikulitis
ini disebabkan oleh terjadinya retensi feses didalamnya. Tekanan
tinggi dalam sigmoid yang berperan pada terjadinya divertikel.
Perforasi yang terjadi akibat divertikulitis ini menyebabkan
peridivertikulitis terbatas, abses, atau bahkan peritonitis umum.
Diagnosis banding yang terpenting adalah karsinoma kolon sebelah
kiri ataupun kelainan ginekologi.

Menurut Brunner (2016), berikut manifestasi klinis penyakit


divertikulitis.

- Nyeri akut ringan hingga berat pada kuadran kiri bawah


abdomen.
- Mual, muntah, demam menggigil, dan leukositosis.
- Apabila tidak ditangani segera akan menimbulkan komplikasi
peritonitis dan septikemia.
e. Pemeriksaan diagnosis
1) Sinar X dengan barium enema, tetapi biasanya pemeriksaan ini
ditunda selama pasien berada pada stadium akut.
2) Endoskopi (kolonoskopi) untuk menyingkirkan karsinoma
kolon
3) Laboratorium
f. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat diakibatkan divertikulitis, antara lain:

● Abses, yang timbul ketika terbentuk kumpulan nanah di dalam


kantung usus (divertikula).
● Fistula, terjadi akibat terbentuknya saluran abnormal di antara
usus besar dan kandung kemih, usus kecil, atau vagina.
● Obstruksi usus, yaitu penyempitan yang terjadi pada usus besar
akibat peradangan, sehingga mengakibatkan tersumbatnya jalan
keluar feses.
● Perforasi dan peritonitis, yaitu kondisi peradangan atau infeksi
di dalam rongga perut (peritonitis) yang terjadi akibat robeknya
divertikula (perforasi), sehingga isi usus tumpah ke dalam
rongga perut.
g. Penatalaksanaan medis

Pada divertikula akut dilakukan tindakan konservatif berupa puasa,


pemasangan pipa hisap lambung, infus, pemberian antibiotik sistemik,
dan analgetik. Pada komplikasi parah divertikulitis yang mencakup
perforasi kolon, perdarahan tidak terkendali, fistula,badan obstruksi
merupakan indikasi bedah gawat darurat. Proses peradangan dalam
divertikulitis akut bisa dilokalisir oleh peritoneum abdomen sekeliling
atau bisa berpenetrasi ke dalam organ yang berdekatan. Apabila proses
ini tampak lokal tanpa bukti peritonitis yang menyebar maka
diindikasikan terapi non bedah intensif. Pengisapan nasogaster bagi
distensi dan cairan intravena untuk pemeliharaan hidrasi dan
keseimbangan elektrolit sangatlah penting. Antibiotika berspektrum
luas seperti ampisilin dan gentamisin diberikan secara sistemik.
Penderita divertikular sering mengalami abses hilang dengan terapi
demikian serta laksatif yang menyerap air dan bertindak sebagai masa
di dalam kolon, dan diet yang tepat dapat mencegah serangan lebih
lanjut.

Penanganan dan penatalaksanaan divertikulitis menurut Brunner


(2016) dapat dilakukan sebagai berikut.

- Divertikulitis biasanya ditangani dengan rawat jalan dengan


memperhatikan pemberian medikasi dan diet, gejala-gejala
yang timbul ditangani dengan istirahat, obat analgesik, dan
antispasmedik.
- Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan melalui
makanan cairan bening sampai inflamasi mereda, kemudian
diberikan resep diet tinggi serat dan rendah lemak. Antibiotik
diresepkan untuk 7-10 hari, dan laksatif pembentuk bungkal
juga diresepkan.
- Pasien yang menunjukkan gejala berat, dan terkadang pasien
lanjut usia, pasien dengan gangguan imun, atau pasien yang
menggunakan kortikosteroid harus dirawat inap dengan tujuan
untuk diistirahatkan dengan menghentikan asupan cairan dan
melakukan pengisapan nasogastrik.
- Antibiotik spektrum luas dan analgesik diresepkan, opioid juga
dapat diresepkan untuk meredakan nyeri. Asupan oral
ditingkatkan setelah gejala mereda. Diet rendah serat harus
diberikan sampai tanda-tanda infeksi berkurang.
- Antispasmedik seperti propantelin bromide dan
oksifensiklimina diresepkan.
h. Pengobatan dan Pencegahan

Bagi penderita divertikulosis kemungkinan besar tidak memiliki gejala


dan tidak memerlukan pengobatan. Namun, karena divertikulosis dapat
menyebabkan divertikulitis, maka penderita harus mengonsumsi
makanan tinggi serat sebagai tindakan pencegahan. Hal Ini berarti
penderita harus makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, kacang-
kacangan, biji-bijian, buncis, polong-polongan, dan lebih sedikit
daging merah.

D. TATA LAKSANA DIET


1. Perhitungan Status Gizi
● IMT = BB (kg)/TB (m)²
= 70 kg/1.65² m²
= 25,71 kg/m² (Kelebihan berat badan tingkat ringan)
● BBI = (TB-100) – (TB-100) x 10%
= (165-100) - (165-100) x 10%
= 65 - 6,5 = 58,5 kg
● BBR = BBA / BBI x 100%
= 70 kg / 58,5 kg x 100%
= 119,65% (Overweight)
2. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
● Energi Laki-laki = 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) - (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 58,5) + (5 x 165) - (6,8 x 45)
= 66 + (801,45 + 825 - 306)
= 66 + 1320,45 = 1386,45 kkal
● Kebutuhan Energi = 1386,45 x Faktor aktivitas x Faktor stress
= 1386,45 kkal x 1,2 x 1,4
= 2329,23 kkal ( 2096,30 - 2562,15)
● Protein = 15% x 2329,23 = 349,38 kkal = 349,38 kkal/4 gram
= 87,34 gram (85,34 - 89,34)
● Lemak = 20% x 2329,23 = 465,84 kkal = 465,84 kkal/9 gram
= 51,76 gram
● Karbohidrat = 65% x 2329,23 = 1514 kkal = 1514 kkal/4 gram
= 378,5 gram

Preskripsi diet
❖ Jenis Diet
1. Diet tinggi serat
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat
pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran
merupakan menu yang hampir selalu terdapat dalam hidangan sehari-
hari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah (lalapan segar)
atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan. Di
samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan,
serat pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang merugikan
seperti mengurangi absorpsi zat gizi juga menyebabkan flatulen, juga
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral
dan dapat menyebabkan defisiensi mineral sehingga meningkatkan
resiko osteoporosis pada orang usia lanjut.
2. Diet rendah FODMAP (Fermentable, Oligosakarida, Disakarida,
Monosakarida, serta Poliol)
Terdapat sebuah teori yang menyatakan bahwa karena
peningkatan tekanan dalam usus besar dapat menyebabkan
perkembangan divertikulum, dan karena diet FODMAP yang rendah
dapat membantu mengurangi gas dan kembung, maka diet FODMAP
yang rendah dapat membantu mengurangi dan / atau mencegah
pembentukan divertikulum. (Gulbin, 2019). Diet FODMAP adalah
kelompok heterogen dari karbohidrat dan poliol rantai pendek yang
sangat mudah difermentasi tetapi kurang terserap.
Diet rendah FODMAP digunakan untuk menghindari makanan
yang mengandung laktosa. Makanan yang mengandung laktosa tidak
hanya menyebabkan peningkatan kadar air di usus (melalui
peningkatan beban osmotik di ileum) tetapi juga mudah difermentasi
oleh mikrobiota kolon, yang mengarah pada produksi asam lemak
rantai pendek dan gas: Terutama hidrogen (H2), karbon dioksida
(CO2), dan metana (CH4). Sehingga, individu dengan intoleransi
laktosa dapat mengalami diare dan distensi perut sebagai akibat dari
asupan makanan. (Uno, 2016).
Diet rendah FODMAP menghilangkan makanan yang
mengandung Fermentable foods, Oligosakarida, Disakarida,
Monosakarida, dan Poliol. Fermentable foods (Makanan yang dapat
difermentasi) seperti yogurt, asinan kubis, dan kombucha.
Oligosakarida seperti kacang, kacang polong, lentil, bawang merah,
dan bawang putih. Disakarida seperti makanan yang mengandung
laktosa seperti susu, krim, es krim, keju cottage, puding, dan produk
produk yang mengandung susu seperti sup, saus, dan saus tertentu.
Monosakarida seperti madu dan makanan yang mengandung sirup
jagung fruktosa tinggi. Poliol seperti apel, plum, pir, persik, semangka,
kembang kol, jamur, kacang polong salju, dan gula alkohol, dapat
disebutkan beberapa di antaranya.

❖ Syarat diet
1. Jika terjadi perdarahan maka dimulai dengan makanan cair jernih
yang hanya terdiri dari teh, kaldu, air jeruk, air bubur kacang hijau,
selanjutnya diberikan cair penuh, seperti makanan cair dengan susu
yang terdiri dari susu, maizena, telur ayam, margarin, minyak, gula,
sari buah dan diblender menjadi satu, saat keadaan mulai membaik,
tekstur makanan dapat ditingkatkan menjadi makanan lunak dengan
mengutamakan pemilihan serat larut air dengan jenis sayur yang
boleh diberikan adalah daun bayam, labu siam dan wortel.
2. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan
batasan diet yang ditetapkan. Jumlah bahan yang digunakan sesuai
dengan kaidah gizi seimbang (3-8 porsi KH, 3-4 Protein, 2-3 Sayuran,
3-5 Buah, dan minyak 6-7 porsi).
3. Untuk mencegah terjadinya penyakit ini maka harus mengonsumsi
makanan dengan jumlah serat minimal 20 g setiap hari. Serat 20 g
dapat dicapai dengan konsumsi sayur minimal 2 mangkok per hari,
buah minimal 3 potong, karbohidrat kompleks sesuai kebutuhan dan
utamakan memilih yang tinggi serta, yaitu beras merah dan roti
gandum. Untuk camilan dapat dipilih puding yang terbuat dari agar-
agar atau jelly serta batasi konsumsi gorengan
4. Makanan diberikan secara bertahap, mulai dari Diet Sisa Rendah I ke
Diet Sisa Rendah II dengan konsistensi yang disesuaikan
5. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti
tomat, jambu biji, dan stroberi, yang dapat menumpuk dalam
divertikular. Serta makanan pedas, buah-buahan kering dan sayuran.
6. Bila perlu diberikan Makanan Enteral Rendah atau Bebas Laktosa
7. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari
❖ Tujuan diet
1. Meningkatkan volume dan konsistensi feses
2. Menurunkan tekanan intraluminal
3. Mencegah infeksi
❖ Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber karbohidrat Beras dijadikan bubur Beras ketan, beras tumbuk,


atau ditim, kentang pure, roti whole wheat, jagung,
roti dipanggang, mie, ubi, singkong, talas, kentang
bihun, biskuit, crackers, digoreng, dodol, kue yang
tepung - tepungan dibuat mengandung lemak tinggi
bubur, makaroni direbus. dan terlalu.
Sumber protein Daging tanpa lemak, Daging, ikan, ayam yang di
hewani ayam tanpa kulit, ikan, kaleng dan digoreng,
putih telur. (Daging dikeringkan, diasap, diberi
usahakan digiling) bumbu-bumbu tajam, daging
babi, telur goreng.

Sumber protein Tempe, tahu direbus Tahu, tempe digoreng,


nabati ditim dan ditumis, kacang kacang tanah, kacang merah,
hijau, kedelai. kacang tolo

Sayuran Sayuran yang tidak Sayuran mentah, sayuran


menimbulkan gas dan berserat tinggi dan
tidak banyak serat : menimbulkan gas seperti
kangkung, daun kacang, daun singkong, kacang
oyong, tomat, labu air, panjang, kol, lobak, sawi
lobak, sawi, selada, putih, asparagus, kacang,
seledri, terong, bayam, kacang polong, lentil,
bit, labu siam, labu
kuning, wortel, tomat
direbus dan ditumis.

Buah - buahan pepaya, melon, Buah yang bergas seperti


pisang(dibatasi), alpukat jambu biji, nanas, apel,
(dibatasi), belimbing, kedondong, durian nangka,
mangga, sari buah, buah yang dikeringkan.
Buah apel, plum, pir, persik,
semangka

Lemak margarin dan mentega, Lemak hewan, santan kental,


santan encer. makanan yang digoreng

Vitamin C Sayuran hijau dan buah - Buah - buahan citrus


buahan seperti melon,
paprika.

Asam Folat Bayam, bit merah, -


seledri, selada, pisang,
alpukat, melon,
strawberry, pepaya,
kentang, ubi - ubian

Zat Besi Ikan, daging sapi rendah -


lemak, beras, bayam,
gandum, kacang kedelai.

Minuman sirup Minuman yang mengandung


soda dan alkohol, kopi, ice
cream, susu, dan produk-
produk yang mengandung
susu seperti sup, saus, dan
saus tertentu.

Bumbu gula, garam (dibatasi), Cabai, bawang, merica,


kunci, kencur, jahe, cuka, dan bumbu yang
kunyit, terasi, lengkuas, beraroma tajam.
daun salam.

Produk Fermentasi - Tape, Yoghurt, asinan kubis


dan kombucha.
Menu sehari

Waktu Menu Bahan Makanan URT Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)

Makan pagi Macaroni Makaroni ½ gls 70 247,1 8,4 1,3 49,6


Schotel
Daging Sapi tanpa 2 ptg sdg 60 161,3 14,9 10,8 0
lemak

Telur ayam 1 btr kecil 40 62 5 4,2 0,4


kampung

Daun bawang 2 sdm 15 3,2 0,2 0,1 0,8

Jamur kancing 5 bh 50 13,5 1,1 0,3 2,5

Buncis 10 btg 100 34,9 1,9 0,3 7,9

Margarin 1 sdt 3 19,1 0 2,2 0

Total 541,1 31,5 18,9 61,2

Selingan Pagi Puding Roti Roti tawar 2 lbr 70 191,7 6,2 2,1 36,3

Creamer 3 sdt 10 31,6 0,4 1,9 3,1


Telur ayam 1 btr 55 85,3 6,9 5,8 0,6

Kurma 4 bh 40 111,6 1,2 0,2 29,4

Madu 4 sdm 60 182,4 0,2 0 49,4

Total 602,6 14,9 10 118,8

Makan siang Nasi putih Nasi putih ¾ gelas 100 130 2,4 0,2 28,6

Sup ikan Ikan kakap 1 ptg sdg 70 58,7 12,7 0,5 0


kakap

Kemangi 5 lbr 3 0,6 0 0 0,2

Tomat ½ bh kcl 10 1,7 0,1 0 0,3

Minyak zaitun ½ sdt 2 17,2 0 2 0

Telur dadar Telur ayam ½ btr 30 46,2 3,72 3,24 0,21

Minyak zaitun ½ sdt 2,5 22,1 0 2,5 0

Mangga Mangga manalagi 10 ptg dadu 100 65 0,5 0,3 17


manalagi
Melon Melon 5 ptg dadu 100 38,2 0,6 0,2 8,3

Total 379,7 20 8,94 54,61

Selingan sore Roti wortel Wortel 2 cangkir 200 51,6 2 0,4 9,6

Tepung gandum 1/2 cangkir 80 247,2 9,1 1,9 47,6


utuh

Baking powder 1 sdt 4,5 7 0,0 0,0 1,7

Kayu manis 1 sdt 4 10,4 0,2 0,1 3,2

Pala biji kering 1/2 sdt 3 24 0,06 0,4 0,54

Telur ayam 1 btr 55 85,3 6,9 5,8 0,6

Minyak kelapa ½ sdm 5 43,1 0 5 0

Total 468,6 18,26 13,6 63,24

Makan malam Choipan isi Tepung beras 2 sdm 30 108 2 0,2 23,9
labu siam

Tepung tapioka ½ sdm 7 26,7 0 0 6,4


Minyak kelapa ½ sdm 5 43,1 0 5 0

Labu siam ½ bh 125 25 1,1 0,4 5,4

Ebi 1 sdm 6 15,54 3,74 0,13 0,1

Sup Tahu Tahu 2 bj sdg 150 114 12,2 7,2 2,8

wortel 1 cangkir 100 36 1 0,6 7,9

368,34 20,04 13,53 46,5

Total Kalori Menu 2360 104 64 344

Total Kalori yang Dibutuhkan 2329,23 87,34 51,76 378,5

Persentase 101% 110% 110% 91%


DAFTAR PUSTAKA

Bondan. (2021). DIET PADA PENYAKIT DIVERTIKULITIS Diet in Diverticulitis


Disease Bondan P Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah. JNH (Journal of
Nutrition and Health), 9(1), 39–43.

Brunner, Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Divertikular. Jakarta:


EGC.
JOBDESK ANGGOTA KELOMPOK

• Skenario Kasus (Emma Dilla Anannda)


• Ulasan Kasus (Annisa Nur Mahmudah)
• Tinjauan Pustaka (Tasya Cahya Safira, Farah Novihana N)
• Perhitungan Status Gizi dan Kebutuhan Zat Gizi (Poutry Dhewy Roushitha Shary)
• Preskripsi Diet (Fani Lailatul Rochmah)
• Menyusun Menu Sehari (Semua)

Anda mungkin juga menyukai