Anda di halaman 1dari 2

Lampiran

Pedoman Program Pengendalian resistensi Antimikroba


Direktur Rumah Sakit Agung
Nomor : Skep/1228b/RSA/V/2021
Tanggal : 30 Mei 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling
banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi
menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara
lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada
penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit
ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,
juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga
berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae
(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh
dunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA),
VancomycinResistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci,
Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase
(ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan Multiresistant
Mycobacterium tuberculosis (Guzman-Blanco et al. 2000; Stevenson et al. 2005).
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang
tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak
benar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti
dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai

Anda mungkin juga menyukai