Anda di halaman 1dari 16

PROSES DAN ORGANISASI

PERANCANGAN &
PENGEMBANGAN PRODUK

Dosen Pengampu : Yuliani Fauziah, S.T., M.T

1
yulianifauziah@gmail.com 0858-8823-8230 @fauziaahy
PROSES
PENGEMBANGAN
PRODUK

❖ Merupakan serangkaian langkah


atau aktifitas yang dilakukan
perusahaan untuk merencanakan,
mendesain, mengkomersilkan suatu
produk

❖ Proses pengembangan suatu produk


bisa berbeda antara satu perusahaan
dengan yang lainnya
WAKTU DAN BIAYA PENGEMBANGAN PRODUK

Lama pengembangan produk bervariasi, biasanya


WAKTU tergantung pada karakterisik produk yang
dikembangkan

Biaya pengembangan produk secara kasar adlaj proporsional


BIAYA terhadap jumlah orang dalma tim dan lama dari proyeknya

3
PROSES PENGEMBANGAN PRODUK GENERIK
Terdiri dari 6 fase :

1. Perencanaan (Planning)
2. Pengembangan konsep (Concept Development)
3. Perancangan System-level (System-level Design)
4. Perancangan Detil (Detail Design)
5. Pengujian dan penyempurnaan (Testing and Refinement)
6. Produksi (Production ramp-up)
Fase 1: Perencanaan (Planning)
• Biasa disebut fase nol karena kegiatannya dilakukan sebelum
dimulainya persetujuan proyek proses pengembangan produk yang
sebenarnya

• Fase dimulai dengan strategi perusahaan dan termasuk di dalamnya


penilaian terhadap pengembangan teknologi dan object pasar
(market objectives)

• Output fase: pernyataan misi proyek (project mission statement)

• Pernyataan misi proyek menspesifikasikan target pasar dari produk,


business goals, asumsi dan kendala-kendala.
Fase 2 : Pengembangan Konsep
(Concept Development)
• Aktivitas pada proses pengembangan konsep :

❑ Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (Identifying customer needs)


❑ Menetapkan spesifikasi target (Establishing target specifications)
❑ Membuat konsep (Concept generation)
❑ Menyeleksi Konsep (Concept selection)
❑ Menguji konsep (Concept testing)
❑ Menetapkan spesifikasi akhir (Setting final specifications)
❑ Perencanaan Proyek (Project planning)
❑ Analisis Ekonomi (Economic Analysis)
❑ Benchmarking produk saingan (Benchmarking of competitive products)
❑ Membuat model dan prototipe (Modelling and prototyping)
Fase 2 : Pengembangan Konsep
(Concept Development)

• ---- Aliran Informasi (Proses Iterasi)

---- Aliran Informasi (Proses Iterasi)


Fase 3 : Desain System Level
• Mendefinisikan arsitektur produk dan menguraikan produk menjadi sub
sistem dan komponen

• Mendefinisikan rencana (skema) asembling untuk sistem produksi

• Output fasa: layout geometri produk, spesifikasi


dari setiap subsistem produk, diagram alir proses asembling
Fase 4 : Desain Rinci (Detail Design)
• Melengkapi spesifikasi geometri material, toleransi dari
setiap komponen pada produk

• Mengidentifikasi standar komponen yang dibeli dari


supplier

• Menetapkan proses dan merancang peralatan (tooling)

• Output fase: Dokumentasi kontrol (control documentation)


untuk produk

• Dokumentasi: gambar teknik, file komputer


Fase 5 : Pengujian dan Penyempurnaan
(Testing and Refinement) (1)
• Membuat dan mengevaluasi versi produk sebelum
diproduksi (preproduction version)

• Prototipe awal (Alpha prototypes): dibuat dari parts yang


geometri dan sifat materialnya sama dengan yang
digunakan pada proses produksi, namun tidak harus
difabrikasi dengan proses yang sama dengan proses
produksi yang sesungguhnya

• Alpha prototypes diuji untuk memperkirakan apakah


produk bekerja sesuai dengan desain dan apakah produk
dapat memenuhi kebutuhan konsumen
Fase 5 : Pengujian dan Penyempurnaan
(Testing and Refinement) (2)
• Beta prototype : dibuat dengan part yang sama
dengan yang digunakan pada produksi, namun
tidak diasembling menggunakan proses asembling
yang sesungguhnya

• Langsung diuji oleh customer

• Untuk menjawab pertanyaan tentang performansi


dan keandalan produk agar dapat dilakukan
perubahan-perubahan yang perlu pada produk
Fase 6 : Production Ramp-up
• Produk dibuat dengan sistem produksi yang
sesungguhnya

• Bertujuan untuk mencari masalah yang masih ada


pada proses produksi

• Produk diserahkan pada pelanggan yang diinginkan,


dan dievaluasi secara seksama untuk
mengidentifikasi kekurangan yang ada

• Transisi dari production ramp up ke ongoing


production selalu dilakukan secara bertahap
ORGANISASI
Marketing
PENGEMBANGAN Mediator antara perusahaan dan customer.
PRODUK Identifikasi kebutuhan customer, menentukan harga,
promosi dan launching produk
Design / R&D Engineering
Mendesain produk yang paling memenuhi kebutuhan
customer, baik engineering design (mechanical,
electrical, software, etc) maupun industrial design
(aesthetic, ergonomics, user interfaces)
Production
Mendesain dan mengopersikan system produksi untuk
menghasilkan suatu produk. Meliputi pembelian, distribusi, dan
instalasi

Finance
Terlibat pada komitmen keuangan dan pengawasan

Perusahaan harus mengorganisasikan staf


13
pengembangan produk secara efektif
PERANCANGAN ORGANISASI
BERDASARKAN FUNGSI & PROYEK

PROYEK YANG DIKEMBANGKAN


FUNGSI

• Yaitu suatu bentuk tanggung jawab yang • Yaitu suatu kumpulan kegiatan di dalam
biasanya melibatkan kekhususan yang proses pengembangan suatu produk dan
didasarkan pada tingkat pendidikan, terdiri atas berbagai kegiatan, antara lain:
banyaknya pelatihan yang diikuti, atau mengidentifikasi kebutuhan konsumen,
banyaknya pengalaman yang dimiliki. membangkitan konsep, dan lain sebagainya
Sehingga fungsi klasik suatu organisasi
pengembangan produk yaitu kemampuan
pemasaran, desain yang dilakukan, dan
proses manufaktur
MESIN KILANG TEBU
Alat ini digunakan untuk pemeras tebu sebagai bahan
Contoh Perancangan baku utama pembuatan gula merah tebu

Produk
KONDISI MESIN
1. Spesifikasi mesin yang dijual oleh pasar tidak memenuhi kebutuhan petani secara umum. Kebanyakan
petani lebih memilih memodifikasi ukuran dan bentuk gear yang berbeda dari desain awal saat dibeli.
Karena menurut mereka, spesifikasi bawaan dari bengkel tidak tahan lama dan susah dalam
perawatannya.
2. Ukuran jalur masuk tebu dan keluar ampas tidak mempertimbangkan aspek ergonomic & antropometri.
Petani bekerja dengan menggunakan kedua tangannya untuk memasukkan tebu ke jalur penggilingan,
ukuran jalur tebu yang sempit untuk kedua tangan petani menyebabkan petani kesulitan memutar dan
memasukkan tebu ke mesin kilang.
3. Dimensi mesin yang lebih tinggi atau lebih rendah dari posisi kerja normal operator saat menggunakan
mesin kilang menyebabkan posisi saat bekerja harus membungkuk dan tidak dalam keadaan normal
yang menyebabkan sakit pada tubuh bagian belakang.
4. Posisi saluran pengeluaran hasil perasan tebu terlalu rendahdan sejajar dengan lantai, sehingga
kotoran atau benda-benda asing dapat masuk kedalam saluran tebu (seperti percikan air di lantai,
ampas tebu, dan kotoran).

SOLUSI
❑ Perlu dilakukan perancangan ulang mesin kilang tebu mekanis yang terbaik dengan mempertimbangkan
aspek ergonomi dan kebutuhan pelanggan.
❑ Banyak spesifikasi yang masih belum terpenuhi oleh mesin yang ada saat ini jika dibandingkan dengan
kebutuhan yang diharapkan oleh petani tebu. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai mesin pengilangan mekanis tersebut agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
THANK YOU!
Miss Ani
yulianifauziah@gmail.com
0858-8823-8230

Anda mungkin juga menyukai