ABSTRAK
Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural, baik dari segi bahasa, suku, agama,
budaya, dan lain sebagainya. Secara geografis Indonesia terdiri dari 17.677 yang dihuni lebih
dari 200 juta penduduk. Etnis yang ada sekitar 350 dengan 200 macam bahasa. Indonesia
merupakan negara dengan keragaman suku, budaya dan bahasa daerah terkaya di dunia. Dengan
keberagaman tersebut menjadi suatu kekayaan negara dan kearifan lokal yang harusnya selalu
dilestarikan dan dibanggakan bagi setiap warga negara. Keberadaan kemajemukan di atas,
memungkinkan adanya perbedaan dan kericuhan antar ras, suku dan etnis jika tidak ada rasa
keberagaman diantara setiap warganya. Untuk itu pendidikan multikulturan menjadi salah satu
solusi untuk menumbuhkan rasa keberagaman tersebut. Salah satu lembaga pendidikan Islam
yang aktif memberika pendidikan multikulturan adalah pesantren karena umumnya para ulama
pemangku pesantren sebagaimana Nabi saw mengajarkannya adalah penanaman dan
pengembangan nilai-nilai infitah (inklusif), tawassut} (moderat), musāwah (persamaan), dan
tawāzun (seimbang).
ABSTRACT
Indonesia has a multicultural society, both in terms of language, ethnicity, religion,
culture, and so on. Geographically, Indonesia consists of 17,677 which is inhabited by more than
200 million people. There are about 350 ethnic groups with 200 different languages. Indonesia is
a country with the richest ethnic, cultural and linguistic diversity in the world. With this
diversity, it becomes a national wealth and local wisdom that should always be preserved and
proud for every citizen. The existence of pluralism above, allows for differences and chaos
between races, ethnicities and ethnicities if there is no sense of diversity among each of its
citizens. For this reason, multicultural education is one solution to foster a sense of diversity.
One of the Islamic educational institutions that is active in providing multicultural education is
the pesantren because generally the ulama holding the pesantren as the Prophet taught it is the
cultivation and development of the values of infitah (inclusive), tawassut (moderate), musāwah
(equality), and tawāzun (balanced).
20
Ibid, h. 93.
Heterogenitas masyarakat santri zaman ke zaman serta menjunjung semangat
(murid dan para guru) di dalam lembaga pluralisme dalam pendidikan, bukan hanya
pendidikan pesantren inilah yang menjadi kesetaraan pendidikan. Bentuk nyata
kunci efektif pendidikan multikultural. pesantren dalam menanamkan pendidikan
Dengan sistem asrama yang menjadi multikultural dapat dibuktikan dengan
trademark pesantren, santri yang berasal dari santri-santrinya yang berasal dari berbagai
berbagai daerah dapat berinteraksi secara pelosok tanah air dan bahkan mancanegara.
intensif, 24 jam setiap harinya. Di dalam Para santri ini tinggal di asrama di bawah
kamar tidur yang terdiri dari 4-8 orang, bimbingan kiai yang juga tinggal lingkungan
umumnya santri yang ditempatkan di kompleks pesantren dimana santri tinggal.
dalamnya terdiri dari etnis yang berbeda. Hal ini menggambarkan
Hal ini sengaja dilakukan agar santri dapat kebersamaan, persaudaraan, serta kerjasama
cepat beradaptasi dengan lingkungan yang indah dibingkai dengan perasaan saling
sekitarnya. Di ruang makan, pada saat menghargai manusia tanpa membedakan
belajar, bermain dan berolahraga, para santri suku, ras, dan budaya dari santri-santrinya.
terus berinteraksi satu dengan lainnya tanpa Pada konsep pendidikan multikultural yang
ada batas perbedaan di antara mereka.21 mengedepankan persamaan hak manusia,
Mungkin sebagian kalangan kyai mempunyai peranan penting dalam hal
bertanya-tanya, apa sesungguhnya keteladanan. Kyai yang mempunyai akhlak
sumbangsih dunia pesantren dalam mulia senantiasa menghargai perbedaan
menyemai budaya damai? atau lebih jauh, warna kulit, budaya, suku, bangsa bahkan
mengapa pesantren diklaim sebagai institusi agama.
yang signifikan dalam pendidikan Pesantren memiliki kemampuan
perdamaian di republik yang multikultural untuk mengembangkan diri dan
seperti Indonesia? Diantaranya ada beberapa mengembangkan masyarakat di sekitarnya.
Pendidikan Islam Multikultural. Hal ini dikarenakan pesantren memiliki 3
Hakekat dari pendidikan potensi kemasyarakatan. Pertama, pesantren
multikultural sendiri adalah hidup selama 24 jam, baik sebagai lembaga
mengembangkan kesadaran manusia untuk pendidikan keagamaan, sosial
saling menghormati dan menghargai kemasyarakatan, maupun sebagai lembaga
perbedaan-perbedaan di antara manusia. pengembangan potensi umat dapat
Perbedaanperbedaan tersebut bisa terdiri diterapkan secara tuntas, optimal dan
dari suku, bangsa, ras, maupun budaya. terpadu. Kedua, pesantren telah mengakar
Pesantren sebagai sebuah lembaga pada masyarakat. Pesantren kebanyakan
pendidikan juga mempunyai kewajiban tumbuh dan berkembang di wilayah
untuk menanamkan pendidikan multikultural pedesaan karena memang tuntutan
kepada para santri. Pesantren merupakan masyarakat yang menghendaki berdirinya
implementasi pendidikan multikultural pesantren. Kebanyakan pesantren memiliki
karena menggambarkan ukhu>wah program pengajian rutin dihadiri masyarakat
(persaudaraan), ta’āwun (kerjasama), jihād luas tanpa paksaan. Kegiatan tersebut
(perjuangan) yang semuanya mengajarkan sebagai bentuk pengabdian terhadap
persamaan hak manusia. masyarakat. Melalui pengajian, pesantren
Berkembangnya pesantren menjadi dapat menyisipkan konsep pendidikan
sebuah lembaga pendidikan yang modern multikultural kepada masyarakat selain ilmu
merupakan penegasan bahwa pesantren agama. Ini merupakan salah satu cara yang
merupakan sebuah implementasi pendidikan efektif dalam menanamkan pendidikan
multikultural. Pesantren berkembang dari multikultural kepada masyarakat. Ketiga,
21
pesantren telah dipercaya masyarakat untuk
Abdullah, Pesantren dan
mendidik anak-anak dengan harapan bahwa
Multikultural,http://desuga.mywapblog.com/post/8.x
html, diakses tanggal 10 Februari 2022 generasi muda mengetahui pengetahuan
agama dan mengamalkannya di dalam Bumidirjo sampai pasar Sruni, salanjutnya
kehidupan sehari-hari. Kepercayaan ambil ke arah kanan. Atau melalui
masyarakat ini harus benar-benar perempatan Polres Kebumen ke Timur jalan
dimanfaatkan pesantren dalam upaya Joko Sangkrip. Adapun letak pondok
menanamkan pendidikan mutikultural dalam Pesantren Nurul Hidayah adalah terletak di
kurikulum pesantren. Nilai-nilai Sebelah Utara, dan dekat dengan pasar Sruni
multikultural harus senantiasa ditanamkan serta jalan raya.
kepada anak sejak dini agar anak-anak dapat Ada beberapa hal yang diterapkan di
menghargai perbedaan. Masyarakat pondok pesantren nurul hidayah kaitannya
mempunyai pengaruh besar terhadap dengan pendidikan multikultural agar
kelangsungan hidup sebuah pesantren. Tidak mewujudkan kerukunan, kedamaian dan
hanya pesantren adalah bentukan kebersamaan antar sesama santri khususnya
masyarakat, tetapi kepercayaan masyarakat dan antar semua komponen pondok
yang begitu tinggi membuat pesantren tetap pesantren baik santri, ustadz, pengasuh dan
eksis. Selama masih ada masyarakat yang masyarakat sekitar. Diantara pendidikan
menyekolahkan anaknya di pesantren, maka multikultural tersebut adalah sebagai
selama itulah pesantren akan tetap ada. berikut:
Pendidikan Multikulturan di Pondok Masa Oroentasi Santri (MOS)
Pesantren Nurul Hidayah Bandung Kegiatan MOS ini bianya diadakan
Kebumen pada waktu pengenalan pesantren dan
Profil Pondok Pesantren Nurul Hidayah lingkungan pesantren bagi para santri baru.
Secara geografis pondok pesantren Santri baru yang berasal dari daerah yang
Nurul Hidayah terletak di kota Kebumen berbeda-beda akan dicampur tanpa dipisah
tepatnya berada di pedukuhan Su’ada , RT pisahkan agar mereka saling mengenal satu
04/ RW 02 desa Bandung, kecamatan saya lain dan agar terjalin kerukunan
Kebumen, kabupaten Kebumen atau sekitar bersama.
6 km ke arah timur dari pusat kota Melihat kenyataan di lapangan
Kebumen. bahwa warga pesantren Nurul Hidayah
Desa Bandung terletak di Kecamatan sangat beragama. Santrinya dari berbagai
Kebumen Kabupaten Kebumen, tepatnya latar belakang suku dan daerah (Melayu,
bagian timur sebelah Utara (timur laut) Jawa, Sunda, Banjar, Bugis) dan sebagainya.
kecamatan Kebumen. Bandungsruni adalah Santri baru sedini mungkin harus
sebutan yang lebih memasyarakat (populer) dikondisikan dan diberi pemahaman tentang
bagi warga Kebumen di luar warga keragaman. Pengasuh Pesantren K.H Abdul
kecamatan Kebumen untuk menyebut desa Qodir Jaelani menjelaskan:“Untuk
Bandung. Bandung masuk wilayah memberikan pemahaman tentang
kecamatan Kebumen, sedangkan Sruni multikultural di Pondok Peantren Nurul
masuk wilayah kecamatan Alian. Hidayah ini salah satunya ditekankan di
Penyebutan Bandungsruni lebih populer pada acara MOS (Masa Orientasi Siswa).
dikarenakan letak desa Bandung yang Karena dalam MOS ada materi tentang
memang berbatasan langsung dengan desa pengenalan diri sendiri, teman dan saling
Sruni di sebalah Utara. Sebelah timur menghargai antar sesama teman.22
berbatasan dengan Tanahsari, sebelah Memperhatikan wawancara dengan
selatan berbatasan dengan desa Candimulyo, Juwoyo tersebut mengindikasikan bahwa
sedangkan sedangkan sebelah barat betapa pentingnya kegiatan MOS, karena
berbatasan dengan desa Candiwulan dan dalam kegiatan tersebut materimateri terkait
Kalijirek. Akses menuju desa Bandung menghargai sesama terlebih masalah dengan
cukup mudah, dari pusat kota Kebumen ke
22
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
arah Timur melalui pertigaan desa
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani pada tanggal 07
Kewedusan lurus ke Timur jalan Pangeran Februari 2022.
suku, bangsa dan agama, pancasila selalu perempuan. Pengajiannya sama dan
menjadi agenda pokok. dilakukan pada waktu yang sama oleh
Media MOS sangat diperlukan dalam pengasuh sekaligus pengajar. K.H Abdul
lembaga pendidikan karena dalam acara Qodir Jaelani menambahkan, ini adalah
tersebut sebagai wadah sosialisasi, bentuk penyamaan bahwa santri putri juga
komunikasi antar siswa baru dan warga dapat mengaji dan tidak kalah dengan santri
pesantren yang nobenenya berasal dari putra.
berbagai daerah. Jika hal ini tidak dibina Penyeragaman Di Asrama
sejak sedini mungkin akan menimbulkan Dalam pesantren semua santri wajib
gesekan-gesekan yang akhirnya menjadi menginap agar memudahkan bagi mereka
konflik terbuka dan kelompok kekerasan. untuk selalu mengikuti pengajian. Umumnya
Muhfid Munawar menjelaskan: Mereka asrama santri berisi 4 sampai 8 orang untuk
boleh berteman dengan yang lain, untuk setiap kamarnya. Di pondok pesantren nurul
saling curhat, sebagai teman ngobrol di hidayah dalam sistem pengasramaan santri
kamar, asal tidak ngegeng aja. Apalagi tidak dikelompokan sesuai dengan asal
ngegengnya cenderung berdasarkan suku. mereka tetapi dengan dicampur dengan
Apabila hal itu terjadi sangat berbahaya daerah daerah lainnya. Hal ini dapat menjadi
terhadap kelangsungan pesantren ini, sebuah media pembelajaran santri dalam hal
terlebih dalam kehidupan berbangsa dan keragaman. Keberagaman santri seperti ini
bernegara.23 akan memunculkan sikap saling
Malam Jum’at Memakai Pakaian Putih menghormati, saling menghargai dan saling
Setiap malam jum’at santri wajib mengasihi antar sesama santri satu kamar.
memakai pakaian putih baik santri senior Disisi lain juga hal ini dapat menjadi sebuah
maupun junior. Hal ini berfungsi adanya media pengenalan santri tentang budaya,
penyeragaman tidak ada diskriminasi antar bahasa, dan adat istiadat santri yang berasal
semua santri baik yang sudah lama maupun dari daerah yang berbeda-beda.
yang baru. K.H Abdul Qodir Jaelani Dengan bervariasinya latar belakang
menambahkan selain adanya penyeragaman, daerah dan budaya, sekaligus bervariasi
tujuan ini juga berfungsi untuk dalam budaya dan kebiasaan di pesantren.
memperindah dalam pengajian dan Minimal komunikasi dan cara bersikap dan
pembelajaran. 24
bertingkah laku. Hal ini menjadi kekuatan
Madrasah Diniah tersendiri jika dipelihara dengan baik.
Kaitannya dalam kegiatan pengajian Tidak saja latar belakang budaya dan
dan madrasah diniah, di pondok pesantren daerahnya yang berbeda-beda, akan tetapi di
tidak ada pemisahan antara perempuan dan Nabil Husein latar belakang organisasi sosial
laki-laki bagi yang sudah kelas senior. keagamaannya juga berbeda-beda. Dari sisi
Untuk kelas diniah 1, diniah 2 dan diniah 3 organisasi sosial keagamaan ada yang dari
masih memakai sistem antara pemisahan Nahdlatul Ulama (NU) dan ada yang
tujuannya bukan untuk mendiskriminasi Muhammadiyah. K.H Abdul Qodir Jaelani
santri perempuan tetapi lebih pada menjelaskan: Pesantren ini sebetulnya netral,
mempermudah dalam segi pemantauan atau dalam artian tidak menginduk kepada salah
perkembangan santri dalam segi memahami satu organisasi NU atau Muhammadiyah.
ilmu agama. Oleh karena itu menghormati dan
Untuk santri yang senior, tidak ada menghargai ibadah yang lain termasuk
pemisahan antara yang laki-laki dan menghormati ibadah yang berbeda termasuk
23 menjadi perhatian.
Wawancara dengan Muhfidz Munawar, Lurah
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Bandung Kebumen Hal ini dapat menjadi sebuah cermin
pada tanggal Februari 2022. bahwa sebetulnya dalam kehidupan asrama
24
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
jika dikaji secara mendalam banyak sekali
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani pada tanggal 07
Februari 2022. nilai-nilai multikultural yang dapat
dikembangkan, baik dari sisi bahasa, budaya menjelang acara peringatan khoul dan
dan adat istiadat. khataman. Untuk produk yang ditampilkan
Dari sisi bahasa, setiap santri yang atau dipamerkan dan diperjualbelikan adalah
datang ke pondok pesantren Nurul Hidayah produk-produk santri mulai dari hasil karya
bandung Kebumen, mempunyai bahasa dan santri sendiri maupun dari ciri khas daerah
budaya sendiri-sendiri. Bahasa tersebut asal santri. Produk-produk yang dipamerkan
biasanya sangat kental dengan bahasa dan diperjualbelikan antara lain seperti:
daerahnya masing-masing. Kalau santri dari pakaian adat, makanan khas daerah santri,
Cirebon-Jawa Barat, maka budaya cirebon serta hasil karya santri itu sendiri seperti
dan logatnya sangat kental. Kalau santrinya peci, tas, batik, anyaman dan lain-lain.
berasal dari ciamis, maka bahasa sudanya Diadakannya tujuan ini selain untuk ajang
menjadi sangat kental dan kelihatan sekali promosi hasil-hasil kreasi dan produk santri
bahasa daerahnya, demikian pula jika santri menurut K.H Abdul Qodir Jaelani
tersebut dari jawa, maka juga kelihatan mengatakan “ kegiatan ini dapat dijadikan
sekali bahasa jawanya yaitu ngapaknya sebagai ajang untuk memamerkan
(enyong/koe). kemajemukan santri khususnya dan
Salah satu bentuk menghargai adalah Indonesia umumnya. Dari beraneka
terjadinya akulturasi bahasa. Jika santri ragamnya asal santri mempunyai ciri dan
sering berkomunikasi dengan para santri keunikan sendiri entah itu dari pakaian,
dalam dalam beberapa tahun, maka bahasa bahasa, makanan dan lain sebagainya. Untuk
yang digunakan menjadi bahasa campuran. itu kemajemukan yang ada pada santri
Meskipun dengan bahasa campuran, namun menjadi sebuah anugrah apabila
bahasa campuran tersebut digunakan untuk dimanfaatkan dengan baik salah satunya
menanamkan nilai-nilai pesantren seperti dengan bazar santri.26
yang dilakukan oleh K.H Abdul Qodir Kesimpulan dan Saran
Jaelani dalam mendidik santrinya. Pendidikan multikultural merupakan
Pentas Seni dan Arak-Arakan suatu disiplin ilmu yang sedang menjadi
Untuk pentas seni sendiri dilakukan pembicaraan yang cukup hangat dalam
pada akhir-akhir tahun pelajaran. Biasanya kalangan akademis, sebagai suatu konsep
dilakukan menjelang peringatan khoul dan pendidikan yang lahir di Indonesia pada
khataman pondok. Untuk pentas seni dan Abad 21 ini menunjukan bahwa cukup
arak-arakan yang ditampilkan beragam, memiliki wacana pendidikan di masyarakat
sesuai dengan asal daerah masing-masing. yang memiliki sifat progresif mendatang.
Mulai dari pencak silat, pakaian adat, tari Pendidikan multikultural di lembaga
adat, dan makanan khas daerah (lanting, pendidikan Islam atau yang sering dikenal
gethuk dan empek-empek). Salah satu fungsi dengan pondok pesantren tradisional talah
kegiatan ini adalah untuk ajang promosi ke lebih dahulu menerapkan sistem pendidikan
masyarakat kaitannya dengan keterampilan- yang memiliki konsep multikultural baik
keterampilan santri. K. H Abdul Qodir dari segi mata pelajaran yang dipelajari,
Jaelani menambahkan bahwa salah satu hal sistem lingkungan yang dibangun, mapun
terpenting dalam kegiatan ini ialah untuk status sosial yang dimiliki masing-masing
memupuk rasa kebersamaan bahwa santri. Dalam implementasinya seluruh
kemajemukan yang ada dipesantren akan santri tanpa membedakan satu sama lain
sangat indah bila terjadi kebersamaan.25 mulai dari kelompok seperti gender, etnik,
Bazar Santri ras, budaya, strata sosial, bahkan agama.
Sama halnya dengan arak-arakan dan Pendidikan multikultural telah menekankan
pentas seni, kegiatan ini juga diadakan kepada siswa agar dapat mengembangkan
25
Wawancara dengan K.H Abdul Qodir Jaelani, 26
Wawancara dengan K.H Abdul Qodir Jaelani,
Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah,
pada tanggal 07 Februari 2022. pada tanggal 07 Februari 2022.
potensi dan kapasitasnya secara maksimal Choirul Mahfud, 2009. Pendidikan
dengan tanpa melakukan ruang-ruang Multikultural, Yogyakarta: Pustaka
spesial dalam diri dan lingkungannya. Pelajar.
Keragaman memang sangat Departeman Agama RI, 2005. Al-Qur’an
diperlukan dalam kehidupan sosial di dan Tarjamahnya, Jakarta: Yayasan
masyarakat majemuk, terutama di Indonesia. Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an.
Pesantren sebagai basis pendidikan yang Departemen Agama RI, 2006. al-Qur’an
ideal harus mengusung nilai kebhinekaan dan Terjemahnya Jakarta: Maghfirah
dan tidak monoton bahkan tertutup. Sistem Pustaka.
pendidikan multikultur yang menyatu dalam H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono.
aturan dan disiplin pondok, yaitu tidak Pendidikan Multikultural di Sekolah.
diberlakukan penempatan permanen santri di ( Surakarta: UPT penerbitan dan
sebuah asrama, dilarangnya santri berbicara percetakan UNS.
menggunakan bahasa daerah selain bahasa Haidar Putra Daulay, 2011. Historis dan
utama Arab dan Inggris di lingkungan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
pondok, diajarkannya keberagaman Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana.
pemikiran dan ijtihad kepada santri tanpa Imron,Mashadi, 2009. Pendidikan Agama
pemaksaan, sikap bertoleransi terhadap Islam Dalam Persepektif
perbedaan pendapat dan budaya. Multikulturalisme, Jakarta: Balai
Berdasarkan pemaparan dan analisis Litbang Agama.
data, maka dapat disimpulkan bahwa 1) James A.Bank and Cherry E.Mc Gee (ed),
Media dalam penanaman nilai-nilai 2001. Handbook of Research on
multikultural di Pondok Peantren Nurul Multicultural Education San
Hidayah Kebumen yaitu Masa Orientasi Fransisco: Jossey-Bass.
Siswa, Diniyah, kehidupan asrama, dan Mustofa Bisri, 2010. Koridor Renungan,
malam jum’at memakai putih. Jakarta: Kompas.
Berdasarkan temuan di atas penulis Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2008.
mengajukan saran yaitu: 1) Hendaknya Pendidikan Multikultural: Konsep dan
setiap Pembina asrama lebih intensif dalam Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
menanamkan nilai-nilai multikultural, 2) Lihat Juga. M. Ainul Yaqin, 2005.
Pengelola pesantren hendaknya satu visi Pendidikan Multikultural, Cross-
dalam nenanamkan nilai-nilai multikultural. Cultural Understanding untuk
2) Kegiatan non akademik hendaknya Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta:
ditingkatkan dalam rangka menanamkan Pilar Media.
nilai-nilai multikultural. Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2008.
Pendidikan Multikultural: Konsep dan
Daftar Pustaka Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
A. Sholihuddin, Pesantren dan Budaya Nunu Ahmad an-Nahidil, “Pesantren dan
Damai, http://www.gpansor.org/? Dinamika Pesan Damai” dalam
p=13308, . Edukasi, Jurnal Penelitian Agama dan
Abdul Mughits, 2008. Kritik Nalalar Fiqh Keagamaan, Vol.4 No.3Jakarta:
Pesantren, Jakarta: Kencana. Puslitbang.
Abdullah, Pesantren dan Shulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo,
Multikultural,http://desuga.mywapblo 2005. Manajemen Pondok Pesantren,
g.com/post/8.xhtml Jakarta: Diva Pustaka.
Ahmad Rofiq Zaenul Mu’in, 2009. Peran Suherman, 2005. “Pengembangan PAI
Pesantren dalam Education For All di Berbasis Multikultural” dalam dalam
Era Globalisasi” dalam Zainal Abidin EP dan Neneng
http;//ejournal.sunan-ampel.ac.id/inde Habibah (ed), Pendidikan Agama
x.php/V/177/162.
Islam berbasis Multikulturalisme,
Jakarta: Balitbang Agama.
Wawancara dengan Muhfidz Munawar,
Lurah Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Bandung Kebumen
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani