Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN

NURUL HIDAYAH BANDUNG KEBUMEN


Oleh: ………………….
Email:..................................

ABSTRAK
Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural, baik dari segi bahasa, suku, agama,
budaya, dan lain sebagainya. Secara geografis Indonesia terdiri dari 17.677 yang dihuni lebih
dari 200 juta penduduk. Etnis yang ada sekitar 350 dengan 200 macam bahasa. Indonesia
merupakan negara dengan keragaman suku, budaya dan bahasa daerah terkaya di dunia. Dengan
keberagaman tersebut menjadi suatu kekayaan negara dan kearifan lokal yang harusnya selalu
dilestarikan dan dibanggakan bagi setiap warga negara. Keberadaan kemajemukan di atas,
memungkinkan adanya perbedaan dan kericuhan antar ras, suku dan etnis jika tidak ada rasa
keberagaman diantara setiap warganya. Untuk itu pendidikan multikulturan menjadi salah satu
solusi untuk menumbuhkan rasa keberagaman tersebut. Salah satu lembaga pendidikan Islam
yang aktif memberika pendidikan multikulturan adalah pesantren karena umumnya para ulama
pemangku pesantren sebagaimana Nabi saw mengajarkannya adalah penanaman dan
pengembangan nilai-nilai infitah (inklusif), tawassut} (moderat), musāwah (persamaan), dan
tawāzun (seimbang).

ABSTRACT
Indonesia has a multicultural society, both in terms of language, ethnicity, religion,
culture, and so on. Geographically, Indonesia consists of 17,677 which is inhabited by more than
200 million people. There are about 350 ethnic groups with 200 different languages. Indonesia is
a country with the richest ethnic, cultural and linguistic diversity in the world. With this
diversity, it becomes a national wealth and local wisdom that should always be preserved and
proud for every citizen. The existence of pluralism above, allows for differences and chaos
between races, ethnicities and ethnicities if there is no sense of diversity among each of its
citizens. For this reason, multicultural education is one solution to foster a sense of diversity.
One of the Islamic educational institutions that is active in providing multicultural education is
the pesantren because generally the ulama holding the pesantren as the Prophet taught it is the
cultivation and development of the values of infitah (inclusive), tawassut (moderate), musāwah
(equality), and tawāzun (balanced).

PENDAHULUAN Sesungguhnya orang yang paling mulia


Islam adalah agama yang mengatur diantara kamu di sisi Allah ialah orang
seluruh segi kehidupan tidak hanya sisi yang paling taqwa di antara kamu.
keyakinan dan ibadah, tapi Islam juga Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
memperhatikan aspek kehidupan sosial. Maha Mengenal”.1
Salah satu kehidupan sosial yang tidak lepas Berdasarkan pengertian ayat tersebut
dari perhatian Alqur’an adalah kenyataan di atas, betapa besar perhatian Islam
keragaman dalam kehidupan manusia atau terhadap kehidupan multikultural.
multikultural. Kehidupan multikultural telah Multikultural dalam Islam sebenarnya bukan
mendapatkan legitimasi teologis. Firman sesuatu yang baru dan bersifat alamiah,
Allah dalam QS. Al-Hujurat/13: karena Islam sejak awal sudah menyadarkan
“Hai manusia, Sesungguhnya kami adanya realitas multikultural.
menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan 1
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku Tarjamahnya, (Jakarta: Yayasan Penterjemah dan
supaya kamu saling kenal-mengenal. Pentafsir Al-Qur’an, 2005), hal. 1050.
Pesantren sebagai salah satu lembaga terkaya di dunia. Dengan keberagaman
pendidikan yang menekankan pemahaman tersebut menjadi suatu kekayaan negara dan
agama sebagai ruh kehidupan umat manusia, kearifan lokal yang harusnya selalu
menjanjikan potensi yang luar biasa. dilestarikan dan dibanggakan bagi setiap
Menurut catatan resmi Kementerian Agama, warga negara.
saat ini terdapat sekitar 13 ribu pesantren Sayangnya, keberadaan
yang tersebar di seluruh Indonesia.2 Melihat kemajemukan di atas, sekarang ini diingkari
jumlahnya yang besar dan kuatnya pengaruh oleh beberapa pemimpin bangsa Indonesia
dalam masyarakat, apakah pesantren juga melalui praktik-praktik diskriminasi
turut menyokong kehidupan bangsa terhadap masyarakatnya sendiri. Bahkan
khususnya dalam hal perdamaian? akhir-akhir ini ada sebagian golongan yang
Jawabannya jelas, “ya”. Pesantren sebagai ingin merusaknya dengan mendirikan negara
salah satu institusi potensial yang bisa Khilafiyah. Jelas hal ini akan sangat
meminimalkan konflik di negeri Indonesia. merusak pancasila dengan konsepnya yaitu
Indonesia memiliki masyarakat yang persatuan Indonesia dengan mengusung visi
multikultural, baik dari segi bahasa, suku, misi sebagai negara yang berdaulat adil dan
agama, budaya, dan lain sebagainya. Secara makmur.
geografis Indonesia terdiri dari 17.677 pulau Dalam sejarah berdirinya pesantren
yang tersebar di seluruh wilayah Negara di Indonesia, sejak awal kehadirannya—
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang beberapa abad yang lalu—pondok pesantren
dihuni lebih dari 200 juta penduduk. Etnis sebagai lembaga pendidikan dan dakwah,
yang ada sekitar 350 dengan 200 macam dipijakkan pada misi utamanya untuk
bahasa.3 Di sisi lain juga tidak kalah menyebarkan ajaran Islam dan
pentingnya perlu diperhatikan adalah mengembangkan tata kehidupan masyarakat
keberadaan agama yang ada di Indonesia sekitarnya dengan cara membangun tradisi
yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, kehidupan yang damai, aman dan mandiri.
Budha, Konghucu dan beberapa Pondok pesantren secara doktrin
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tetap mengembangkan prinsip ukhūwah
Indonesia. Islāmīyah, ukhāwah wathanīyah, dan
Dengan keberagaman di atas, maka ukhūwah basyarīyah dalam upaya
perjumpaan dan pergaulan antar suku memperkuat bangunan Negara Kesatuan
semakin mudah, di satu sisi kenyataan ini Republik Indonesia (NKRI) sekaligus ikut
menimbulkan kesadaran akan perbedaan serta membangun tata kehidupan global
dalam berbagai aspek kehidupan. Perbedaan yang damai.
bila tidak dikelola dengan baik maka akan Karakteristik Islam yang ditampilkan
menimbulkan konflik, yang akhir-akhir ini oleh para ulama pemangku pesantren
menjadi kenyataan. Dilain pihak kenyataan sebagaimana Nabi saw mengajarkannya
ini juga menimbulkan kesadaran perlunya adalah penanaman dan pengembangan nilai-
dan pentingnya dialog dalam kehidupan nilai infitah (inklusif), tawassut} (moderat),
yang makin terbuka saat ini. musāwah (persamaan), dan tawāzun
Berdasarkan data di atas, jelas bahwa (seimbang). Karena itu maka pesantren
negara Indonesia merupakan negara dengan tampil pula sebagai agen pembudayaan nilai,
keragaman suku, budaya dan bahasa daerah norma, sekaligus pesan-pesan keagamaan
yang sarat dengan harmoni, kerukunan,
2
Lihat A. Sholihuddin, Pesantren dan Budaya persatuan dan kedamaian, bahkan para ahli
Damai, http://www.gpansor.org/?p=13308, diakses
pada tanggal 10 Februari 2022
menilai pesantren mempunyai peran yang
3
Suherman, “Pengembangan PAI Berbasis cukup signifikan dalam melestarikan budaya
Multikultural” dalam dalam Zainal Abidin EP dan lokal, termasuk memelihara nilai-nilai dan
Neneng Habibah (ed), Pendidikan Agama Islam
berbasis Multikulturalisme, (Jakarta: Balitbang
Agama, 2005), hal. 201.
tatanan sosial yang harmonis Definisi Pesantren
disekelilingnya. 4
Term “Pesantren” secara etimologis
Pesantren sangat menjunjung tinggi berasal dari kata pe-santri-an yang berarti
sikap menghargai, tanpa mempersoalkan tempat santri; asrama tempat santri belajar
asal-usul suku, etnis dan ras. Kurikulum agama atau; pondok. Dikatakan pula
pesantren, baik pesantren modern maupun pesantren berasal dari kata santri, yaitu
tradisional, mengajarkan peningkatan seorang yang belajar agama Islam. Dengan
wawasan kebangsaan pada santri maupun demikian pesantren mempunyai arti tempat
masyarakat lingkungannya agar mereka tempat orang berkumpul untuk belajar
dapat hidup bersama dan berdampingan agama Islam.7 Sisi lain, kata ”santri” berasal
dengan berbagai kelompok masyarakat dari bahasa Tamil yang berarti “guru
Indonesia yang plural serta mampu mengaji”. Ada juga yang mengatakan kata
menebarkan rahmat bagi lingkungan.5 “santri” berasal dari bahasa India atau
Untuk itu pendidikan multikultural Sansekerta “shastri” yang berarti ilmuwan
perlu diwujudkan untuk menciptakan Hindu yang pandai menulis, melek huruf
kedamaian, kebersamaan, persatuan, dan (kaum literasi) atau kaum terpelajar. Ada
keutuhan bangsa. Dalam kenyataannya juga yang berpendapat bahwa “santri”
pendidikan multikultural telah diwujudkan berasal dari bahasa Jawa “cantrik” yang
dibeberapa pesantren salaf. Seperti halnya berarti seseorang yang selalu mengikuti
pondok pesantren Nurul Hidayah Bandung seorang guru, kemana guru itu menetap.8
Kebumen. Seperti halnya pondok pesantren Dalam tradisi Jawa, “santri” sering
pada umumnya, pondok pesantren ini digunakan dalam dua pengertian, yaitu
memiliki konsep kerukunan, persatuan dan pengertian sempit dan pengertian luas.
kedamaian. Hal ini tercermin dari tidak Pengertian sempit “santri” adalah seorang
adanya pemisahan antara antara santri kaya pelajar sekolah agama yang disebut pondok
dan santri yang kurang mampu. Sistem atau pesantren atau orang yang mendalami
pengajian dan pengajarnanya pun tidak ada agama. Sedangkan pengertian luasnya
pemisahan antara santri putra dan putri. 6 adalah seseorang anggota penduduk di Jawa
Selain itu, tidak adanya diskriminasi bagi yang menganut Islam dengan sunguh-
santri putri untuk berlatih kewirausahaan. sungguh yang rajin sembahyang pergi ke
Hal ini terbukti dari sebagian santri di masjid pada waktu-waktu shalat, meskipun
pondok pesantren ini berlatih belum pernah mengenyam pendidikan
kewirausahaan. agama di pesantren, karena pendidikan
Berdasarkan latar belakang tersebut, agama Islam di Jawa tidak mesti harus
penulis tertarik untuk melakukan penelitian diperoleh dari lembaga pendidikan
tentang pendidikan multikultural di pesantren, tetapi bisa diperoleh dari
pesantren, dengan mengambil studi kasus keluarga, masjid, majelis-majelis ta’lim di
pada Pondok Pesantren Nurul Hidayah perkampungan dan lainnya.9
Bandung Kebumen. Secara terminologis, pondok
pesantren merupakan institusi sosial
keagamaan yang menjadi wahana
KAJIAN PUSTAKA pendidikan bagi umat Islam yang ingin
4 mendalami ilmu-ilmu keagamaan. Pondok
Nunu Ahmad an-Nahidil, “Pesantren dan
Dinamika Pesan Damai” dalam Edukasi, Jurnal Pesantren dalam terminologi keagamaan
Penelitian Agama dan Keagamaan, Vol.4 No.3 merupakan institusi pendidikan Islam,
( Jakarta: Puslitbang.
7
5
Lihat A. Sholihuddin, Pesantren dan Budaya Haidar Putra Daulay, Historis dan Eksistensi
Damai, http://www.gpansor.org/?p=13308, diakses Pesantren, Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta:
pada tanggal 10 Februari 2022 Tiara Wacana, 2011), hal. 7.
8
6
Wawancara dengan K.H Abdul Qodir Jaelani, Abdul Mughits, Kritik Nalalar Fiqh Pesantren,
selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 120.
9
bandung kebumen, 07 Februari 2022. Abdul Mughits, --------, hal. 121.
namun demikian pesantren mempunyai icon kehidupan sehari-hari di bidang akademisi,
sosial yang memiliki pranata sosial di namun disini juga ada pengertian yang
masyarakat. Hal ini karena pondok dianggap perlu diketahui yakni
pesantren mempunyai modalitas sosial yang multikulturalisme.
khas, yaitu:1) ketokohan kyai, 2) santri, 3) Akar kata multikulturaslisme adalah
independent dan mandiri, dan 4) jaringan kebudayaan. Secara etimologis,
sosial yang kuat antar alumni pondok multikulturalisme dibentuk dari kata multi
pesantren.10 (banyak), kultur (budaya), dan isme
Secara umum, pesantren memiliki (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu
tipologi yang sama, yaitu sebuah lembaga terkandung pengakuan akan martabat
yang dipimpin dan diasuh oleh kiai dalam manusia yang hidup dalam komunitasnya
satu komplek yang bercirikan: adanya dengan kebudayaan masing-msing yang
masjid atau surau sebagai pusat pengajaran unik. Dengan demikian, setiap individu
dan asrama sebagai tempat tinggal santri, di merasa dihargai sekaligus merasa
samping rumah tempat tinggal kiai, dengan bertanggung jawab untuk hidup bersama
“kitab kuning” sebagai buku pegangan. komunitasnya. Pengingkaran suatu
Menurut Mustofa Bisri di samping masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui
ciri lahiriah tersebut, masih ada cirri umum merupakan akar dari segala ketimpangan
yang menandai karakteristik pesantren, yaitu dalam berbagai bidang kehidupan.12
kemandirian dan ketaatan santri kepada kiai Selain itu dapat digunakan untuk
yang sering disinisi sebagai pengkultusan.11 memahami multikulturalisme adalah
Mustofa Bisri menambahkan meski “kultur”. Julian Steward dam Leslie White
mempunyai tipologi umum yang sama, menjelaskan bahwa kultur adalah sebuah
pesantren juga sangat ditentkan karakternya cara bagi manusia untuk beradaptasi dengan
oleh kiai yang memimpinnya. Sebagai lingkungannya dan membuat hidupnya
pendiri dan ‘pemilik’ pesantren (terutama terjamin,13 walaupun pengertian kultur
pesantren salaf) dalam menentukan corak demikian beragam, tetapi ada beberapa titik
pesantrennya, pastilah tidak terlepas dari kesamaan yang menemukan keragaman
karakter dan kecenderungan pribadinya. definisi yang ada tersebut. Salah satunya
Kegiatan utama yang dilakukan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
dalam pesantren adalah pengajaran dan karakteristiknya. Pertama. Kultur adalah
pendidikan Islam. Hal ini menuntut kualitas suatu yang general dan spesifik sekaligus.
seorang kiai tidak sekedar sebagai seoarang General artinya setiap manusia di dunia
ahli tentang pengetahuan keislaman yang mempunyai kultur, dan spesifiknya berarti
mumpuni, tetapi juga sebagai seorang tokoh setiap kultur adalah kelompok masyarakat
panutan untuk diteladani dan diikuti. bervariasi antara satu dengan yang lainnya
Melalui kegiatan ajar-belajar, seorang kiai tergantung kepada kelompok masyarakat
mengajarkan pengetahuan keislaman yang mana kultur itu berada. Kedua. Kultur
tradisional kepada para santrinya yang akan adalah suatu yang dipelajari. Seorang bayi
meneruskan proses penyebaran islam atau anak kecil yang mudah meniru
tradidional. kebiasaan orang tuanya adalah contoh unik
dari kapasitas kemampuan manusia dalam
Pendidikan Multikultural belajar. Ketiga. Kultur adalah sebuah
Selain pengertian pluralis yang
12
banyak diketahui orang bahwa dalam Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 75.
10
Ahmad Rofiq Zaenul Mu’in, 2009. Peran 13
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan
Pesantren dalam Education For All di Era Multikultural: Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ar-
Globalisasi” dalam http;//ejournal.sunan- Ruzz Media, 2008), hlm. 121. Lihat Juga. M. Ainul
ampel.ac.id/index.php/V/177/162. Yaqin, Pendidikan Multikultural, Cross-Cultural
11
Mustofa Bisri, Koridor Renungan, (Jakarta: Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan,
Kompas, 2010), hal. 11. Yogyakarta: Pilar Media, 2005, hal. 27
simbol. Dalam hal ini simbol dapat rangkaian kepercayaan (set of believe) dan
berbentuk sesuatu yang verbal dan non penjelasan yang mengakui dan menilai
verbal, dapat juga berbentuk bahasa khusus pentingnya keragaman budaya dan etnis di
yang hanya dapat diartikan secara khusus dalam membentuk gaya hidup, pengalaman
pula, atau bahkan tidak dapat diartikan sosial, identitas pribadi, kesempatan-
ataupun dijelaskan. Keempat. Kultur dapat kesempatan pendidikan dari individu,
membentuk dan melengkapi sesuatu yang kelompok maupun negara.14 Azyumardi
alami. Secara alamiah, manusia harus makan Azra dalam Imron mendefinisikan
dan mendapatkan energi, kemudian kultur pendidikan multikultural sebagai pendidikan
mengajarkan pada manusia untuk makan untuk atau tentang keragaman kebudayaan
makanan jenis apa, kapan waktu makan dan dalam merespon perubahan demografi dan
bagaimana cara makan. Kultur juga dapat kultur lingkungan masyarakat tertentu atau
menyesuaikan diri kita dengan keadaan alam bahkan demi secara keseluruhan.15 Secara
secara ilmiah dimana kita hidup. Kelima. lebih singkat Andersen dan Custer (1994)
Kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara mengatakan bahwa pendidikan multikultural
bersama-sama yang menjadi atribut bagi adalah pedidikan mengenai keragaman
individu-individu sebagai anggota bagi budaya.16
kelompok masyarakat. Kultur secara Dalam konteks pendidikan Islam
alamiah ditransformasikan melalui multikultural, sebagaimana yang menjadi
masyarakat. Keenam. Kultur dapat tema dalam pembahasan ini, multikultural
diartiakan sebuah model. Artinya kultur adalah sikap menerima kemajemukan
bukan kumpulan adat istiadat dan ekspresi budaya manusia dalam memahami
kepercayaan yang tidak ada artinya sama pesan utama agama, terlepas dari rincian
sekali. Kultur adalah sesuatu yang disatukan anutannya. Basis utamanya dieksplorasi
dan sistem-sistem yang tersusun dengan dengan berlandaskan pada ajaran Islam,
jelas. Adat istiadat, institusi, kepercayaan, sebab dimensi Islam menjadi dasar pembeda
dan nilai-nilai adalah suatu yang saling sekaligus titik tekan dari konstruksi
berhubungan satu sama lain. pendidikan ini.
Ketika berbicara mengenai Dalam Islam sebenarnya sudah
pengertian pendidikan multikultural, maka dijelaskan tentang penciptaan manusia yang
sesungguhnya pengertian tersebut masih terdiri dari berbagai macam perbedaan, baik
belum terlalu jelas bahkan masih banyak itu warna kulit (ras, suku dan sebagainya)
pakar pendidikan yang memperdebatkan. maupun bahasa.
Namun demikian, bukan berarti definisi Seperti yang termuat dalam Q.S al-
pendidikan multikultural tidak ada atau tidak Rum/30: 22 yang artinya: Dan di antara
jelas. Sebetulnya sama dengan definisi tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
pendidikan yang penuh penafsiran antara menciptakan langit dan bumi dan berlain-
satu pakar dengan pakar lainnya didalam lainan bahasamu dan warna kulitmu.
menguraikan makna pendidikan itu sendiri. Sesungguhnya pada yang demikian itu
Hal ini juga terjadi pada penafsiran tentang benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
arti pendidikan multikultural. orang-orang yang mengetahui.17
Secara sederhana pendidikan 14
James A.Bank and Cherry E.Mc Gee (ed),
multikultural dapat didefinisikan sebagai Handbook of Research on Multicultural Education
pendidikan tentang keragaman kebudayaan (San Fransisco: Jossey-Bass, 2001), hal. 28.
15
dalam merespon perubahan demografis dan Imron,Mashadi, Pendidikan Agama Islam
Dalam Persepektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai
kultural lingkungan masayarakat tertentu Litbang Agama, 2009, hal. 48
atau bahkan dunia secara keseluruhan. 16
H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan
Pendidikan dengan wawasan mutlikultural Multikultural di Sekolah. ( Surakarta: UPT penerbitan
dan percetakan UNS, hal . 28
dalam rumusan James A. Bank adalah 17
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
konsep, ide atau falsafah sebagai suatu Terjemahnya (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hal.
Memahami makna dari kandungan Potret pesantren dapat dilihat berbagai
ayat tersebut di atas, bahwa sesungguhnya segi sistem pendidikan di pesantren secara
dalam ajaran Islam sangat menghargai menyeluruh, yang meliputi: materi pelajaran
adanya perbedaan, karena memang dan metode pengajaran, prinsip-prinsip
perbedaan adalah suatu keniscayaan, dan pendidikan, sarana dan tujuan pendidikan di
Allah memberi nafas dan penghidupan pada pesantren, kehidupan kiai dan santri serta
perbedaan itu sendiri. Penggunaan kata hubungan keduanya. Masing-masing dapat
pendidikan Islam tidak dimaksudkan untuk diuraikan sebagai berikut:
menegasikan ajaran agama lain, atau a. Materi pelajaran dan metode pengajaran
pendidikan non-Islam, tetapi justru untuk Pada dasarnya pesantren hanya
meneguhkan bahwa Islam dan pendidikan mengajarkan ilmu dengan sumber
Islam sarat dengan ajaran yang menghargai kajian atau mata pelajaran kitab-kitab
dimensi pluralismultikultural. yang ditulis atau berbahasa Arab.
Apalagi, pendidikan Islam sendiri Sumber-sumber tersebut mencakup al-
telah eksis dan memiliki karakteristik yang Qur’an beserta tajwid dan tafsirnya,
khas, khususnya dalam diskursus pendidikan aqa’id dan ilmu kalam, fiqih dan ushul
di Indonesia. Penggunaan istilah fiqih, al-hadits dan musthalahah al-
multikultural yang dirangkai dengan kata hadits, bahasa Arab dengan seperangkat
pendidikan Islam dimaksudkan untuk ilmu alatnya. Sumber-sumber kajian ini
membangun sebuah paradigma sekaligus bisa disebut sebagai kitab-kitab kuning.
konstruksi teoritis dan aplikatif yang Adapun metode yang lazim digunakan
menghargai keragaman agama dan budaya. dalam pendidikan pesantren adalah
Sementara itu, dalam perspektif wetonan, sorogan, dan hafalan.19
Islam, pendidikan multikultural tidak dapat b. Jenjang pendidikan
dilepaskan dengan konsep pluralis, sehingga Jenjang pendidikan di pesantren
muncul istilah Pendidikan Islam Pluralis- tidak dibatasi seperti dalam lembaga-
Multikultural. Konstruksi pendidikan lembaga pendidikan yang memakai
semacam ini berorientasi pada sistem klasikal. Umumnya, kenaikan
prosespenyadaran yang berwawasan pluralis tingkat seseorang santri didasarkan
secara agama, sekaligus berwawasan kepada isi mata pelajaran tertentu yang
multikultural. Dalam kerangka yang lebih ditandai dengan tamat dan bergantinya
jauh, konstruksi pendidikan Islam pluralis- kitab yang dipelajarinya. Apabila
multikultural dapat diposisikan sebagai seseorang santri telah menguasai satu
bagian dari upaya secara komprehensif dan kitab dan beberapa kitab dan lulus ujian,
sistematis untuk mencegah dan yang diuji oleh kiainya, maka dengan
menanggulangi konflik etnis agama, ini akan berpindah kekitab lain yang
radikalisme agama, separatisme, dan lebih tinggi tingkatannya. Jelasnya,
integrasi bangsa. Sedangkan nilai dasar dari penjenjangan pendidikan pesantren
konsep pendidikan ini adalah toleransi,yaitu tidak berdasarkan usia tetapi
menghargai segala perbedaan sebagai berdasarkan pada penguasaan kitab-
realitas yang harus diposisikan sebagaimana kitab yang telah ditetapkan dari paling
mestinya, bukan dipaksakan untukmasuk rendah sampai paling tinggi.
dalam satu konsepsi tertentu.18 c. Prinsip-prinsip pendidikan di pesantren
Peran Pondok Pesantren Sebagai Nurcholish Majid dalam
Lembaga Pendidikan Multikultural Shulthon menjelaskan setidaknya ada
duabelas prinsip yang melekat pada
pendidikan di pesantren yaitu:
406
18
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan 19
Shulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo,
Multikultural: Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ar- Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva
Ruzz Media, 2008), hlm. 52. Pustaka, 2005, h. 89.
teosentrik, ikhlas dalam pengabdian, membersihkan masjid dan ruang
kearifan, kesederhanaan, kolektifitas, belajar bersama-sama.
mengatur kegiatan bersama, f. Disiplin sangat dianjurkan. Untuk
kemandirian, kebebasan terpemimpin, menjaga kedisiplinan ini pesantren
tempat menuntut ilmu dan mengabdi, biasanya memberikan sanksi-sanksi
mengamalkan ajaran agama, belajar di edukatif.
pesantren untuk mencari ijazah dan g. Keperihatinan untuk mencapai tujuan
kepatuhan terhadap kiai. mulia. Hal ini sebagai akibat
Merujuk kepada uraian kebiasaan puasa sunah, dzikir dan
terdahulu, maka dapat diidentifikasi i’tikaf, shalat tahajud, dan bentuk-
ciri-ciri pesantren, sebagai berikut:20 bentuk riyadoh lainnya atau
a. Adanya hubungan yang akrab antara menauladani kiainya yang
santri dengan kiainya. Kiai sangat menonjolkan sikap zuhud.
memperhatikan santrinya. Hal ini h. Pembiasaan ijazah pencantuman
dimungkinkan karena mereka sama- nama dalam daftar rantai pengalihan
sama tinggal dalam satu kompleks pengetahuan yang diberikan kepada
dan sering bertemu baik disaat santri-santri yang berprestasi.
belajar maupun dalam pergaulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan
sehari-hari. Bahkan sebagai santri Islam di Indonesia merupakan asset
diminta menjadi asisten kiai. pendidikan genuine (asli) Indonesia yang
b. Kepatuhan santri kepada kiai. Para mampu bertahan hidup di tengah terpaan
santri menganggap bahwa angin modernitas. Kemampuan ini tentu saja
menantang kiai, selain tidak sopan bukan sesuatu yang kebetulan, tetapi
juga dilarang agama, bahkan tidak pesantren memang memiliki elemen-elemen
memperoleh berkah karena durhaka sub kultur yang unik dan khas, baik pada
kepadanya sebagai guru. supra maupun infra strukturnya.
c. Hidup hemat dan sederhana benar- Pondok pesantren memiliki tanggung
benar diwujudkan dalam lingkungan jawab besar dan peran strategis dalam
pesantren. Hidup mewah hampir mengembangkan pendidikan Islam
tidak didapatkan di pesantren. berwawasan multikultural. Hal ini
Bahkan sedikit santri yang hidupnya disebabkan pondok pesantren merupakan
terlalu sederhana atau terlalu hemat lembaga pendidikan awal yang banyak
sehingga kurang memperhatikan mencetak agamawan dan intelektual
gizi. Muslim. Lembaga ini secara emosional dan
d. Kemandirian amat terasa di kultural sangat erat kaitannya dengan
pesantren, para santri mencuci masyarakat akar rumput. Untuk itu, lulusan
pakaian sendiri, membersihkan pondok pesantren menjadi sangat strategis
kamar tidur sendiri, dan memasak dalam perannya mengembangkan
sendiri. pendidikan Islam yang berwawasan
e. Jiwa tolong menolong dan jiwa multikultural.
persaudaraan sangat mewarnai Dari sejumlah kelebihan yang
pergaulan di pesantren. Ini dimiliki pesantren, lembaga pendidikan
disebabkan selain kehidupan yang model ini ternyata menawarkan solusi yang
merata di kalangan santri, juga efektif dalam pembelajaran multi-etnis para
karena meraka harus mengerjakan santrinya. Dengan pola pendidikan siswa
pekerjaan-pekerjaan yang sama, yang di-asramakan, pesantren dapat menjadi
seperti shalat berjamaah, wadah strategis penggembelengan wawasan
kultural santri yang tinggal di dalamnya.

20
Ibid, h. 93.
Heterogenitas masyarakat santri zaman ke zaman serta menjunjung semangat
(murid dan para guru) di dalam lembaga pluralisme dalam pendidikan, bukan hanya
pendidikan pesantren inilah yang menjadi kesetaraan pendidikan. Bentuk nyata
kunci efektif pendidikan multikultural. pesantren dalam menanamkan pendidikan
Dengan sistem asrama yang menjadi multikultural dapat dibuktikan dengan
trademark pesantren, santri yang berasal dari santri-santrinya yang berasal dari berbagai
berbagai daerah dapat berinteraksi secara pelosok tanah air dan bahkan mancanegara.
intensif, 24 jam setiap harinya. Di dalam Para santri ini tinggal di asrama di bawah
kamar tidur yang terdiri dari 4-8 orang, bimbingan kiai yang juga tinggal lingkungan
umumnya santri yang ditempatkan di kompleks pesantren dimana santri tinggal.
dalamnya terdiri dari etnis yang berbeda. Hal ini menggambarkan
Hal ini sengaja dilakukan agar santri dapat kebersamaan, persaudaraan, serta kerjasama
cepat beradaptasi dengan lingkungan yang indah dibingkai dengan perasaan saling
sekitarnya. Di ruang makan, pada saat menghargai manusia tanpa membedakan
belajar, bermain dan berolahraga, para santri suku, ras, dan budaya dari santri-santrinya.
terus berinteraksi satu dengan lainnya tanpa Pada konsep pendidikan multikultural yang
ada batas perbedaan di antara mereka.21 mengedepankan persamaan hak manusia,
Mungkin sebagian kalangan kyai mempunyai peranan penting dalam hal
bertanya-tanya, apa sesungguhnya keteladanan. Kyai yang mempunyai akhlak
sumbangsih dunia pesantren dalam mulia senantiasa menghargai perbedaan
menyemai budaya damai? atau lebih jauh, warna kulit, budaya, suku, bangsa bahkan
mengapa pesantren diklaim sebagai institusi agama.
yang signifikan dalam pendidikan Pesantren memiliki kemampuan
perdamaian di republik yang multikultural untuk mengembangkan diri dan
seperti Indonesia? Diantaranya ada beberapa mengembangkan masyarakat di sekitarnya.
Pendidikan Islam Multikultural. Hal ini dikarenakan pesantren memiliki 3
Hakekat dari pendidikan potensi kemasyarakatan. Pertama, pesantren
multikultural sendiri adalah hidup selama 24 jam, baik sebagai lembaga
mengembangkan kesadaran manusia untuk pendidikan keagamaan, sosial
saling menghormati dan menghargai kemasyarakatan, maupun sebagai lembaga
perbedaan-perbedaan di antara manusia. pengembangan potensi umat dapat
Perbedaanperbedaan tersebut bisa terdiri diterapkan secara tuntas, optimal dan
dari suku, bangsa, ras, maupun budaya. terpadu. Kedua, pesantren telah mengakar
Pesantren sebagai sebuah lembaga pada masyarakat. Pesantren kebanyakan
pendidikan juga mempunyai kewajiban tumbuh dan berkembang di wilayah
untuk menanamkan pendidikan multikultural pedesaan karena memang tuntutan
kepada para santri. Pesantren merupakan masyarakat yang menghendaki berdirinya
implementasi pendidikan multikultural pesantren. Kebanyakan pesantren memiliki
karena menggambarkan ukhu>wah program pengajian rutin dihadiri masyarakat
(persaudaraan), ta’āwun (kerjasama), jihād luas tanpa paksaan. Kegiatan tersebut
(perjuangan) yang semuanya mengajarkan sebagai bentuk pengabdian terhadap
persamaan hak manusia. masyarakat. Melalui pengajian, pesantren
Berkembangnya pesantren menjadi dapat menyisipkan konsep pendidikan
sebuah lembaga pendidikan yang modern multikultural kepada masyarakat selain ilmu
merupakan penegasan bahwa pesantren agama. Ini merupakan salah satu cara yang
merupakan sebuah implementasi pendidikan efektif dalam menanamkan pendidikan
multikultural. Pesantren berkembang dari multikultural kepada masyarakat. Ketiga,
21
pesantren telah dipercaya masyarakat untuk
Abdullah, Pesantren dan
mendidik anak-anak dengan harapan bahwa
Multikultural,http://desuga.mywapblog.com/post/8.x
html, diakses tanggal 10 Februari 2022 generasi muda mengetahui pengetahuan
agama dan mengamalkannya di dalam Bumidirjo sampai pasar Sruni, salanjutnya
kehidupan sehari-hari. Kepercayaan ambil ke arah kanan. Atau melalui
masyarakat ini harus benar-benar perempatan Polres Kebumen ke Timur jalan
dimanfaatkan pesantren dalam upaya Joko Sangkrip. Adapun letak pondok
menanamkan pendidikan mutikultural dalam Pesantren Nurul Hidayah adalah terletak di
kurikulum pesantren. Nilai-nilai Sebelah Utara, dan dekat dengan pasar Sruni
multikultural harus senantiasa ditanamkan serta jalan raya.
kepada anak sejak dini agar anak-anak dapat Ada beberapa hal yang diterapkan di
menghargai perbedaan. Masyarakat pondok pesantren nurul hidayah kaitannya
mempunyai pengaruh besar terhadap dengan pendidikan multikultural agar
kelangsungan hidup sebuah pesantren. Tidak mewujudkan kerukunan, kedamaian dan
hanya pesantren adalah bentukan kebersamaan antar sesama santri khususnya
masyarakat, tetapi kepercayaan masyarakat dan antar semua komponen pondok
yang begitu tinggi membuat pesantren tetap pesantren baik santri, ustadz, pengasuh dan
eksis. Selama masih ada masyarakat yang masyarakat sekitar. Diantara pendidikan
menyekolahkan anaknya di pesantren, maka multikultural tersebut adalah sebagai
selama itulah pesantren akan tetap ada. berikut:
Pendidikan Multikulturan di Pondok Masa Oroentasi Santri (MOS)
Pesantren Nurul Hidayah Bandung Kegiatan MOS ini bianya diadakan
Kebumen pada waktu pengenalan pesantren dan
Profil Pondok Pesantren Nurul Hidayah lingkungan pesantren bagi para santri baru.
Secara geografis pondok pesantren Santri baru yang berasal dari daerah yang
Nurul Hidayah terletak di kota Kebumen berbeda-beda akan dicampur tanpa dipisah
tepatnya berada di pedukuhan Su’ada , RT pisahkan agar mereka saling mengenal satu
04/ RW 02 desa Bandung, kecamatan saya lain dan agar terjalin kerukunan
Kebumen, kabupaten Kebumen atau sekitar bersama.
6 km ke arah timur dari pusat kota Melihat kenyataan di lapangan
Kebumen. bahwa warga pesantren Nurul Hidayah
Desa Bandung terletak di Kecamatan sangat beragama. Santrinya dari berbagai
Kebumen Kabupaten Kebumen, tepatnya latar belakang suku dan daerah (Melayu,
bagian timur sebelah Utara (timur laut) Jawa, Sunda, Banjar, Bugis) dan sebagainya.
kecamatan Kebumen. Bandungsruni adalah Santri baru sedini mungkin harus
sebutan yang lebih memasyarakat (populer) dikondisikan dan diberi pemahaman tentang
bagi warga Kebumen di luar warga keragaman. Pengasuh Pesantren K.H Abdul
kecamatan Kebumen untuk menyebut desa Qodir Jaelani menjelaskan:“Untuk
Bandung. Bandung masuk wilayah memberikan pemahaman tentang
kecamatan Kebumen, sedangkan Sruni multikultural di Pondok Peantren Nurul
masuk wilayah kecamatan Alian. Hidayah ini salah satunya ditekankan di
Penyebutan Bandungsruni lebih populer pada acara MOS (Masa Orientasi Siswa).
dikarenakan letak desa Bandung yang Karena dalam MOS ada materi tentang
memang berbatasan langsung dengan desa pengenalan diri sendiri, teman dan saling
Sruni di sebalah Utara. Sebelah timur menghargai antar sesama teman.22
berbatasan dengan Tanahsari, sebelah Memperhatikan wawancara dengan
selatan berbatasan dengan desa Candimulyo, Juwoyo tersebut mengindikasikan bahwa
sedangkan sedangkan sebelah barat betapa pentingnya kegiatan MOS, karena
berbatasan dengan desa Candiwulan dan dalam kegiatan tersebut materimateri terkait
Kalijirek. Akses menuju desa Bandung menghargai sesama terlebih masalah dengan
cukup mudah, dari pusat kota Kebumen ke
22
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
arah Timur melalui pertigaan desa
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani pada tanggal 07
Kewedusan lurus ke Timur jalan Pangeran Februari 2022.
suku, bangsa dan agama, pancasila selalu perempuan. Pengajiannya sama dan
menjadi agenda pokok. dilakukan pada waktu yang sama oleh
Media MOS sangat diperlukan dalam pengasuh sekaligus pengajar. K.H Abdul
lembaga pendidikan karena dalam acara Qodir Jaelani menambahkan, ini adalah
tersebut sebagai wadah sosialisasi, bentuk penyamaan bahwa santri putri juga
komunikasi antar siswa baru dan warga dapat mengaji dan tidak kalah dengan santri
pesantren yang nobenenya berasal dari putra.
berbagai daerah. Jika hal ini tidak dibina Penyeragaman Di Asrama
sejak sedini mungkin akan menimbulkan Dalam pesantren semua santri wajib
gesekan-gesekan yang akhirnya menjadi menginap agar memudahkan bagi mereka
konflik terbuka dan kelompok kekerasan. untuk selalu mengikuti pengajian. Umumnya
Muhfid Munawar menjelaskan: Mereka asrama santri berisi 4 sampai 8 orang untuk
boleh berteman dengan yang lain, untuk setiap kamarnya. Di pondok pesantren nurul
saling curhat, sebagai teman ngobrol di hidayah dalam sistem pengasramaan santri
kamar, asal tidak ngegeng aja. Apalagi tidak dikelompokan sesuai dengan asal
ngegengnya cenderung berdasarkan suku. mereka tetapi dengan dicampur dengan
Apabila hal itu terjadi sangat berbahaya daerah daerah lainnya. Hal ini dapat menjadi
terhadap kelangsungan pesantren ini, sebuah media pembelajaran santri dalam hal
terlebih dalam kehidupan berbangsa dan keragaman. Keberagaman santri seperti ini
bernegara.23 akan memunculkan sikap saling
Malam Jum’at Memakai Pakaian Putih menghormati, saling menghargai dan saling
Setiap malam jum’at santri wajib mengasihi antar sesama santri satu kamar.
memakai pakaian putih baik santri senior Disisi lain juga hal ini dapat menjadi sebuah
maupun junior. Hal ini berfungsi adanya media pengenalan santri tentang budaya,
penyeragaman tidak ada diskriminasi antar bahasa, dan adat istiadat santri yang berasal
semua santri baik yang sudah lama maupun dari daerah yang berbeda-beda.
yang baru. K.H Abdul Qodir Jaelani Dengan bervariasinya latar belakang
menambahkan selain adanya penyeragaman, daerah dan budaya, sekaligus bervariasi
tujuan ini juga berfungsi untuk dalam budaya dan kebiasaan di pesantren.
memperindah dalam pengajian dan Minimal komunikasi dan cara bersikap dan
pembelajaran. 24
bertingkah laku. Hal ini menjadi kekuatan
Madrasah Diniah tersendiri jika dipelihara dengan baik.
Kaitannya dalam kegiatan pengajian Tidak saja latar belakang budaya dan
dan madrasah diniah, di pondok pesantren daerahnya yang berbeda-beda, akan tetapi di
tidak ada pemisahan antara perempuan dan Nabil Husein latar belakang organisasi sosial
laki-laki bagi yang sudah kelas senior. keagamaannya juga berbeda-beda. Dari sisi
Untuk kelas diniah 1, diniah 2 dan diniah 3 organisasi sosial keagamaan ada yang dari
masih memakai sistem antara pemisahan Nahdlatul Ulama (NU) dan ada yang
tujuannya bukan untuk mendiskriminasi Muhammadiyah. K.H Abdul Qodir Jaelani
santri perempuan tetapi lebih pada menjelaskan: Pesantren ini sebetulnya netral,
mempermudah dalam segi pemantauan atau dalam artian tidak menginduk kepada salah
perkembangan santri dalam segi memahami satu organisasi NU atau Muhammadiyah.
ilmu agama. Oleh karena itu menghormati dan
Untuk santri yang senior, tidak ada menghargai ibadah yang lain termasuk
pemisahan antara yang laki-laki dan menghormati ibadah yang berbeda termasuk
23 menjadi perhatian.
Wawancara dengan Muhfidz Munawar, Lurah
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Bandung Kebumen Hal ini dapat menjadi sebuah cermin
pada tanggal Februari 2022. bahwa sebetulnya dalam kehidupan asrama
24
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
jika dikaji secara mendalam banyak sekali
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani pada tanggal 07
Februari 2022. nilai-nilai multikultural yang dapat
dikembangkan, baik dari sisi bahasa, budaya menjelang acara peringatan khoul dan
dan adat istiadat. khataman. Untuk produk yang ditampilkan
Dari sisi bahasa, setiap santri yang atau dipamerkan dan diperjualbelikan adalah
datang ke pondok pesantren Nurul Hidayah produk-produk santri mulai dari hasil karya
bandung Kebumen, mempunyai bahasa dan santri sendiri maupun dari ciri khas daerah
budaya sendiri-sendiri. Bahasa tersebut asal santri. Produk-produk yang dipamerkan
biasanya sangat kental dengan bahasa dan diperjualbelikan antara lain seperti:
daerahnya masing-masing. Kalau santri dari pakaian adat, makanan khas daerah santri,
Cirebon-Jawa Barat, maka budaya cirebon serta hasil karya santri itu sendiri seperti
dan logatnya sangat kental. Kalau santrinya peci, tas, batik, anyaman dan lain-lain.
berasal dari ciamis, maka bahasa sudanya Diadakannya tujuan ini selain untuk ajang
menjadi sangat kental dan kelihatan sekali promosi hasil-hasil kreasi dan produk santri
bahasa daerahnya, demikian pula jika santri menurut K.H Abdul Qodir Jaelani
tersebut dari jawa, maka juga kelihatan mengatakan “ kegiatan ini dapat dijadikan
sekali bahasa jawanya yaitu ngapaknya sebagai ajang untuk memamerkan
(enyong/koe). kemajemukan santri khususnya dan
Salah satu bentuk menghargai adalah Indonesia umumnya. Dari beraneka
terjadinya akulturasi bahasa. Jika santri ragamnya asal santri mempunyai ciri dan
sering berkomunikasi dengan para santri keunikan sendiri entah itu dari pakaian,
dalam dalam beberapa tahun, maka bahasa bahasa, makanan dan lain sebagainya. Untuk
yang digunakan menjadi bahasa campuran. itu kemajemukan yang ada pada santri
Meskipun dengan bahasa campuran, namun menjadi sebuah anugrah apabila
bahasa campuran tersebut digunakan untuk dimanfaatkan dengan baik salah satunya
menanamkan nilai-nilai pesantren seperti dengan bazar santri.26
yang dilakukan oleh K.H Abdul Qodir Kesimpulan dan Saran
Jaelani dalam mendidik santrinya. Pendidikan multikultural merupakan
Pentas Seni dan Arak-Arakan suatu disiplin ilmu yang sedang menjadi
Untuk pentas seni sendiri dilakukan pembicaraan yang cukup hangat dalam
pada akhir-akhir tahun pelajaran. Biasanya kalangan akademis, sebagai suatu konsep
dilakukan menjelang peringatan khoul dan pendidikan yang lahir di Indonesia pada
khataman pondok. Untuk pentas seni dan Abad 21 ini menunjukan bahwa cukup
arak-arakan yang ditampilkan beragam, memiliki wacana pendidikan di masyarakat
sesuai dengan asal daerah masing-masing. yang memiliki sifat progresif mendatang.
Mulai dari pencak silat, pakaian adat, tari Pendidikan multikultural di lembaga
adat, dan makanan khas daerah (lanting, pendidikan Islam atau yang sering dikenal
gethuk dan empek-empek). Salah satu fungsi dengan pondok pesantren tradisional talah
kegiatan ini adalah untuk ajang promosi ke lebih dahulu menerapkan sistem pendidikan
masyarakat kaitannya dengan keterampilan- yang memiliki konsep multikultural baik
keterampilan santri. K. H Abdul Qodir dari segi mata pelajaran yang dipelajari,
Jaelani menambahkan bahwa salah satu hal sistem lingkungan yang dibangun, mapun
terpenting dalam kegiatan ini ialah untuk status sosial yang dimiliki masing-masing
memupuk rasa kebersamaan bahwa santri. Dalam implementasinya seluruh
kemajemukan yang ada dipesantren akan santri tanpa membedakan satu sama lain
sangat indah bila terjadi kebersamaan.25 mulai dari kelompok seperti gender, etnik,
Bazar Santri ras, budaya, strata sosial, bahkan agama.
Sama halnya dengan arak-arakan dan Pendidikan multikultural telah menekankan
pentas seni, kegiatan ini juga diadakan kepada siswa agar dapat mengembangkan
25
Wawancara dengan K.H Abdul Qodir Jaelani, 26
Wawancara dengan K.H Abdul Qodir Jaelani,
Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah,
pada tanggal 07 Februari 2022. pada tanggal 07 Februari 2022.
potensi dan kapasitasnya secara maksimal Choirul Mahfud, 2009. Pendidikan
dengan tanpa melakukan ruang-ruang Multikultural, Yogyakarta: Pustaka
spesial dalam diri dan lingkungannya. Pelajar.
Keragaman memang sangat Departeman Agama RI, 2005. Al-Qur’an
diperlukan dalam kehidupan sosial di dan Tarjamahnya, Jakarta: Yayasan
masyarakat majemuk, terutama di Indonesia. Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an.
Pesantren sebagai basis pendidikan yang Departemen Agama RI, 2006. al-Qur’an
ideal harus mengusung nilai kebhinekaan dan Terjemahnya Jakarta: Maghfirah
dan tidak monoton bahkan tertutup. Sistem Pustaka.
pendidikan multikultur yang menyatu dalam H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono.
aturan dan disiplin pondok, yaitu tidak Pendidikan Multikultural di Sekolah.
diberlakukan penempatan permanen santri di ( Surakarta: UPT penerbitan dan
sebuah asrama, dilarangnya santri berbicara percetakan UNS.
menggunakan bahasa daerah selain bahasa Haidar Putra Daulay, 2011. Historis dan
utama Arab dan Inggris di lingkungan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
pondok, diajarkannya keberagaman Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana.
pemikiran dan ijtihad kepada santri tanpa Imron,Mashadi, 2009. Pendidikan Agama
pemaksaan, sikap bertoleransi terhadap Islam Dalam Persepektif
perbedaan pendapat dan budaya. Multikulturalisme, Jakarta: Balai
Berdasarkan pemaparan dan analisis Litbang Agama.
data, maka dapat disimpulkan bahwa 1) James A.Bank and Cherry E.Mc Gee (ed),
Media dalam penanaman nilai-nilai 2001. Handbook of Research on
multikultural di Pondok Peantren Nurul Multicultural Education San
Hidayah Kebumen yaitu Masa Orientasi Fransisco: Jossey-Bass.
Siswa, Diniyah, kehidupan asrama, dan Mustofa Bisri, 2010. Koridor Renungan,
malam jum’at memakai putih. Jakarta: Kompas.
Berdasarkan temuan di atas penulis Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2008.
mengajukan saran yaitu: 1) Hendaknya Pendidikan Multikultural: Konsep dan
setiap Pembina asrama lebih intensif dalam Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
menanamkan nilai-nilai multikultural, 2) Lihat Juga. M. Ainul Yaqin, 2005.
Pengelola pesantren hendaknya satu visi Pendidikan Multikultural, Cross-
dalam nenanamkan nilai-nilai multikultural. Cultural Understanding untuk
2) Kegiatan non akademik hendaknya Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta:
ditingkatkan dalam rangka menanamkan Pilar Media.
nilai-nilai multikultural. Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2008.
Pendidikan Multikultural: Konsep dan
Daftar Pustaka Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
A. Sholihuddin, Pesantren dan Budaya Nunu Ahmad an-Nahidil, “Pesantren dan
Damai, http://www.gpansor.org/? Dinamika Pesan Damai” dalam
p=13308, . Edukasi, Jurnal Penelitian Agama dan
Abdul Mughits, 2008. Kritik Nalalar Fiqh Keagamaan, Vol.4 No.3Jakarta:
Pesantren, Jakarta: Kencana. Puslitbang.
Abdullah, Pesantren dan Shulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo,
Multikultural,http://desuga.mywapblo 2005. Manajemen Pondok Pesantren,
g.com/post/8.xhtml Jakarta: Diva Pustaka.
Ahmad Rofiq Zaenul Mu’in, 2009. Peran Suherman, 2005. “Pengembangan PAI
Pesantren dalam Education For All di Berbasis Multikultural” dalam dalam
Era Globalisasi” dalam Zainal Abidin EP dan Neneng
http;//ejournal.sunan-ampel.ac.id/inde Habibah (ed), Pendidikan Agama
x.php/V/177/162.
Islam berbasis Multikulturalisme,
Jakarta: Balitbang Agama.
Wawancara dengan Muhfidz Munawar,
Lurah Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Bandung Kebumen
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Nurul
Hidayah K.H Abdul Qodir Jaelani

Anda mungkin juga menyukai