Anda di halaman 1dari 5

Menurut bahasa,

Dinul Islam berasal dari Bahasa Arab


gabungan dari kata berarti agama dan kata
yang berarti perdamaian, kesejahteraan,
keselamatan, atau berserah diri.

Menurut istilah,
Dinul Islam berarti agama yang diturunkan
Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW
untuk disampaikan kepada segenap umat
manusia agar memperoleh kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.

Allah mengutus Nabi Muhammad SAW


membawa risalah Dinul Islam untuk
memurnikan Tauhid, yaitu mempercayai /
meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan
(monotheisme ) yaitu Allah SWT.
Karenanya Islam disebut juga sebagai
Agama Tauhid. Dalil dan bukti bahwa Islam
meng-Esakan Tuhan tersebut dalam QS Al-
Ikhlas 1-4

          

       

Dinul Islam dibawa Nabi Muhammad SAW


sebagai Rahmatan Lil'alamin.

QS Al-Anbiya 107

    


“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”

Hubungan Manusia dengan Allah

Hubungan ini merupakan hubungan antara


makhluk dengan Khaliqnya atau hablum-
minallah.
Disebutkan dalam QS Adz-Dzariyat : 56

     


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”

Jadi manusia diciptakan Allah hanya untuk


mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT.

Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

Manusia adalah makhluk sosial. Dalam


kaitan tersebut Islam mempunyai konsep-
konsep dasar mengenai kehidupan
kekeluargaan, kemasyarakatan,
perekonomian, kenegaraan,
dan lainnya.

Konsep-konsep dasar tersebut berupa ajaran


yang berkenaan dengan interaksi manusia
atau kemasyarakatan, yang biasa disebut
hablum minannaas.

Seluruh konsep hablum minannaas


bertumpu pada satu nilai, yaitu saling
menolong.
QS Al-Maidah : 2

      

  


“dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran”

Hubungan Manusia dengan Lingkungan

Alam semesta ini diciptakan Allah untuk


manusia, dan tidak satupun ciptaan itu
yang sia-sia.

Karenanya, meskipun tetap terkait dengan


hukum alam (sunnatullah) manusia diberi
Allah wewenang untuk memakmurkan dan
memanfaatkan alam secara proporsional
dan tidak merusaknya.
Allah berfirman dalam QS Ar-Rum 41

      

     

 
"telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan
manusia ..."

Jangan anggap alam sebagai warisan nenek


moyang, tetapi anggaplah alam sebagai
titipan anak cucu.

Anda mungkin juga menyukai