Anda di halaman 1dari 49

1

PENENTUAN UJI PETIK


DENGAN MENGGUNAKAN
TOOLS AUDIT
Knowledge Transfer Forum
Biro SDM BPK RI
Jarot Sembodo, SE., Ak., MAk., CA
 Lahir di Jakarta Tanggal 5 1974
 Menyelesaikan pendidikan formal DIII Akuntansi di STAN
Jakarta tahun 1995, S1 Akuntansi pada FE Unsri
Palembang tahun 2003, dan S2 Magister Akuntansi pada
Program MAKSI FE Unpad tahun 2010.
 Bekerja di BPK sejak tahun 1995, dengan pengalaman
sebagai Auditor pada bidang pemeriksaan keuangan
(pemerintah pusat, daerah, BUMN dan BUMD),
pemeriksaan kinerja kesehatan, dan pemeriksaan
investigatif.
 Pada tahun 2000 berkesempatan mengikuti secondment audit pada kantor Audit New
Zealand melaksanakan kegiatan audit keuangan.
 Beberapa kali mengikuti short course luar negeri antara lain Advance IT Audit di Kulala
Lumpur, Lessoon Learned IntoSAINTdan Public Policy Analysis di VU University Amsterdam.
 Setelah 15 tahun menjadi auditor BPK pada tahun 2010 mengajukan alih jenjang profesi
menjadi widyaiswara pada Pusdiklat/Badiklat BPK. Saat ini mengampu mata pelatihan
akuntansi, auditing, IT audit, dan diagnostic reading dalam pelatihan yang diselenggarakan
Badiklat BPK.
 Pada tahun 2015-2018 yang lalu turut serta mengembangkan dan memfasilitasi program
LTAPII Risk Based Financial Audit dan Certified ASEANSAI Financial Audit untuk auditor di
lingkungan ASEAN SAI.
3

AGENDA PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM UJI PETIK

UJI PETIK DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN

UJI PETIK DENGAN TOOLS AUDIT


4

AGENDA 1

GAMBARAN UMUM UJI PETIK


DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN
5

RISK BASED AUDIT


• Risk-based
auditing is a
style
of auditing
which focuses
upon the
analysis and
management
of risk.
(Wikipedia)
6

RISK BASED AUDIT


• Luas Wilayah dan
Cakupan Audit

• Sumber Daya
Auditor Terbatas
7

ISA RISK BASED AUDIT


Tahapan Alur Pemeriksaan
Perikatan

Perencanaan

Pelaksanaan
dan Pelaporan
METODELOGI 8

PEMERIKSAAN KEUANGAN BPK


Evaluasi
Uji
Pengen
dalian

Evaluasi
Risiko
Evaluasi
Akhir
Hasil uji
Penilaian Substantif
Risiko
Awal
9

RISIKO DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN


Risiko Pemeriksaan (AR) adalah risiko yang timbul karena pemeriksa,
tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.

Risiko Bawaan (IR) adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat pengendalian yang terkait.

Risiko Pengendalian (CR)adalah risiko bahwa suatu salah saji material


yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.

Risiko Deteksi (DR) adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat


mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
10

MODEL DALAM RISIKO PEMERIKSAAN

1 2
Risiko Pemeriksaan Risiko Pengendalian
(Audit Risk atau AR) (Control Risk atau CR)

AR= IR x CR x DR
DR = AR/(IR x CR)
3 Risiko Bawaan
4 Risiko Deteksi
(Inherent Risk atau IR) (Detection Risk atau DR)
Risiko Salah Saji Material 11

RoMM=IRxCR Di bahas detail nya


nanti siang ya!!

Materialitas adalah besarnya informasi


akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, mungkin
dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut
12

RISIKO SALAH SAJI MATERIAL


Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Penerimaan Pajak

LAPORAN KEUANGAN
BOS DANA DESA
Revaluasi Aset Tetap DESA

Talangan BPJS
KAPITALISASI ASET
PAJAK KENDARAAN PAJAK BUMI DAN
ATAS BM SETELAH
BERMOTOR BANGUNAN
PEROLEHAN AWAL
Kewajiban Jangka Panjang
PERUBAHAN SOTK TA DAMPAK PEMOTONGAN
HIBAH BANSOS
2017 YANG
Belanja Modal Infrastruktur KEPADA SELAIN
BERDAMPAK PADA
PENYALURAN DAU DAN
DAK YANG BERDAMPAK
BADAN HUKUM PADA LK 2016
2016

Pembiayaan Penyertaan Modal


13

AGENDA 2

UJI PETIK (SAMPEL) DALAM


PEMERIKSAAN KEUANGAN
Why We Use Sampling?
15

UJI PETIK (AUDIT SAMPLING)


Audit Sampling adalah penerapan prosedur pemeriksaan terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun
atau kelompok transaksi tersebut.

Bertujuan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten dan cukup


untuk mendukung kesimpulan hasil pemeriksaan.
The objective of the auditor, when using audit sampling, is to provide a
reasonable basis for the auditor to draw conclusions about the population from
which the sample is selected.
Alat untuk memperoleh informasi mengenai suatu populasi tanpa
melakukan pengkajian terhadap populasi tersebut secara keseluruhan.
Tidak dapat diterapkan pada seluruh prosedur pemeriksaan (permintaan
keterangan (inquiry), observasi, prosedur analitis, scanning dan reviu
catatan-catatan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak wajar).
Basic Concept
Audit sampling (sampling) – The application of audit procedures to less
than 100% of items within a population of audit relevance such that all
sampling units have a chance of selection in order to provide the auditor
with a reasonable basis on which to draw conclusions about the entire
population.

Population – The entire set of data from which a sample is selected and
about which the auditor wishes to draw conclusions.

Sampling risk – The risk that the auditor’s conclusion based on a sample
may be different from the conclusion if the entire population were
subjected to the same audit procedure.
17

RISIKO SAMPLING
Risiko sampling:
Risiko bahwa kesimpulan
auditor yang didasarkan Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut
pada suatu sampel dapat
berbeda dengan kesimpulan lebih efektif daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian
jika prosedur audit yang rinci, suatu kesalahan penyajian material tidak ada padahal
sama diterapkan pada dalam kenyataannya ada.
keseluruhan populasi.
Auditor lebih khawatir dengan tipe kesimpulan salah ini karena
Risiko sampling dapat
menimbulkan dua jenis
kesalahan tersebut dapat memengaruhi efektivitas audit dan
kesimpulan yang salah: mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menyebabkan suatu
opini audit yang tidak tepat.

Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang


efektif daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci,
terdapat kesalahan penyajian material, padahal kenyataannya tidak
ada.
Jenis kesimpulan salah semacam ini berdampak terhadap efisiensi
audit yang biasanya akan menyebabkan adanya pekerjaan tambahan
untuk menetapkan bahwa kesimpulan semula adalah tidak benar.
18

PENDEKATAN SAMPLING
Non statistik:
Pemeriksa dalam memilih sampel dan menilai hasil
pemeriksaan sampel lebih berdasarkan pertimbangan
profesionalnya.

Statistik:
Pemeriksa menggunakan perhitungan matematis sebagai
sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan, dan
evaluasi sampel.
• Memerlukan pertimbangan profesional pemeriksa dalam perencanaan,
pemilihan, dan evaluasi hasil sampel serta dalam menghubungkan bukti
audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti lain dalam penarikan
kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
19

HAL-HAL PENTING
 Jika dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan terhadap suatu akun
tertentu Pemeriksa menemukan salah saji yang akan mengubah saldo akun
tersebut sangat material, mak a pemeriksa dapat mengubah ukuran
sampelpemeriksaannya.
 Untuk pemeriksaan kas, diambil dari nilai transaksi dari tahun anggaran
berjalan (mutasi debet dan kredit) bukan dari saldo akhir pada tanggal
pelaporan.
 Khusus untuk pemeriksaan aset tetap, penentuan ukuran sampel
pemeriksaan dapat menggunakan basis nilai mutasi aset tetap tahun
berjalan, sepanjang berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya, entitas
telah melakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali atas aset tetap serta
telah didokumentasikan, dicatat, dan dilaporkan secara memadai.
 Pemeriksa mendokumentasikan setiap langkah penetapan uji petik dan hasilnya
dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Dokumentasi setidaknya berisi dasar
penentuan lokasi/satker yang akan diperiksa, pendekatan sampel yang digunakan
dan alasannya, tujuan pengujian, definisi populasi dan unit sampling, ukuran
sample, pemilihan sampel, hasil pelaksanaan pengujian, dan evaluasi hasil
pengujian.
 Pemilihan sampel tersebut juga sebaiknya diungkapkan dalam LHP yang terkait
dengan metodologi pemeriksaan
HUBUNGAN RISIKO, MATERIALITAS 20

dan BUKTI PEMERIKSAAN


Risiko Tingkat Materialitas

Bukti Rsisiko/Bukti Tinggi Moderat Rendah

Tinggi X

Risiko Salah Saji Moderat X


Material
Rendah X

Banyak X

Bukti Yang Harus Moderat X


Diperoleh
Sedikit X
21
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Uji petik pemeriksaan atau audit sampling adalah pemilihan dan evaluasi
terhadap kurang dari seratus persen populasi suatu bukti pemeriksaan,
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi pemeriksa dalam
merumuskan kesimpulan atas populasi tersebut.

Terdapat beberapa kondisi dimana pemeriksa tidak dapat atau tidak perlu
melakukan uji petik, antara lain:

1. Permintaan keterangan/wawancara (inquiry).


2. Observasi (walkthrough).
3. Prosedur analitis.
4. Jumlah populasi adalah tunggal (satu) atau sedikit.
5. Pemeriksa ingin melaksanakan 100% pemeriksaan karena tidak ingin
menanggung setiap risiko sampling (risiko bila sampel yang dipilih tidak dapat
mewakili populasi dengan tepat).
6. Sumber daya pemeriksa memadai untuk menguji seluruh populasi.
22
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Pemeriksa dapat menggunakan metode statistika
maupun non statistika
23
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Jenis metode uji petik statistika maupun non statistika
24
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tahapan dan Langkah Uji petik
25

KAPAN DILAKUKAN SAMPEL (UJI PETIK)

Uji
Pengen
dalian

Uji
Substan
tif
26
APA YANG DI SAMPEL
(UNIT SAMPLING)
Setda DPRD

OPD
PU Pendidikan

LAPORAN
KEUANGAN KAS
PIUTANG
NERACA AT
hUTANG

AKUN
PENDAPATAN
LRA/LO BELANJA/BEBAN
PEMBIAYAAN
27
APA YANG DI SAMPEL
(UNIT SAMPLING)
STS

Pendapatan ?
SP2D

SPP
Beban/ SPM
KUITANSI
SP2D FAKTUR
Belanja BAST
28
APA YANG DI SAMPEL
(UNIT SAMPLING)

ASET
TETAP
?
29

AGENDA 2

UJI PETIK
DENGAN TOOLS AUDIT
UJI PETIK/SAMPEL PENGUJIAN 30

PENGENDALIAN
Metode uji petik dalam pengujian pengendalian disebut dengan uji petik atribut
(attribute sampling).

Pemeriksa memutuskan untuk menggunakan uji petik secara statistika atau non statistika
berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat. Uji petik secara statistika mampu membantu
pemeriksa:
2) Mengukur kecukupan bukti 3) Mengevaluasi hasil sampel secara
1) Mendesain sampel secara efisien;
pemeriksaan yang diperoleh; dan kuantitatif.

Selain itu, penggunaan uji petik statistika memungkinkan pemeriksa untuk mengkuantifikasi risiko uji
petik (sampling risk) dan memroyeksikan hasil pengujian atas sampel terhadap populasi secara
kuantitatif pula.

Sebaliknya, pada uji petik nonstatistika pemeriksa tidak dapat mengkuantifikasi risiko uji petik dan
proyeksi atas hasil terhadap populasi, sehingga seringkali disebut sebagai uji petik dengan
pertimbangan (judgmental sampling).
UJI PETIK/SAMPEL PENGUJIAN 31

PENGENDALIAN

Terdapat tiga metode uji petik atribut Teknik pemilihan sampel yang dapat
secara statistika, yaitu: digunakan jika pemeriksa
• Fixed Sample Size (FSS), menggunakan metode uji petik
secara non statistika adalah:
• Sequential (Stop or Go),
• Discovery. • Metode probabilistik (random)
• Metode nonprobabilistik seperti:
haphazard, professional
judgement, quota, dan block
sampling.
32

CONTOH FIXED SAMPLE SIZE


33
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
SUBTANTIF
Uji Petik dalam Pengujian Substantif
Uji petik dalam pengujian substantif bertujuan untuk memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan kompeten secara efisien untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa asersi telah diungkapkan secara wajar
dalam segala hal yang material.
Asersi tersebut berarti mengukur apakah ada salah saji secara material pada
nilai saldo akun.
Pemeriksa menggunakan uji petik dalam pengujian substantif dengan tujuan
untuk menilai apakah saldo akun yang diperiksa wajar secara material.
Dalam uji substantif pemeriksa menilai apakah suatu transaksi memenuhi
atau sesuai dengan asersi-asersi manajemen terkait dengan saldo akun.
Asersi-asersi tersebut adalah: Existence (Keberadaan), Completeness
(Kelengkapan), Accuracy (Akurasi), Classification (Klasifikasi), Cut off (Pisah
batas periode akuntansi), dan Rights and Obligations (Hak danKewajiban).
34
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
SUBTANTIF
a. Unstratified MPU

Model ini disebut juga model Simple Extension. Metode ini memroyeksikan nilai estimasi dari
sampel terhadap populasi dengan cara menghitung mean dari sampel kemudian
diproyeksikan terhadap populasi (mean sampel dikalikan jumlah populasi N untuk
menghasilkan estimasi total nilai rupiah populasi).Unstratified MPU cocok digunakan jika data
relatif homogen. Dalam metode Unstratified MPU, variabel-variabel yang memengaruhi
ukuran sampel adalah: TE, standar deviasi populasi, ukuran populasi, dan tingkat keyakinan
atau risiko pemeriksaan.

b. Stratified MPU

Metode ini adalah pengembangan dari Metode Unstratified MPU. Stratified MPU tepat
digunakan jika data populasi heterogen. Dalam Stratified MPU, populasi dibagi menjadi
beberapa strata (kelompok). Tujuan dari pembagian dalam strata adalah mengurangi
keragaman (variability) item populasi, sehingga anggota sub populasi dalam tiap strata relatif
homogen.
c. Monetary Unit Sampling (MUS)

Metode MUS lebih mudah daripada Classical Variables Sampling karena tidak memerlukan ukuran
karatersitik populasi seperti standar deviasi dan normalitas. Model ini menggunakan pendekatan secara
proporsional dengan jumlah nominal rupiah. Kekurangan dari model ini adalah sulit mendeteksi kurang
saji/ understatement karena sampel yang terpilih probabilitasnya proporsional dengan nilai nominalnya,
yaitu nilai yang besar akan memiliki probabilitas besar pula untuk terpilih.
35
SAMPLING DALAM PENGUJIAN
SUBTANTIF
Contoh Uji Petik MUS Kesimpulan atau hasil evaluasi dengan
output:
Total Salah Saji Rp395.171.364,00, Proyeksi
Salah Saji Rp679.260.024,12 Risiko
Sampling Rp2.913.663.196,69, sehingga
Batas Atas Salah Saji (Proyeksi Salah Saji +
Risiko Sampling) sebesar
Rp3.592.923.220,81.
Karena Batas Atas Salah Saji masih lebih
kecil dari TM maka disimpulkan bahwa Akun
yang diuji adalah Wajar. Dalam perangkat
lunak ini juga diberikan informasi proporsi
nilai akun yang disampel terhadap populasi,
dalam contoh ini sebesar 32%.

Pemeriksa juga harus mempertimbagkan


salahsaji secara kualitatif saat nilainya
dibawah batas salah saji secara
kuantitaif.
36

PENENTUAN SAMPLING DENGAN TOOLS AUDIT

• UJI KENDALI DENGAN ACL


– Menentukan Jumlah sampel
– Memilih sampel uji kendali
– Mengevaluasi hasil uji kendali

• UJI SAMPEL DENGAN ACL


– Menentukan Jumlah sampel
– Memilih sampel uji kendali
– Mengevaluasi hasil uji kendali

• MEMILIH SAMPEL DENGAN BENFORD ANALISIS


37

MENU SAMPLING
38
MENENTUKAN JUMLAH SAMPEL
UJI KENDALI
39
MEMILIH SAMPEL
UJI KENDALI
40
EVALUASI SAMPEL
HASIL UJI KENDALI
41
MENENTUKAN JUMLAH SAMPEL
UJI SUBSTANTIF
42
MEMILIH SAMPEL
UJI SUBSTANTIF
43
EVALUASI SAMPEL
HASIL UJI SUBSTANTIF
44

BENFORD ANALISIS
45

MENU BENFORD
46

GRAFIK BENFORD
47

HASIL BENFORD

Prioritas
sampel pada
transaksi
digit 1 dan 2
dimulai 19
48

Q and A

BENFORD ANALYSIS

SAMPLING RISK
ATRIBUTE SAMPLING
49

PLEASE CONTACT ME
Email : djarot5embada@yahoo.com
Fb : https://www.facebook.com/djarot.sembada
Linked in :
https://id.linkedin.com/in/jarot-sembodo-ca-5896513a

Mobile : +62 816381771

Anda mungkin juga menyukai