Anda di halaman 1dari 20

2

BAB II
DATA PROYEK

2.1. PROYEK INFRASTRUKTUR PUBLIK

Pengertian Infrastructure for Neighboring Community yaitu Pembangunan


infrastruktur berkelanjutan berfokus pada keberlangsungan pembangunan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat secara terus menerus dan berjangka panjang.
Pembangunan infrastruktur berkelanjutan adalah strategi dalam menciptakan
pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan dan komunitas. Indikator
yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan adalah berkontribusi
pada pembangunan ekonomi dengan menciptakan kerja, pendapatan, skill dan
ketrampilan serta mengutamakan pembanguna sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan serta menunjang pengembangan lingkungan berkelanjutan, aman dan
nyaman. Dalam tata kelola kegiatan di tingkat pedesaan, peran kepala desa sangat
penting karena kepala desa sangat menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan
di desa. Untuk itu perlu dilakukan pendampingan sehingga program pembangunan
infrastruktur dapat masuk sebagai agenda pembangunan desa. Dengan perkataan
lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa karena adanya gerakan
pembangunan. Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu
elemen proses pembangunan desa, oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam
pembangunan perlu dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah
desa, sehingga dengan adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan
masyarakat akan merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam
pembangunan, karena pada dasarnya menggerakkan partisipasi masyarakat desa
merupakan salah satu sasaran pembangunan desa itu sendiri. Partisipasi sebagai
pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Adakalanya kesediaan masyarakat
untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang
tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Untuk melaksanakan program
pembangunan pedesaan diperlukan dukungan partisipasi masyarakat sebagai
pencerminan dan terkandungnya semangat bersama, rasa kebersamaan, dan
ketersediaan berkorban untuk keberhasilan yang bertujuan untuk mensejahterakan

II – 1
masyarakat desa”. Dalam mencapai pembangunan yang diharapkan tidak terlepas
daipada partisipasi masyarakat desa, misalnya dalam hal pembangunan infrastruktur.
Keberadaan infrastruktur desa secara tidak langsung juga akan memberikan dampak
terhadap kemajuan ekonomi masyarakat desa. Demikian juga dalam hal
pemeliharaannya, persoalannya dari mana pembiayaannya. Dalam rangka untuk
mencapai tujuan pembangunan infrastruktur desa secara lebih efektif, maka
pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi pencapaian
tujuan tersebut. Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan
peningkatan kualitas SDM. Pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah
pembangunan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung
kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial.

2.2. NAMA PAKET PEKERJAAN


Pekerjaan : Infrastructure Improvement for Neighboring Community atau
Peningkatan Infrastruktur untuk Komunitas Masyarakat yang
berdekatan/terdampak dengan The Mandalika.

2.3. LOKASI PEKERJAAN


Lokasi proyek berada di 5 desa sebagai penyangga langsung dari KEK
Mandalika, di mana selain terkena dampak pembangunan Mandalika, ke depannya
diharapkan desa-desa ini akan menjadi peluang sekaligus daya tarik tambahan bagi
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Oleh karena itu, infrastruktur yang baik
diperlukan untuk memiliki standar internasional untuk menghindari kesenjangan
besar. Lima (lima) desa yang dikelilingi Mandalika adalah Kuta (pop. 9.202), Mertak
(pop. 7.595), Sukadana (pop. 5.245), Sengkol (pop. 11.112), dan Prabu (pop. 3.947,
berada di dalam wilayah adiministratif Kecamatan Pujut. Di 5 desa tersebut terdapat
26 dusun yang bersinggungan langsung dengan wilayah pengembangan ITDC
ditambah lagi dengan dusun Ngolang, yang masih di wilayah desa Kuta, yang
merupakan area relokasi dari dusun Kuta 1 dan Bunut.

II – 2
Gambar 2.1 Peta 5 Desa Terdampak dan Area The Mandalika
(Sumber Master Plan The Mandalika)

2.4. URGENSI PROYEK


Urgensi selain terkena dampak pembangunan Mandalika, ke depannya diharapkan
desa-desa ini akan menjadi peluang sekaligus daya tarik tambahan bagi Kawasan
Ekonomi Khusus The Mandalika. Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu
mendukung prioritas pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi
kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Pembangunan infrastruktur pada
dasarnya adalah pembangunan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna
mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial.

2.5. ANALISIS PROYEK


Ruang lingkup kerja KONSULTAN dalam laporan ini akan menekankan pada
Metode pengambilan data dan kebutuhan infrastruktur masyarakat serta penyusunan
Rencana Desain Infrastruktur dan Supervisi implementasi dari desain tersebut di
lokasi kecamatan Pujut dengan area pelayan di 5 desa terdampak. Dari segi ruang
lingkup perencanaan, laporan ini akan berfokus pada perencanaan infrastruktur di
lokasi yang berdekatan/terdampak ITDC sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
lokasi tersebut. Tinjauan infrastruktur, bagaimanapun, awalnya akan
mempertimbangkan permintaan untuk seluruh 5 desa Terdampak terlebih dahulu

II – 3
kemudian fokus pada dusun-dusun di wilayah desa tersebut yang terdampak langsung.
Oleh karena itu, diskusi yang erat dengan instansi pemerintah terkait dan juga
sinkronisasi dengan studi terkait dan dokumen perencanaan menjadi penting untuk
mewujudkan perencanaan yang terintegrasi. Secara administratif, dari 5 desa
terdampak, Desa Kuta, Desa Mertrak, Desa Sukadana, Desa Sengkol dan Desa Prabu,
terdapat 91 dusun yang tersebar di seluruh wilayah 5 desa tersebut. Namun dari 91
dusun tersebut hanya ada 26 dusun yang terdampak dan berbatasan langsung dengan
ITDC (kawasan The Mandalika). Sehingga Konsultan DSC hanya akan melakukan
kegiatan survey dan perencanaan di 26 dusun tersebut. Secara detail dusun dusun
tersebut akan di jelaskan pada tabel berikut ini dan termasuk peta administratif dari
kabupaten Lombok Tengah dan Kecamatn Pujut.

Tabel 2.1 Nama Dusun dan Jumlah KK


(sumber Kecamatan dalam angka)
Jumlah Jumlah
No Lokasi No Lokasi
KK KK
DUSUN di DESA KUTA DUSUN di DESA SUKADANA
1 Kuta I 196 1 Petiwung 126
2 Menggalung 301 2 Pogem 137
3 Sekar Kuning 139 3 Perendek 105
4 Ketapang 100 4 Kener 126
5 Rangkap I 166 5 Emuntung 137
6 Rangkap II 230 6 Montong Tekot 114
7 Ujung Daye 97 Sub Jumlah 745
Sub Jumlah 1.229 DUSUN di DESA SENGKOL

DUSUN di DESA MERTAK 1 Gerupuk I 147


1 Sereneng I 251 2 Gerupuk II 147
2 Sereneng II 168 3 Gerupuk II 156
3 Nandus 141 Sub Jumlah 450
4 Songgong 148 DUSUN di DESA PRABU
5 Montong Denong 66 1 Mertak Are 204
Montong
6 126 2 Gunung Tinggang 153
Gerantung
7 Uwung 120 Sub Jumlah 357
8 Berami 129 Jumlah Total 3.930
Sub Jumlah 1.149

II – 4
2.6. CAKUPAN PROYEK
Diperioritaskan 2 eligibel infrastruktur sesuai kebutuhan dasar masyrakat
saat ini, dan walaupun ini merupakan program pembangunan infrastruktur yang
didanai oleh ITDC-AIIB, namun sangat penting bahwa jenis infrastruktur yang
dibangun adalah kebutuhan masyarakat itu sendiri, sehingga partisipasi masyarakat
dalam perencanaan sangat dibutuhkan. ITDC hanya membangun infrastruktur yang
dibutuhkan, sedangkan yang mengoperasikan dan memeliharanya adalah masyarakat
dan perangkat desa.
Perkiraan jenis infrastruktur yang biasanya dibangun pada skala pedesaan,
Konsultan akan mengusulkan jumlah dan jenis infrastruktur yang akan dibangun.
Proposal ini merupakan pendekatan konsultan sebagai dasar untuk menghitung
perkiraan biaya survei, sedangkan realisasi DED dan pekerjaan konstruksi akan
dikonfirmasi setelah berdiskusi dengan pemangku kepentingan terkait di tingkat desa
dan kecamatan serta kabupaten. Oleh karena itu kegiatan konstruksi akan dilakukan di
daerah yang sensitif secara ekologi dan lingkungan, norma dan pedoman lingkungan
yang dikembangkan untuk proyek perlu ditaati dengan ketat.

Sub-sektor berikut memenuhi syarat untuk investasi untuk selanjutnya


disebut sebagai infrastruktur eligibel :
1. Transportasi: pemeliharaan jalan rutin dan preventif; perbaikan dan rekonstruksi
jalan; pemeliharaan rutin dan berkala jembatan; infrastruktur terkait jalan lainnya
seperti penerangan jalan.
2. Drainase: perbaikan atau pembangunan infrastruktur drainase termasuk gorong-
gorong, saluran drainase bawah tanah dan sisi jalan.
Dengan alasan perlunya fasilitas infrastruktur jalan beserta kelengkapanya
karena kondisi eksisting jalan masih kondisi tanah sebagai penunjang kegiatan didesa
penyangga ini banyak terdapat Homestay pribadi, Infrastruktur ini merupakan hasil
rembug prioritas utama dengan pihak masyarakat di 5 desa terdampak pembangunan
kawasan The Mandalika.

2.7. PENGGUNA JASA, PENYEDIA JASA DAN NOMOR KONTRAK

II – 5
2.7.1 PENGGUNA JASA

Nama Perusahaan : PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/ Indonesia


Tourism Development Corporation (ITDC), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) selanjutnya disebut sebagai Klien
DESIGN AND SUPERVISION CONSULTAN (DSC).

Alamat : Komplek Masjid Nurul Bilad Jln. Pariwisata Pantai Kuta – Kuta,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

2.7.2 PENYEDIA JASA


Nama Prusahaan : Konsorsium PT. Cakrabuana Consultant Joint Venture dengan PT Mega
Graha Penta untuk selanjutnya disebut Konsorsium, untuk mendukung
pelaksaaan Konsultan Design dan Pengawasan.

Alamat : Head office : Golden Plaza Blok E No. 16 Jln. RS Fatmawati No. 15
Jakarta Selatan 12420
Site office : Jln. Rinjani Gang Ketapang No. 2 Praya, Central
Lombok, West Nusa Tenggara

2.7.3 NOMOR, TANGGAL KONTRAK, NOMOR DAN TANGGAL SPMK


Nomor Kontrak : No. 073/SPK/DIR/ITDC/IX/2020
Tanggal Kontrak : 21 Septemebr 2020

2.8. SUMBER PENDANAAN


Sumber pendanaan adalah Dana Pinjaman Asian Infrastructure Investment bank
(AIIB).
2.9. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Waktu Pelaksanaan dijadwalkan berlangsung selama 6 Oktober 2020 hingga 6 November
2021.

2.10. PHASE PROYEK

II – 6
Pekerjaan ini dibagai dalam 3 (tiga) fase kegiatan :

II – 7
2.10.1 FASE 1 - Identifikasi Proyek dan Pengesahan Pemangku Kepentingan

1. Mengidentifikasi dan memprioritaskan infrastruktur melalui database primer


dan sekunder yang difasilitasi oleh proses perencanaan partisipatif

2. Melakukan Perencanaan Konseptual dan Kajian Kebutuhan Infrastruktur di


5 ( lima ) desa yaitu Kuta, Mertak, Sukadana, Sengkol dan Prabu, konsultan
melakukan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Mengadopsi dan / atau mengembangkan strategi dan metodologi untuk


keterlibatan komunitas yang dapat diterima oleh ITDC dan AIIB.

b. Melakukan survei sosial ekonomi sebagai data primer untuk


mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur.

c. Dapatkan melalui ITDC informasi sekunder tentang investasi


infrastruktur lainnya yang berdampak pada 5 Desa yang direncanakan
oleh lembaga dan organisasi lain.

d. Memvalidasi dan menyiapkan inventarisasi fasilitas infrastruktur yang


ada di masing-masing desa.

e. Melakukan survei pendahuluan terhadap lokasi proyek, yang dapat


mencakup topografi, tanah, sumber daya air, penggunaan lahan, dll.

f. Melakukan konsultasi partisipatif dengan masyarakat dan pemerintah


daerah untuk membuat daftar prioritas investasi infrastruktur yang
dibutuhkan di setiap desa dan mencari konsensus di dalam masyarakat
tentang menetapkan prioritas ke infrastruktur yang paling dibutuhkan
untuk dicakup dalam amplop investasi per desa yang dialokasikan di
bawah Komponen 1.2, memastikan bahwa rencana untuk
mengembangkan infrastruktur oleh lembaga lain menghindari duplikasi
atau tumpang tindih dengan investasi yang diusulkan pada awalnya.

g. Mengumpulkan dan menilai data kebutuhan infrastruktur yang terpilah di


tingkat dusun, dengan mempertimbangkan kebutuhan seluruh
masyarakat dan semua bagian di desa.

II – 8
h. Melakukan penilaian sosial yang komprehensif di area proyek melalui
konsultasi perwakilan komunitas dalam bahasa Sasak / Bahasa yang
dipandu oleh fasilitator berpengalaman (lihat Lampiran 2 untuk
detailnya), memastikan bahwa perempuan dan kelompok dalam situasi
rentan (lansia, penyandang disabilitas) cukup terwakili dan secara aktif
didorong untuk menyuarakan pandangan mereka.

i. Menyiapkan daftar prasarana yang dibutuhkan di semua desa dengan


rincian lengkap jenis prasarana, lokasi, jumlah, dan perkiraan biaya awal.

j. Melakukan penyaringan dan pelingkupan masalah lingkungan dan sosial


untuk infrastruktur yang disebutkan di atas; menentukan potensi dampak
dan risiko.

k. Berdasarkan hal di atas, siapkan Laporan Penilaian Perencanaan Konsep


& Kebutuhan, yang mengarah ke persiapan Laporan Desain Awal .
Desain Awal infrastruktur dan layanan yang diidentifikasi di atas,
termasuk :

 hasil investigasi pendahuluan, analisis dan interpretasi temuan

 analisis opsi desain dan rekomendasi opsi yang paling layak

 temuan awal terkait dengan dampak lingkungan dan sosial

 peta lokasi, rencana tata letak, dan profil

 gambar skema dan spesifikasi umum

 menyiapkan tagihan awal kuantitas bersama dengan perkiraan biaya


awal

l. menyusun semua temuan diatas dan desain Infrsstruktur awal ke dalam


laporan untuk dipresentasikan ke PMO

m. Mempresentasikan investasi prioritas yang teridentifikasi dan desain


awal bersama dengan PMO/PMC kepada masyarakat untuk mendapatkan
persetujuan resmi dan kepada Pemerintah Kabupaten untuk mendapatkan
penolakan tertulis.

II – 9
n. Memfasilitasi ijin lingkungan dan persetujuan sebelumnya ( misalnya
persetujuan daftar subproyek dari Pemerintah atau ITDC dll ) yang
diperlukan untuk pelaksanaan subproyek dari Kantor Ligkungan Hidup
Provinsi dan memenuhi semua kewajiban hukum lainnya untuk
melaksanakan subproyek yang diidentifikasi (subproyek yang
membutuhkan studi lingkungan akan diubah untuk memenuhi ijin UKL-
UPL/SPPL, atau akan diganti dengan infrastruktur prioritas yang tidak
memerlukan izin AMDAL )

o. Setelah menyelesaikan point m, untuk setiap subproyek yang


teridentigfikasi dapat dilanjutkan ke tahap 2

2.10.2 FASE 2 - Desain Rekayasa Terperinci, Izin dan Pengadaan

Pada Fase ke dua, setelah menyelesaikan tahap Pertama, maka


Konsultan harus menyiapkan Rancangan Rekayasa Terperinci (DED) sesuai
dengan standar Indonesia yang relevan serta sesuai dengan praktik terbaik
teknik standar, Menyiapkan Bill of Quantities (BoQ) dan Perkiraan Rekayasa
(EE) serta Dokumen Penawaran

2.10.3 FASE 2 - Pengawasan Konstruksi

Ini merupakan tahapan terakhir yang menjadi tugas Konsultan Desain


and Supervision Consultan (DSC) untuk mengawasi proyek berdasarkan
Rancangan Teknik Terperinci dan Bill of Quantity. Yang sudah dikerjakan serta
membuat laporan mingguan juga bulanan atas pekerjaan nyang dilaksanakan di
masyarakat.

2.11. LAPORAN DAN KOORDINASI

Pada pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan harus mengikuti alur pelaporan dan koordinasi
yang sudah ditentukan oleh pemberi tugas (owner), seperti yang tertera pada diagram alur
pelaporan berikut ini.

II – 10
Managing Procurement
PMO Division
Director The Division Head
Head
Mandalika

Project Management
Consultant

PROJECT
Design and
Supervision
Consultant

Gambar 2. Alur Koordinasi Proyek (Sumber : Tor DSC)

Gambar 3. Struktur Koordinasi DSC (Sumber : Tor DSC)

2.12. STANDAR TEKNIS


Terms of Reference (TOR) menentukan tujuan proyek dan tanggung jawab
dan hasil konsultan. Pendekatan, metodologi, dan rencana kerja berikut menguraikan
rincian layanan yang akan dilakukan oleh PT Cakrabuana Consultant dan PT Marga
Graha Penta, selanjutnya disebut "Konsultan", untuk Peningkatan Infrastruktur untuk
Masyarakat Tetangga - Konsultan Desain dan Pengawasan selanjutnya disebut
"Proyek" Konsultan yakin untuk memberikan layanan yang unggul seperti yang

II – 11
diperlukan oleh TOR untuk berhasil mencapai tujuan proyek. Ini akan menekankan
dalam semua pekerjaan pendekatan positif untuk memastikan keberhasilan
penyelesaian proyek dengan penekanan pada jaminan kualitas. Dalam
mengidentifikasi masalah, Konsultan akan berkonsentrasi pada menawarkan solusi
praktis dan cepat pada keputusan di tempat untuk menghindari penundaan yang tidak
perlu. Konsultan percaya bahwa proposal ini menawarkan keuntungan dari
pengawasan konstruksi nasional cakrabuana yang luas dan pengalaman manajemen
proyek ditambah dengan keahlian profesional dan keterampilan dari staf kunci
internasional yang dinominasikan.
Untuk memahami pendekatan keseluruhan dan metodologi pekerjaan
konsultan dari persiapan ke tahap pengawasan berikutnya dengan waktu yang
diperlukan, serta output konstruksi deliverables dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan praktik teknis dan profesional
internasional dan Indonesia terbaik, termasuk menanggapi pertimbangan teknis dan
operasional berikut, TOR telah dilengkapi dengan Bimbingan Teknis untuk
Pengeluaran yang Memenuhi Syarat. Namun, masih perlu melihat acuan standar
teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR yang mengatur desain drainase, dan
infrastruktur transportasi. Konsultan harus memastikan bahwa, dalam melaksanakan
Pedoman Penugasan dan Standar Teknis diikuti dengan ketat. Beberapa standar dan
referensi ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman:

a. Perjanjian Pinjaman

b. Masterplan The Mandalika Detailed Engineering Design (DED)


sebagaimana oleh Klien.

c.  Estimasi Pemilik sebagaimana dikeluarkan oleh Klien

d. Petunjuk Operasional Proyek Mandalika

e. Kerangka Kerja Lingkungan dan Sosial Bank Dunia (2017, dan diperbarui
secara teratur)

II – 12
f. Pedoman Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Bank Dunia untuk
Pariwisata dan Pengembangan Perhotelan (2007, dan diperbarui secara
teratur)

g. Standar praktik terbaik

2. Standar Teknis

a) Pekerjaan jalan

1. PPU 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria


Perencanaan Teknis Jalan

2. MBM 02/M/BM/2013 Panduan Desain Trotoar Jalan Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

3. SNI 03-6797-2002 Prosedur Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah


Agregat untuk Pembangunan Jalan

4. RSNI M-01-2003 Metode pengujian untuk campuran trotoar panas


dengan alat Marshall

5. Spesifikasi Hard Asphalt RSNI S-01-2003 berdasarkan penetrasi

6. RSNI S-01-2004 Spesifikasi aspal keras berdasarkan viskositas

2.13. PERMASALAHAN PROYEK


2.13.1. Mitigasi Resiko Pembangunan
Opsi desain dalam sebuah proyek harus mengacu pada prinsip-prinsip
pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan dan berkelanjutan. tahap survei,
investigasi, desain, pembebasan tanah (land acquisition), konstruksi, hingga operasi
dan pemeliharaan. Adapun beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan desain
sebagai berikut ;
- Menetapkan kontek dan memetakan kegiatan
- Melakukan penyaringan risiko dan dampak
- Indentifikasi dan analisis risiko
- Identifikasi upaya dan kontrol manajemen risiko
Rekomendasi opsi yang paling layak terutama dalam rangka menanggulangi
dampak dan risiko lingkungan dan sosial serta menghindari dampak residual negatif,

II – 13
Proyek harus mengadopsi opsi desain yang layak sesuai standar hirarki upaya mitigasi
dengan urutan prioritas sebagai berikut: (1) Menghindari, (2) Meminimumkan, (3)
Menanggulangi, dan (4) Mengompensasi.

Gambar 4. Hirarki Upaya Mitigasi Dampak


(Sumber : Tor DSC)

2.13.2. Pelingkupan Perkiraan Dampak


Secara umum, pada tahap operasi, Proyek infrastruktur di 5 Desa Penyangga ITDC
akan menimbulkan banyak dampak lingkungan dan sosial yang bersifat positif.
Dampak negatif diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi. Hal ini diakibatkan
adanya kenaikan risiko lingkungan dan sosial yang secara tipikal berkaitan dengan
proyek pembangunan infrastruktur seperti pembukaan lahan, kenaikan debit air larian
(runoff), erosi, sedimentasi, penurunan kualitas air permukaan, kenaikan kebisingan,
dampak terhadap biota darat serta dampak sosio-ekonomi dan budaya akibat
masuknya pekerja dari luar daerah dan perubahan terhadap kehidupan sosial setempat.
Meskipun demikian, dampak yang terkait konstruksi ini diharapkan masih akan dapat
dikelola dengan baik melalui upaya mitigasi dan pemantauan secara aktif. Selain itu,
dampak pada tahap konstruksi diperkirakan berlangsung relatif singkat dan terbatas.
Pada masa operasi, Proyek diharapkan akan menimbulkan serangkaian dampak positif
baik di dalam maupun di luar wilayah Proyek. Dengan adanya investasi jumlah besar
terkait pengadaan air bersih, perbaikan infrastruktur jalan, Perbaikan saluran dan PJU
maka diharapkan akan terjadi perbaikan yang antara lain meliputi kualitas air
permukaan, air tanah perbaikan secara bermakna kondisi lingkungan hidup penduduk
di wilayah Proyek dan sekitarnya.

II – 14
Tabel 2.2
Ringkasan Perkiraan Dampak Proyek
Dampak
Komponen Lingkungan dan Sosial
Positif (+) Negatif (-)
Tahap Perencanaan
Fisik +
Biologis +
Sosial dan Ekonomi +
Tahap Kontruksi
Komponen Fisik
Kualitas Udara -
Kebisingan -
Kualitas Air tanah -
Kualitas Air Permukaan -
Komponen Biologi
Tumbuhan Darat -
Hewan Darat -
Komponen Sosial, Ekonomi
Persepsi dan Sikap Masyarakat +
Peningkatan Pendapatan +
Peluang Kerja +
Tahap Operasional
Komponen Fisik
Kualitas Udara -
Kebisingan -
Kualitas Air tanah +
Kualitas Air Permukaan +
Komponen Biologi
Tumbuhan Darat -
Hewan Darat -
Komponen Sosial, Ekonomi
Persepsi dan Sikap Masyarakat +

II – 15
Peningkatan Pendapatan +
Peluang Kerja +

2.13.3. Solusi Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial


Setelah dilakukan pelingkungan perkiraan dampak dari proyek yang akan dikerjakan
penting untuk dilakukan rencana pengelolaan dan pemantauan untuk menghindari
atau mengurangi dampak negatif, memaksimumkan dampak positif dan meningkatkan
kinerja lingkungan dan social.

Komponen : KUALITAS UDARA


 Memastikan penggunaan kendaraan dan peralatan mesin agar memenuhi baku
mutu emisi;
 Memastikan perawatan kendaraan dan peralatan bermesin dilakukan sesuai
dengan jadwal yang teratur dan mencukupi;
 Memilih menggunakan peralatan listrik atau yang dijalankan oleh batere dari
pada peralatan mesin berbahan bakar, sejauh memungkinkan;
 Menjalankan program penyiraman jalan atau lokasi konstruksi secara teratur dan
memadai untuk mengurangi debu;
 Melakukan pemantauan kualitas udara setiap triwulan untuk
mendokumentasikan tingkat penaatan terhadap baku mutu udara ambien atau
menentukan langkah perbaikan pengelolaan. Parameter yang dipantau adalah:
S02, N02, CO, NH3, and TSP (Total Suspended Particulates).

Komponen : KEBISINGAN
 Memastikan penggunaan kendaraan dan peralatan mesin agar memenuhi baku
mutu kebisingan;
 Memastikan perawatan kendaraan dan peralatan mesin dilakukan sesuai dengan
jadwal yang teratur dan mencukupi;
 Memilih menggunakan kendaraan ringan atau peralatan ringan dari pada
kendaraan berat atau peralatan berat, sejauh memungkinkan;
 Memilih menggunakan kendaraan dan peralatan listrik dari pada kendaraan atau
peralatan mesin berbahan bakar, sejauh memungkinkan;
 Mengurangi sejauh mungkin kegiatan konstruksi antara jam 6 sore sampai

II – 16
dengan jam 6 pagi serta pada hari libur;
 Menghindari kegiatan yang menimbulkan kebisingan pada area yang berdekatan
dengan hunian penduduk sejauh memungkinkan;
 Melakukan pemantauan kualitas udara setiap triwulan untuk
mendokumentasikan tingkat penaatan terhadap baku mutu udara ambien atau
menentukan langkah perbaikan pengelolaannya.

K Komponen: TUMBUHAN DAN HEWAN DARAT


 Meminimumkan pembersihan lahan dan gangguan terhadap tumbuhan sejauh
mungkin serta tidak mengizinkan pembersihan lahan yang tidak benar-benar
diperlukan;
 Melindungi dan melestarikan wilayah habitat kritis sejauh memungkinkan;
 Melarang pekerja, kontraktor dan manajemen Proyek untuk berburu ,
mengganggu, menangkap dan membunuh hewan di wilayah Proyek oleh para
pekerja, kontraktor, dan manajemen Proyek;
 Meminimumkan dan mengendalikan sumber kebisingan dan cahaya sejauh
memungkinkan dengan fokus kepada wilayah yang mempunyai nilai habitat;
 Melindungi lahan basah alami dan habitat terkait.

K Komponen: PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT


 Memberi penjelasan secara yang efektif tentang kegiatan Proyek sebelum
dimulai;
 Melakukan konsultasi langsung dengan perwakilan masyarakat dan pemerintah
setempat;
 Menyelenggarakan konsultasi publik dengan masyarakat luas termasuk kaum
yang rentan seperti perempuan, orang tua, difabel, miskin, berpendidikan
kurang.

Komponen: PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PELUANG KERJA


 Mengutamakan sejauh mungkin pemberian kesempatan kerja kepada masyarakat
setempat yang memenuhi persyaratan;

II – 17
 Memberikan pelatihan agar pekerja Proyek dapat melakukan tugasnya sesuai
dengan uraian pekerjaan;
 Memastikan kesepakatan dan situasi kerja terkait Proyek konsisten dengan
peraturan dan perundangan, peraturan Perusahaan maupun Kesepakatan Kerja
Bersama:
 Memberikan kepada pekerja Proyek hal-hal sebagai berikut:
- Perjanjian kerja yang jelas dan tertulis;
- Pembayaran upah tepat pada waktunya;
- Waktu istirahat yang cukup;
- Pemberitahuan pemutusan hubungan kerja dilakukan tidak secara mendadak
sesuai kesepakatan kerja;
- Perlakuan adil berdasar kesempatan yang sama dan tidak diskriminatif;
- Kesempatan untuk berorganisasi dan melakukan negosiasi secara kolektif;
- Mekanisme penyampaian komplain yang mudah diakses, dipahami dan
transparan sejak pengangkatan sebagai karyawan.
 Mempromosikan pengembangan sosial melalui berbagai upaya sebagai berikut:
- Meningkatkan kesempatan kerja bagi kaum yang lemah, miskin dan difabel;
- Menghilangkan penghalang peluang kerja terhadap golongan rentan termasuk
perempuan dan masyarakat adat.
 Mempromosikan persamaan gender melalui berbagai upaya sebagai berikut:
- Mengidentifikasi kesempatan kerja yang bersifat spesifik bagi gender
tertentu;
- Mengidentifikasi risiko dan dampak kesempatan kerja yang bersifat spesifik
gender serta mengembangkan upaya meminimumkan risiko dan dampak
tersebut;
- Meningkatkan desain Proyek untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi
pemberdayaan perempuan.
 Menghindari tenaga kerja di bawah umur dan kerja paksa melalui berbagai
upaya sebagai berikut:
- Tidak mempekerjakan anak di bawah umur 18 tahun, kecuali memenuhi
batasan yang dizinkan oleh peraturan dan perundangan nasional maupun
daerah;
- Tidak ada seorangpun pada situasi apapun melakukan kegiatan terkait
Proyek secara terpaksa atau di bawah ancaman kekuasaan, ancaman atau

II – 18
hukuman, termasuk segala macam kerja wajib atau kerja paksa.

Dari Tim melakukan penapisan terhadap kegiatan yang akan terbangun dari
list infrastruktur yang diusulkan masyarakat, untuk memastikan setiap usulan kegiatan
memiliki Surat Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) atau Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) ;
1. Tim DSC melakukan koordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok
Tengah, Bidang Penataan dan Penaatan yang membidangi Pengurusan Dokumen
Lingkungan (AMDAL/DELH,UKL-UPL/DPLH, dan SPPL, dengan membawa
hasil penapisan yang sudah dibuat.
2. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah akan melakukan rapat
internal memastikan usulan – usulan kegiatan yang masuk kriteria SPPL atau
UKL-UPL.
3. Hasil rapat internal Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah
disampaikan kepada Tim DSC untuk ditindak lanjuti dengan membuat Draf
laporan Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL).
4. Draf Laporan Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL), diasistensikan ke
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah, Selama 14 hari kerja.
5. Selama 14 hari kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah
melakukan kroscek secara administrasi dan teknis untuk memastikan pelingkupan
luas/panjang lahan, kapasitas kegiatan dan dampak lingkungan yang akan timbul
dari kegiatan yang di usulkan.
6. Sebelum dikeluarkan rekomendasi lingkungan sebagai keluaran akhir, hasil
asistensi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok tengah, akan
dikembalikan ke tim DSC untuk di perbaiki atau direvisi.
7. Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL) final, dikembalikan ke Dinas
Lingkungan Hidup sebagai syarat mendapatkan Rekomendasi Kelayakan dan Ijin
Lingkungan.

Beberapa infrastruktur yang akan terbangun mulai dari perencanaan, kontruksi dan
operasional perlu dilakukan mitigasi atau tindakan pengelolaan/solusi untuk
menghindari dampak-dampak yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan yang ada di 5
Desa Penyangga ITDC.

II – 19
II – 20

Anda mungkin juga menyukai