BAB II
DATA PROYEK
II – 1
masyarakat desa”. Dalam mencapai pembangunan yang diharapkan tidak terlepas
daipada partisipasi masyarakat desa, misalnya dalam hal pembangunan infrastruktur.
Keberadaan infrastruktur desa secara tidak langsung juga akan memberikan dampak
terhadap kemajuan ekonomi masyarakat desa. Demikian juga dalam hal
pemeliharaannya, persoalannya dari mana pembiayaannya. Dalam rangka untuk
mencapai tujuan pembangunan infrastruktur desa secara lebih efektif, maka
pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi pencapaian
tujuan tersebut. Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan
peningkatan kualitas SDM. Pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah
pembangunan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung
kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial.
II – 2
Gambar 2.1 Peta 5 Desa Terdampak dan Area The Mandalika
(Sumber Master Plan The Mandalika)
II – 3
kemudian fokus pada dusun-dusun di wilayah desa tersebut yang terdampak langsung.
Oleh karena itu, diskusi yang erat dengan instansi pemerintah terkait dan juga
sinkronisasi dengan studi terkait dan dokumen perencanaan menjadi penting untuk
mewujudkan perencanaan yang terintegrasi. Secara administratif, dari 5 desa
terdampak, Desa Kuta, Desa Mertrak, Desa Sukadana, Desa Sengkol dan Desa Prabu,
terdapat 91 dusun yang tersebar di seluruh wilayah 5 desa tersebut. Namun dari 91
dusun tersebut hanya ada 26 dusun yang terdampak dan berbatasan langsung dengan
ITDC (kawasan The Mandalika). Sehingga Konsultan DSC hanya akan melakukan
kegiatan survey dan perencanaan di 26 dusun tersebut. Secara detail dusun dusun
tersebut akan di jelaskan pada tabel berikut ini dan termasuk peta administratif dari
kabupaten Lombok Tengah dan Kecamatn Pujut.
II – 4
2.6. CAKUPAN PROYEK
Diperioritaskan 2 eligibel infrastruktur sesuai kebutuhan dasar masyrakat
saat ini, dan walaupun ini merupakan program pembangunan infrastruktur yang
didanai oleh ITDC-AIIB, namun sangat penting bahwa jenis infrastruktur yang
dibangun adalah kebutuhan masyarakat itu sendiri, sehingga partisipasi masyarakat
dalam perencanaan sangat dibutuhkan. ITDC hanya membangun infrastruktur yang
dibutuhkan, sedangkan yang mengoperasikan dan memeliharanya adalah masyarakat
dan perangkat desa.
Perkiraan jenis infrastruktur yang biasanya dibangun pada skala pedesaan,
Konsultan akan mengusulkan jumlah dan jenis infrastruktur yang akan dibangun.
Proposal ini merupakan pendekatan konsultan sebagai dasar untuk menghitung
perkiraan biaya survei, sedangkan realisasi DED dan pekerjaan konstruksi akan
dikonfirmasi setelah berdiskusi dengan pemangku kepentingan terkait di tingkat desa
dan kecamatan serta kabupaten. Oleh karena itu kegiatan konstruksi akan dilakukan di
daerah yang sensitif secara ekologi dan lingkungan, norma dan pedoman lingkungan
yang dikembangkan untuk proyek perlu ditaati dengan ketat.
II – 5
2.7.1 PENGGUNA JASA
Alamat : Komplek Masjid Nurul Bilad Jln. Pariwisata Pantai Kuta – Kuta,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Alamat : Head office : Golden Plaza Blok E No. 16 Jln. RS Fatmawati No. 15
Jakarta Selatan 12420
Site office : Jln. Rinjani Gang Ketapang No. 2 Praya, Central
Lombok, West Nusa Tenggara
II – 6
Pekerjaan ini dibagai dalam 3 (tiga) fase kegiatan :
II – 7
2.10.1 FASE 1 - Identifikasi Proyek dan Pengesahan Pemangku Kepentingan
II – 8
h. Melakukan penilaian sosial yang komprehensif di area proyek melalui
konsultasi perwakilan komunitas dalam bahasa Sasak / Bahasa yang
dipandu oleh fasilitator berpengalaman (lihat Lampiran 2 untuk
detailnya), memastikan bahwa perempuan dan kelompok dalam situasi
rentan (lansia, penyandang disabilitas) cukup terwakili dan secara aktif
didorong untuk menyuarakan pandangan mereka.
II – 9
n. Memfasilitasi ijin lingkungan dan persetujuan sebelumnya ( misalnya
persetujuan daftar subproyek dari Pemerintah atau ITDC dll ) yang
diperlukan untuk pelaksanaan subproyek dari Kantor Ligkungan Hidup
Provinsi dan memenuhi semua kewajiban hukum lainnya untuk
melaksanakan subproyek yang diidentifikasi (subproyek yang
membutuhkan studi lingkungan akan diubah untuk memenuhi ijin UKL-
UPL/SPPL, atau akan diganti dengan infrastruktur prioritas yang tidak
memerlukan izin AMDAL )
Pada pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan harus mengikuti alur pelaporan dan koordinasi
yang sudah ditentukan oleh pemberi tugas (owner), seperti yang tertera pada diagram alur
pelaporan berikut ini.
II – 10
Managing Procurement
PMO Division
Director The Division Head
Head
Mandalika
Project Management
Consultant
PROJECT
Design and
Supervision
Consultant
II – 11
diperlukan oleh TOR untuk berhasil mencapai tujuan proyek. Ini akan menekankan
dalam semua pekerjaan pendekatan positif untuk memastikan keberhasilan
penyelesaian proyek dengan penekanan pada jaminan kualitas. Dalam
mengidentifikasi masalah, Konsultan akan berkonsentrasi pada menawarkan solusi
praktis dan cepat pada keputusan di tempat untuk menghindari penundaan yang tidak
perlu. Konsultan percaya bahwa proposal ini menawarkan keuntungan dari
pengawasan konstruksi nasional cakrabuana yang luas dan pengalaman manajemen
proyek ditambah dengan keahlian profesional dan keterampilan dari staf kunci
internasional yang dinominasikan.
Untuk memahami pendekatan keseluruhan dan metodologi pekerjaan
konsultan dari persiapan ke tahap pengawasan berikutnya dengan waktu yang
diperlukan, serta output konstruksi deliverables dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan praktik teknis dan profesional
internasional dan Indonesia terbaik, termasuk menanggapi pertimbangan teknis dan
operasional berikut, TOR telah dilengkapi dengan Bimbingan Teknis untuk
Pengeluaran yang Memenuhi Syarat. Namun, masih perlu melihat acuan standar
teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR yang mengatur desain drainase, dan
infrastruktur transportasi. Konsultan harus memastikan bahwa, dalam melaksanakan
Pedoman Penugasan dan Standar Teknis diikuti dengan ketat. Beberapa standar dan
referensi ini adalah sebagai berikut:
1. Pedoman:
a. Perjanjian Pinjaman
e. Kerangka Kerja Lingkungan dan Sosial Bank Dunia (2017, dan diperbarui
secara teratur)
II – 12
f. Pedoman Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Bank Dunia untuk
Pariwisata dan Pengembangan Perhotelan (2007, dan diperbarui secara
teratur)
2. Standar Teknis
a) Pekerjaan jalan
II – 13
Proyek harus mengadopsi opsi desain yang layak sesuai standar hirarki upaya mitigasi
dengan urutan prioritas sebagai berikut: (1) Menghindari, (2) Meminimumkan, (3)
Menanggulangi, dan (4) Mengompensasi.
II – 14
Tabel 2.2
Ringkasan Perkiraan Dampak Proyek
Dampak
Komponen Lingkungan dan Sosial
Positif (+) Negatif (-)
Tahap Perencanaan
Fisik +
Biologis +
Sosial dan Ekonomi +
Tahap Kontruksi
Komponen Fisik
Kualitas Udara -
Kebisingan -
Kualitas Air tanah -
Kualitas Air Permukaan -
Komponen Biologi
Tumbuhan Darat -
Hewan Darat -
Komponen Sosial, Ekonomi
Persepsi dan Sikap Masyarakat +
Peningkatan Pendapatan +
Peluang Kerja +
Tahap Operasional
Komponen Fisik
Kualitas Udara -
Kebisingan -
Kualitas Air tanah +
Kualitas Air Permukaan +
Komponen Biologi
Tumbuhan Darat -
Hewan Darat -
Komponen Sosial, Ekonomi
Persepsi dan Sikap Masyarakat +
II – 15
Peningkatan Pendapatan +
Peluang Kerja +
Komponen : KEBISINGAN
Memastikan penggunaan kendaraan dan peralatan mesin agar memenuhi baku
mutu kebisingan;
Memastikan perawatan kendaraan dan peralatan mesin dilakukan sesuai dengan
jadwal yang teratur dan mencukupi;
Memilih menggunakan kendaraan ringan atau peralatan ringan dari pada
kendaraan berat atau peralatan berat, sejauh memungkinkan;
Memilih menggunakan kendaraan dan peralatan listrik dari pada kendaraan atau
peralatan mesin berbahan bakar, sejauh memungkinkan;
Mengurangi sejauh mungkin kegiatan konstruksi antara jam 6 sore sampai
II – 16
dengan jam 6 pagi serta pada hari libur;
Menghindari kegiatan yang menimbulkan kebisingan pada area yang berdekatan
dengan hunian penduduk sejauh memungkinkan;
Melakukan pemantauan kualitas udara setiap triwulan untuk
mendokumentasikan tingkat penaatan terhadap baku mutu udara ambien atau
menentukan langkah perbaikan pengelolaannya.
II – 17
Memberikan pelatihan agar pekerja Proyek dapat melakukan tugasnya sesuai
dengan uraian pekerjaan;
Memastikan kesepakatan dan situasi kerja terkait Proyek konsisten dengan
peraturan dan perundangan, peraturan Perusahaan maupun Kesepakatan Kerja
Bersama:
Memberikan kepada pekerja Proyek hal-hal sebagai berikut:
- Perjanjian kerja yang jelas dan tertulis;
- Pembayaran upah tepat pada waktunya;
- Waktu istirahat yang cukup;
- Pemberitahuan pemutusan hubungan kerja dilakukan tidak secara mendadak
sesuai kesepakatan kerja;
- Perlakuan adil berdasar kesempatan yang sama dan tidak diskriminatif;
- Kesempatan untuk berorganisasi dan melakukan negosiasi secara kolektif;
- Mekanisme penyampaian komplain yang mudah diakses, dipahami dan
transparan sejak pengangkatan sebagai karyawan.
Mempromosikan pengembangan sosial melalui berbagai upaya sebagai berikut:
- Meningkatkan kesempatan kerja bagi kaum yang lemah, miskin dan difabel;
- Menghilangkan penghalang peluang kerja terhadap golongan rentan termasuk
perempuan dan masyarakat adat.
Mempromosikan persamaan gender melalui berbagai upaya sebagai berikut:
- Mengidentifikasi kesempatan kerja yang bersifat spesifik bagi gender
tertentu;
- Mengidentifikasi risiko dan dampak kesempatan kerja yang bersifat spesifik
gender serta mengembangkan upaya meminimumkan risiko dan dampak
tersebut;
- Meningkatkan desain Proyek untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi
pemberdayaan perempuan.
Menghindari tenaga kerja di bawah umur dan kerja paksa melalui berbagai
upaya sebagai berikut:
- Tidak mempekerjakan anak di bawah umur 18 tahun, kecuali memenuhi
batasan yang dizinkan oleh peraturan dan perundangan nasional maupun
daerah;
- Tidak ada seorangpun pada situasi apapun melakukan kegiatan terkait
Proyek secara terpaksa atau di bawah ancaman kekuasaan, ancaman atau
II – 18
hukuman, termasuk segala macam kerja wajib atau kerja paksa.
Dari Tim melakukan penapisan terhadap kegiatan yang akan terbangun dari
list infrastruktur yang diusulkan masyarakat, untuk memastikan setiap usulan kegiatan
memiliki Surat Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) atau Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) ;
1. Tim DSC melakukan koordinasi ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok
Tengah, Bidang Penataan dan Penaatan yang membidangi Pengurusan Dokumen
Lingkungan (AMDAL/DELH,UKL-UPL/DPLH, dan SPPL, dengan membawa
hasil penapisan yang sudah dibuat.
2. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah akan melakukan rapat
internal memastikan usulan – usulan kegiatan yang masuk kriteria SPPL atau
UKL-UPL.
3. Hasil rapat internal Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah
disampaikan kepada Tim DSC untuk ditindak lanjuti dengan membuat Draf
laporan Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL).
4. Draf Laporan Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL), diasistensikan ke
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah, Selama 14 hari kerja.
5. Selama 14 hari kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah
melakukan kroscek secara administrasi dan teknis untuk memastikan pelingkupan
luas/panjang lahan, kapasitas kegiatan dan dampak lingkungan yang akan timbul
dari kegiatan yang di usulkan.
6. Sebelum dikeluarkan rekomendasi lingkungan sebagai keluaran akhir, hasil
asistensi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok tengah, akan
dikembalikan ke tim DSC untuk di perbaiki atau direvisi.
7. Dokumen Lingkungan (SPPL atau UKL-UPL) final, dikembalikan ke Dinas
Lingkungan Hidup sebagai syarat mendapatkan Rekomendasi Kelayakan dan Ijin
Lingkungan.
Beberapa infrastruktur yang akan terbangun mulai dari perencanaan, kontruksi dan
operasional perlu dilakukan mitigasi atau tindakan pengelolaan/solusi untuk
menghindari dampak-dampak yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan yang ada di 5
Desa Penyangga ITDC.
II – 19
II – 20