Anda di halaman 1dari 18

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

INFRASTRUKTUR PUBLIK
TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA
PANEN BULOG SUMBAWA
MODERN RICE MILLING PLANT
(MRMP - SUMBAWA)

DISUSUN OLEH :
NAMA : M. YANI AQRIANSYAH
NIM : I2I022017
PRODI : MAGISTER TEKNIK SIPIL
(Infrastruktur Reguler)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2016 tentang Perusahaan Umum (Perum)
BULOG, Pemerintah memberikan peran dan kontribusi Perusahaan Umum (Perum) BULOG
menjadi lebih strategis bagi ketahanan pangan nasional. Hal ini seiring dengan program
kedaulatan pangan dengan konsep Nawacíta dalam penguatan ketahanan pangan, pemerintah
memberikan dukungan kepada para petani untuk mendapatkan hasil maksimal. Salah satu
konkrit pelaksanaan program ini adalah melalui peningkatan hasil mutu produksi dari beras
biasa menjadi beras premium, sehingga diperoleh nilai tambah yang lebih besar. Untuk
mencapai hal tersebut, maka diperlukan program perbaikan di sektor pertanian secara
komprehensif dan continue, baik dari sisi pembangunan infrastruktur, bantuan alsintan (alat
dan mesin pertanian) maupun upaya peningkatan produksi. Selain itu perlu didukung
perbaikan irigasi dalam penyediaan air baku untuk lahan pertanian, dimana upaya ini akan
mengoptimalkan perbaikan di hulu. Optimalisasi nilai tambah ini pastinya akan menekan
nilai susut dan meningkatkan mutu beras yang dihasilkan. Dengan peningkatan optimasi di
hulu tersebut maka sangat mungkin diantisipasi pengembangan program hilir untuk
mengembangkan teknologi pascapanen serta perbaikan efisiensi (volume dan mutu), dimana
Perum BULOG bermaksud untuk mendirikan MRMP terutama pembangunan silo,
pengering, dan penggilingan padi (MRMP) DI Kabupaten Sumbawa.
Infrastruktur Pasca panen yang akan dibangun adalah Modern Rice Milling Plant
(MRMP) di Sumbawa yaitu:
1. Proses Pengeringan Gabah Kering Panen-GKP (Drying Process System)
2. Proses Penyimpanan Gabah Kering Giling-GKG (Storage Process System)
3. Proses Penggilingan Gabah Kering Giling-GKG (Milling Process System)
4. Proses Pengemasan (Packaging Process System)
Alur proses pengolahan dimulai dari proses pembersihan agar gabah terbebas dari
semua benda-benda asing dengan melakukan pembersihan yaitu Mesin RoughCleaning
dan/atau Pre-Cleaning. Pembersihan ini dimasksudkan untuk memisahkan benda asing atau
kotoran-kotoran non-padi dalam bentuk seperti daun, tangkai, gabah kosong dan benda asing
lainnya. Dilanjutkan dengan melakukan pengukuran berat gabah kering panen yang diterima
sebelum dimasukan ke Wet Paddy Silo yang akan dilanjutkan dengan proses pengeringan.
Proses pengeringan dilakukan dalam empat batch mesin pengering. Sebelum ditampung
sementara pada Standby Silo gabah yang telah kering ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui rasio pengeringan Gabah Kering Giling (GKG) dengan Gabah Kering Panen
(GKP)
Setelah gabah yang sementara ditempatkan pada Standby Silo dari mesin pengering
mencapai suhu ruang selanjutnya gabah dikirim ke silo dengan menggunakan Conveyor.
Gabah disimpan dalam tiga buah silo selama beberapa bulan tergantung pada kebutuhan
Bulog dengan kapasitas masing-masing dua ribu ton gabah kering giling. Suhu dalam silo
diharapkan agar bisa di kontrol baik dengan menggunakan Aeration Fun maupun dengan
mesin Chiller agar kualitas gabah dapat dipertahankan termasuk untuk melindungi gabah dari
hama. Gabah kering giling dari Silo ditampung sementara dalam silo sebelum ditimbang
dengan Flow Scale. Selanjutnya dilakukan pembersihan dengan kemudian dilakukan
pembersihan dari batu-batu yang bercampur dengan gabah atau bendang asing lainnya
Dengan menggunakan Mesin Destoner. Proses berikutnya dengan melakukan proses
pecah kulit gabah dengan menggunakan mesin Husker, yang selanjutnya dilakukan
pemisahan Sekam dan Beras dengan menggunakan mesin Paddy Separator. Beras pecah kulit
(Brown Rice) selanjutnya diproses dengan mesin Whitener sebanyak tiga tahap yang
dilanjutkan dengan pemisahan menir dengan mesin Rotary Shifter. Selanjutnya Beras dipolis
dengan Mesin Polisher dilanjutkan pemilihan beras menggunakan mesin Color Sorter. Beras
dari keluaran dari mesin Color Sorter dipolis kembali sebelum dilakukan pemisahan antara
beras kepala dan beras tidak utuh (Broken Rice) sebelum diproses dengan mesin Length
Separator. Pencampuran Beras Kepala dengan Broken Rice dilakukan dengan mesin Mixer
sebelum akhirnya dilakukan pengemasan dengan mesin Vakum dan Non-Vakum. Kemasan
ditutup dengan mesin Sealing dan Sewing/ jahit (dan terakhir ditempatkan pada Palet
sementara yang telah disediakan dalam bangunan mesin penggilingan.
Secara keseluruhan, lingkup pekerjaan Jasa Engineering, Procurement and
Construction (EPC) Pembangunan Infrastruktur Pascapanen Modern Rice Milling Plant
(MRMP) adalah :
1) Melakukan pekerjaan Engineering Procurement and Construction untuk
pembangunan bangunan Modern Rice Milling Plant (MRMP), bangunan sarana dan
prasarana infrastruktur pascapanen antara lain: Dust Room, Pengeringan,
Penggilingan & Pengemasan, Gardu PLN, Gudang & Gudang Display Beras, Ruang
Blower, Kantor, Mini Lab (untuk Jembatan Timbang), Masjid, Rumah Dinas, Kantin,
Mess Karyawan, Laboratorium & Ruang Kontrol, Pos Jaga/Pengamanan, Rumah
Sekam, Power House (Ruang Genset), Rumah Pompa, Jembatan Timbang, Ruang
Loker, Toilet & Janitor Drying, Toilet Pekerja & Janitor RMU, Ruang Tunggu &
Toilet, Parkir Kendaraan Besar, Parkir Kendaraan Kecil dan fasilitas pendukung
lainnya;
2) Pekerjaan Engineering meliputi:
a) Melakukan pengembangan rancangan sebagai dasar acuan untuk membuat
Detail Engineering Design (DED) berdasarkan Front End Engineering Design
(FEED) / Pra-rancangan dan kriteria desain yang diberikan oleh Konsultan
PMC;
b) Melakukan Detail Engineering Design (DED) serta Gambar Kerja yang
diharapkan memberikan mutu dan harga yang sesuai dengan Front End
Engineering Design dan pagu anggaran yang sudah ditetapkan;
c) Membuat Flow Chart dan Layout mesin MRMP yang akan digunakan;
d) Menentukan spesifikasi teknis dan sistem proses produksi untuk pengadaan
Mesin MRMP;
3. Pekerjaan procurement meliputi : dimulai dari proses penentuan dan pemilihan mesin
MRMP, pengadaan dan pembelian seluruh peralatan dan mesin hingga pengirimannya
sampai ke lokasi proyek.
4. Melaksanakan pekerjaan konstruksi mulai dari pekerjaan struktur/sipil, arsitektur,
mekanikal, elektrikal, plumbing, pemasangan seluruh mesin dan peralatan (termasuk
pengujian, commisioning, uji terima dan training) secara lengkap, pekerjaan luar
bangunan, dan infrastruktur pendukung lainnya untuk mengakomodasi seluruh
pengoperasian MRMP.
Gambar 1.1 Layout 3D Proyek Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa

1.2.Lokasi Proyek
Lokasi pendirian bangunan MRMP di Kabupaten Sumbawa berada di Jalan Raya Lintas
Sumbawa-Bima Komplek UPGB Untir Malang Lape, Sumbawa, Nusa Tenggara barat. Akses
jalan sangat baik berada pada pelintasan utama lalu lintas angkutan orang dan barang yang
dihubungkan dengan jalur utama lainnya, Jalan Raya Labuhan Alas juga dilewati jaringan
listrik yang baik. Jarak dengan gardu listrik sekitar 5 m dari depan kompleks gudang. Hal ini
mengindikasikan bahwa aliran listrik PLN dapat menjadi sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan listrik MRMP.
Sebelum dilakukan pengerjaan lahan lokasi rencana MRMP terdapat 3 bangunan
eksisting yaitu Bangunan eksisting 1 berupa bangunan kantor dari kontraktor sebelumnya dan
dapat dijadikan direksi kit untuk kontraktor EPC, bangunan Eksisting 2 yaitu perangkat
mesin dan perlu adanya pekejaan pembongkaran dalam waktu dekat dan Eksisting 3 yaitu
Lantai Jemur, Belum ada pagar di rencana lokasi pembangunan MRMP. Secara teknis,
dengan situasi dan kondisi tersebut, maka lokasi ini dapat digunakan untuk membangun
MRMP.

Gambar 1.2. Lokasi Proyek Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa


1.3. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan perancangan dan konstruksi yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
EPC terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Melakukan Pengembangan Rancangan dan Detail Engineering Design (DED) dari Front End
Engineering Design (FEED)/ Pra-rancangan dan melakukan perhitungan engineering terhadap
semua sistem dan kebutuhan, baik untuk komponen bangunan utama, bangunan pendukung,
infrastrukturnya maupun untuk peralatan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan MRMP
ini, dengan tidak mengabaikan sistem yang telah di tetapkan dalam Front End Engineering
Design (DEED). Dan jika dibutuhkan dapat dilakukan kajian lebih lanjut untuk memperoleh
hasil sistem yang lebih baik.
b) Mengurus semua perijinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikasi Laik Operasional
(SLO), Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) .yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan
MRMP dan pengoperasiannya.
c) Melakukan pemeriksaan tanah (soil investigation), pengukuran terhadap ketinggian site
(topografi) serta pengukuran dan penentuan kemiringan saluran dan penentuan peil banjir.
d) Menyediakan peralatan Mesin MRMP meliputi mesin-mesin utama dan pendukungnya
beserta instalasinya, pemilihan mesin, pengadaan mesin, pemasangan mesin, serta pengujian
material maupun sistem keseluruhan sehingga sistem MRMP dapat berjalan dan beroperasi
dengan baik dan benar sesuai rencana dan persyaratan.
e) Melakukan pengujian, commissioning dan uji keandalan operasional mesin Peralatan MRMP.

1.4. Jangka Waktu Pelaksanaan


a) Jangka waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur pasca panen MRMP terhitung sejak
diterimanya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) sampai dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) I adalah selama 240 (Dua Ratus Empat Puluh) Hari Kalender tidak termasuk proses
Testing Commissioning dan uji full sistem operasi/ performance (pengoperasian Drying, Silo
dan Milling)
b) Jangka waktu pelaksanaan Tahap Testing Testing Commissioning dan uji full sistem operasi/
performance (pengoperasian Drying, Silo dan Milling) sampai dengan Berita Acara Serah
Terima (BAST) II selama 90 (Sembilan puluh) Hari Kalender sejak Berita Acara Serah
Terima (BAST) I,
c) Masa pemeliharaan konstruksi dan pengoperasian peralatan adalah 365 (Tiga Ratus Enam
Puluh Lima) Hari Kalender setelah Berita Acara Serah Terima (BAST) II;
d) Setelah Jangka Waktu Pemeliharaan Konstruksi dan Testing and Commisioning berakhir,
maka dilaksanakan Berita Acara Serah Terima (BAST) III
e) Penyedia Jasa EPC diwajibkan untuk menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan secara rinci
dengan mencantumkan seluruh item pekerjaan meliputi pekerjaan bangunan/konstruksi dan
pekerjaan pengadaan mesin, jadwal keterlibatan para Tenaga Ahli dan Jadwal yang
diperlukan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan, beserta Kurva S dan Network
Planning yang memuat lintasan kritis pelaksanaan pekerjaan.
f) Penyedia Jasa EPC diwajibkan untuk menyusun jadwal pengadaan mesin MRMP (Dryer,
SILO dan RMU) meliputi : jadwal Fabrikasi, jadwal pengiriman sampai di lokasi, jadwal
instalasi, jadwal pengujian tanpa bahan baku, jadwal commissioning sampai dengan jadwal
training operasional mesin.
g) Penyedia Jasa EPC diwajibkan menyusun Jadwal Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM),
peralatan kerja dan material yang diperlukan.
h) Penyedia Jasa EPC diwajibkan untuk melakukan pengendalian kontrak meliputi
pengendalian jadwal pelaksanaan dengan menggunakan analisa lintasan kritis, pengendalian
biaya, pengendalian mutu dan optimalisasi sumber daya dengan keluaran berupa informasi
kinerja pelaksanaan dan prakiraan (forecast) penyelesaian pekerjaan.
Namun hingga saat ini proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa masih dalam proses
pembangunan setelah dilakukan 3 kali amanemen waktu ,dan menyisakan pekerjaan mesin dan
arsitektur,.direncanakan selesai hingga commissioning test pada bulan februari 2023.
BAB II
TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA PANEN
BULOG SUMBAWA

2.1. Tantangan Dan Permasalahan Proyek


Dalam pelaksanaan proyek terjadi permasalahan pada proyek infrastruktur pasca panen
bulog Sumbawa yang membuat progress pekerjaan sangat minim dan menyebabkan
terjadinya amandemen waktu pengerjaan sampai 3 kali. Rencana Pengerjaan kontrak awal
(26 agustus 2020 – 23 juli 2021) namun hingga waktu rencana pekerjaaan belum selesai dan
dilakukan amandemen waktu pertama dari Juli 2021 s/d oktober 2021, namun tetap belum
selesai. Pekerjaan terhenti dari November 2021 s/d awal januari 2022, dan baru dilakukan
amandemen waktu mulai dari januari 2022 s/d juni 2022, namun amandemen kedua tersebut
juga tidak bisa selesai dan dilakukan amandemen ketiga dari juli 2022 s/d februari 2023, dan
sekarang proses pembangunan masih berlanjut,menyisakan sedikit lagi pekerjaan ,pada
pekerjaan arsitektur, finishing dan tes mesin.
Disini penulis akan menjelaskan permasalahan apa saja yang terjadi, penulis ingin
mangkategorikan ada 5 tantangan utama

2.1.1. Permasalahan Teknis


Permasalahan teknis adalah secara teknis bisa di pertanggung jawabkan, teknis yang
di gunakan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku,sesuai dengan
standard , bahwa yang biasa di pakai, metode metode pekerjaan, perlindungan, proteksi,
aspek legal. Adapun permasalahan teknis yang dihadapi saat proses pengerjaan proyek
infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa
1. Material datang terlambat
Keterlambatan kedatangan material merupakan salah satu permasalahan vital
mengingat material juga merupakan sebab agar sebuah pekerjaan bisa segera di mulai,
pada proyek ini sering terjadi terlambatnya kedatangan material, mulai dari tiang
pancang yang di distribusikan pada tanggal 18 november yang direncanakan on site
pada tanggal 27 november , tapi terjadi keterlambatan dan baru on site pada bulan
januari. Juga terjadi pada pengiriman material lainnya yang juga mengalami
keterlambatan. material ini bisa menjadikan jadwal kerja yang telah disusun bisa
berantakan dan mengalami kemunduran. sehingga tenggat waktu atau target
penyelesaian kerja bisa tidak sesuai dengan perencanaan semula
2. Kerusakan peralatan
Meskipun peralatan yang dibutuhkan telah tersedia, namun ternyata ketika akan
digunakan peralatan tersebut mengalami kerusakan serta butuhkan waktu yang cukup
lama untuk memperbaikinya. Seperti alat berat,genset listrik, batchinkplant yang
merupakan alat dari penyuplai beton sering terjadi kerusakan yang membuat jadwal
pengecoran mundur. Sama dengan ketiadaan alat, problem seperti ini juga membuat
jadwal pengerjaan menjadi terlambat, solusi yang dilakukan adalah menambah jumlah
peralatan yang sama agar ketika terjadi kerusakan pekerjaan tetap berlanjut.
3. Terjadinya pekerjaan ulang karena hasil yang tidak maksimal setelah dilakukan
pengujian seperti pada pekerjaan pemadatan tanah, setelah diuji tidak memenuhi
kriteria dan dilakukan pemadatan ulang, solusi yang dilakukan yaitu agar pelaksana
proyek lebih sering membuat metode kerja berdasarkan aturan agar pekerjaan terarah
dan memiliki acuan kerja, dan juga membuat sampel pemadatan di satu area dan diuji
untuk dijadikan acuan area lainnya.
4. Mutu beton yang dibuat dilokasi sering terjadi dibawah mutu rencana dan dilakukan
pembongkaran dan dicor ulang, solusi yang dilakukan agar pelaksana mengutamakan
penggunaan ready mix untuk menjaga mutu struktur sesuai dengan standard yang ada
pada desain
5. Material LPA (base course) yang didatangkan tidak sesuai dengan standard yang
syaratkan sehingga material dikembalikan dan mencari material yang lain dan
dilakukan pengujian di laboratorium sebelum dibawa ke lapangan,agar tidak lagi
terjadi kekeliruan material yang digunakan, dan menghambat keberlangsungan
pekerjaan.
6. Terjadinya kerusakan pada jalan beton
Kerusakan yang terjadi diawal pengecoran jalan adalah retak rambut hingga patah,
diakibatkan oleh metode kerja yang salah dan tidak dilakukan curing pada beton
setelah dicor.solusi yang dilakukan adalah memperbaiki metode kerja dengan cara
melakukan penyiraman terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran dan
menggunakan alat pemadatan beton (concrete vibrator) dan selalu melakukan
pemeliharaan (curing) pada beton. Untuk keretakan yang sudah terjadi dilakukan
perbaikan menggunakan material sika dengan menyuntik beton dengan sika.
Permasalahan teknis terjadi karena minimnya pengawasan dan metode pekrjaan
dilapangan sehingga terjadi kesalahan dalam pekerjaan, dan juga minimnya tim yang
berperan sebagai engineer dilapangan. Berbagai solusi dilakukan dan juga dilakukan
penambahan tim engineer untuk pekerjaan sipil untuk menghindari kesalahan teknis
pekerjaan yang menyebabkan pemborosan waktu dan biaya.

2.1.2. Permasalahan Ekonomi


Keterlambatan pekerjaan proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa secara
vital tidak hanya dari kendala teknis tapi juga kendala ekonomi dari penyedia jasa juga sangat
mempengaruhi kelancaran aktivitas pekerjaan. Adapun permasalahan ekonomi dan akibatnya
bagi pekerjaan proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa yaitu:
1. Pendanaan penyedia jasa yang tidak stabil
Penyedia jasa proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa juga menjadi
penyedia jasa di proyek yang sama di jember,banyuwangi,bojonegoro dan magetan.
Yang sangat membutuhkan biaya yang sangat besar. Karena banyaknya lokasi yang
kerjakan membuat aktivitas di beberapa lokasi tidak berjalan lancar. Dari masalah
tersebut menimbulkan banyak akibat.:
a. Telatnya pembayaran terhadap sub kontractor sipil dan sub kontractor MEP yang
menyebabkan pekerjaan terhenti sampai menunggu pembayaran oleh main
kontraktor
b. Terjadinya telat pembayaran upah tim direksi di lokasi proyek Sumbawa
c. Terlambatnya terbit IMB karena faktor pembayaran ke dinas terkait belum selesai
sehingga menyebabkan mengurus ulang karena adanya perubahan aturan.
d. Terhentinya pengiriman material beberapa material karena faktor pembayaran
belum rampung
e. Penyambungan listrik PLN terhenti karena belum dilakukan pembayaran
Dari faktor ekonomi mengakibatkan permasalahan diatas yang sangat berpengaruh
terhadap progress pekerjaan proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa.

2.1.3. Permasalahan Sosial


Permasalahan sosial juga merupakan permasalahan yang sering terjadi setiap ada
proyek pembangunan disuatu tempat, begitupun di proyek infrastruktur pasca panen bulog
Sumbawa sejak awal pengerjaan sudah muncul masalah sosial. Adapun masalah sosial yang
pernah terjadi saat pengerjaan proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa yaitu
1. Diawal pengerjaan proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa terjadi konflik
dengan kelompok masyarakat dan pemerintah desa setempat di karenakan minimnya
penggunaan tenaga kerja lokal, sementara pada saat itu masih pekerjaan urugan dan
timbunan dimana hanya orang yang memiliki kendaraan dump truck yang
pekerjakan.Solusi yang dilakukan adalah bahwa ketika membutuhkan tambahan
tenaga kerja,tim proyek akan melaporkan kepada pemerintah setempat untuk
mendiskusikan, agar tidak terjadi konflik antara masyarakat tertentu dengan tim
proyek. Pemerintah akan berperan menjadi partner sebagai menyambung lidah ke
masyarakat setempat.
2. Adanya konflik sosial dengan masyarakat sekitar terkait dengan pengambilan tanah
urug, dimana ada kelompok masyarakat yang tidak menerima lahannya digunakan
sebagai jalur untuk dilewati kendaraan mengangkut material tanah urug ke lokasi
proyek. Solusi yang ditawarkan yaitu mengganti quari tempat pengambilan tanah urug
yang tidak melewati lahan warga.
3. Konflik batas lahan sebelah barat dengan jalan tani
Akibatnya Pekerjaan pagar terhenti dan, Konflik ini berhasil segera diselesaikan
dengan masyarakat pengguna jalan dan melibatkan dinas pertanahan
4. Konfilk batas lahan sebelah selatan dengan lahan masyarakat
Juga mengakibatkan terhentinya pekerjaan pagar bagian selatan dan segera
diselesaikan karena langsung melibatkan pihak Dinas Pertanahan
5. Konflik dengan masyarakat tentang aliran air hujan yang awalnya melewati lahan
proyek namun dibuatkan jalur yang baru melewati tepi jalan tani, sempat ada
pertentangan dari masyarakat, dan ketika pekerjaan saluran proyek sudah selesai
aliran air tersebut di kembalikan ke jalur awal ,melewati area proyek
6. Pencurian material
Pencurian yang terjadi yaitu dimalam hari mengambil material utuh maupun sisa
potongan seperti material besi, baja, paku, kayu, pipa, kawat dll. Mengatasi hal
tersebut pihak proyek menambah tim keamanan menjadi 5 orang dilakukan sift
malam.
7. Minimnya ketersediaan material sesuai dokumen rencana kerja dan syarat syarat
(RKS) di dalam NTB, seperti besi, baja struktur, dan material arsitektur yang sesuai
dengan Brand dan spesifikasi didokumen rencana kerja dan syarat syarat (RKS)
sehingga harus di lakukan pengiriman dari luar NTB dan membutuhkan waktu yang
lama untuk pengiriman.
8. Pekerja/tukang lokal yang kurang kompeten
Kompetensi pekerja juga merupakan aspek utama kelancaran suatu proyek , Pada
proyek ini sangat minim tukang yang kompeten dikarenakan diminta untuk
memprioritaskan pekerja lokal dan dilarang melakukan pendatangan pekerja dari luar
NTB, namun dengan kondisi pekerja lokal yang ada masih belum kompeten, sehingga
membuat pekerjaan berjalan terlambat.pihak proyek melakukan diskusi dengan
pemerintah setempat agar di perbolehkan menggunakan tukang dari luar sebagai
pekerja utama dan dibantu oleh pekerja lokal di daerah tersebut.
Permasalahan sosial yang terjadi pada proyek Infrastruktur pasca panen bulog
Sumbawa terjadi sejak awal pengerjaan hingga menghentikan aktivitas dilapangan oleh
kelompok kelompok tertentu yang berasala dari luar internal proyek.
2.1.4. Permasalahan Lingkungan
Permasalahan lingkungan juga menjadi hal yang harus diperhatikan dalam suatu
proyek pembangunan ,mengingat lingkungan harus memberi rasa aman dan nyaman bagi
pekerja yang ada dilokasi proyek demi kelancaran suatu proyek. Pada pekerjaan proyek
infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa didapatkan masalah masalah lingkungan yang
sering terjadi, yaitu :
1. Proyek banjir
Dikarenakan secara topografi proyek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa
berada langsung dibawah bukit, ketika terjadi musim hujan maka air dari bukit akan
mengalir ke dalam lokasi proyek dan menyebabkan galian galian pondasi dipenuhi
air. Solusi yang dilakukan yaitu membuat sodetan air melintang bukit dialirkan kesatu
arah. Namun solusi tersebut tidak maksimal karena debit air yang besar, solusi
tambahan dengan menggunakan mesin pompa untuk membuang air didalam galian
pondasi.
2. Sampah bekas material
Masih sangat minim kepedulian terhadap sisa sisa material untuk ditempatkan
ditempat khusus, sehingga material berserakan dan bisa menjadi masalah baru.
Contohnya galian tanah tidak langsung dibuang ketempat khusus dan dibiarkan
berserakan diarea jalan proyek sehingga mengganggu jalur transportasi dalam lokasi
proyek, begitupun dengan sisa material besi,paku atau hollow masih berserakan yang
beresiko membuat pekerja cidera luka karena potongan besi yang kecil dan tajam.
Dan solusi dilakukan setiap sore sebelum pulang setiap pekerja bersama sama
melakukan pembersihan lokasi proyek.
3. Sampah sisa makanan dan minuman
Minimnya tempat pembuangan sampah dan minimnya perhatian terhadap lingkungan
oleh pekerja membuat sampah sisa makan dan minuman berserakan didalam lokasi
proyek,begitupun saat bekerja pemasangan besi ,banyak sampah makanan dan rokok
berserakan didalam area yang akan dilakukan pengecoran,sehingga memperlambat
proses pengecoran karena harus dibersihkan sebelum dilakukan pengecoran.
4. Terbatasnya air bersih
Air bersih didalam proyek sangat dibutuhkan selain digunakan untuk air kerja, juga
digunakan untuk kebutuhan pekerja yang tinggal didalam lokasi proyek sebagai
kebutuhan sehari hari untuk mandi dan mencuci pakaian. Pada proyek infrastruktur
pasca panen bulog Sumbawa tersedia sumur, namun sering terjadi kekeringan dan
instalasi air ke setiap tempat sangat terbatas yang menyebabkan pekerja susah
menggunakan air. Sehingga seringkali memesan air dari luar menggunakan tanki air.

2.1.5. Permasalahan Tata Kelola


Manajemen tata kelola project adalah sebuah tanggung jawab, yakni mengelola constraints. Di
mana, mengerjakan sebuah proyek bukanlah hal mudah nan sederhana. Di baliknya, ada runtutan
proses yang rumit dan panjang, belum lagi contraints yang mengelilinginya. Mulai dari sumber daya
yang terbatas, sampai sistem yang belum terintegrasi, permasalahan internal .permasalahan keuangan.
Namun tetap berusaha agar proyek tetap bisa berjalan ditengah keterbatasan tersebut.
Pada pryek infrastruktur pasca panen bulog Sumbawa juga didapatkan permasalahan tata kelola
selama proses pembangunan, yaitu:
1. Minimnya antisipasi terhadap material yang akan habis
selain kedatangan material diawal sering terjadi keterlambatan, hal yang sering terjadi
juga adalah ketika material habis tidak dilakukan mitigasi sejak dini untuk dilakukan
melakukan pangiriman material yang kurang, sehingga terjadi pekerjaan terhenti
dikarenakan material yang sudah habis dan sangat berpengaruh pada progress
pekerjaan dilapangan.
2. Pekerja mogok kerja
Pekerja yang mogok kerja sering terjadi karena faktor pembayaran yang telat,padahal
sebelumnya sudah dijanjikan,namun kenyataannya belum diberikan sesuai waktu
yang disepakati sebelumnya.
3. Kurangnya komunikasi antara kontraktor utama dan sub kontraktor
Yang menyebabkan subcont bekerja tanpa memahami aturan dan mengetahui detail
desain dalam pekerjaan. Sehingga subcon berjalan sendiri dan sering ditemukan
banyak pekerjaan yang salah dan harus dikerjakan ulang. Hal seperti ini sangat
memakan maktu dan biaya. Solusi dilakukan penambahan tim engineer sipil untuk
mengatasi kejadian kesalahan tersebut.
4. Urutan pekerjaan tidak berjalan pada urutannya
Seringnya terjadi pekerjaan yang bersinggungan sehingga menyebabakan salah satu
dari pekerjaan tersebut harus mengalah dan dilakukan pekerjaan ulang. Untuk
menghindari pekerjaan ulang diminta agar melakukan personel pengawasan pekerjaan
agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pekerjaan yang menyebabkan pemborosan
waktu dan biaya.
5. Terlambatnya kedatangan mesin dari rencana awal
Secara progress pengadaan mesin memiliki bobot yang besar mencapai 55% dari
total progress keseluruhan, namun karena perencaan tidak sesuai dengan keadaan
menyebabkan progress sangat minim.
7. SUB Contractor sipil yang tidak kompeten
Subcontractor sipil yang pertama sangat minim kompetensi, kedatangan ke lokasi
proyek terlambat dengan tim yang minim dan tidak memenuhi spesifikasi dalam
kontrak sehingga pekerjaan tidak maksimal, dan dilakukan pergantian subcontractor
baru yang membutuhkan waktu ,sehingga aktivitas pekerjaan sempat terhenti
8. Adanya perselisihan antar sesama sub kontraktor
Sub contraktor menghentikan pekerjaan sub kontraktor yang lain karena kecemburuan
sosial belum dilakukan pembayaran terhadap pihaknya, dan menghentikan pekerjaan
orang lain dengan memaksa.
9. Terlambatnya penyelesaian gambar oleh tim DED
Gambar merupakan acuan pengejaan suatu proyek, dalam pelaksaan proyek
Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa pengerjaan gambar dilakukan beriringan
dengan aktivitas dilapangan, sehingga pekerjaan sering terhenti juga karena faktor
gambar belum terbit dan belum di approve
10. Terbatasnya jumlah tim dilapangan membuat menyebabkan terjadinya rangkap
kerjaan.
11. Kurangnya monitoring oleh quality engineer terhadap hasil pekerjaan.
BAB III
MANFAAT DAN HARAPAN

3.1. Peluang Dan Manfaat Pembangunan Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa
Dari adanya proyek infrastruktur pasca panen pabrik modern bulog Sumbawa diharapkan
memiliki manfaat yang luas bagi Negara,daerah maupun masyarakat. adapun peluang dan
manfaat yang bisa di dapatkan adalah
1. Mempermudah penjualan masyarakat dengan keuntungan lebih besar karena langsung
menjual kepada pemerintah, dengan harga yang tinggi.
2. Meningkatnya harga jual padi masyarakat sehingga Meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat Sumbawa
3. Meningkatnya daya serap padi masyarakat yang juga berpengaruh untuk
Mengurangi impor beras dari luar negeri.
4. Infrastruktur ini bisa menyerap hasil panen sekitar agar petani turut merasakan
manfaat dari penggunaan teknologi modern oleh Bulog
5. Dengan adanya proyek ini Membuka lapangan kerja untuk masyarakat setempat
maupun sekitarnya saat proses pengerjaan mapun ketika beroperasi nantinya, dan
pasti membutuhkan banyak pekerja kasar maupun tetap.
6. Menjadi industri investasi utama penopang ketahanan pangan daerah maupun
nasional
7. Menurut pak Budi Waseso (Dirut BULOG) mengatakan bahwa pembangunan
infrastruktur MRMP ini bertujuan untuk membantu petani dan menyederhanakan alur
proses pengolahan beras yang terpusat dalam fasilitas pengolahan gabah hasil panen
berbasis teknologi modern yang terdiri dari mesin pengering (dryer), unit
penggilingan padi (RMU) sebagai mesin konversi gabah menjadi beras dengan
dilengkapi teknologi penyortir warna (color sorter).
8. Dengan penguatan infrastruktur ini BULOG diharapkan menjadi BUMN Pangan yang
dapat menjalankan penugasan pemerintah dengan baik dalam melaksanakan produksi,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian pangan pokok yang ditetapkan oleh
pemerintah
9. Seiring dengan program kedaulatan pangan dengan konsep Nawacíta dalam
penguatan ketahanan pangan, pemerintah memberikan dukungan kepada para petani
untuk mendapatkan hasil maksimal. Salah satu konkrit pelaksanaan program ini
adalah melalui peningkatan hasil mutu produksi dari beras biasa menjadi beras
premium, sehingga diperoleh nilai tambah yang lebih besar.

3.2. Harapan Dan Rekomendasi Untuk Pembangunan Infrastruktur


Pembangunan infrastruktur haruslah inklusif dan berkelanjutan, dengan menganut
empat prinsip, antara lain kemajuan yang seimbang, mengikutsertakan semua pemangku
kepentingan, memperhatikan lingkungan, dan konektivitas serta mengutamakan aspek sosial
dan ekonomi masyarakat
1. Dalam pembangunan infrastruktur perlu dilakukan kajian secara holistik yang
mempertimbangkan kemajuan yang seimbang di berbagai jenis infrastruktur, mulai
dari infrastruktur perumahan, transportasi, hingga infastruktur teknologi informasi dan
komunikasi. Salah satu keuntungan dari pendekatan pendekatan ini, adalah
dimungkinkannya percepatan dalam penghapusan berbagai masalah seperti
kemiskinan dan ketertinggalan.
2. Pembangunan infrastruktur dinilai inklusif, apabila mengikutsertakan seluruh
pemangku kepentingan terkait partisipasi dan interdisiplin, baik pada tahap
perencanaan, implementasi maupun pemeliharaannya. Pembangunan infrastruktur
yang inklusif, juga harus memperhatikan potensi dan nilai-nilai kearifan lokal, serta
dapat membuat hasil pembangunan tersebar semakin adil dan merata.
3. Pembangunan infrastruktur akan berkesinambungan, manakala lingkungan dijaga dan
diperhatikan, pro-environment dan environmentally friendly.
4. Kunci bagi pembangunan infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan adalah
konektivitas atau hubungan harmonis, antara lain dengan menghubungkan secara
harmonis, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan
lingkungannya, kota dengan kota, desa dengan desa. Manakala konektivitas sudah
terwujud, sebagaimana yang digariskan maka peningkatan kesejahteraan masyarakat
akan segera terwujud.
5. Pembangunan infrastruktur jalan diharapkan merata hingga ke daerah pelosok yang
belum tersentuh pembangunan untuk mempermudah akses masyarakat menjual hasil
pertanian, karena pembangunan inklusif harus berperan membantu perekonomian
masyarakat terpencil.
6. Untuk pembangunan infrastruktur di NTB diharapakan mulai diutamakan yang
bersifat industri, mengingat banyaknya hasil bumi dari masyarakat, sehingga bisa
meneyerap hasil bumi masyarakat dengan harga yang stabil dan membantu ekonomi
masyarakat ,khususnya menengah kebawah.
7. Infrastruktur yang sudah ada agar selalu dilakukan pemeliharaan rutin agar
penggunaan infrastruktur tersebut bisa selalu maksimal oleh masyarakat dan
produktif, seperti jalan, bendungan, irigasi,.karena apabila kerusakan dibiarkan bisa
menjadi resiko bagi masyarakat yang akan menggunakannya
SUMBER KAJIAN

- Kerangka acuan kerja Project Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa


- Dokumen rencana kerja dan syarat syarat (RKS) Project Infrastruktur Pasca Panen
Bulog Sumbawa.
- Laporan progress Project Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa
- Tim pelaksana Project Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa
LAMPIRAN
(Dokumentasi sekilas pengerjaan proyek Infrastruktur Pasca Panen Bulog Sumbawa)
Pengejaan Silo (tempat penyimpanan padi kering)
Mesin pengering Gabah (DRYER)
Rangkaian Mesin penggilingan padi
Pembersih gabah

Anda mungkin juga menyukai