Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki sifat bereproduksi untuk dapat
mempertahankan eksistensi spesiesnya. Dalam proses reproduksinya, manusia memiliki Sistem
Organ tersendiri yang dinamakan Sistem Organ Reproduksi, baik itu Pria dan Wanita. Setiap
jenis kelamin memiliki Sistem Organ Reproduksi yang berbeda pula.1
Sistem Organ Reproduksi Wanita terdiri dari Organ Genitalia Interna dan Organ
Genitalia Eksterna. Salah satu organ dari Genitalia Interna ini adalah Ovarium. Ovarium adalah
organ gonad pada Wanita. Fungsi organ ini adalah menghasilkan sel gamet atau Ovum dan juga
berperan dalam produksi Hormon – hormone seks wanita seperti Esterogen dan Progesteron.
Hal inilah mengapa Ovarium merupakan salah satu organ terpenting dalam Sistem Organ
Reproduksi Wanita.1,2
Sama seperti Organ lainnya, Ovarium juga dapat bermutasi menjadi jaringan yang ganas
yang dikenal sebagai Karsinoma Ovarium. Terdapat dua jenis kanker (karsinoma)Ovarium.
Kedua jenis tersebut antara lain adalah Kanker Epitel Ovarium dan juga Germ Cell Carsinoma
atau Kanker Sel Gamet. Kondisi ini merupakan kondisi yang sangat membahayakan. Penyakit ini
dimulai dari early stage hingga Final Stage yang dapat bermetastasis ke jaringan lain di seluruh
tubuh.3
Karena berbahayanya penyakit ini, maka diperlukan diagnosis yang tepat untuk dapat
mendeteksi kejadian Kanker (Karsinoma) Ovarium pada wanita. Oleh karena itu, narasi ini akan
membahas tentang bagaimana cara mendiagnosis seseorang mengalami Kanker Ovarium
Isi
Anamnesis
Kanker Ovarium seringkali digambarkan sebagai sebuah penyakit “Silent” Killer. Hal ini
dikarenakan kurangnya presentasi Tanda dan Gejala pada stage awal perkembangan penyakit
ini. Pasien sebenarnya bisa saja simtomatik dalam beberapa bulan sebelum Diagnosis
ditegakkan, bahkan pada fase awal penyakit (Early-stage Cancer). Hanya saja, kesulitan yang
ditemukan adalam membedakan gejala merupakan hal yang normal atau abnormal. Karena dari
gejala – gejala yang ada, seluruhnya hampir sama seperti yang bisa dialami Wanita Normal .3
Hal pertama tentu yang harus dilakukan adalah pengambilan rekam jejak menyeluruh
tentang keluhan dan kondisi pasien atau biasa disebut sebagai anamnesis. Anamnesis atau
history taking ini harus dilakukan secara sistematis mulai dari Keluhan Utama, Keluhan Lainnya,
Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Terdahulu, Riwayat Keluarga, dan Kondisi Sosial
Budaya pasien. Hal ini harus ditelusuri secara seksama karena dapat memberikan gambaran
awal yang jelas terhadap kondisi yang menimpa pasien. Tak terkecuali pada keluhan yang
dirasakan oleh Ibu Hamil.4
Selain gejala umum di atas, Kanker Ovarium juga dapat timbul dalam sindroma
Paraneoplastik. Kondisi seperti Degenerasi Cerebellum Subakut, atau keratosis seboroik
yang tiba – tiba juga bisa menjadi penanda kemungkinan adanya Kanker Ovarium.3,5
Seluruh evaluasi di atas haruslah dilakukan dengan pengambilan histori terhadap gejala
yang muncul saat ini (Chief and Others Complaints) dan penilaian terhadap Faktor Resiko
Kanker Ovarium. Hal ini termasuk di dalamnya terdapat histori personal dan keluarga terhadap
masalah ginekologi dan kanker lainnya. Informasi ini digunakan untuk menentukan apakah
Kanker Ovarium dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang muncul pada pasien.3,4
Gambar 2. Tabel Indikasi Genetic Risk Assessment dan Genetic Counseling.5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang biasa dilakukan adalah pemebriksaan Bimanual Abdomen. Yang
akan ditemukan adalah adanya massa yang terletak di sekitar abdomen atau adneksa. Selain itu
pemeriksaan yang bisa dilakukan pada Pasien dengan gejala adalah pemeriksaan Rektovaginal
dengan Vesika Urinaria yang kosong untuk mengevaluasi masa di rongga pelvis atau abdomen .3
Masa di rongga pelvis dan pelvi-abdomen, akan dapat ditemukan saat dilaksanakan
pemeriksaan bimanual. Apabila teraba massa maka perlu dilakukan assessment terhadap lokasi,
ukuran, konsistensi, permukaan, batas, mobilitas, dan lainnya. Massa pada kasus keganasan
biasanya solid, bernodul, dan terfiksasi. Namun, massa yang besar memenuhi Pelvis dan
Abdomen lebih mungkin merupakan Tumor Jinak atau border line. Selanjutnya untuk
menentukan rencana operasi (bedah), perlu dilakukan pemeriksaan Rektovaginal. Seperti
contoh, pada kanker yang berada di rectovaginal septum maka perlu diposisikan dalam kondisi
Litotomi untuk melakukan reseksi kolon anterior bawah sebagai bagian dari eksisi tumor .3
Pemeriksaan asites juga dapat dilakukan. Apabila didapatkan adanya Asites dan juga masa
pada pelvis, maka diagnosis kerjanya adalah Kanker Ovarium sampai bisa dibuktikan
setelahnya. Tetapi apabila ditemukan adanya Asites tanpa ada massa di Pelvis maka Kanker
Ovarium bukan menjadi Diagnosis Kerja dari kasus tersebut.3
Auskultasi juga dilakukan dengan pemeriksaan Auskultasi di daerah dada. Hal ini untuk
menemukan adanya Efusi Pleural yang ganas, karena gejalanya tidaklah serius. Pemeriksaan
lain yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan palpasi di nodus periferal.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah Pemeriksaan Laboratorium dan
Pemeriksaan Radiologi.
o Pemeriksaan Laboratorium
Biomarker lain yang bisa digunakan adalah Human Epididymal Protein 4 (HEP4).
Bersama CA125 dan status menopause, pengecekan biomarker ini merupakan bagian
penting dalam Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA).3
OVA 1 juga merupakan biomarker yang bisa digunakan. Skor 5 pada wanita pre-
menopause dan 4,4 pada wanita post-menopause merupakan nilai dimana diindikasikan
konsultasi dengan Gineko-onkologis. Penggunaan OVA1 ataupun ROMA masih belum
dipastikan keefektivannya dalam prosedur triase Pre-operatif, sehingga tidak terlalu
dibutuhkan. Ketika diagnosis Kanker Mucinosum Ovarium tegak, kadar serum CA19-9 dan
CEA lebih baik digunakan sebagai indikasi.3
o Pemeriksaan Radiologi
CT scan memiliki peran penting pada kasus Kanker Ovarian tahap lanjut. Pada fase Pre-
operatif, implant pada hati, retroperitoneum, Omentum, atau lokasi intraabdomen lainnya
berguna untuk membantu operasi Cyto-reduksi dan mendemonstrasikan penyakit yang
tidak bisa direseksi. Namun, untuk membedakan massa tumor dan keganasan,
Transvaginal Sonography masih lebih baik.3
o Pemeriksaan Penunjang Lain
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa wanita dengan masa pelvis dan juga
asites, maka Diagnosis Kerja yang ditegakkan adalah Kanker Ovarium hingga terbukti
selanjutnya. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur Diagnosis Parasentesis. Prosedur ini
terutama dilakukan pada Pasien dengan Asites namun tanpa adanya Massa Pelvis. Selain
untuk Diagnosis, Parasentesis juga berguna untuk Tatalaksana simtomatik dari Asites itu
sendiri.3
Biopsi juga menjadi Prosedur Diagnosis Definitif untuk membedakan jenis Tumor atau
kanker yang ada di Ovarium.3
Penutupan
Wanita memiliki organ gonad yang menghasilkan Sel Gamet dan juga Hormon Seks. Organ tersebut
adalah Ovarium. Sama seperti organ lainnya, Ovarium juga dapat mengalami perubahan menjadi Sel
atau Jaringan kanker. Terdapat 3 jenis Kanker Ovarium yaitu Kanker Epitel Ovarium, Germ Cell Tumor,
dan Sex Cord and Stromal Tumor (SCST). Untuk mendiagnosis ketiga kanker tersebut maka diperlukan
adanya anamnesis yang holistic, Pemeriksaan Fisik, dan juga Pemeriksaan Penunjang untuk menegakkan
Diagnosis Kanker Ovarium.
Referensi
1. Tortora G. Principles of anatomy & physiology. 14th ed. Danver: Wiley; 2014
2. Hall JE, Guyton AC. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13 th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2015
3. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JL, Corton MM. Williams gynecology.
3rd ed. New York: Mc Graw Hill Edcuation; 2016.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams obstetrics.
24th ed. New York: Mc Graw Hill Edcuation; 2014.
5. Doubeni CK, Doubeni AR, Myers AE. Diagnosis and management of ovarian cancer. Am Fam
Physician [Internet]. 2016 Jun 1 [Cited 2018 Nov 11]; 93(11): p937-44. Available from :
https://www.aafp.org/afp/2016/0601/p937.html#sec-4