Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HIMPUNAN BILANGAN, RELASI, DAN 

FUNGSI

Posted on July 3, 2017 by wisnudewandaru


HIMPUNAN DAN BILANGAN  
 Pengertian himpunan dan anggota himpunan
            Himpunan adalah sekelompok / kumpulan benda atau objek yang anggotanya                    
dapat didefinisikan / ditentukan dengan jelas.Anggota himpunan adalah objek                   yang
ada di dalam himpunan.
 Macam-macam himpunan berdasarkan jumlah anggotanya
 Himpunan bilangan asli
A = { 1, 2, 3, 4, 5, … }

 Himpunan bilangan cacah


               C = { 0, 1, 2, 3, 4, …. }
 Himpunan bilangan prima
              P = { 2, 3, 5, 7, 11, …. }
 Himpunan bilangan genap
              G = { 0, 2, 4, 6, 8, 10, …. }
 Himpunan bilangan ganjil
              G = { 1, 3, 5, 7, 9, …. }
 Himpunan bilangan komposit (tersusun)
              T = { 4, 6, 8, 9, 10, 12, …. }
 Himpunan tak hingga
A = { 1, 3, 5, 7, ….. }, (n)A = ∞ (jumlah anggota himpunan A adalah tak

terhingga)

 Himpunan berhingga
B = { 1, 3, 5, 7 }, (n)A = 4 (jumlah anggota himpunan B adalah sebanyak 4)

 Himpunan kosong
K = { himpunan bilangan prima antara 7 dan 9 }, K = { } (jumlah anggota                            
himpunan K adalah tidak ada atau kosong)
 Himpunan bagian
A = {2, 3, 5 } dan B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
Semua anggota himpuna A adalah merupakan anggota himpunan B. Sehingga                     dapat
dikatakan bahwa; A bagian dari B, ditulis A c B atau B memuat A ditulis B                 ‫ ﬤ‬A

 Himpunan semesta
Bila A = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka beberpa himpunan semesta pembicaraan yang                        
mungkin untuk A adalah;
S = { bilangan asli }
S = { bilangan cacah }
S = { bilangan kelipatan 2 }
Operasi antar himpunan dan contohnya

Rumus operasi himpunan :

           
Menyatakan himpunan dengan menggunakan kata-kata atau menyebut syarat-

syaratnya
*Contohnya adalah;
– A = { bilangan prima kurang dari 20 }
– B = { bilangan asli antara 7 sampai 25 }

Menyatakan himpunan dengan menyebutkan atau mendaftar anggota-



anggotanya
Yaitu dengan cara anggota himpunan dituliskan di dalam kurung kurawal dan antara anggota
yang satu dengan yang lainnya dipisahkan dengan tanda koma.

*Contohnya adalah;

– A = { jeruk, salak, jambu, semangka, mangga }


(untuk himpunan yang anggotanya sedikit atau terbatas)
– B = { Aceh, Medan, Padang, Palembang, Bengkulu, Lampung, ….., Makasar }
(untuk himpunan yang anggotanya banyak tapi terbatas)
– C = { 2, 3, 5, 7, 11, 13, ….. }
(untuk himpunan yang jumlah anggotanya banyak dan tidak terbatas)

Menyatakan himpunan dengan notasi pembentuk himpunan



Cara menyatakana himpunan dengan notasi pembentuk himpunan adalah dengan mengikuti
aturan berikut ini;

1. a) Benda atau objeknya dilambangkan dengan sebuah peubah (a, b, c, …., z)


b) Menuliskan syarat keanggotaannya dibelakang tanda ‘I’
*Contohnya adalah;
– A = { x I x < 7, x bilangan asli }
Dibaca: himpunan setiap x sedemikian hingga x adalah kurang dari 7 dan x adalah bilangan asli.
– B = { (x,y) I y + x = 7, x dan y bilangan asli }
Dibaca: himpunan pasangan x dan y sedemikian hingga y ditambah x sama dengan 7 untuk x dan
y adalah bilangan asli.

 Menyatakan himpunan dengan diagram Venn


Gambaran soal tentang 35 siswa suka Sate dan 25 siswa suka Soto dalam diagram Venn adalah
sebagai berikut.

Karena hanya terdapat 50 siswa, berarti terdapat beberapa siswa yang double counted, terhitung
dua kali. Mengapa? karena, jika dijumlahkan yang suka sate dan suka soto, jumahnya lebih besar
yakni 60 siswa.
Berarti ada 10 siswa ( 60 – 50 ) =10.

Gambar diagram Venn nya sebagai berkut.

Kita dapatkan bahwa:


Siswa yang menyukai Sate = 35 orang
Siswa yang menyukai Sate saja = 25 orang
Siswa yang menyukai Soto = 25 orang
Siswa yang menyukai Soto saja = 15 orang
Adapun siswa yang menyukai kedanya (Sate dan Soto) adalah 10 orang.
Perhatikan gambar diagram Venn di atas.
Kita dapat pahami bahwa

35 orang + 25 orang tidak sama dengan ketika kedua kelompok itu digabungkan.

akan tetapi

50 orang (total siswanya) =  35 orang (suka sate) + 25 orang (suka soto) – 10 orang (ska
keduanya)

 Himpunan bilangan dan sifat-sifat bilangan


 Himpunan bilangan
1. Himpunan Bilangan Asli
Bilangan asli merupakan bilangan yang sering kita gunakan, seperti untuk  menghitung
banyaknya pengunjung dalam suatu pertunjukan seni atau banyaknya tamu yang menginap di
hotel tertentu. Bilangan asli sering pula disebut sebagai bilangan natural karena secara alamiah
kita mulai menghitung dari angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Bilangan-bilangan tersebut membentuk
suatu himpunan bilangan yang disebut sebagai himpunan bilangan asli. Dengan demikian,
himpunan bilangan asli didefinisikan sebagai himpunan bilangan yang diawali dengan angka 1
dan bertambah satu-satu.

Himpunan bilangan ini dilambangkan dengan huruf A dan anggota himpunan dari bilangan asli
dinyatakan sebagai berikut.

A = {1, 2, 3, 4, …}.

2. Himpunan Bilangan Cacah


Dalam sebuah survei mengenai hobi siswa di kelas tertentu, diketahui bahwa banyak siswa yang
hobi membaca 15 orang, hobi jalan-jalan sebanyak 16 orang, hobi olahraga sebanyak 9 orang
dan tidak ada siswa yang memilih hobi menari. Untuk menyatakan banyaknya anggota yang
tidak memiliki hobi menari tersebut, digunakan bilangan 0. Gabungan antara himpunan bilangan
asli dan himpunan bilangan 0 ini disebut sebagai himpunan bilangan cacah.

Himpunan bilangan ini dilambangkan dengan huruf C dan anggota himpunan dari bilangan cacah
dinyatakan sebagai berikut:

C = {0, 1, 2, 3, 4,…}.

3. Himpunan Bilangan Bulat


Himpunan bilangan bulat adalah gabungan antara himpunan bilangan cacah dan
himpunan bilangan bulat negatif. Bilangan ini dilambangkan dengan huruf B dan
anggota himpunan dari bilangan bulat dinyatakan sebagai berikut:
B = {…, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, …}.
4. Himpunan Bilangan Rasional
Himpunan bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang dapat dinyatakan

dalam bentuk , dengan p, q ∈ B dan q ≠ 0. Bilangan p disebut pembilang dan q disebut penyebut.


Himpunan bilangan rasional dilambangkan dengan huruf Q. Himpunan dari bilangan rasional
dinyatakan sebagai berikut:
5. Himpunan Bilangan Irasional
Himpunan bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk ,
dengan p, q anggota B dan q ≠ 0. Contoh bilangan irasional adalah bilangan desimal yang tidak
berulang (tidak berpola), misalnya: 2 , π, e, log 2. Himpunan bilangan ini dilambangkan dengan
huruf I.
 Sifat-sifat bilangan
 Sifat komutatif
Sifat komutatif adalah penjumlahan atau perkalian dua bilangan, dan kedua bilangan ditukarkan
hasilnya akan tetap sama. Sifat Komutatif juga disebut dengan sifat pertukaran. Sifat Komutatif
tidak berlaku untuk Pengurangan dan Pembagian karna hasilnya tidak sama.

Komutatif dapat di rumuskan Sebagai berikut :

a  +  b =  b  +  a

Dimana : a dan b bilangan bulat

(a  x  b  =  b  x  a)

Contoh
Contoh Sifat komutatif dalam Penjumlahan

2+3=5

dan kita tukar tempatnya seperti dibawah ini :

3+2=5

Dan hasilnya tetap sama, yaitu 5. Maka Hukum Komutatif berlaku untuk operasi hitung
penjumlahan.

Sehingga : 2 + 3 = 3 + 2

Contoh Sifat komutatif dalam Perkalian

2x3=6

dan kita tukar tempatnya seperti dibawah ini :

3x2=6

Dan hasilnya tetap sama, yaitu 6. Maka Hukum Komutatif berlaku untuk operasi hitung
Perkalian.

Sehingga : 2 x 3 = 3 x 2
 Sifat  Assosiatif
Sifat Asosiatif adalah penjumlahan atau perkalian tiga buah bilangan yang dikelompokkan secara
berbeda. Namun hasil operasinya akan tetap sama. Sifat Asosiatif dinamakan dengan Sifat
Pengelompokan. Sifat Assosiatif dapat dirumuskan sebagai berikut :

(a + b) + c = a + (b + c) dan

(a x b) x c = a x (b x c)

Contoh :
Contoh sifat asosiatif dalam penjumlahan:

(2 + 3) + 4 = 5 + 4 = 9

2 + (3 + 4) = 2 + 7 = 9

Maka, (2 + 3) + 4  = 2 + (3 + 4)

contoh sifat asosiatif dalam perkalian:

(2 × 3) × 4 = 6 × 4 = 24

2 × (3 × 4) = 2 × 12 = 24

maka, (2 × 3) × 4 = 2 × (3 × 4).

 Sifat Distributif
Sifat Distributif adalah menggabungkan dengan cara mengkombinasikan bilangan. Sifat
distributif juga di sebut dengan sifat penyebaran. Sifat Distributif di rumuskan sebagai berikut :

a x (b + c) = (a x b) + (a x c)

a × (b – c) = (a × b) – (a × c)

a,b,c bilangan bulat

Contoh
Contoh Sifat Distributif

2 × (3 + 4) = (2 × 3) + (2 × 4)
Maka :

2 × (3 + 4) = 2 × 7 = 14

(2 × 3) + (2 × 4) = 6 + 8 =14

Jadi, 2 × (3 + 4) = (2 × 3) + (2 × 4)

   
1. Bilangan bulat dan bilangan rill
 BILANGAN BULAT
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang mencakup bilangan cacah, bilangan asli, bilangan
nol, bilangan satu, bilangan prima, bilangan komposit dan bilangan negatif.

Macam-macam bilangan  bulat :

 Bilangan Bulat Positif


Bilangan bulat positif adalah bilangan bulat yang letaknya berada di sebelah kanan 0 (nol) pada
garis bilangan bulat. Jadi 1, 2, 3, 4, …. merupakan bilangan bulat positif.

 Bilangan Bulat Negatif


Bilangan bulat negatif adalah bilangan yang letaknya berada di sebelah kiri 0(nol) pada garis
bilangan. Jadi -1, -2, -3, -4, … merupakan bilangan bulat negatif.

 0 (Nol)
Nol tidak termasuk anggota bilangan bulat positif dan negatif. Dia berdiri sendiri. Sehingga
anggota bilangan bulat adalah bilangan bulat postif, nol, dan bilangan bulat negatif.

Contoh bilangan bulat :

 Untuk pengukuran suhu. Suhu di Kota Jakarta siang ini sebesar 24 derajat celcius
sedangkan suhu di kutub utara -34 derajat celcius. Angka 24 dan -34 tersebut
merupakan bilangan bulat.
 Sebagai pengukur kedalaman laut. Jika kita menyatakan kedalaman 25 meter di
bawah permukaan laut, maka yang ditulis adalah -25 meter. Angka -25 merupakan
bilangan bulat negatif.
 Untuk menyatakan jumlah. Pernahkah adik-adik ke kebun binatang? Disana terdapat
banyak sekali binatang. Coba hitung berapa jumlah jerapah di kebun binatang
tersebut? Misalkan jumlah jerapahnya 15 ekor. Maka angka 15 merupakan bilangan
bulat positif.
 

 BILANGAN RIIL
Bilangan riil atau sering disebut juga bilangan real dalam matematika menyatakan suatu bilangan
yang dapat dibentuk menjadi desimal seperti 3.2678. Bilangan riil ini meliputibilangan
rasional yang direpresentasikan dalam bentuk desimal berakhir dan bilangan irasional yang
direpresentasikan dalam bentuk desimal berulang. Untuk bilangan riil sendiri direpresentasikan
sebagai salah satu titik pada garis bilangan.
Contoh Soal :

Intan membeli sepeda dan kemudian menjual kembali dengan harga Rp. 800.000,00-.  Jika
ternyata ia untung 25 %, maka harga pembelian sepeda tersebut adalah ….

Pembahasan :

Harga beli dengan untung p% adalah = Harga jual ×

Harga beli

= Rp. 800.000,00 ×

= Rp. 800.000,00 ×

= Rp. 640.000,00

Jadi harga beli sepeda Rp. 640.000,00

1. RELASI
2. Definisi Relasi
Relasi adalah hubungan antara dua elemen himpunan. Hubungan ini bersifat abstrak dan tidak
perlu memiliki arti apapun baik secara konkrit maupun secara matematis. Jika R suatu relasi
yang menghubungkan  dengan , maka kita dapat menulisnya dengan  atau . Dimana x disebut
prapeta y, ydisebut peta atau bayangan dari x (ditulis: y = R(x)). Himpunan A disebut daerah asal
atau domain, himpunan B disebut daerah kawan atau kodomain dan himpunan yang dibentuk
dari prapeta pada anggota A yang merupakan anggota himpunan B disebut daerah hasil atau
range. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh

A = {a,b,c,d}, B = {1,3,2,4} dan R  relasi dari A ke B yang ditunjukkan dengan “kuadrat dari”,


maka relasi tersebut dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini.
Domain      : {a,b,c,d}

Kodomain  : {1,3,2,4}
Range         : {1,3,2,4}

2. Relasi dengan matriks relasi dan diagram panah


 Matriks Relasi
 Misalkan R adalah relasi dari A = {,, … ,} dan B = {,, … ,}
 Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [],
 

Yang dalam hal ini :

 Diagram Panah
Langkah-langkah cara menyatakan relasi dengan diagram panah:

a.Membuat dua lingkaran atau ellips

b.Untuk meletakkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B x=A

diletakkan pada lingkaran A dan y=B diletakkan pada lingkaran B

1. x dan y dihubungkan dengan anak panah


2. Arah anak panah menunjukkan arah relasi
3. Anak panah tersebut mewakili aturan relasi
contoh :

3. Relasi Invers dan Komposisi Relasi


 Relasi Invers
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi dilambangkan
dengan , adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh

Contoh : Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15} jika kita definisikan relasi R dan P ke Q
dengan  jika p habis membagi q
Maka diperoleh
R=

adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan  jika q adalah kelipatan dari p.


 
 
 Komposisi Relasi
Misalkan R  adalah relasi dari himpunan A ke himpunan  B,  dan S adalah relasi dari
himpunan B  ke himpunan C . Komposisi R dan S , dinotasikan dengan = , dan untuk beberapa
dan
Contoh :

R=
Adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan

          S =
Adalah relasi himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan

Makah komposisi relasi R dan S adalah :


=

4. Perbedaan Sifat Relasi


 Refleksif
              Suatu relasi bersifat reflektif , jika setiap x є A, maka (A,A) є R
Contoh :

 B = {1,2,3} dan R = {(x,y)│x,y є B, xy > 0}


Periksa apakah R reflektif atau tidak

Peny :

B x B = {(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,3) dari hasil kali Cartesian kita memperoleh R


= {(1,1),(2,2),(3,3)}. Karena semua hasil xy > 0 dan x є B, maka R adalah relasi yang reflektif.

 A = {-1,0,1} dan R = {(x,y)│x,y є A, xy > 0}


Periksa apakah R reflektif atau tidak

 Transitif
Suatu Relasi bersifat transitif, jika setiap x,y,z є A dengan xRy, yRz, dan xRz

Contoh :
 A = {-1,0,1} dan R = {(x,y) │x,y є A, x ≥ y}
Periksa apakah R transitif atau tidak

Peny :

A x A = {(-1,-1), (-1,0), (-1,1), (0,-1), (0,0), (0,1), (1,-1), (1,0), (1,1)} dari hasil kali Cartesian
kita memperoleh,

R = {(-1,-1), (-1,0), (-1,1), (0,0), (0,1), (1,1)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y,z є A) dengan xRy dan yRz, berlaku xRz

 N = {G,U,T} dan R = {(G,U), (T,U), (U,G), (G,T)


Periksa apakah R transitif atau tidak

 Simetris
Suatu relasi bersifat simetrik, jika untuk setiap x,y є A dengan xRy dan yRx

Contoh

 M = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є M,  xy > 0}


Periksa apakah R simetris atau tidak

Peny :

M x M = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-1,1),(-1,2)

(0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1), (1,2),(2,-2)

(2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}, dari hasil kali Cartesian kita memperoleh

R = {(-2,-2), (-2,-1), (-1,-2), (-1,-1), (1,1), (1,2), (2,2)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R dengan x,y є M. Jadi R
adalah sebuah relasi yang simetris.

 B = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є B,  x ≤ y }


Periksa apakah R simetris atau tidak
Anti Simetri
Suatu Relasi bersifat antisimetris, jika untuk setiap x,y є A dengan xRy dan yRx maka x = y.

Contoh :

 A  = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є A,  y = │x }


Periksa apakah R antisimetris atau tidak

Peny :

M x M = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-1,1),(-1,2)

(0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1), (1,2),(2,-2)

(2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}, dari hasil kali Cartesian kita memperoleh

R = {(-2,2),(-1,1),(1,1),(0,0),(2,2)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R dengan x,y є A. Jadi R
adalah sebuah relasi yang antisimetris.

 G = {B,A,M} dan R = {(B,A), (A,B), (B,M), (M,B), (A,M)}


Periksa apakah R antisimetris atau tidak

1. FUNGSI
2. Definisi Fungsi
Fungsi f adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang
disebut daerah asal (Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua yang
disebut daerah kawan (Kodomain).

2. Fungsi Satu-satu (One to one ) pada Fungsi Pada (on to)


 Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif (injective) setiap anggota
A mempunyai peta yang berbeda di B.
Misalkan fungsi f menyatakan A ke B maka fungsi f disebut suatu fungsi satu-satu (injektif),
apabila setiap dua elemen yang berlainan di A akan dipetakan pada dua elemen yang berbeda di
B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan bahwa f:A→B adalah fungsi injektif apabila a ≠ 
a’ berakibat f(a) ≠  f(a’) atau ekuivalen, jika f(a) = f(a’) maka akibatnya a = a’.
Contoh:

1. Fungsi f pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2 bukan suatu fungsi satu-satu
sebab
f(-2) = f(2).

Adapun fungsi pada A = {bilangan asli}  yang

didefinisikan dengan f(x) = 2x  adalah fungsi

satu-satu, sebab kelipatan  dua dari setiap dua

bilangan yang berlainan adalah berlainan pula.

 Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif jika setiap anggota B punya


pasangan di A.
Contoh :

Misalkan f adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B maka daerah hasil  f(A)

dari fungsi f adalah himpunan bagian dari B, atau f(A) c B. Apabila f(A) = B, yang berarti setiap
elemen di B pasti merupakan peta dari sekurang-kurangnya satu elemen di A maka kita katakan f
adalah suatu fungsi surjektif atau “f memetakan A Onto B”

Contoh:

1. Fungsi f: R→R yang didefinisikan dengan rumus f(x) = x2    bukan fungsi yang  onto
karena himpunan bilangan negatif tidak dimuat oleh hasil fungsi tersebut

2. Gb. 2.11
Misal A = {a, b, c, d} dan B = {x, y, z} dan fungsi f: A

→ B yang didefinisikan dengan diagram panah adalah

suatu fungsi yang surjektif karena daerah hasil f adalah

sama dengan kodomain dari f (himpunan B).

 
3. Perbedaan Domain, Kodomain, dan Range suatu fungsi
Domain adalah himpunan asal yang dipetakan dalam fungsi
Kodomain adalah himpunan tujuan pemetaan dalam fungsi
Range adalah daerah hasil pemetaan yang merupakan bagian dari kodomain.

1. Bilangan bulat dan bilangan rill


 BILANGAN BULAT
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang mencakup bilangan cacah, bilangan asli, bilangan
nol, bilangan satu, bilangan prima, bilangan komposit dan bilangan negatif.

Macam-macam bilangan  bulat :

 Bilangan Bulat Positif


Bilangan bulat positif adalah bilangan bulat yang letaknya berada di sebelah kanan 0 (nol) pada
garis bilangan bulat. Jadi 1, 2, 3, 4, …. merupakan bilangan bulat positif.

 Bilangan Bulat Negatif


Bilangan bulat negatif adalah bilangan yang letaknya berada di sebelah kiri 0(nol) pada garis
bilangan. Jadi -1, -2, -3, -4, … merupakan bilangan bulat negatif.

 0 (Nol)
Nol tidak termasuk anggota bilangan bulat positif dan negatif. Dia berdiri sendiri. Sehingga
anggota bilangan bulat adalah bilangan bulat postif, nol, dan bilangan bulat negatif.

Contoh bilangan bulat :

 Untuk pengukuran suhu. Suhu di Kota Jakarta siang ini sebesar 24 derajat celcius
sedangkan suhu di kutub utara -34 derajat celcius. Angka 24 dan -34 tersebut
merupakan bilangan bulat.
 Sebagai pengukur kedalaman laut. Jika kita menyatakan kedalaman 25 meter di
bawah permukaan laut, maka yang ditulis adalah -25 meter. Angka -25 merupakan
bilangan bulat negatif.
 Untuk menyatakan jumlah. Pernahkah adik-adik ke kebun binatang? Disana terdapat
banyak sekali binatang. Coba hitung berapa jumlah jerapah di kebun binatang
tersebut? Misalkan jumlah jerapahnya 15 ekor. Maka angka 15 merupakan bilangan
bulat positif.
 

 BILANGAN RIIL
Bilangan riil atau sering disebut juga bilangan real dalam matematika menyatakan suatu bilangan
yang dapat dibentuk menjadi desimal seperti 3.2678. Bilangan riil ini meliputibilangan
rasional yang direpresentasikan dalam bentuk desimal berakhir dan bilangan irasional yang
direpresentasikan dalam bentuk desimal berulang. Untuk bilangan riil sendiri direpresentasikan
sebagai salah satu titik pada garis bilangan.
Contoh Soal :

Intan membeli sepeda dan kemudian menjual kembali dengan harga Rp. 800.000,00-.  Jika
ternyata ia untung 25 %, maka harga pembelian sepeda tersebut adalah ….

Pembahasan :

Harga beli dengan untung p% adalah = Harga jual ×

Harga beli

= Rp. 800.000,00 ×

= Rp. 800.000,00 ×

= Rp. 640.000,00

Jadi harga beli sepeda Rp. 640.000,00

1. RELASI
2. Definisi Relasi
Relasi adalah hubungan antara dua elemen himpunan. Hubungan ini bersifat abstrak dan tidak
perlu memiliki arti apapun baik secara konkrit maupun secara matematis. Jika R suatu relasi
yang menghubungkan  dengan , maka kita dapat menulisnya dengan  atau . Dimana x disebut
prapeta y, ydisebut peta atau bayangan dari x (ditulis: y = R(x)). Himpunan A disebut daerah asal
atau domain, himpunan B disebut daerah kawan atau kodomain dan himpunan yang dibentuk
dari prapeta pada anggota A yang merupakan anggota himpunan B disebut daerah hasil atau
range. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh

A = {a,b,c,d}, B = {1,3,2,4} dan R  relasi dari A ke B yang ditunjukkan dengan “kuadrat dari”,


maka relasi tersebut dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini.
Domain      : {a,b,c,d}

Kodomain  : {1,3,2,4}

Range         : {1,3,2,4}

 
2. Relasi dengan matriks relasi dan diagram panah
 Matriks Relasi
 Misalkan R adalah relasi dari A = {,, … ,} dan B = {,, … ,}
 Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [],
 

Yang dalam hal ini :

 Diagram Panah
Langkah-langkah cara menyatakan relasi dengan diagram panah:

a.Membuat dua lingkaran atau ellips

b.Untuk meletakkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B x=A

diletakkan pada lingkaran A dan y=B diletakkan pada lingkaran B

1. x dan y dihubungkan dengan anak panah


2. Arah anak panah menunjukkan arah relasi
3. Anak panah tersebut mewakili aturan relasi
contoh :

3. Relasi Invers dan Komposisi Relasi


 Relasi Invers
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi dilambangkan
dengan , adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh

Contoh : Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15} jika kita definisikan relasi R dan P ke Q
dengan  jika p habis membagi q
Maka diperoleh

R=

adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan  jika q adalah kelipatan dari p.


 
 
Komposisi Relasi
Misalkan R  adalah relasi dari himpunan A ke himpunan  B,  dan S adalah relasi dari
himpunan B  ke himpunan C . Komposisi R dan S , dinotasikan dengan = , dan untuk beberapa
dan
Contoh :

R=
Adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan

          S =
Adalah relasi himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan

Makah komposisi relasi R dan S adalah :


=

4. Perbedaan Sifat Relasi


 Refleksif
              Suatu relasi bersifat reflektif , jika setiap x є A, maka (A,A) є R
Contoh :

 B = {1,2,3} dan R = {(x,y)│x,y є B, xy > 0}


Periksa apakah R reflektif atau tidak

Peny :

B x B = {(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,3) dari hasil kali Cartesian kita memperoleh R


= {(1,1),(2,2),(3,3)}. Karena semua hasil xy > 0 dan x є B, maka R adalah relasi yang reflektif.

 A = {-1,0,1} dan R = {(x,y)│x,y є A, xy > 0}


Periksa apakah R reflektif atau tidak

 Transitif
Suatu Relasi bersifat transitif, jika setiap x,y,z є A dengan xRy, yRz, dan xRz

Contoh :

 A = {-1,0,1} dan R = {(x,y) │x,y є A, x ≥ y}


Periksa apakah R transitif atau tidak
Peny :

A x A = {(-1,-1), (-1,0), (-1,1), (0,-1), (0,0), (0,1), (1,-1), (1,0), (1,1)} dari hasil kali Cartesian
kita memperoleh,

R = {(-1,-1), (-1,0), (-1,1), (0,0), (0,1), (1,1)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y,z є A) dengan xRy dan yRz, berlaku xRz

 N = {G,U,T} dan R = {(G,U), (T,U), (U,G), (G,T)


Periksa apakah R transitif atau tidak

 Simetris
Suatu relasi bersifat simetrik, jika untuk setiap x,y є A dengan xRy dan yRx

Contoh

 M = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є M,  xy > 0}


Periksa apakah R simetris atau tidak

Peny :

M x M = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-1,1),(-1,2)

(0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1), (1,2),(2,-2)

(2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}, dari hasil kali Cartesian kita memperoleh

R = {(-2,-2), (-2,-1), (-1,-2), (-1,-1), (1,1), (1,2), (2,2)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R dengan x,y є M. Jadi R
adalah sebuah relasi yang simetris.

 B = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є B,  x ≤ y }


Periksa apakah R simetris atau tidak

Anti Simetri
Suatu Relasi bersifat antisimetris, jika untuk setiap x,y є A dengan xRy dan yRx maka x = y.
Contoh :

 A  = {-2,-1,0,1,2} dan R = {(x,y) │x,y є A,  y = │x }


Periksa apakah R antisimetris atau tidak

Peny :

M x M = {(-2,-2), (-2,-1), (-2,0), (-2,1), (-2,2), (-1,-2),(-1,-1),(-1,0),(-1,1),(-1,2)

(0,-2), (0,-1), (0,0), (0,1), (0,2), (1,-2), (1,-1), (1,0), (1,1), (1,2),(2,-2)

(2,-1), (2,0), (2,1), (2,2)}, dari hasil kali Cartesian kita memperoleh

R = {(-2,2),(-1,1),(1,1),(0,0),(2,2)}

Dari sini jelas terlihat bahwa untuk setiap (x,y) є R berlaku (y,x) є R dengan x,y є A. Jadi R
adalah sebuah relasi yang antisimetris.

 G = {B,A,M} dan R = {(B,A), (A,B), (B,M), (M,B), (A,M)}


Periksa apakah R antisimetris atau tidak

1. FUNGSI
2. Definisi Fungsi
Fungsi f adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang
disebut daerah asal (Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua yang
disebut daerah kawan (Kodomain).

2. Fungsi Satu-satu (One to one ) pada Fungsi Pada (on to)


 Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif (injective) setiap anggota
A mempunyai peta yang berbeda di B.
Misalkan fungsi f menyatakan A ke B maka fungsi f disebut suatu fungsi satu-satu (injektif),
apabila setiap dua elemen yang berlainan di A akan dipetakan pada dua elemen yang berbeda di
B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan bahwa f:A→B adalah fungsi injektif apabila a ≠ 
a’ berakibat f(a) ≠  f(a’) atau ekuivalen, jika f(a) = f(a’) maka akibatnya a = a’.

Contoh:
1. Fungsi f pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2 bukan suatu fungsi satu-satu
sebab
f(-2) = f(2).

Adapun fungsi pada A = {bilangan asli}  yang

didefinisikan dengan f(x) = 2x  adalah fungsi

satu-satu, sebab kelipatan  dua dari setiap dua

bilangan yang berlainan adalah berlainan pula.

 Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif jika setiap anggota B punya


pasangan di A.
Contoh :

Misalkan f adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B maka daerah hasil  f(A)

dari fungsi f adalah himpunan bagian dari B, atau f(A) c B. Apabila f(A) = B, yang berarti setiap
elemen di B pasti merupakan peta dari sekurang-kurangnya satu elemen di A maka kita katakan f
adalah suatu fungsi surjektif atau “f memetakan A Onto B”

Contoh:

1. Fungsi f: R→R yang didefinisikan dengan rumus f(x) = x2    bukan fungsi yang  onto
karena himpunan bilangan negatif tidak dimuat oleh hasil fungsi tersebut

2. Gb. 2.11
Misal A = {a, b, c, d} dan B = {x, y, z} dan fungsi f: A

→ B yang didefinisikan dengan diagram panah adalah

suatu fungsi yang surjektif karena daerah hasil f adalah

sama dengan kodomain dari f (himpunan B).

3. Perbedaan Domain, Kodomain, dan Range suatu fungsi


Domain adalah himpunan asal yang dipetakan dalam fungsi
Kodomain adalah himpunan tujuan pemetaan dalam fungsi
Range adalah daerah hasil pemetaan yang merupakan bagian dari kodomain.

Anda mungkin juga menyukai