PENDAHULUAN
Tantangan pertanian di masa mendatang adalah penyediaan pangan yang cukup bagi
penduduk, yang lebih dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Dengan meningkatnya
jumlah penduduk, lahan subur untuk pertanian banyak beralih fungsi menjadi lahan non
pertanian. Sebagai akibatnya, kegiatan budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan marginal
yang membutuhkan input tinggi untuk menghasilkan produk pangan yang memadai.
Petani menghargai pupuk buatan karena efek yang cepat dan peng-gunaannya relatif
mudah. Penggunaan pupuk buatan yang berlebihan dapat mengganggu kehidupan dan
keseimbangan tanah, meningkatkan dekomposisi bahan organik, yang kemudian
menyebabkan degradasi struktur tanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan
menurunnya hasil panen. Sebagai contoh, Reijntjes et al. (1992) menyatakan penggunaan
pupuk N, P dan K yang terus-menerus menyebabkan penipisan unsur-unsur mikro dan
aplikasi N yang tidak seimbang dari pupuk mineral nitrogen menyebabkan menurunnya pH
tanah dan ketersediaan fosfor bagi tanaman. Namun demikian, dengan langsung mengganti
alternatif non kimia belum tentu akan membuat pertanian lebih berkelanjutan, misalnya
penggunaan pupuk kandang secara tidak bijaksana dapat mencemarkan tanah dan air
permukaan seburuk pencemaran yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan.
Berdasarkan uraian di atas pemberian pupuk atau nutrisi, baik yang bersumber dari
bahan organik maupun pupuk buatan (anorganik) perlu dilakukan secara hati-hati dan
bijaksana. Artinya adalah pemberian pupuk tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan
agar tanaman berproduksi secara maksimal, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek
kualitas lingkungan dan lestarinya sumber daya alam dalam rangka mewujudkan pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) (Reijntjes et al. 1992). Berkait-an dengan hal tersebut,
dalam manajemen produksi pertanian modern kedepan rekomendasi pemberian nutrisi harus
didahului dengan diagnosis hara mineral pada tanaman, misalnya melalui diagnosis
berdasarkan gejala visual (visible symptoms) dan analisis tanaman (plant analysis). Untuk
mencegah dampak negatif yang timbul, pemberian pupuk tertentu baru dilakukan bila status
hara mineral tersebut pada kisaran defisiensi (“deficiency range”) (Grundon, 1987).