DAFTAR ISI
Hal
MODUL 1
FILOSOFI LAHIRNYA PENETAPAN HAK ATAS TANAH
BAB I ERA PRA PENJAJAHAN …..………………………………………… 10
MODUL 2
PENETAPAN HAK ATAS TANAH
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 27
A. Pengertian ……………………………………………………………………. 47
A. Pengertian ……………………………………………………………………. 55
A. Pengertian ……………………………………………………………………. 59
A. Pengertian ……………………………………………………………………. 67
A. Pengertian ……………………………………………………………………. 75
F. Rumah Tempat Tinggal atau Hunian untuk Orang Asing ………… 125
MODUL 3
TEORI PELAKSANAAN PRAKTIK PENETAPAN HAK ATAS TANAH
KATA PENGANTAR
Direktur Jenderal
Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah,
Suyus Windayana
9
MODUL 1
DIREKTORAT JENDERAL
PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN TANAH
TAHUN 2023
10
BAB I
ERA PRA-PENJAJAHAN
RANGKUMAN
BAB II
ERA PENJAJAHAN
transportasi. Tanah lungguh atau apanage adalah tanah raja yang hak
gunanya diberikan kepada para pejabat. Pejabat-pejabat birokrasi tidak
mendapat imbalan jasa berupa gaji, tapi sebagai pengganti jerih paya dari
raja mereka mendapat ganduhan atau peminjaman tanah, sebagai tanah
lungguh. Dari hasil bumi tanah tersebut para pejabat dapat membiayai
keperluan hidupnya. Hasil dari tanah sebagian diberikan kepada kas
kerajaan.
Berakhirnya masa VOC dan dimulainya pemerintah Hindia Belanda
ditandai dengan sistem kerja paksa untuk pembangunan berbagai sarana
infrastruktur yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal Daendels. Pada
masa Daendels itu konsep tanah partikelir diterapkan secara luas. Pemilik
tanah partikelir mempunyai hak istimewa yaitu hak pertuanan yaitu
pemilik tanah berhak untuk memerintahkan atau menentukan kepala desa
yang wilayahnya berada dalam Eigendom Partikelir. Kelak setelah
berlakunya Agrarische Wet, tanah partikelir diberi hak Eigendom dengan
ketentuan luasnya lebih dari 10 bau (dari kata Belanda bauw yang berarti
tanah pertanian).
Masa peralihan dari VOC ke pemerintahan Hindia Belanda
berlangsung singkat karena sempat diselingi dengan kekuasaan kerajaan
Inggris. Pada masa pemerintahan kolonial Inggris sempat akan diterapkan
sistem sewa tanah (land rent). Konsep ini akan menetapkan seluruh tanah
di wilayah Nusantara sebagai milik negara (crown land). Alasan yang
digunakan adalah karena seluruh wilayah Indonesia saat itu bagian dari
sistem pemerintah Inggris. Masyarakat Indonesia yang mendiami tanahnya
berstatus sebagai penyewa. Tetapi hal ini gagal diterapkan karena
kekuasaan kolonial Inggris berlangsung singkat yaitu selama 5 tahun, dari
tahun 1811-1816. Kekuasaan pemerintahan kolonial kemudian berpindah
kembali ke pemerintah Hindia Belanda.
Setelah pemerintah Hindia Belanda berkuasa kembali, eksploitasi
tanah pertanian secara besar-besaran dilakukan melalui program tanam
paksa (culturestelsel). Sistem tanam paksa ini meliputi wilayah seluruh
pulau Jawa dan Madura dimana seluruh penduduk wajib untuk menanam
komoditi penting dan menjual kepada pemerintah Hindia Belanda.
Masyarakat yang tidak memiliki tanah, ikut sebagai buruh tani pada tuan-
tuan tanah sedangkan petani pribumi pemilik tanah harus menanam
komoditi tertentu dengan harga jual yang rendah. Pengakuan hak atas
tanah yang berlaku pada periode ini masih sama seperti periode
pemerintahan VOC.
Seiring dengan perkembangan politik di kerajaan Belanda yang
mengarah pada politik liberal, maka sistem tanam paksa dihapuskan dan
diganti dengan penyediaan tanah untuk investasi. Pada masa pasca tanam
14
karena :
- Tanah milik masyarakat yang tidak bisa dibuktikan dengan surat –
surat kepemilikan dinyatakan sebagai tanah negara.
- Pemerintah Hindia Belanda dengan semena – mena menetapkan suatu
kegiatan atau suatu kawasan dengan menghargai tanah masyarakat
sangat rendah atau bahkan tidak sama sekali
- Pemerintah Hindia Belanda dapat menjual tanah millik masyarakat
kepada swasta sebagai tanah partikelir
Djatmiko (2008) menyebutkan Pasal 1 Agrarisch Besluit membedakan
dua bentuk tanah Negara yakni:
1. Tanah–tanah Negara yang disebut dengan tanah Negara bebas vrij
landsdomein yaitu tanah Negara yang benar-benar bebas artinya bahwa
tanah tersebut belum ada atau belum pernah dilekati oleh sesuatu hak
apapun. Apabila tanah negara tersebut dikuasai rakyat diistilahkan
sebagai tanah Negara yang diduduki oleh rakyat
2. Tanah Negara yang tidak bebas onvrij landsdomeinyaitu tanah Negara
yang diatasnya ada haknya. Pengertian hak disini adalah yang sesuai
dengan ketentuan hukum barat (BW) termasuk di dalamnya tanah-
tanah yang dilekati hak berdasarkan hukum adat setempat
Berdampingan dengan hak – hak barat adalah tanah-tanah menurut
hukum adat yang diakui oleh pemerintah Hindia Belanda tetapi tidak
terdaftar, yaitu:
1. Milik, yasan (yoso). Adalah tanah di mana hak seseorang atas tanah itu
berasal dari kenyataan bahwa dia atau leluhurnya yang pertama-tama
membuka atau mengerjakan tanah tersebut.
2. Tanah gogolan, norowito, pekulen, pelayangan, kesikepan: tanah
pertanian milik bersama (komunal), dimana para warga desa dapat
memperoleh bagian untuk digarap, baik secara bergilir maupun secara
tetap dengan syarat-syarat tertentu. Hak Gogolan sering disebut Hak
Sanggao atau Hak Pekulen. Tanah Gogolan terbagi atas :
a. Tanah gogolan tetap. Apabila para gogol tersebut terus menerus
mempunyai tanah gogolan yang sama dan apabila si gogol meninggal
dunia, dapat diwariskan kepada ahli warisnya.
b. Tanah gogolan tidak tetap. Apabila para gogol tersebut tidak terus
menerus mempunyai tanah gogolan yang sama atau apabila si gogol
meninggal dunia, maka tanah gogolan tersebut kembali kepada desa
3. Tanah Bengkok : tanah milik desa yang diberikan kepada pamong desa
selama menjabat
4. Tanah Titisoro/ Bondo Deso/ Kas Desa : tanah milik desa yang
biasanya disewakan, dengan cara dilelang kepada siapa yang mau
menggarapnya.
18
5. Tanah Yasan : tanah milik desa yang diberikan kepada seseorang pada
tanah pekarangan yang terbatas untuk periode tertentu
6. Hak atas druwe : hak milik yang berlaku di lingkungan masyarakat
adat Bali. Hak atas druwe desa : apabila masyarakat membeli tanah
untuk kepentingan – kepentingan sendiri tetapi atas nama desa
(Supriadi, 2010)
7. Pesini, kalakeran : hak milik yang berlaku di lingkungan masyarakat
adat Minahasa
8. Perdikan: tanah bebas pajak. Contoh: Desa Perdikan Banjarsari
(Madiun), berasal dari “Ganjar” dan “Sri” (hadiah sang raja). Sejak
diterbitkannya UU No.13/1946, tentang Penghapusan Desa Perdikan,
maka desa-desa Perdikan hapus dan beralih menjadi Desa biasa
9. Hak – hak tanah adat sesuai dengan perkara yang telah diputuskan
oleh pengadilan seperti hak sewa menurut Hukum Adat Aceh, Hak Atas
Tanah di Batak, di Minangkabau, di Bengkulu dan di Sulawesi Utara
(Supriadi, 2010)
Hak-hak Barat dicatat secara resmi di kantor pendaftaran tanah dan
diberikan akta kepemilikan tanah. Sedangkan hak-hak asli Indonesia tidak
dicatat secara resmi sehingga tidak terdapat tanda bukti kepemilikan. Satu-
satunya catatan mengenai tanah dalam bentuk surat penagihan pajak bumi
dengan nama bervariasi seperti verponding Indonesia, pethuk D, letter C
dan kitir.
Selain tanah-tanah adat dan tanah-tanah dengan hak barat, terdapat
juga tanah swapraja dan tanah yang diberikan hak seperti tanah adat tetapi
diakui oleh pemerintah, yaitu:
1. Tanah kesultanan (Sultan ground). Adalah tanah yang belum diberikan
haknya kepada penduduk maupun pemerintah desa, masih merupakan
milik keraton Yogyakarta sehingga siapapun yang akan menggunakan
harus meminta ijin kepada pihak keraton. Tanah ini berdasarkan pasal
1 Rijksblaad Kasultanan Tahun 1918 No. 16 dan Rijksblaad Tahun
1919 No. 18. Semua tanah yang tidak dapat dibuktikan dengan hak
eigendom oleh pihak lain adalah milik/domain kerajaan/keraton
Yogyakarta. Hak domein bagi Sultan (Raja) pada Kerajaan/ Kasultanan
Yogyakarta ada sejak ditanda tanganinya perjanjian Giyanti tahun
1755. Sultan Ground terbagi atas :
a. Tanah Mahkota (Crown Domain). Tanah yang sejatinya merupakan
atribut pemerintahan keraton Ngayogyokarto sehingga tidak bisa
dialihkan. Contoh Alun-Alun, Kepatihan, Pasar Ngasem,
Pesanggrahan Ambarukmo dan Hutan Jati di Gunung Kidul.
b. Sultanaad Ground (Tanah Milik Kesultanan). Tanah-tanah milik
Sultan yang bisa diberikan dan dibebani hak. Tanah tersebut
19
RANGKUMAN
Masa penjajahan dimulai dengan kekuasaan VOC atas sejumah
wilayah di tanah air dan kemudian menyebar ke hampir seluruh wilayah
Nusantara. Setelah kebangkrutan VOC, kerajaan Belanda mendirikan
pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Bentuk penguasaan tanah yang
terjadi pada masa penjajahan Belanda terdiri tanah yang dimiliki
pemerintah kolonial, tanah kerajaan atau kekuasaan lokal dan tanah milik
rakyat. Penerapan undang-undang agraria kolonial pada tahun 1870
melahirkan berbagai hak-hak Barat yang diakui dan didaftarkan. Selain itu
20
BAB III
ERA KEMERDEKAAN
RANGKUMAN
MODUL 2
DIREKTORAT JENDERAL
PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN TANAH
TAHUN 2023
27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum tanah nasional yang tertuang dalam UU Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau dikenal dengan
sebutan UUPA, mengatur hak menguasai Negara atas Bumi Air dan
Ruang Angkasa di wilayah Republik Indonesia, dalam hal ini khususnya
tanah yang dalam pengertian permukaan bumi yang dapat diberikan
bermacam-macam hak atas tanah kepada dan dipunyai oleh orang-
orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum.
Pemberian hak atas tanah adalah penetapan pemerintah yang
memberikan suatu hak atas tanah Negara, perpanjangan jangka waktu
hak, pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk pemberian hak diatas
hak pengelolaan. Pemberian hak meliputi hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara dan hak
pengelolaan. Pemberian hak dapat dilaksanakan dengan keputusan
pemberian hak secara individu atau kolektif atau secara umum sebagai
berikut:
a. Pemberian hak secara individual merupakan pemberian hak atas
sebidang tanah kepada seseorang atau sebuah badan hukum
tertentu atau kepada beberapa orang atau badan hukum secara
bersama sebagai penerima hak bersama yang dilakukan dengan satu
penetapan pemberian hak;
b. Pemberian hak secara kolektif merupakan pemberian hak atas
beberapa bidang tanah masing- masing kepada seseorang atau
sebuah badan hukum atau kepada beberapa orang atau badan
hukum sebagai penerima hak, yang dilakukan dengan satu
penetapan pemberian hak.
c. Pemberian hak secara umum merupakan pemberian hak atas
sebidang tanah yang memenuhi kriteria tertentu kepada penerima
hak yang memenuhi kriteria tertentu yang dilakukan dengan satu
penetapan pemberian hak.
Contoh pemberian hak yang dilaksanakan secara Individual atau
kolektif adalah Pemberian hak milik, Pemberian hak guna usaha,
Pemberian hak guna bangunan, Pemberian hak pakai atas tanah Negara
dan Pemberian hak pengelolaan. Sedangkan Contoh Pemberian Hak
yang dilaksanakan secara umum adalah:
28
- Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal, Rumah Toko
dan Rumah Kantor;
- Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal Yang Telah
Dibeli oleh Pegawai Negeri Dari Pemerintah;
- Perubahan Hak Milik Menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai,
Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai atau Hak;
- Perubahan Hak Guna Usaha Menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai
Pengaturan lebih lanjut dalam rangka pemberian hak hak atas
tanah serta pendaftaran tanahnya telah diatur dalam PP Nomor 40
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Tanah dan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Saat
ini dengan diterbitkannya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja telah dikeluarkan PP Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran
Tanah. PP Nomor 18 Tahun 2021 tersebut menyatakan tidak berlaku
ketentuan dalam PP Nomor 40 Tahun 1996, sedangkan PP Nomor 24
Tahun 1997 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan PP Nomor 18 Tahun 2021. Selanjutnya pengaturan penetapan
hak atas tanah yang diatur dalam PP Nomor 18 Tahun 2021 dijelaskan
lebih detail dalam Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 18 Tahun
2021 tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas
Tanah.
Materi bahan ajar/Modul Penetapan Hak Atas Tanah yang
disiapkan ini telah disesuaikan dengan PP Nomor 18 Tahun 2021 dan
Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 18 Tahun 2021 tersebut
sehingga diharapkan dapat memberikan pemahaman yang baru kepada
peserta pelatihan, terkait hal-hal yang mengatur penetapan hak atas
tanah.
B. Deskripsi Singkat
Bahan Ajar ini membahas tentang materi Pra Pemberian Hak Atas
Tanah, Hak Pengelolaan dan Tanah Reklamasi, Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Kewenangan Pemberian Hak
Atas Tanah, Pemberian Hak Atas Tanah Secara Umum, Pemberian Hak
Untuk Pulau Kecil/Wilayah Perairan, Tanah Musnah, Satuan Rumah
Susun, Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Untuk Orang Asing, Ruang
Atas Tanah/Ruang Bawah Tanah dan Sertipikasi Hak Atas Tanah Bekas
Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara
Belanda atau Badan Hukum Milik Belanda (P3MB/Prk 5).
29
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari bahan ajar ini peserta pelatihan peningkatan
kualitas penetapan hak atas tanah diharapkan dapat memahami dan
mampu menjelaskan Pra Pemberian Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan
dan Tanah Reklamasi, Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah,
Pemberian Hak Atas Tanah Secara Umum, Pemberian Hak Untuk Pulau
Kecil/Wilayah Perairan, Tanah Musnah, Satuan Rumah Susun, Rumah
Tempat Tinggal atau Hunian Untuk Orang Asing, Ruang Atas
Tanah/Ruang Bawah Tanah dan Sertipikasi Hak Atas Tanah Bekas
Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara
Belanda atau Badan Hukum Milik Belanda (P3MB/Prk 5).
a. Objek P3MB/Prk 5
b. Subjek P3MB/Prk 5
c. Tata Cara Pembelian Bangunan dan Tanah Objek P3MB/Prk 5
d. Tata Cara Penilaian Objek P3MB/Prk 5
33
BAB II
PRA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
A. Status Tanah
Pengertian status tanah di Indonesia setelah berlakunya UU
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dibagi
dalam 2 (dua) kelompok status tanah yang ada di Indonesia, tanah yang
sudah terdaftar dan tanah yang belum terdaftar. Tanah yang sudah
terdaftar adalah tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak atas tanah
berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai
(sebagaimana ketentuan Pasal 16 UUPA) dan hak pengelolaan, sebagai
alat bukti kepemilikan tanah yang diterbitkan oleh Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN).
Sedangkan tanah yang belum terdaftar adalah tanah yang belum
diterbitkan sertipikat hak atas tanah.
Tanah yang belum diterbitkan sertipikat hak atas tanah dalam
pembuktian haknya terbagi atas 2 (dua) bagian sebagaimana diatur
dalam Pasal 23 dan Pasal 24 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. yaitu:
1. pembuktian hak baru atas tanah dan;
2. pembuktian hak lama atas tanah.
Pembuktian berasal dari kata dasar “bukti” yang dalam arti
etimologi (cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata) menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang menyatakan
kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda. Sedangkan kata
“pembuktian” adalah : proses, cara, perbuatan membuktikan. Kemudian
kata “hak” adalah : milik, kepunyaan. Berdasarkan dari arti kata tersebut
dapat diperoleh pengertian pembuktian hak bidang tanah dalam
pendaftaran tanah adalah keterangan nyata/tanda membuktikan hak
yang diperoleh atau dimiliki seseorang atau badan hukum perdata atas
bidang tanah. Berdasarkan pengertian asal-usul kata tersebut
pembuktian hak sinonim dengan alat-alat bukti berupa surat/dokumen
tertulis kepemilikan adanya hak atas bidang tanah yang dikuasainya.
Pembuktian hak baru atas tanah disebutkan pada Pasal 23 PP Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa untuk keperluan
pendaftaran hak dilampirkan :
1. hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
a. penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang
memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang
34
B. Tanah Negara
Tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh negara
menurut PP Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas
Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah, adalah tanah yang
tidak dilekati dengan sesuatu hak atas tanah, bukan tanah wakaf, bukan
tanah ulayat dan/atau bukan merupakan aset barang milik negara/
barang milik daerah.
Tanah Negara atau Tanah yang dikuasai langsung oleh negara
merupakan seluruh bidang tanah di wilayah Negara Kesatuan Repubik
Indonesia yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh pihak lain.
Tanah Negara tersebut oleh Negara dapat memberikannya kepada
35
perorangan atau badan hukum dengan sesuatu hak atas tanah sesuai
dengan peruntukan dan keperluannya, atau memberikannya dengan hak
pengelolaan. Tanah Negara meliputi:
1. Tanah yang ditetapkan UU atau Penetapan Pemerintah;
2. Tanah reklamasi; Tanah timbul;
3. Tanah yang berasal dari pelepasan/penyerahan hak;
4. Tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan;
5. Tanah Telantar;
6. Tanah hak yang berakhir jangka waktunya serta tidak dimohon
Perpanjangan dan/atau Pembaruan;
7. Tanah hak yang jangka waktunya berakhir dan karena kebijakan
Pemerintah Pusat tidak dapat diperpanjang; dan
8. Tanah yang sejak semula berstatus Tanah Negara.
C. Tanah Wakaf
Wakaf diatur dalam UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan
PP Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf. Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut Syariah.
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Ikrar
Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda
miliknya.
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Akta
Ikrar Wakaf adalah bukti pernyataan kehendak Wakif untuk
mewakafkan harta benda miliknya guna dikelola Nazhir sesuai dengan
peruntukan harta benda wakaf yang dituangkan dalam bentuk akta.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat
PPAIW, adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk
membuat Akta Ikrar Wakaf.
Tanah yang diwakafkan menurut Peraturan Menteri ATR/Kepala
BPN Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf
Di Kementerian ATR/Kepala BPN dapat berupa:
1. Hak Milik atau Tanah Milik Adat yang belum terdaftar;
2. Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Tanah
Negara;
36
3. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan
atau Hak Milik;
4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun; dan
5. Tanah Negara.
Tanah Wakaf atas tanah negara yang belum pernah dilekati
sesuatu hak atas tanah dilakukan dengan mekanisme penegasan tanah
wakaf atas nama Nadzir oleh Kepala Kantor Pertanahan. Nadzir wajib
mengajukan permohonan penegasan tanah wakaf kepada Kepala Kantor
Pertanahan dengan melampirkan :
1. surat permohonan;
2. AIW atau APAIW;
3. surat pengesahan Nadzir yang bersangkutan dari instansi yang
menyelenggarakan urusan agama tingkat kecamatan;
4. bukti perolehan tanah
5. peta bidang tanah;
6. surat pernyataan Nadzir/Wakif atau surat keterangan kepala desa
bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara, sitaan, dan tidak
dijaminkan.
D. Tanah Ulayat
Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat menurut
Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Tata
Cara Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat,
adalah tanah persekutuan yang berada di wilayah masyarakat hukum
adat yang menurut kenyataannya masih ada. Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas budaya
yang sama, hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu
berdasarkan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat
tinggal, memiliki harta kekayaan dan/atau benda adat milik bersama
serta sistem nilai yang menentukan pranata adat dan norma hukum
adat sepanjang masih hidup sesuai perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hak Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat atau yang serupa
itu adalah hak Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang bersifat komunal
untuk menguasai, mengelola dan/atau memanfaatkan, serta
melestarikan wilayah adatnya sesuai dengan tata nilai dan hukum adat
yang berlaku. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 PP Nomor 18 Tahun 2021
Hak Pengelolaan yang berasal dari Tanah Ulayat ditetapkan kepada
masyarakat hukum adat melalui mekanisme pemberian hak pengelolaan
di atas tanah ulayat.
37
F. Perolehan Tanah
Pengertian perolehan tanah di dalam peraturan perundang-
undangan terdapat di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997
Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yaitu perbuatan
atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan menurut
Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 21 Tahun
1994 Tentang Tata Cara Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Dalam
Rangka Penanaman Modal, perolehan tanah adalah setiap kegiatan
untuk mendapatkan tanah melalui pemindahan hak atas tanah atau
dengan cara penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dengan
pemberian ganti kerugian kepada yang berhak. Perolehan tanah baik
untuk tanah yang terdaftar maupun belum terdaftar dapat dilakukan
oleh:
1. Perorangan;
2. Badan Hukum;
3. Instansi Pemerintah.
Perolehan tanah yang dilakukan oleh perorangan secara ketentuan
dilakukan melalui cara:
1. Peralihan hak. Pengertian peralihan hak atas tanah adalah
perpindahan hak atas tanah dari pemilik lama ke pemilik baru atas
dasar ketentuan yang berlaku. Bentuk peralihan hak berdasarkan
Pasal 37 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
39
Sumber: https://tarubali.baliprov.go.id/kesesuaian-kegiatan-pemanfaatan-
ruang-sebagai-acuan-utama-dalam-perizinan-berusaha/
Gambar 1. Skema Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)
Tahapan yang harus dilalui pemohon melalui KKKPR adalah
sebagai berikut:
a. pendaftaran;
b. penilaian dokumen usulan kegiatan Pemanfaatan Ruang terhadap
RDTR; dan
c. penerbitan KKKPR.
Tahapan di dalam PKKPR meliputi:
a. pendaftaran;
b. penilaian dokumen usulan kegiatan Pemanfaatan Ruang terhadap
RTR, RZ KSNT, dan RZ KAW; dan
c. penerbitan PKKPR.
42
BAB III
HAK PENGELOLAAN DAN TANAH REKLAMASI
A. Pengertian
Hak Pengelolaan menurut PP Nomor 18 Tahun 2021 adalah hak
menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang hak pengelolaan.
a. kepentingan umum;
b. kepentingan sosial;
c. kepentingan pembangunan; dan/atau
d. kepentingan ekonomi.
Penentuan tarif dan/atau uang wajib tahunan sebagaimana dituangkan
dalam perjanjian pemanfaatan tanah antara pemegang Hak Pengelolaan
dengan pihak lain dan tidak boleh mengandung unsur-unsur yang
merugikan para pihak. Selain itu penentuan tarif dan/atau uang wajib
tahunan didasarkan pada karakteristik peruntukan dan kemanfaatan
tertentu secara wajar. Rumusan tarif dan/atau uang wajib tahunan
yang dikenakan oleh pemegang Hak Pengelolaan ditetapkan oleh
Menteri.
J. Tanah Reklamasi
Tanah reklamasi dapat diberikan Hak Pengelolaan dan/atau Hak
Atas Tanah dengan syarat telah memperoleh izin reklamasi. Dalam hal
izin reklamasi diberikan kepada instansi Pemerintah Pusat, badan
usaha milik negara/badan usaha milik daerah, badan hukum milik
negara/badan hukum milik daerah, Badan Bank Tanah, atau badan
hukum yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat, Tanah reklamasi
dimaksud diberikan Hak Pengelolaan atau Hak Atas Tanah dengan
mempertimbangkan syarat sebagai subjek hak.
Dalam hal izin reklamasi diberikan kepada badan hukum atau
perorangan, tanah reklamasi dimaksud diberikan Hak Atas Tanah
dan/atau Hak Pengelolaan dengan ketentuan:
a. untuk pemegang izin reklamasi, diberikan Hak Atas Tanah dan/atau
Hak Atas Tanah di atas Hak Pengelolaan; dan
b. untuk Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang memberikan
izin reklamasi, diberikan Hak Pengelolaan.
berdasarkan perjanjian antara pihak yang mendapat izin reklamasi
dengan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah serta
mempertimbangkan ketentuan tata ruang.
Dalam hal kegiatan reklamasi dilakukan tanpa izin reklamasi
maka pejabat yang berwenang memberikan izin reklamasi melakukan
penelitian secara teknis maupun tata ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal hasil penelitian
54
sebagaimana dimaksud:
a. telah memenuhi syarat, tanah hasil reklamasi menjadi tanah yang
Dikuasai Langsung oleh Negara dan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemilikan selanjutnya menjadi kewenangan Menteri; atau
b. tidak memenuhi syarat, tanah hasil reklamasi dapat dikembalikan
seperti keadaan semula oleh pihak yang melakukan reklamasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
izin reklamasi.
55
BAB IV
HAK MILIK
A. Pengertian
Hak Milik adalah Hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6
(Ps. 20 ayat (1) UUPA). Terkuat dan terpenuh tidak berarti, bahwa hak
itu merupakan hak yang “mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat
diganggu gugat”. Hak ini hanya untuk membedakan dan menunjukkan
bahwa di antara hak atas tanah yg dapat dipunyai orang, Hak Miliklah
yg terkuat (jangka waktu tidak terbatas) dan terpenuh (wewenangnya
paling luas).
D. Kegiatan Usaha/Penggunaan
1. Hak Milik diberikan untuk kegiatan usaha pertanian dan
nonpertanian.
2. Pemberian Hak Milik untuk badan hukum keagamaan dan sosial
hanya dapat diberikan atas bidang tanah tertentu sepanjang
berkaitan langsung dan menunjang tugas pokok dan fungsinya
meliputi:
a. tempat ibadah, gedung dakwah, panti asuhan, panti jompo atau
rumah yatim piatu yang secara langsung berkaitan dengan
kegiatan keagamaan atau sosial; dan
b. bangunan fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan yang
diperoleh dari hasil pengelolaan rumah sakit dan
sekolah/perguruan tinggi, serta usaha lainnya yang
dipergunakan untuk menunjang kegiatan dakwah, panti asuhan,
panti jompo atau rumah yatim piatu atau kegiatan lainnya, yang
secara langsung menunjang kegiatan keagamaan atau sosial.
b. mengenai tanahnya:
1. dasar penguasaan atau alas haknya berupa:
a) sertipikat, akta pemindahan hak, akta/surat bukti pelepasan
hak, surat penunjukan atau pembelian kaveling, surat bukti
pelunasan tanah dan rumah dan/atau tanah yang telah dibeli
dari pemerintah, risalah lelang, putusan pengadilan atau surat
bukti perolehan tanah lainnya; atau
b) dalam hal bukti kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) tidak ada maka penguasaan fisik atas tanah
dimuat dalam surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah
yang disaksikan paling sedikit 2 (dua) orang saksi dari
lingkungan setempat yang mengetahui riwayat tanah dan tidak
mempunyai hubungan keluarga serta diketahui kepala
desa/lurah setempat atau nama lain yang serupa dengan itu;
2. Peta Bidang Tanah;
c. bukti perpajakan yang berkaitan dengan tanah yang dimohon,
apabila ada;
d. surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah dan bertanggung
jawab secara perdata dan pidana yang menyatakan bahwa:
1. tanah tersebut adalah benar milik yang bersangkutan bukan milik
orang lain dan statusnya merupakan Tanah Negara;
2. tanah tersebut telah dikuasai secara fisik;
3. penguasaan tanah dilakukan dengan iktikad baik dan secara
terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah;
4. perolehan tanah dibuat sesuai data yang sebenarnya dan apabila
ternyata di kemudian hari terjadi permasalahan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya yang bersangkutan dan tidak akan melibatkan
Kementerian;
5. tidak terdapat keberatan dari pihak lain atas tanah yang dimiliki
atau tidak dalam keadaan sengketa;
6. tidak terdapat keberatan dari pihak Kreditur dalam hal tanah
dijadikan/menjadi jaminan sesuatu utang;
7. tanah tersebut bukan aset Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah
atau aset BUMN/BUMD;
8. tanah yang dimohon berada di luar kawasan hutan dan/atau di
luar areal yang dihentikan perizinannya pada hutan alam primer
dan lahan gambut;
9. bersedia untuk tidak mengurung/menutup pekarangan atau
bidang tanah lain dari lalu lintas umum, akses publik dan/atau
jalan air; dan
58
BAB V
HAK GUNA USAHA
A. Pengertian
Menurut pasal 28 (1) UUPA, Hak Guna Usaha adalah Hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam
jangka waktu paling lama 35 tahun sebagaimana tersebut dalam pasal
29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
D. Kegiatan Usaha/Penggunaan
1. Hak Guna Usaha diberikan untuk kegiatan usaha pertanian,
peternakan dan perikanan/tambak.
2. Penggunaan tanah Hak Guna Usaha untuk usaha pertanian
sebagaimana dimaksud pada angka 1 meliputi usaha perkebunan,
tanaman pangan dan/atau tanaman hortikultura.
3. Kegiatan usaha tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 untuk tanaman padi hanya dapat dilakukan atau
diberikan dalam rangka pencetakan sawah baru.
4. Pencetakan sawah baru sebagaimana dimaksud pada angka 3
dilakukan pada tanah yang kurang atau tidak produktif untuk
dijadikan sawah yang produktif.
5. Tanah Hak Guna Usaha dapat digunakan untuk emplasemen,
bangunan pabrik, gudang, tempat tinggal sementara karyawan dan
bangunan lainnya yang menunjang kegiatan usaha.
6. Tanah yang digunakan sebagai penunjang kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud pada angka 5 dapat diberikan hak sesuai
dengan sifat dan fungsinya.
7. Dalam hal terdapat perubahan penggunaan komoditas maka hanya
dapat dilakukan setelah mendapatkan izin dari instansi terkait dan
pemegang Hak Guna Usaha melaporkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan.
F. Syarat permohonan Hak Guna Usaha yang berasal dari tanah Hak
Pengelolaan
a. mengenai Pemohon:
1. identitas Pemohon, atau identitas Pemohon dan kuasanya serta
surat kuasa apabila dikuasakan;
2. akta pendirian dan perubahan terakhir beserta pengesahannya
dari instansi yang berwenang atau peraturan pendirian
perusahaan, Nomor Induk Berusaha dari Online Single
Submission (OSS) atau Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dalam
hal Pemohon badan hukum;
b. mengenai tanahnya berupa:
1. perjanjian pemanfaatan tanah yang memuat kewajiban
pemegang Hak Guna Usaha meliputi:
a) kesanggupan melaksanakan CSR dalam hal Pemohon badan
hukum;
63
BAB VI
HAK GUNA BANGUNAN
A. Pengertian
Hak Guna Bangunan adalah Hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri, diatas tanah negara dan Hak Pengelolaan dengan jangka
waktu maksimal 30 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20
tahun. Sesudah jangka waktu HGB dan perpanjangannya berakhir,
kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan HGB di atas
tanah yang sama paling lama 30 tahun. Hak guna bangunan di atas
Tanah hak milik diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) tahun dan dapat diperbarui dengan akta pemberian hak guna
bangunan di atas hak milik. (Pasal 37 PP Nomor 18 Tahun 2021)
D. Kegiatan Usaha/Penggunaan
Hak Guna Bangunan diberikan untuk kegiatan usaha non pertanian,
antara lain:
a. perumahan;
b. perkantoran;
c. industri;
d. pergudangan;
e. pertokoan;
f. perhotelan;
g. rumah susun;
68
h. pembangkit listrik;
i. pelabuhan; atau
j. penggunaan lainnya yang berwujud bangunan.
Penggunaan tanah Hak Guna Bangunan dimaksud termasuk sarana
pendukungnya seperti lapangan golf, agrowisata, penetasan (hatchery)
dan peternakan pembibitan (breeding farm) sesuai dengan rencana
induk (master plan).
Dalam hal Hak Guna Bangunan diberikan di atas tanah Hak Milik
maka Kepala Kantor Pertanahan langsung mendaftar Hak Guna
Bangunan berdasarkan akta pemberian Hak Guna Bangunan yang
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pemberian Hak Guna
Bangunan sebagaimana dimaksud mulai berlaku sejak didaftar
haknya oleh Kantor Pertanahan.
Dalam hal Hak Guna Bangunan diberikan di atas tanah Hak Milik
maka atas kesepakatan antara pemegang Hak Guna Bangunan dengan
pemegang Hak Milik dapat diperbarui dengan pemberian Hak Guna
Bangunan baru berdasarkan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah dan langsung didaftarkan pada Kantor Pertanahan.
BAB VII
HAK PAKAI
A. Pengertian
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik
orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberian oleh Pejabat berwenang memberikannya
atau dalam perjanjian dari pemilik tanah yang bukan perjanjian sewa
menyewa atau perjanjian pengolah tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA.
E. Kegiatan Usaha/Penggunaan
Hak Pakai diberikan untuk kegiatan usaha:
a. pertanian berupa tanaman yang tidak diakomodir dalam jenis
tanaman pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
77
undangan.
b. nonpertanian berupa:
1. kantor pemerintahan;
2. kantor badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia;
3. kantor perwakilan negara asing dan badan internasional;
4. kegiatan pertambangan mineral dan batu bara, minyak dan gas
bumi; dan
5. kegiatan non pertanian lainnya.
Dalam hal Hak Pakai diberikan di atas tanah Hak Milik maka atas
kesepakatan antara pemegang Hak Pakai dengan pemegang Hak Milik
dapat diperbarui dengan pemberian Hak Pakai baru berdasarkan akta
yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan langsung
didaftarkan pada Kantor Pertanahan.
BAB VIII
KEWENANGAN PENETAPAN HAK ATAS TANAH, PEMBERIAN HAK ATAS
TANAH SECARA UMUM, PEMBERIAN HAK UNTUK PULAU
KECIL/WILAYAH PERAIRAN, TANAH MUSNAH, SATUAN RUMAH SUSUN,
RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN UNTUK ORANG ASING DAN
RUANG ATAS/RUANG BAWAH TANAH
Gambar 1. Bagan Alur Bisnis Proses Tata Cara Perubahan Hak Guna
Bangunan atau Hak Pakai menjadi Hak Milik untuk Rumah Tinggal
91
2. Pemberian Hak Milik untuk Rumah Tinggal yang telah dibeli oleh
Pegawai Negeri dari Pemerintah
- Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas rumah dan tanah untuk
rumah tinggal yang telah dibeli dan dibayar lunas oleh pegawai
negeri dari Pemerintah diberikan kembali kepada bekas pemegang
haknya dengan Hak Milik.
- Hak Milik sebagaimana dimaksud diberikan dengan ketentuan:
a. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai masih berlaku atau
sudah berakhir; dan/atau
b. Atas nama pemegang hak yang masih hidup atau meninggal
dunia.
- Dalam hal pegawai negeri sebagaimana dimaksud meninggal
dunia, pemberian Hak Milik dapat diberikan sekaligus dengan
perubahan nama kepada ahli waris dan dikenakan biaya dan/atau
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Syarat permohonan pemberian Hak Milik untuk rumah tinggal
yang telah dibeli oleh pegawai negeri dari pemerintah meliputi:
a. mengenai Pemohon:
1) identitas Pemohon, atau identitas Pemohon dan kuasanya
serta surat kuasa apabila dikuasakan;
2) kartu pegawai negeri atau yang sejenis;
3) surat kematian dan surat keterangan ahli waris dalam hal
pegawai negeri meninggal dunia;
b. untuk tanah yang di atasnya berdiri rumah Negara Golongan
III:
1) sertipikat Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
yang bersangkutan atau dasar penguasaannya atau
perolehan rumah dan tanah atau tanah;
2) surat tanda bukti pelunasan harga rumah dan tanah yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
3) surat keputusan instansi yang berwenang bahwa rumah
yang bersangkutan sudah menjadi milik Pemohon;
4) surat pelepasan Hak Atas Tanah dari instansi yang
bersangkutan kepada Pemohon;
c. untuk tanah lainnya:
1) surat tanda bukti pelunasan harga tanah yang
bersangkutan;
2) surat pelepasan Hak Atas Tanah dari instansi yang
bersangkutan kepada Pemohon;
3) bukti penghapusan aset dari instansi yang bersangkutan
apabila termasuk aset;
93
- Penetapan haknya
a. Dalam hal permohonan berupa perubahan Hak Milik menjadi
Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai maka setelah Data Fisik
dan Data Yuridis telah cukup untuk diambil keputusan,
Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk
mendaftar Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
bekas Hak Milik dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) tahun serta mencatatnya dalam buku tanah, sertipikat
dan daftar umum lainnya.
b. Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a harus mencantumkan keputusan pemberian hak
secara umum sebagai dasar pemberian haknya.
c. Dalam hal permohonan Perubahan Hak diajukan sekaligus
dengan permohonan peralihan hak maka Kepala Kantor
Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk memproses sekaligus
permohonan pendaftaran peralihan haknya.
d. Dalam hal permohonan berupa perubahan Hak Guna
Bangunan menjadi Hak Pakai maka setelah Data Fisik dan
Data Yuridis telah cukup untuk diambil keputusan, Kepala
Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk mendaftar Hak
Pakai atas tanah bekas Hak Guna Bangunan dengan jangka
waktu sisa dari jangka waktu Hak Guna Bangunan serta
mencatatnya dalam buku tanah, sertipikat dan daftar umum
lainnya.
e. Dalam hal permohonan berupa perubahan Hak Pakai menjadi
Hak Guna Bangunan maka setelah berkas Data Fisik dan Data
Yuridis telah cukup untuk diambil keputusan, Kepala Kantor
Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk mendaftar Hak Guna
Bangunan atas tanah bekas Hak Pakai dengan jangka waktu
sisa dari jangka waktu Hak Pakai serta mencatatnya dalam
buku tanah, sertipikat dan daftar umum lainnya. Dalam
melaksanakan kegiatan dimaksud harus mencantumkan
keputusan pemberian hak secara umum sebagai dasar
pemberian haknya.
99
hukum.
b. mengenai tanahnya berupa Sertipikat Hak Guna Usaha yang
dimohon perubahan haknya;
c. bukti perpajakan yang berkaitan dengan tanah yang
dimohon, apabila ada.
- Penetapan haknya
a. Setelah Data Fisik dan Data Yuridis telah cukup untuk
diambil keputusan, Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat
yang ditunjuk mendaftar Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai atas tanah bekas Hak Guna Usaha dengan jangka
waktu sisa Hak Guna Usaha dan tidak melebihi 30 (tiga
puluh) tahun, serta mencatatnya dalam buku tanah,
sertipikat dan daftar umum lainnya.
b. Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a harus mencantumkan keputusan Pemberian Hak
Atas Tanah Secara Umum sebagai dasar pemberian haknya.
102
subjek …
108
atas …
109
Pelaksanaan …
110
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG
KONFIRMASI PERUBAHAN HAK GUNA USAHA
MENJADI HAK GUNA BANGUNAN ATAU HAK PAKAI*)
ATAS NAMA PT … ATAS TANAH TERLETAK DI …
KARENA REVISI RENCANA TATA RUANG.
Kepada :
Nama badan hukum (pemegang Hak Guna Usaha),
berkedudukan di ….
sekaligus …
111
Desa …
112
e. pemegang …
113
KELIMA …
114
2) larangan …
115
KEEMPATBELAS …
116
Ditetapkan di ...
pada tanggal ...
NAMA LENGKAP
Kepada:
…,
…
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, di
Jakarta;
2. Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di Jakarta;
3. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di
Jakarta;
4. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di
Jakarta;
5. Gubernur …, di …;
6. Direktur Pengaturan dan Penetapan Hak Atas Tanah dan Ruang,
Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di
Jakarta;
7. Kepala Biro Keuangan dan Barang Milik Negara, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di Jakarta;
8. Kepala Biro Hukum, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, di Jakarta;
9. Kepala Biro Umum dan Layanan Pengadaan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di Jakarta;
10. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi …, di…;
11. Kepala Dinas ... (yang membidangi perkebunan/pertanian/perikanan/
peternakan) Kabupaten/Kota …, di …;
12. Bupati/Wali kota …, di …;
117
NOMOR ………………………….
2. Badan Hukum
a. Nama Pemohon : …………………………….......
b. Domisili/Tempat Kedudukan : …………………………….......
c. Akta Pendirian Badan Hukum/ : …………………………….......
Peraturan Pendirian Perusahaan
c. Pengesahan Badan Hukum : …………………………….......
d. Nomor Induk Berusaha : …………………………….......
/Tanda Daftar Perusahaan
V. DASAR HUKUM
Uraikan dasar hukum yang terkait
1. Undang-Undang ………………………………………………………..…….
2. Peraturan Pemerintah …………………………………………………....…
3. Peraturan Presiden ……………………………………………………..……
4. Peraturan Menteri ……………………………………………………….……
5. dst
2. Badan Hukum
a. Uraian mengenai nama badan hukum, tempat kedudukan,
bidang usaha, akta pendirian berikut perubahannya (apabila
ada), pengesahan atau persetujuan dari pejabat yang
berwenang, dan Tanda Daftar Perusahaan.
b. Kesimpulan pemohon memenuhi syarat sebagai subjek Hak
… dengan menyebutkan dasar hukumnya.
120
2. Data Fisik
Uraikan mengenai:
a. Penggunaan dan pemanfaatan tanah saat ini (existing land
use) dan rencana penggunaan tanah.
b. Hasil pengukuran kadastral (luas, letak, batas-batas) dengan
menyebutkan Peta Bidang Tanah. (jika dilakukan
pengukuran)
c. Ditegaskan bahwa data fisik tersebut di atas telah memenuhi
syarat untuk mendukung perubahan haknya.
d. dst
3. Lain-Lain
a. Uraikan mengenai keberatan, klaim, sengketa, konflik,
perkara (apabila ada).
b. dst
IX. KESIMPULAN
1. Berdasarkan uraian tersebut permohonan perubahan hak
tersebut dapat dipertimbangkan untuk dikabulkan/ditolak*)
dengan alasan:
a. telah/tidak*) memenuhi persyaratan teknis, yuridis dan
administratif.
b. Pemohon telah/tidak*) memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam ... (cantumkan peraturan perundang-
undangan)
2. Bahwa pada saat pemeriksaan ke lokasi tidak terdapat keberatan
dari pihak lain.
3. Bahwa tanah yang dimohon seluas … sesuai Peta Bidang Tanah/
Surat Ukur tanggal … Nomor … NIB …
4. Kebenaran materil atas data dan/atau dokumen yang diajukan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemohon.
121
Demikian Konstatering Rapport ini kami buat pada hari dan tanggal
tersebut di atas dalam rangkap 2 (dua) untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
PETUGAS KONSTATASI
Nama Nama
NIP. …. NIP. ….
Catatan:
*) Coret yang tidak perlu
122
D. Tanah Musnah
Tanah musnah diatur dalam PP Nomor 18/2021 Pasal 6 jo. Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 17 Tahun 2021 tentang Tanah Musnah sebagai berikut:
Pasal 66 PP Nomor 18/2021:
(1) Dalam hal terdapat bidang tanah yang sudah tidak dapat
diidentifikasi lagi karena sudah berubah dari bentuk asalnya
karena peristiwa alam sehingga tidak dapat difungsikan,
digunakan, dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya, dinyatakan
sebagai Tanah Musnah dan Hak Pengelolaan dan/atau Hak Atas
Tanah dinyatakan hapus.
(2) Penetapan Tanah Musnah sebagaimana dirnaksud pada ayar (1)
dilakukan dengan tahapan identifikasi, inventarisasi, dan
pengkajian.
(3) Sebelum ditetapkan sebagai Tanah Musnah, pemegang Hak
Pengelolaan dan/atau Hak Atas Tanah diberikan prioritas untuk
melakukan rekonstruksi atau reklamasi atas pemanfaatan Tanah.
(4) Dalam hal rekonstruksi atau reklamasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, atau pihak lain maka pemegang Hak Pengelolaan
dan/atau Hak Atas Tanah diberikan bantuan dana kerohiman.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Tanah Musnah diatur
dengan Peraturan Menteri.
Tata cara penetapan tanah musnah dilakukan dengan tahapan
kegiatan meliputi:
a. Penetapan lokasi;
b. Pembentukan Tim Peneliti Tanah Musnah;
c. Sosialisasi;
d. Identifikasi, inventarisasi dan pengkajian;
e. Pengumuman;
f. Pelaksanaan rekonstruksi atau reklamasi apabila pemilik tanah
menyatakan akan melakukan rekonstruksi dan/atau
reklamasi; dan/atau
g. Penerbitan keputusan penetapan tanah musnah.
peraturan perundang-undangan;
d) Badan hukum asing yang mempunyai penvakilan di Indonesia;
atau
e) Perwakilan negara asing dan lembaga internasional yang berada
atau mempunyai perwakilan di Indonesia.
2) Selain diberikan kepada sebagaimana dimaksud pada angka 1),
hak milik atas Satuan Rumah Susun juga dapat diberikan kepada
instansi Pemerintah Pusat atau instansi Pemerintah Daerah.
3) Hak milik atas Satuan Rumah Susun yang diberikan kepada
instansi Pemerintah Pusat atau instansi Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada angka 2) tidak dapat dijaminkan
dengan dibebani hak tanggungan.
b. Pemecahan dan Penggabungan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
1) Hak milik atas Satuan Rumah Susun dapat dilakukan pemecahan
atau penggabungan dengan melampirkan perubahan akta
pemisahan hak milik atas Satuan Rumah Susun yang sudah
disetujui atau disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Dalam hal hak milik atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan dibebani hak tanggungan, pemecahan atau
penggabungan sebagaimana dimaksud pada angka dilaksanakan
setelah memperoleh persetujuan tertulis dari pemegang hak
tanggungan.
BAB IX
SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH BEKAS PENGUASAAN BENDA-BENDA
TETAP MILIK PERSEORANGAN WARGA NEGARA BELANDA ATAU
BADAN HUKUM MILIK BELANDA (P3MB/Prk.5)
A. Objek P3MB/Prk.5
Objek Panitia Pelaksanaan Penguasaan Milik Belanda yang
selanjutnya disebut Objek P3MB adalah semua benda tetap milik
perseorangan Warga Negara Belanda, yang tidak terkena oleh Undang-
Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-
Perusahaan Milik Belanda yang pemiliknya telah meninggalkan wilayah
Republik Indonesia.
Objek Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965
yang selanjutnya disebut Prk.5 adalah semua rumah dan tanah
bangunan kepunyaan badan-badan hukum yang direksi/pengurusnya
sudah meninggalkan Indonesia dan menurut kenyataannya tidak lagi
menyelenggarakan ketatalaksanaan dan usahanya, dinyatakan jatuh
kepada Negara dan dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Penetapan dan Pendaftaran Objek P3MB/Prk.5 :
1. Menteri menetapkan dan mendaftarkan objek P3MB/Prk.5.
2. Penetapan objek P3MB/Prk.5 dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah.
3. Pendaftaran tanda bukti hak objek P3MB/Prk.5 dilaksanakan di
Kantor Pertanahan.
132
B. Subjek P3MB/Prk.5
1. Subjek Calon Pembeli Objek P3MB/Prk.5 diberikan dengan memakai
urutan pengutamaan sebagai berikut:
a. aparatur sipil negara penghuni rumah/pemakai tanah yang
bersangkutan yang belum mempunyai rumah/tanah;
b. aparatur sipil negara penghuni rumah/pemakai tanah yang
bersangkutan, asalkan dengan pembelian yang baru tidak
melebihi dari 2 rumah/bidang tanah;
c. aparatur sipil negara bukan penghuni rumah/ pemakai tanah
yang bersangkutan, yang belum mempunyai rumah/tanah;
d. aparatur sipil negara, tetapi yang menjadi penghuni rumah
pemakai tanah yang bersangkutan, yang belum mempunyai
rumah/tanah.
2. Urutan pengutamaan Subjek Calon Pembeli Objek P3MB/Prk.5
sebagaimana dimaksud pada poin (1) dapat dikecualikan, dan Objek
P3MB/Prk.5 diberikan kepada pihak lain dengan ketentuan:
a. Pemerintah tidak menggunakan Objek P3MB/Prk.5; dan
b. merupakan pihak yang menguasai terakhir Objek P3MB/Prk.5
dengan itikad baik.
3. Pihak lain yang menguasai terakhir objek P3MB/Prk.5 sebagaimana
dimaksud pada poin (2), merupakan perorangan maupun badan
hukum.
Daftar Pustaka
MODUL 3
TEORI PELAKSANAAN
PRAKTIK PENETAPAN HAK ATAS TANAH
DIREKTORAT JENDERAL
PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN TANAH
TAHUN 2023
139
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian hak atas tanah adalah penetapan pemerintah yang
memberikan suatu hak atas tanah Negara, perpanjangan jangka waktu
hak, pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk pemberian hak diatas
hak pengelolaan. Pemberian hak meliputi hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara dan hak
pengelolaan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Bahan Ajar ini membahas tentang materi proses bisnis penetapan
hak atas tanah, dokumen kelengkapan yang harus disiapkan dalam
penetapan hak atas tanah dan layanan penetapan hak secara elektronik.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mempelajari bahan ajar ini peserta pelatihan peningkatan
kualitas penetapan hak atas tanah diharapkan dapat melakukan
tugasnya dalam proses penetapan hak atas tanah berdasarkan landasan
hukum dan landasan data yang benar yaitu data yuridis dan data fisik
yang diperolehnya melalui penelitian lapangan yang dilakukannya.
Sehingga penetapan hak atas tanah yang dilakukan tidak menimbulkan
permasalahan hukum di masa mendatang.
BAB II
PROSES BISNIS PENETAPAN HAK ATAS TANAH
A. PEROLEHAN TANAH
Sebelum mengajukan permohonan Hak Pengelolaan atau Hak
Atas Tanah, Pemohon harus memperoleh dan menguasai tanah
yang dimohon sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dibuktikan dengan Data Fisik dan Data Yuridis
bidang tanah. Dalam hal kegiatan perolehan tanah Hak Atas
Tanah lebih dari 5 (lima) bidang tanah maka Pemohon harus
membuat daftar perolehan tanah dan peta perolehan tanah.
Sebelum membuat daftar perolehan tanah dan peta perolehan
tanah, Pemohon berkoordinasi dengan Kantor Pertanahan
setempat untuk memverifikasi bukti perolehan tanah.
D. PEMBAYARAN PNBP
Setelah berkas permohonan dinyatakan lengkap, Pemohon
diberikan tanda penerimaan dokumen persyaratan dan surat
perintah setor atas biaya penerimaan negara bukan pajak sesuai
144
E. PEMERIKSAAN TANAH
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Panitia A, Panitia B dan
Petugas Konstatasi. Panitia A, Panitia B dan Petugas Konstatasi
bertugas untuk memperoleh kebenaran formal atas Data Fisik dan
Data Yuridis. Panitia A dan Petugas Konstatasi dibentuk dan
ditetapkan dengan keputusan Kepala Kantor Pertanahan. Panitia
B dibentuk dan ditetapkan dengan:
a. Keputusan Kepala Kantor Pertanahan, dalam hal Hak Guna
Usaha merupakan kewenangan Kepala Kantor Pertanahan;
atau
b. Keputusan Kepala Kantor Wilayah, dalam hal Hak Guna Usaha
merupakan kewenangan Kepala Kantor Wilayah dan
kewenangan Menteri.
Jangka waktu pelaksanaan tugas pemeriksaan tanah, untuk:
BAB III
DOKUMEN KELENGKAPAN YANG HARUS DISIAPKAN
A. DAFTAR DAN PETA PEROLEHAN TANAH
1. Format Daftar Perolehan Tanah
161
1
2
7
5
6
162
Kelengkapan
No. Dokumen Persyaratan Tidak
Ada
Ada
1. Permohonan Hak Milik □ □
2. Identitas Pemohon
a. KTP Pemohon; atau
pemerintah
f. Risalah lelang □ □
g. Putusan pengadilan □ □
h. surat persetujuan pemberian Hak Milik
atas bagian tanah Hak Pengelolaan dari
pemegang Hak Pengelolaan
Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu
164
Kelengkapan
No. Dokumen Persyaratan Tidak
Ada
Ada
1. Permohonan Hak Guna Usaha □ □
2. Identitas Pemohon
a. KTP Pemohon; atau
Badan Hukum
c. Akta pendirian dan perubahan terakhir,
atau Peraturan Pendirian Perusahaan □ □
e. Risalah lelang □ □
f. Putusan pengadilan □ □
g. Perjanjian Pemanfaatan Tanah (untuk
permohonan Hak Guna Usaha di atas □ □
Tanah Hak Pengelolaan)
165
Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu
166
Kelengkapan
No
Dokumen Persyaratan Tidak
. Ada
Ada
1. Permohonan Hak Guna Bangunan □ □
2. Identitas Pemohon
a. KTP pemohon; atau
Badan Hukum
c. Akta pendirian dan perubahan terakhir,
atau Peraturan Pendirian Perusahaan □ □
f. Risalah lelang □ □
g. Putusan pengadilan □ □
h. Perjanjian Pemanfaatan Tanah (untuk
□ □
permohonan Hak Guna Bangunan di atas
167
Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu
169
Kelengkapan
No. Dokumen Persyaratan Tidak
Ada
Ada
1. Permohonan Hak Pakai dengan Jangka
□ □
Waktu
2. Identitas Pemohon
a. KTP atau visa/paspor/izin tinggal
Pemohon; atau
Badan Hukum
c. Akta pendirian dan perubahan terakhir,
atau Peraturan Pendirian Perusahaan □ □
f. Risalah lelang □ □
g. Putusan pengadilan □ □
h. Perjanjian Pemanfaatan Tanah (untuk
permohonan Hak Pakai di atas tanah Hak □ □
Pengelolaan)
Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu
172
Kelengkapan
No. Dokumen Persyaratan Tidak
Ada
Ada
1. Permohonan Perpanjangan/Pembaruan *)
□ □
Hak Guna Usaha
2. Identitas Pemohon
a. KTP Pemohon; atau
Badan Hukum
c. Akta pendirian dan perubahan terakhir,
atau Peraturan Pendirian Perusahaan □ □
Keterangan:
Coret yang tidak perlu
*)
174
Kelengkapan
No. Dokumen Persyaratan Tidak
Ada
Ada
1. Permohonan Perpanjangan/Pembaruan *)
□ □
Hak Guna Bangunan
2. Identitas Pemohon
a. KTP Pemohon; atau
Badan Hukum
c. Akta pendirian dan perubahan terakhir,
atau Peraturan Pendirian Perusahaan □ □
2. Badan Hukum :
a. Nama Pemohon : ……………………………...
b. Domisili/Tempat Kedudukan : ……………………………...
c. Akta Pendirian Badan Hukum/ : ………………………..
Peraturan Pendirian Perusahaan
c. Pengesahan Badan Hukum : ……………………………...
d. Nomor Induk Berusaha : ……………………………..
/Tanda Daftar Perusahaan
177
V. DASAR HUKUM
Uraikan dasar hukum yang terkait dengan penetapan Hak …………
1. Undang-Undang …………………………………………………………
2. Peraturan Pemerintah ………………………………………………….
3. Peraturan Presiden ……………………………………………………..
4. Peraturan Menteri ………………………………………………………
5. Dst
2. Badan Hukum
a. Uraian mengenai nama badan hukum, tempat
kedudukan, bidang usaha, akta pendirian berikut
perubahannya (apabila ada), pengesahan atau
persetujuan dari pejabat yang berwenang, dan Tanda
Daftar Perusahaan.
b. Uraian mengenai persetujuan penanaman modal (jika
menggunakan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri/
Penanaman Modal Asing).
c. Kesimpulan pemohon memenuhi syarat sebagai subjek
Hak … dengan menyebutkan dasar hukumnya.
2. Data Fisik
Uraikan mengenai :
a. Penggunaan dan pemanfaatan tanah saat ini (existing
land use) dan rencana penggunaan tanah.
b. Izin usaha dari instansi yang berwenang.
c. Kesesuaian Rencana Penggunaan Tanah dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (sebutkan Peraturan Daerah yang
mengatur mengenai Tata Ruang).
d. Hasil Pengukuran kadastral (luas, letak, batas-batas)
dengan menyebutkan Peta Bidang Tanah (tanggal, nomor
dan NIB).
e. Ditegaskan bahwa data fisik tersebut di atas telah
memenuhi syarat untuk mendukung penetapan haknya.
f. dst
3. Lain-Lain
a. Uraikan mengenai keberatan, klaim, sengketa, konflik,
perkara (apabila ada).
b. dst
X. KESIMPULAN
1. Bahwa tanah yang dimohon seluas … sesuai Peta Bidang
Tanah tanggal … Nomor … NIB …
2. Bahwa pada saat pemeriksaan ke lokasi tidak terdapat
keberatan dari pihak lain.
3. Bahwa NJOP Tahun … adalah sebesar … dan NPTTKUP
Kabupaten/Kota … sebesar …
180
1. ............................................ (.........................................)
2. ............................................ (.........................................)
3. ............................................ (.........................................)
181
Pada hari ini ......…, tanggal …...... bulan …....... tahun …......
(……..), kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. ………………………………. : …..........................................................
2. ………………………………………. : …................................................
3. ………………………………………. : …................................................
4. ………………………………………. : …..............................................
5. ………………………………………. : …................................................
2. Badan Hukum :
a. Nama Pemohon : ……………………………...
b. Domisili/Tempat Kedudukan : ……………………………...
c. Akta Pendirian Badan Hukum/ : ………………………..
Peraturan Pendirian Perusahaan
c. Pengesahan Badan Hukum : ……………………….......
182
V. DASAR HUKUM
Uraikan dasar hukum yang terkait dengan penetapan Hak …………
1. Undang-Undang …………………………………………………………
2. Peraturan Pemerintah ………………………………………………..
3. Peraturan Presiden ……………………………………………..……..
4. Peraturan Menteri ……………………………………………….……..
5. Dst
183
2. Data Fisik
Uraikan mengenai:
a. Hasil Pengukuran kadastral (luas, letak, batas-batas)
dengan menyebutkan Peta Bidang Tanah (tanggal, nomor
dan NIB).
b. Keterangan mengenai lahan tidak terbakar.
c. dst
184
3. Perkara/Masalah/Sengketa/Konflik Tanah:
Uraikan mengenai:
a. Perkara/Masalah/Sengketa/Konflik Tanah dan
penyelesaiannya.
b. Status tanah yang dimohon perpanjangan apabila sedang
dalam jaminan, disertai persetujuan dari pemegang Hak
Tanggungan (kreditur).
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan Hak Guna
Usaha atas tanah yang dimohon seluas ..., terletak ...
sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang Tanah tanggal ...
Nomor ... NIB. ... dapat dipertimbangkan untuk diberikan Hak
Guna Usaha dengan alasan telah memenuhi persyaratan teknis,
yuridis dan administratif atau dapat dipertimbangkan untuk
diberikan Hak Guna Usaha setelah dipenuhi persyaratan ... yang
dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua,
Sekretaris dan salah satu anggota Panitia B.
ANGGOTA PANITIA B
.....................................................
selaku ketua merangkap anggota,
……………………
.................................... ........……………………
....................... .....................
.................................... ........……………………
....................... .....................
2. Badan Hukum
a. Nama Pemohon : …………………………....
b. Domisili/Tempat Kedudukan : ……………………………...
c. Akta Pendirian Badan Hukum/ : ……………………….
Peraturan Pendirian Perusahaan
c. Pengesahan Badan Hukum : ……………………….......
d. Nomor Induk Berusaha : …………………………......
/Tanda Daftar Perusahaan
d. Kabupaten : ……………………………...
e. Provinsi : …………………….........
V. DASAR HUKUM
Uraikan dasar hukum yang terkait dengan penetapan Hak …………
1. Undang-Undang …………………………………………………..….…
2. Peraturan Pemerintah ……………………………………………....…
3. Peraturan Presiden ………………………………………………..……
4. Peraturan Menteri ……………………………………………….……
5. dst
2. Badan Hukum
a. Uraian mengenai nama badan hukum, tempat
kedudukan, bidang usaha, akta pendirian berikut
perubahannya (apabila ada), pengesahan atau
persetujuan dari pejabat yang berwenang, dan Tanda
Daftar Perusahaan.
b. Uraian mengenai persetujuan penanaman modal (jika
menggunakan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri/
Penanaman Modal Asing).
c. Kesimpulan pemohon memenuhi syarat sebagai subjek
Hak … dengan menyebutkan dasar hukumnya.
2. Data Fisik
Uraikan mengenai:
a. Penggunaan dan pemanfaatan tanah saat ini (existing
land use) dan rencana penggunaan tanah.
b. Izin usaha dari instansi yang berwenang.
c. Kesesuaian Rencana Penggunaan Tanah dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (sebutkan Peraturan Daerah yang
mengatur mengenai Tata Ruang).
d. Hasil Pengukuran kadastral (luas, letak, batas-batas)
dengan menyebutkan Peta Bidang Tanah (tanggal, nomor
dan NIB).
e. Ditegaskan bahwa data fisik tersebut di atas telah
memenuhi syarat untuk mendukung penetapan haknya.
f. dst
3. Lain-Lain
a. Uraikan mengenai keberatan, klaim, sengketa, konflik,
perkara (apabila ada).
b. dst
X. KESIMPULAN
1. Berdasarkan uraian tersebut permohonan hak tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dikabulkan dengan alasan :
a. telah memenuhi persyaratan teknis, yuridis dan
administratif.
b. Pemohon telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ...
2. Bahwa pada saat pemeriksaan ke lokasi tidak terdapat
keberatan dari pihak lain.
3. Bahwa tanah yang dimohon seluas … sesuai Peta Bidang
Tanah/ Surat Ukur tanggal … Nomor … NIB …
4. Bahwa NJOP Tahun … adalah sebesar … dan NPTTKUP
Kabupaten/Kota … sebesar …
Nama Nama
NIP. …. NIP. ….
191
D. SURAT KEPUTUSAN
Bentuk/format Surat Keputusan Pemberian, Perpanjangan dan
Pembaruan Hak Atas Tanah tercantum dalam Lampiran III sampai
dengan Lampiran VI Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Tata Cara
Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah, antara lain sebagai
berikut
1. Format Keputusan Pemberian Hak Milik Untuk Badan Hukum
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN/KOTA … TENTANG PEMBERIAN
HAK MILIK ATAS NAMA … ATAS TANAH DI
KABUPATEN/KOTA … PROVINSI …
Ditetapkan di …
pada tanggal …
NAMA LENGKAP
NIP. …
Kepada:
202
…,
…
Tembusan:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
2. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
3. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
4. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi …, di
…;
5. Bupati/Wali Kota …, di …;
6. Kepala Badan/Dinas ... (yang membidangi pajak daerah dan
retribusi daerah) Kabupaten/Kota …, di …;
7. Kepala Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota …, di …;
8. Dst … (dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan).
203
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN
PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI … TENTANG
PEMBERIAN HAK GUNA USAHA ATAS NAMA …
ATAS TANAH DI KABUPATEN/KOTA … PROVINSI
…
Ditetapkan di ...
pada tanggal ...
NAMA LENGKAP
NIP. ...
Kepada:
…,
…
Tembusan:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
2. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
3. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, di Jakarta;
4. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi …, di
…;
5. Bupati/Wali Kota …, di …;
220
9) ..............................................................
.............................................................;
(dapat ditambahkan pertimbangan
lainnya sesuai kondisi di lapangan)
10) berkesimpulan permohonan tersebut
dapat dipertimbangkan untuk diberikan
perpanjangan Hak Guna Bangunan
dengan jangka waktu … kepada ...
seluas … karena telah memenuhi
persyaratan teknis, yuridis dan
administratif;
d. ……….……………………………………………….
(dapat ditambahkan pertimbangan lainnya
sesuai data permohonan);
e. bahwa … (nama pemohon) telah
melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (Corporate Social Responsibility)
di bidang ... berdasarkan ..., serta akan
tetap melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan pemohon sebagaimana Akta
Pernyataan tanggal …. Nomor ... yang dibuat
oleh dan di hadapan …, Notaris di …;
f. bahwa mengenai pengenaan pajak kepada
Wajib Pajak agar mempedomani Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
g. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
permohonan dimaksud telah memenuhi
peraturan perundang-undangan dan
kebijakan Pemerintah, sehingga dapat
dipertimbangkan untuk dikabulkan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN/KOTA … TENTANG
PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN ATAS
NAMA … ATAS TANAH DI KABUPATEN/KOTA …
PROVINSI ...
Ditetapkan di ...
pada tanggal ...
NAMA LENGKAP
NIP. …
Kepada:
…,
…
Tembusan:
232
a. Kasus Posisi
Perkara/Masalah/Sengketa/Konflik Tanah.
n) Berdasarkan Akta Pernyataan tanggal 18 Oktober 2021
Nomor 33 yang dibuat oleh dan di hadapan Hendra
Kurniawan, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris
di Balaraja, antara lain dinyatakan:
i) tanah yang dimohon telah dikuasai secara fisik, tidak
dalam keadaan sengketa batas maupun kepemilikan
dengan pihak perorangan, badan hukum, maupun
instansi pemerintah dan tidak terkena suatu sitaan,
tidak sedang dibebani dengan Hak Tanggungan, hutang
piutang dan beban-beban lainnya serta berada di luar
kawasan hutan;
237
3. Akta …
239
kebun campuran
(245.312 m2)
b. Rencana …
240
Satu …
241
V. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan;
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko;
10. Peraturan …
242
21. Peraturan …
243
Dalam …
244
2) badan …
245
yang …
246
2) Berdasarkan …
247
PT …
248
b) Kawasan …
249
2. Data Fisik
a. Terhadap tanah yang dimohon telah dilakukan
pengukuran secara kadastral oleh Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan Sehati
seluruhnya seluas 950.833 m2 (sembilan ratus lima puluh
ribu delapan ratus tiga puluh tiga meter persegi) yang
terletak di Kelurahan Ngenang, Kecamatan Angsa, Kota
Balaraja, Provinsi Kepulauan Sehati, sebagaimana
diuraikan dalam Peta Bidang Tanah tanggal 22 Februari
2021 Nomor 7/2021, terdiri dari:
1) NIB 32.02.05.04.00036 seluas 705.521 m2 (tujuh ratus
lima ribu lima ratus dua puluh satu meter persegi);
2) NIB 32.02.05.04.00035 seluas 245.312 m2 (dua ratus
empat puluh lima ribu tiga ratus dua belas meter
persegi).
b. Berdasarkan Surat Pernyataan Perbedaan Luas
PT Suksestanggal 1 Juli 2021 (2 surat), antara lain
dinyatakan terkait perbedaan luas, dengan ini tanpa ada
paksaan dari pihak manapun PT Sukses menerima luas
hasil pengukuran yang telah diukur oleh Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan Sehati.
c. Tanah yang dimohon saat ini berupa hutan belukar,
bakau dan pemukiman (705.521 m2) serta kebun
campuran (245.312 m2) dan akan digunakan untuk
Kawasan Industri.
d. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balaraja Nomor 3
Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Balaraja Tahun 2021-2041, tanah yang dimohon terletak
pada Kawasan Peruntukan Industri.
e. PT Sukses telah memperoleh Izin Prinsip Pemanfaatan
Ruang pada kawasan dengan peruntukan industri seluas
± 197 ha yang terletak di Pulau Kampung Sauh,
Kelurahan Ngenang, Kecamatan Angsa, Kota Balaraja,
Provinsi Kepulauan Sehati berdasarkan surat Wali Kota
Balaraja …
250
Balaraja …
251
X. KESIMPULAN
1. Bahwa tanah yang dimohon seluas 950.833 m2 sesuai Peta
Bidang Tanah tanggal 22 Februari 2021 Nomor 7/2021, yang
terdiri dari:
a. NIB …
252
1. ............................. (……………………………………….………)
2. ............................. (………………………………………………..)
3. ............................. (……………………………………………….)
253
TENTANG
PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN
c. surat …
254
c. bahwa …
255
kepentingan …
256
1) NIB …
257
1) penguasaan …
258
PT …
259
6) berkesimpulan …
260
diterbitkannya …
261
11. Peraturan …
262
20. Peraturan …
263
MEMUTUSKAN:
Kepulauan …
264
g. penerima …
265
KEEMPAT …
266
KESEMBILAN …
267
dianggap …
268
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
....................................
Kepada :
Direktur PT Sukses,
Tembusan:
12. Kepala Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Balaraja, di
Balaraja.
270
a. Kasus Posisi
Pertanahan…
278
12. ..................................... :
Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Beringin Sejuk
selaku Anggota Panitia B;
13. ..................................... : Penata Pertanahan Muda Bidang
Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah pada Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Melawai Tengah selaku
Sekretaris meranggap Anggota
Panitia B.
Secara bersama-sama merupakan Panitia Pemeriksaan
Tanah “B” sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun
2021 jo. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Melawai Tengah tanggal 5 Januari 2019 Nomor
SK.01/8.62-300/I/2019, telah mengadakan rapat panitia pemeriksaan
tanah B dan telah memeriksa lokasi tanah yang dimohon terletak di
Desa Kondangan, Kecamatan Kota Lama, Kabupaten Beringin Sejuk,
Provinsi Melawai Tengah pada hari Kamis tanggal 19 Desember 2019.
II. URAIAN …
280
2. Luas : 1.294,98 ha
3. Peta Bidang Tanah/Surat Ukur : tanggal 10 Desember
2018 Nomor 65-15.08-
2018
a. Bidang Kebun Inti
NIB 15.06.00.00.000
64 seluas 1.294,98
ha
b. Bidang Kebun
Plasma NIB
15.06.00.00.00807
seluas 490,4 ha
...............................
3. Surat …
281
19. Pelepasan …
282
30. Perjanjian …
283
V. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan;
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;
9. Peraturan …
284
21. Peraturan …
285
Nomor …
286
Keputusan …
287
3) Adapun …
288
2. Data Fisik
a. Berdasarkan Laporan Hasil Identifikasi dan Penelitian
Lapang atas Permohonan Hak Guna Usaha atas nama
PT Sawit Subur, dinyatakan bahwa :
1) Penggunaan …
289
1) Penggunaan tanah
3. Perkara/Masalah/Sengketa/Konflik Tanah:
a. Pada areal yang dimohon Hak Guna Usaha tidak terdapat
sengketa dengan pihak lain, belum ada masuk dalam
program / areal transmigrasi, tidak tumpang tindih
dengan kawasan hutan serta tidak terdapat tumpang
tindih Izin Lokasi dengan perusahaan lain.
b. Berdasarkan …
291
c. setuju …
292
7. Lain-Lain
a. Bahwa PT Sawit Subur merupakan Badan Hukum yang
didirikan menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia.
b. Bahwa mengenai dokumen perizinan yang dikeluarkan
oleh Instansi yang berwenang, telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18
Tahun 2021.
c. Bahwa mengenai data fisik dan data yuridis atas tanah
yang dimohon telah sesuai dengan dokumen yang ada.
d. Bahwa tanah termasuk dalam wilayah administrasi Desa
Kondangan, Kecamatan Kota Lama, Kabupaten Beringin
Sejuk, Provinsi Melawai Tengah.
c. Agar …
293
b. Terkait…
294
e. PT…
295
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan Hak Guna
Usaha atas tanah yang dimohon seluas 1384,53, terletak di Desa
Kondanganan, Kecamatan Kota Lama, Kabupaten Beringin Sejuk,
Provinsi Melawai Tengah sebagaimana diuraikan dalam Peta
Bidang Tanah tanggal 5 Juni 2020 Nomor Peta 65-15.06-2018
(Revisi I), NIB 15.06.00.00.00064, dapat dipertimbangkan untuk
diberikan Hak Guna Usaha dengan alasan telah memenuhi
persyaratan teknis, yuridis dan administratif atau dapat
dipertimbangkan untuk diberikan Hak Guna Usaha setelah
dipenuhi …
297
ANGGOTA PANITIA B
Nama
selaku ketua merangkap anggota,
……………………
TENTANG
PEMBERIAN HAK GUNA USAHA ATAS NAMA PT SAWIT SUBUR
ATAS TANAH DI KABUPATEN BERINGIN SEJUK,
PROVINSI MELAWAI TENGAH
Menimbang …
299
Bupati …
300
a) terdapat …
301
Beringin…
302
b) Izin ...
303
Kehutanan …
304
18) sesuai …
305
persyaratan …
306
Menteri …
307
Magister …
308
1) tanah...
309
h. bahwa …
310
Kondangan …
311
a) Kelompok …
312
m. bahwa …
313
q. bahwa …
314
9. Peraturan …
315
19. Peraturan …
316
MEMUTUSKAN:
a. penerima …
317
g. penerima …
318
KETIGA …
319
KEDELAPAN …
320
sesuai …
321
KEENAMBELAS …
322
KESEMBILANBELAS …
323
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal {TANGGAL_SK}
................................
Kepada:
PT Sawit Subur,
Jalan ............................
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di Jakarta;
9. Kepala Biro Umum dan Layanan Pengadaan, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, di Jakarta;
3. Latihan Kasus