Kajian ini bertujuan mendeskripsikan keterjadian dan penyelesaian Retur SP2D dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir, mendeskripsikanperkembangan peraturan/kebijakan/sistem
mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D dan merumuskan alternatif rekomendasi dalam upaya
mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Data
Sekunder, yaitu teknik analisis data dengan memanfaatkan data sekunder untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan dilakukan dengan menampilkan data ke dalam grafik-grafik, bagan-
bagan, atau tabel-tabel, baik dalam bentuk persentase atau nominal, kemudian digunakan
sebagai dasar penarikan kesimpulan dan rekomendasi. Data yang dianalisis mencakup data
SP2D dan Retur SP2D dalam lima tahun terakhir (2016 – 2020). Hasil kajian menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2016 – 2020), keterjadian Retur SP2D mengalami
tren penurunan. Retur SP2D sebagian besar disebabkan karena Rekening Supplier Tidak
Aktif/Salah/Tidak Ditemukan. Kinerja penyelesaian Retur SP2D semakin baik dari tahun ke tahun.
Capaian progresif tersebut didorong oleh beberapa upaya mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D
dari sisi peraturan, kebijakan, dan sistem. Namun demikian, masih perlu dilakukan
pernyempurnaan dan pengembangan dari sisi peraturan/kebijakan dan sistem mitigasi dalam
rangka meminimalisir faktor human error dan system error, sehingga menekan jumlah Retur
SP2D.
Kata kunci:
retur SP2D, pengelolaan kas negara, rekening pengeluaran, keuangan negara, manajemen kas
1
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 5
1.1 Latar Belakang ...…………….……………………………………................. 5
1.2 Rumusan Masalah………… ………………………………………………..... 7
1.3 Tujuan Penulisan ….………………………………………………................. 7
5. KESIMPULAN .....................................………………………………… 38
5.1 Kesimpulan …………………..……………..…………………........... 38
5.2 Rekomendasi …………………..……………..…………………........... 39
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan tujuan pengelolaan Kas Negara tersebut, salah satu bagian utama
yaitu sistem pembayaran Belanja Pemerintah. Rangkaian proses pembayaran Belanja
Pemerintah berawal dari timbulnya tagihan kepada Pemerintah, meliputi alokasi dana dalam
DIPA (allotment), komitmen (kontrak/SK/kwitansi), pengajuan tagihan (Surat Permintaan
Pembayaran/SPP), dan perintah pembayaran (Surat Perintah Membayar/SPM) yang
dilaksanakan oleh Satuan Kerja (Satker). Selanjutnya, atas dasar perintah pembayaran (SPM)
tersebut, Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN) melaksanakan pembayaran atas beban
APBN dengan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Dalam proses pembayaran
Belanja Pemerintah inilah rangkaian proses manajemen kas juga berjalan, mulai dari
5
perencanaan kas melalui Rencana Penarikan Dana (RPD), penyediaan dana melalui droping dari
Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Bank Operasional (BO), penyaluran dana ke
rekening penerima, dan penilihan kembali saldo Rekening BO di akhir hari kerja.
Dalam penyaluran dana Belanja Pemerintah, tidak seluruh transaksi berhasil diproses
kepada rekening penerima hak bayar. Salah satu fenomena kegagalan penyaluran dana Belanja
Pemerintah yaitu Retur SP2D. Retur SP2D merupakan penolakan/pengembalian atas
pemindahbukuan dan/atau transfer pencairan APBN dari Bank tempat rekening penerima hak
bayar (Bank Penerima) kepada Bank Operasional (Bank Pengirim). Retur SP2D dapat
disebabkan oleh faktor human error berupa kesalahan penginputan elemen data supplier
(penerima dana) dan faktor system error berupa anomali sistem akibat pengembangan sistem
pembayaran. Dana Retur SP2D selanjutnya ditampung dalam Rekening Retur pada Bank
Pengirimnya untuk kemudian menunggu diproses kembali penyaluran dananya melalui rangkaian
penyelesaian Retur SP2D.
Keterjadian Retur SP2D ini tentunya tidak sejalan dengan tujuan penyaluran dan
penggunaan dana secara efektif dan efisien, yaitu meminimalkan jumlah dana menganggur (idle
cash) dan melakukan pembayaran pada waktu yang tepat. Semakin besar nilai nominal Retur
SP2D yang mengendap di Rekening Retur, akan menambah saldo kas Pemerintah yang
menganggur, yang berdampak pada munculnya opportunity cost. Dana Retur SP2D yang
mengendap tersebut tidak dapat digunakan untuk membayar kewajiban Pemerintah lainnya,
sebelum terdapat konfirmasi dari Satker bahwa dana tersebut tidak akan dimintakan lagi.
Sementara itu, semakin banyak frekwensi terjadinya Retur SP2D, akan berdampak pada semakin
tingginya pembayaran kepada penerima hak yang tidak tepat waktu karena harus dilakukan
6
proses ulang pencairan dana. Dengan demikian, Retur SP2D menimbulkan kerugian baik dari
sisi manajemen kas Pemerintah, maupun ketepatan waktu penerima hak bayar.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Guna mendukung capaian tujuan pengelolaan kas yang efektif dan efisien, sejak tahun
2010 diterapkan Rekening Tunggal Perbendaharaan (Treasury Single Account/TSA). TSA
merupakan rekening yang mengkonsolidasikan saldo-saldo kas pemerintah yang diwujudkan
dalam Rekening Kas Umum Negara (RKUN) di Bank Indonesia. Ruang lingkup TSA meliputi arus
kas masuk dan arus kas keluar yang diperoleh dari transaksi penerimaan dan pengeluaran
negara, meliputi pendapatan (pajak/PNBP), hibah, belanja, utang, transfer, penyertaan modal
negara, dan transaksi keuangan pemerintah lainnya. TSA membantu Pemerintah dalam
mengelola dan memitigasi berbagai risiko terkait dengan penyimpanan kas, serta mengambil
keputusan tentang keuangan negara secara komprehansif, khususnya terkait dengan
defisit/surplus kas.
Sirkulasi arus kas pemerintah dapat diibaratkan seperti sistem kardiovaskular pada tubuh
manusia. Arus kas masuk dan arus kas keluar seperti halnya aliran darah melalui pembuluh darah
vena dan arteri yang berpusat menuju jantung, yaitu RKUN. Arus kas masuk bersumber dari
penerimaan negara yang berasal dari transaksi pendapatan, hibah, dan penerimaan
pembiayaan. Sedangkan, arus kas keluar merupakan aliran kas untuk mendanai belanja
pemerintah, transfer ke daerah, dan pengeluaran pembiayaan. Dengan demikian, arus kas
Pemerintah ini melingkupi seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran Negara, antara
Pemerintah dengan Individu (G to P), Pemerintah dengan Perusahaan (G to B), dan antar unit
Pemerintah (G to G).
8
Dalam mengelola manajemen kas pemerintah dimaksud, proses bisnis manajemen kas
didukung oleh Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) yang terkoneksi dengan
sistem pembayaran di Bank Indonesia dan Bank Umum. Untuk menunjang lalu lintas kas, Menteri
Keuangan selaku BUN membuka beberapa rekening di Bank Indonesia dan Bank Umum. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 102/PMK.05/2020 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Bendahara Umum Negara, rekening milik BUN meliputi:
9
No. Nama Rekening Bank Keterangan
yang menampung pagu dana untuk membiayai
kegiatan pemerintah sesuai rencana pengeluaran
8 Rekening Bank Umum Rekening yang dibuka aleh BUN/Kuasa BUN pada
Pengeluaran BO untuk menampung dana yang akan digunakan
Kuasa BUN Pusat untuk menyalurkan dana surat perintah pencairan
SPAN dana selain gaJI bulanan yang diterbitkan aleh
(RPKBUNP KPPN
SPAN)
9 Rekening Bank Umum Rekening yang dibuka aleh BUN /Kuasa BUN pada
Pengeluaran BO dan/ atau BPG untuk menampung dana yang
Kuasa BUN Pusat akan digunakan untuk menyalurkan dana surat
Gaji (RPKBUNP perintah pencairan dana gaji bulanan yang
Gaji) diterbitkan aleh KPPN
10 Rekening Bank Umum RPKBUNP SPAN Valas adalah rekening yang
Pengeluaran dibuka oleh BUN/Kuasa BUN pada BO Valas untuk
Kuasa BUN menampung dana yang akan digunakan untuk
Pusat SPAN menyalurkan dana Surat Perintah Pencairan Dana
Valas (RPKBUNP Valas yang diterbitkan oleh KPPN
SPAN Valas)
11 Rekening Bank Indonesia Rekening pengeluaran yang dibuka oleh
Pengeluaran dan Bank BUN/Kuasa BUN untuk tujuan dan kegiatan tertentu
Lainnya Umum
Salah satu wujud Rekening Pengeluaran Lainnya sebagaimana poin 11 tabel 1 di atas
adalah Rekening Retur. Rekening Retur terdiri dari Rekening Retur Bank Operasional SPAN (RR
RPKBUNP SPAN), Rekening Retur Bank Operasional dan/atau Bank Penyalur Gaji (RR
RPKPUNP Gaji), dan Rekening Retur Bank Indonesia (RR BI). Saat ini terdapat 4 RR RPKBUNP
SPAN di BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN; 1 RR RPKBUNP SPAN Valas di Citibank; serta 27
RR RPKBUNP Gaji di Bank Penyalur Gaji. Pada rekening itulah ditampung dana Retur SP2D
untuk menunggu proses penyelesaian.
Di sisi lain terdapat pula rekening pemerintah yang dikelola oleh Kementerian
Negara/Lembaga, yaitu Rekening Pengeluaran Milik Kementerian Negara/Lembaga.
Berdasarkan PMK Nomor 183/PMK.05/2019 tentang Pengeloaan Rekening Pengeluaran Milik
10
Kementerian Negara/Lembaga, Rekening Pengeluaran adalah rekening pemerintah dalam
bentuk giro pemerintah atau rekening virtual pada bank umum yang dipergunakan untuk
menampung uang bagi keperluan belanja negara atau untuk membayar pengeluaran negara.
Rekening pengeluaran digunakan untuk menampung dana Uang Persediaan/Tambahan Uang
Persediaan (UP/TUP), Langsung (LS)-Bendahara, dan transfer antar Rekening Pengeluaran.
Rekening Pengeluaran tersebut terdiri dari Rekening Induk pada tingkat Eselon I dan Rekening
Satker pada tingkat Satker. Rekening induk merupakan rekening giro pemerintah yang
mengkonsolidasikan seluruh rekening virtual yang dibuka pada bank umum. Sementara itu,
rekening satker merupakan rekening virtual berupa nomor identifikasi rekening pengeluaran
Satker dan rekening pengeluaran pembantu Satker. Rekening pengeluaran Satker dan pembantu
Satker berbentuk rekening virtual pada bank umum yang dipergunakan untuk menampung uang
bagi keperluan belanja negara atau untuk membayar pengeluaran Negara.
Seperti diatur dalam PMK Nomor 190/PMK.05/2021 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PMK Nomor 178/PMK.05/2021, tahapan penyelesaian tagihan sampai
dengan pencairan Belanja Pemerintah melibatkan beberapa subjek yaitu Kuasa Pengguna
Anggara (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM),
Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa BUN. Seluruh subjek dimaksud memiliki kewenangan dan
tanggung jawab yang diatur secara rinci dan jelas.
Secara garis besar, timbulnya tagihan diawali dengan adanya pembuatan komitmen untuk
pelaksanaan kegiatan. Pembuatan komitmen ini dapat berupa perjanjian/kontrak pengadaan
11
barang/jasa dan/atau penetapan keputusan. Penetapan keputusan yang mengakibatkan
pengeluaran negara antara lain berupa pelaksanaan belanja pegawai, pelaksanaan perjalanan
dinas, pelaksanaan kegiatan swakelola, pembayaran honorarium, dan belanja bantuan sosial
yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima bantuan sosial.
Selanjutnya, SPP-LS akan disampaikan kepada PPSPM untuk proses penerbitan SPM,
PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung yang
disampaikan oleh PPK. PPSPM kemudian akan menerbitkan SPM melalui sistem aplikasi SPM
atau SAKTI Modul Pembayaran. SPM kemudian akan disampaikan ke KPPN melalui Petugas
Pengantar SPM untuk digunakan sebagai dasar pencairan dana. KPPN akan melakukan
penelitian dan pengujian atas SPM, diantaranya pengujian kesesuaian tagihan dengan data
perjanjian/kontrak atau perubahan data pegawai yang telah disampaikan kepada KPPN. Jika
penelitian dan pengujian telah sesuai, maka KPPN akan menerbitkan SP2D sebagai dasar
transfer dana ke rekening penerima.
Selain mekanisme LS, terdapat pula alternatif pembayaran melalui mekanisme UP/TUP.
UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan
membiayai pengeluaran lainnya yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran menyampaikan
kebutuhan UP kepada PPK. Atas dasar kebutuhan UP tersebut, PPK akan menerbitkan SPP-UP,
SPP-UP kemudian disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP. SPM-UP ini
selanjutnya disampaikan ke KPPN untuk diproses menjadi SP2D. Setelah uang masuk ke
12
rekening, Bendahara Pengeluaran akan melakukan pembayaran berdasarkan surat perintah
bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA dilampiri dengan
kuitansi/bukti pembelian beserta faktur pajak dan SSP dan nota/bukti penerimaan barang/jasa
atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. Setelah UP digunakan, tahapan berikutnya
adalah revolving UP. PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP dilengkapi
dokumen pendukung. SPP-GUP selanjutnya akan diproses PPSPM menjadi SPM, kemudian
disampaikan ke KPPN untuk diterbitkan SP2D setelah dilakukan penelitian dan pengujian.
Dalam proses pencairan dana Belanja Pemerintah tersebut, baik mekanisme LS maupun
UP/TUP melibatkan sirkulasi kas pemerintah mulai dari droping dana dari RKUN di Bank Sentral
menuju Bank Opersional/Bank Penyalur Gaji (RPKBUN-P SPAN/RPKBUN-P SPAN
Valas/RPKBUN-P Gaji), selanjutnya disalurkan ke Rekening Pengeluaran Satker dan Rekening
Penerima. Arus kas Belanja Pemerintah dalam sistem pembayaran perbankan tersebut dilakukan
menggunakan mekanisme overbooking, Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI),
sistem Bank Indonesia Realtime Gross Settlement (BI-RTGS) atau Society for Worldwide
Interbank Financial Telecommunications (SWIFT). Secara keseluruhan, transaksi penyaluran
dana Belanja Pemerintah akan tuntas ketika dana sudah masuk ke Rekening Pengeluaran Satker
dan/atau Rekening Penerima.
Retur SP2D dapat disebabkan oleh faktor human error ataupun faktor system error. Faktor
human error lebih banyak disebabkan karena kesalahan penginputan elemen data supplier.
Dalam proses pencairan dana terdapat proses penginputan dan pengujian data supplier, meliputi
nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran. Jika terdapat kesalahan
penginputan elemen data data tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya Retur SP2D.
Sementara itu, faktor system error disebabkan karena anomali sistem akibat pengembangan
13
sistem pembayaran. Kedua faktor tersebut menyebabkan gagal tersalurnya dana Belanja
Pemerintah kepada Rekening Pengeluaran Satker dan/atau Rekening Penerima.
Dalam rangka pembayaran kembali dana Retur SP2D. KPPN menyampaikan Surat
Pemberitahuan Retur SP2D kepada KPA Satker dengan dilampiri Daftar Retur SP2D paling
lambat 3 (tiga) hari kerja berikutnya. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Retur SP2D. KPA/Satker
melakukan perbaikan Data Supplier dan/atau data kontrak pada sistem aplikasi pendukung.
Selanjutnya, KPA/Satker menyampaikan surat ralat/perbaikan rekening ke KPPN dilampiri Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM), ADK untuk pendaftaran data supplier, dan ADK
perubahan data kontrak (jika diperlukan).
Surat ralat/perbaikan rekening dari KPA/Satker tersebut akan diproses KPPN secara
bertahap sebagai berikut:
14
2) Kepala Seksi Bank menerbitkan SPP-Retur melalui SPAN dan meneruskan kepada Kepala
KPPN;
3) Berdasarkan SPP-Retur dari Kepala Seksi Bank. Kepala KPPN menerbitkan SPM-Retur
melalui SPAN;
4) Seksi Pencairan Dana melakukan penelitian dan pengujian SPM-Retur.
5) Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian Seksi Pencairan Dana, Seksi Bank menerbitkan
SP2D-R melalui SPAN.
6) Berdasarkan SP2D-R inilah dana akan disalurkan kembali ke Rekening Penerima.
b. Penyetoran Dana Retur SP2D ke Kas Negara dan Permintaan Pembayaran Kembali
Apabila sampai dengan hari kerja terakhir minggu ketiga bulan berikutnya sejak tanggal
surat pemberitahuan Retur SP2D KPA/Satker tidak menyampaikan surat ralat/perbaikan
rekening untuk pembayaran kembali, maka KPPN dapat melakukan penyetoran dana Retur
SP2D dari Rekening RR SPAN, Rekening RR Gaji, Rekening RR BI ke Kas Negara. Penyetoran
dana Retur SP2D dilakukan dengan ketentuan KPPN memastikan data supplier rekening
penerimaan penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara sudah terdaftar di SPAN.
Atas dana Retur SP2D yang telah disetor ke Kas Negara. KPA/Satker dapat mengajukan
permintaan pembayaran kembali dana Retur SP2D ke KPPN. Permintaan pembayaran kembali
atas dana Retur SP2D yang telah disetor ke Kas Negara per SP2D-R dilampiri dengan dokumen
pendukung. Selanjutnya. Seksi Bank melakukan pengujian kebenaran dan kelengkapan
dokumen pendukung berdasarkan SPPK dan dokumen pendukung. Setelah dilakukan pengujian,
KPPN akan menyampaikan surat penerusan permintaan pembayaran kembali kepada Dit. PKN
dilampiri dengan SPPK dan dokumen pendukungnya. Berdasarkan surat penerusan permintaan
pembayaran kembali tersebut, Dit. PKN c.q Subdit SAPPK melakukan penelitian untuk
memastikan setoran atas dana Retur SP2D telah diterima dan dibukukan di RKUN, untuk
kemudian diterbitkan SKTB dan SKKSPN. Setelah itu, Subdit SAPPK akan meneruskan dokumen
pendukung. SKTB dan SKKSPN ke Subdit MRLPPB untuk diterbitkan SPMPP dalam hal
pengembalian penerimaan tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk penerbitan SPMPP dalam
hal pengembalian penerimaan tahun anggaran yang lalu, dokumen-dokumen dimaksud
disampaikan kepada Direktorat Sistem Perbendaharaan c.q. Subdirektorat Pembayaran Program
Jaminan Sosial, PFK, dan Kebijakan TGR. Berdasarkan SPMPP tersebut, KPPN Jakarta II/KPPN
Khusus Pinjaman dan Hibah akan menerbitkan SP2D.
15
BAB 3
METODE ANALISIS
Kajian ini menganalisis tren keterjadian dan penyelesaian Retur SP2D, perkembangan
peraturan dan kebijakan Retur SP2D, untuk kemudian digunakan dasar perumusan rekomendasi
mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D yang lebih baik. Sejalan dengan tujuan tersebut, penelitian
ini menggunakan metode Analisis Data Sekunder (Metode Penelitian Sekunder). Menurut Heaton
(Andrews, 2021). Analisis Data Sekunder merupakan suatu strategi penelitian yang
memanfaatkan data kuantiatif ataupun kualitatif yang sudah ada untuk menemukan
permasalahan baru atau menguji hasil penelitian terdahulu. Sementara Hakim (Johnston, 2014)
mendefinisikan Analisis Data Sekunder sebagai analisis lebih lanjut himpunan data yang sudah
ada yang memunculkan tafsiran, simpulan atau pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau
yang berbeda dari apa yang telah disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian
terdahulu. Dengan demikian, Analisis Data Sekunder merupakan teknik analisis data dengan
memanfaatkan data sekunder untuk mendapatkan informasi yang diinginkan atau dari tubuh
materi atau data yang sudah matang yang diperoleh dari suatu lembaga untuk kemudian diolah
secara sistematis dan objektif.
Andrews (2021) merumuskan tujuan Analisis Data Sekunder antara lain: (i) menerapkan
permasalahan penelitian baru, tegasnya meneliti dengan tujuan penelitian yang baru yang
berbeda dari penelitian terdahulu; (ii) memanfaatkan data lama untuk memunculkan ide-ide baru;
(iii) menguji hasil penelitian yang sudah dilakukan, baik berwujud verifikasi, refutasi, ataupun
refinemen (perbaikan); dan (iv) mengeksplor data dari sudut pandang yang berbeda. Dalam
kajian ini, Analisis Data Sekunder ditujukan untuk meneliti dengan tujuan penelitian yang baru,
serta memanfaatkan data lama untuk memunculkan ide-ide baru. Tahapan yang dilakukan dalam
Analisis Data Sekunder pada kajian ini, meliputi: (i) menetapkan sumber data/informasi; (ii)
mengumpulkan data yang sudah tersedia; (iii) menormalisasikan data jika diperlukan dan
memungkinkan; (iv) menganalisis data (misalnya menghitung, mentabulasi, memetakan data-
data kuantiatif, atau membandingkan berbagai peraturan dan menelaahnya).
16
3.2 Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data
Data dalam kajia ini berupa data sekunder berupa data SP2D dan Retur SP2D yang
diperoleh dari database Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) yang dikelola
oleh Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan. Selain itu, digunakan pula data
sekunder berupa kumpulan peraturan/kebijakan terkait Retur SP2D. Periode data yang dikaji
adalah 5 (lima) tahun, yaitu data tahun 2016 - 2020. Data tersebut selanjutnya ditabulasi,
dipetakan, dan dibandingkan untuk mendukung perumusan kesimpulan dan rekomendasi kajian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam kajian ini yaitu analisis deskriptif, Sugiyono
(2014) memaparkan bahwa analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menganalisis data melalui
pendeskripsian atau penggambaran data yang dihimpun sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Sementara itu, Hasyadi (2014)
menjelaskan bahwa analisis deskriptif dilakukan dengan menampilkan data ke dalam grafik-
grafik, bagan-bagan, atau tabel-tabel, baik dalam bentuk persentase atau nominal. Analisis
deskriptif ini berkaitan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil
peringkasan tersebut.
Sejalan dengan metode analisis, jenis data, dan teknik analisis data yang telah diuraikan
di atas, kerangka analisis yang dikembangkan dalam kajian ini, meliputi: (i) penetapan dan
pengumpulan data SP2D dan Retur SP2D serta Peraturan/Kebijakan periode tahun 2016 – 2020;
(ii) proses normalisasi dan validasi data; (iii) analisis data dengan tabulasi, pemetaan,
penelaahan, dan penyajian data ke dalam grafik-grafik, bagan-bagan, atau tabel-tabel, baik
dalam bentuk persentase atau nominal; (iv) penarikan kesimpulan dan rekomendasi.
Penyajian Data
Tahun 2016 - 2020
17
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara yang andal dan optimal diantaranya
diwujudkan melalui penyaluran dana APBN yang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat penerima.
Beberapa indikator yang dapat merefleksikan kondisi tersebut diantaranya berupa akurasi
penerbitan SP2D dan kecepatan penyelesaian Retur SP2D. Idealnya, seluruh penyaluran dana
APBN melalui penerbitan SP2D berhasil seluruhnya ke Rekening Penerimanya atau dengan kata
lain tidak terjadi kegagalan dengan munculnya Retur SP2D. Keterjadian Retur SP2D
menyebabkan tertundanya penyaluran dana ke Rekening Penerima dan juga menimbulkan idle
cash, karena saldo kas Retur yang terhimpun dalam Rekening Retur tidak dapat dimanfaatkan
untuk pembayaran kewajiban lainnya sampai disetor kembali ke RKUN. Mitigasi Retur SP2D
tentunya menjadi tujuan utama sebagai upaya preventif untuk meminimalisir Retur SP2D bahkan
mencapai zero Retur SP2D. Namun demikian, jika timbulnya Retur SP2D tidak dapat dihindari,
maka upaya tindak lanjut penyelesaiannya tentunya perlu disegerakan untuk meminimalisir waktu
tunggu penyaluran dana kembali ke Rekening Penerima.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2016 – 2020), keterjadian Retur SP2D
mengalami tren penurunan. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2, frekwensi terjadinya Retur
SP2D selalu menurun setiap tahunnya, kecuali di tahun 2018 – 2019, Retur SP2D mengalami
kenaikan meskipun relatif kecil. Jika dilihat dari persentase keterjadian Retur SP2D, yaitu
perbandingan antara frekwensi Retur SP2D dan jumlah penerima, maka dapat dilihat bahwa
persentase keterjadian Retur SP2D semakin mengecil. Periode tahun 2016 – 2017, persentase
Retur SP2D masih di atas 1 persen, sedangkan pada periode 2018 – 2020 persentase Retur
berhasil dikendalikan dengan capaian di bawah 1 persen.
Sementara itu, jika dilihat dari persentase nominal Retur SP2D, dalam lima tahun terakhir
berada di kisaran 0,10 persen sampai dengan 0,13 persen, kecuali di tahun 2017 yang mencapai
0,24 persen. Jika dilihat dari total summary data dalam lima tahun terakhir, maka persentase
keterjadian Retur sebesar 1,22 persen dengan persentase nominal 0,14 persen.
18
Tabel 2. Keterjadian Retur SP2D Tahun 2016 – 2020
Jumlah Nominal Retur Nominal
Tahun SP2D % %
Penerima (Triliun Rp) SP2D (Triliun Rp)
2016 4.451.102 2.166 96.539 2,17% 2,789 0,13%
2017 5.009.465 2.308 78.028 1,56% 5,454 0,24%
2018 5.527.994 2.627 48.032 0,87% 2,595 0,10%
2019 6.018.881 2.769 49.215 0,82% 3,557 0,13%
2020 4.561.634 3.021 40.413 0,89% 3,051 0,10%
Total - 25.569.076 12.740 312.227 1,22% 17,446 0,14%
Gambar 2 menunjukkan tren penurunan keterjadian Retur SP2D dalam lima tahun terakhir. Dapat
dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir, Retur SP2D berhasil dikendalikan sehingga dapat ditekan
di bawah 1 persen. Beberapa faktor pendukung capaian tersebut diantaranya penyempurnaan
peraturan dan kebijakan, terutama berbagai upaya mitigasi Retur SP2D.
Retur SP2D
2.50%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
2016 2017 2018 2019 2020
Transaksi Nominal
Selanjutnya, untuk lebih memperkuat analisis data, disajikan pula tren data keterjadian
Retur SP2D pada lima besar tertinggi kategori KPPN Tipe A1 Provinsi, KPPN Tipe A1 Non
Provinsi, dan KPPN A2. Tabel 3 menunjukkan lima besar KPPN Tipe A1 Provinsi dengan Retur
SP2D tertinggi, yaitu KPPN Jakarta III, KPPN Jakarta IV, KPPN Jakarta VII, KPPN Palembang,
dan KPPN Mataram. Berdasarkan tabulasi data Retur SP2D, dalam lima tahun terakhir
keterjadian Retur SP2D cenderung semakin dapat dimitigasi, yang ditunjukkan dengan
19
persentase yang semakin kecil. Kecenderungan tersebut ditunjukkan nilai rata-rata persentase
dalam lima tahun terakhir. Pada periode tahun 2016 – 2017, persentase rata-rata Retur SP2D
pada lima KPPN tersebut masih di atas 5 persen, yaitu 10,55 persen (2016) dan 6,02 persen
(2017). Bahkan pada periode tersebut, terdapat KPPN dengan persentase Retur SP2D yang
sangat tinggi, yaitu KPPN Mataram sebesar 42,95 persen (2016) dan KPPN Palembang sebesar
20,99 persen (2017). Sementara itu, dalam tiga tahun terakhir, kelima KPPN tersebut dapat
mengendalikan Retur SP2D di bawah 3 persen.
Tabel 3. Lima Besar Retur SP2D pada KPPN Tipe A1 Provinsi Tahun 2016 – 2020
Tabel 4 menunjukkan lima besar KPPN Tipe A1 Non Provinsi dengan Retur SP2D
tertinggi, yaitu KPPN Purwokerto, KPPN Kuningan, KPPN Malang, KPPN Bondowoso, dan KPPN
Madiun. Berdasarkan tabulasi data Retur SP2D, dalam lima tahun terakhir keterjadian Retur
SP2D cenderung semakin dapat dimitigasi, yang ditunjukkan dengan persentase yang semakin
kecil. Kecenderungan tersebut ditunjukkan dengan penurunan nilai rata-rata persentase dalam
lima tahun terakhir. Pada periode tahun 2016 – 2017, persentase rata-rata Retur SP2D pada lima
KPPN tersebut masih di atas 5 persen, yaitu 6,61 persen (2016) dan 9,69 persen (2017). Bahkan
pada periode tersebut, terdapat KPPN dengan persentase Retur SP2D yang sangat tinggi, yaitu
KPPN Kuningan sebesar 19,10 persen (2016) dan KPPN Purwokerto sebesar 31,07 persen
(2017). Sementara itu, dalam tiga tahun terakhir, kelima KPPN tersebut dapat mengendalikan
Retur SP2D di bawah 2 persen.
20
Tabel 4. Lima Besar Retur SP2D pada KPPN Tipe A1 Non Provinsi Tahun 2016 – 2020
Tabel 5. Lima Besar Retur SP2D pada KPPN Tipe A2 Tahun 2016 – 2020
Tabel 5 menunjukkan lima besar KPPN Tipe A2 dengan Retur SP2D tertinggi, yaitu KPPN
Bojonegoro, KPPN Garut, KPPN Rengat, KPPN Majene, dan KPPN Bima. Berdasarkan tabulasi
data Retur SP2D, dalam lima tahun terakhir keterjadian Retur SP2D cenderung semakin dapat
dimitigasi, yang ditunjukkan dengan persentase yang semakin kecil. Kecenderungan tersebut
21
ditunjukkan dengan penurunan nilai rata-rata persentase dalam lima tahun terakhir. Pada periode
tahun 2016 – 2017, persentase rata-rata Retur SP2D pada lima KPPN tersebut masih di atas 5
persen, yaitu 17,40 persen (2016) dan 17,90 persen (2017). Bahkan pada periode tersebut,
terdapat KPPN dengan persentase Retur SP2D yang sangat tinggi, yaitu KPPN Garut 53,84
persen (2016), KPPN Rengat 13,69 persen (2016) dan KPPN Majene sebesar 74,74 persen
(2017). Sementara itu, dalam tiga tahun terakhir, kelima KPPN tersebut dapat mengendalikan
Retur SP2D di bawah 3 persen.
Dari sisi basis rekening retur, yaitu RR RPKBUNP SPAN pada BRI, BNI. Bank Mandiri,
dan BTN, dapat pula digambarkan tren keterjadian dan sebaran Retur SP2D. Dari tabel 6 dapat
dilihat bahwa dalam lima tahun terakhir, Retur SP2D semakin menurun signifikan dari tahun ke
tahun. Tren penurunan dialami oleh seluruh RR RPKBUNP SPAN, yang merefleksikan bahwa
mitigasi Retur SP2D semakin baik dari tahun ke tahun. Dari gambar 3 ditunjukkan bahwa
mayoritas Retur SP2D berada di BRI berkisar antara 46 persen sampai dengan 66 persen, diikuti
BNI pada kisaran 23 persen sampai dengan 27 persen, Bank Mandiri pada kisaran 16 persen
sampai dengan 23 persen, dan BTN pada kisaran 10 persen. Sebaran mayoritas persentase
pada BRI ini disebabkan karena BRI paling banyak mengelola Rekening Penerima, yang hampir
mencapai dua kali lipat dari jumlah Rekening Penerima pada tiga bank lainnya.
22
Gambar 3. Sebaran Retur SP2D pada RR RPKBUNP SPAN Tahun 2016 – 2020
9% 10% 9%
16% 21%
23%
2017 47% 46%
2017 2018
2% 66%
27% 24%
10% 4%
3%
21%
Di sisi lain, jika dilihat dari sebaran nominal Retur SP2D pada RR RPKBUNP SPAN,
dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami fluktuasi di rentang Rp1,06 Trilyun sampai
dengan Rp5,43 Trilyun. Nominal retur tertinggi terjadi di tahun 2017 sebesar Rp5,43 Trilyun,
sedangkan yang terendah pada tahun 2020 sebesar Rp1,06 Trilyun. Jika dilihat dari sebaran
perbankan, maka Bank Mandiri selalu mencatatkan nominal tertinggi setiap tahunnya. Bahkan di
tahun 2017 – 2019, Bank Mandiri mencatatakan nominal Retur SP2D di atas 1 M. Fenomena ini
menunjukkan bahwa nilai Retur SP2D pada Bank Mandiri cenderung lebih besar dibandingkan
dengan nominal Retur SP2D pada BRI, meskipun secara frekwensi tidak mencapai setengahnya.
23
Tabel 7. Nominal Retur SP2D pada RR RPKBUNP SPAN Tahun 2016 – 2020
(dalam Rp Milyar)
Selanjutnya, untuk memperdalam analisis dapat dicermati pula data Retur SP2D pada
lima besar Kementerian Negara/Lembaga, yaitu Kementerian Agama (BA 025), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (BA 023), Kementerian Pertahanan (BA 012), Kementerian
Pertanian (BA 018), Kementerian Pekerjaan Umum (BA 033), dan Bendahara Umum Negara (BA
999). Pada tabel 8 ditunjukkan bahwa Kementerian Agama selalu mendominasi persentase Retur
SP2D di atas 30 persen, bahkan pada tahun 2016 – 2017 mencapai lebih dari 50 persen dari
total Retur SP2D. Namun demikian, meskipun selalu mendominasi, tren Retur SP2D semakin
menurun dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukkan upaya mitigasi Retur yang semakin baik
di Kementerian Agama. Sementara itu, pada empat Kementerian Negara/Lembaga lainnya,
persentase Retur SP2D berkisar 0,45 persen sampai dengan 7,06 persen, dengan tren Retur
SP2D yang cenderung tetap setiap tahunnya. Kondisi tersebut menunjukkan masih
diperlukannya terobosan upaya mitigasi Retur SP2D.
Pada kolom terakhir disajikan pula data Retur SP2D pada Bendahara Umum Negara.
Data tersebut merefleksikan penyelesaian Retur SP2D yang kemudian di-retur kembali. Dalam
lima tahun terakhir tren Retur SP2D yang teretur kembali cenderung menurun, namun pada tahun
2020 melonjak tajam kembali. Tingkat Retur SP2D yang teretur kembali masih relatif tinggi di
kisaran 4 persen sampai dengan 16 persen. Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya
peningkatan kecermatan dan ketelitian KPPN dan Satker dalam penyelesaian Retur SP2D.
Tabel 8. Lima Retur SP2D pada Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2016 – 2020
BA BA BA BA BA BA
Tahun % % % % % %
025 023 012 018 033 999
2016 60.757 62,94% 4.432 4,59% 4.595 4,76% 2.107 2,18% 2.281 2,36% 6.916 7,16%
2017 45.603 58,44% 348 0,45% 2.034 2,61% 391 0,50% 2.342 3,00% 4.865 6,23%
2018 18.121 37,73% 1.200 2,50% 1.647 3,43% 1.787 3,72% 2.128 4,43% 2.055 4,28%
2019 18.917 38,44% 1.282 2,60% 3.740 7,60% 2.004 4,07% 2.505 5,09% 2.027 4,12%
2020 13.324 32,97% 2.575 6,37% 2.843 7,03% 112 0,28% 1.844 4,56% 6.773 16,76%
24
4.1.2 Penyebab Retur SP2D
Untuk melengkapi analisis Retur SP2D, perlu dianalisis pula penyebab Retur SP2D
selama lima tahun terakhir. Dalam aplikasi SPAN terdapat beberapa penyebab Retur SP2D yang
merupakan konfirmasi dari Bank RR RPKBUNP SPAN/Gaji. Beberapa kategori penyebab Retur
SP2D diantaranya Rekening Supplier Tidak Aktif/Salah/Tidak Ditemukan, Account Cr Not Found,
Dormant Cr, Account Cr is Closed, dan Lainnya. Berdasarkan tabulasi data pada tabel 9, Retur
SP2D sebagian besar disebabkan karena Rekening Supplier Tidak Aktif/Salah/Tidak Ditemukan.
Sedangkan faktor penyebab lainnya, yaitu Dormant Cr (Akun Pasif) dan Account Cr is closed
relatif kecil di bawah 10 persen setiap tahunnya. Variasi penyebab Retur SP2D tersebut pada
dasarnya disebabkan karena kesalahan manajemen data supplier di Satker dan KPPN yang
mencakup penginputan atau update data supplier.
Rek.
Supplier
Account Account
Tahun Tidak Aktif/ % % Dormant % % %
Cr Not Cr is Lainnya
Salah/Tidak Cr
Found closed
Ditemukan
2016 25.267 26,17% 13.456 13,94% 20.273 21,00% 10.805 11,19% 26.738 27,70%
2017 21.365 27,38% 10.987 14,08% 9.175 11,76% 7.064 9,05% 29.437 37,73%
2018 15.254 31,76% 10.268 21,38% 3.483 7,25% 2.462 5,13% 16.565 34,49%
2019 20.773 42,21% 7.542 15,32% 2.289 4,65% 2.374 4,82% 16.237 32,99%
2020 18.482 45,73% 6.048 14,97% 1.527 3,78% 2.124 5,26% 12.232 30,27%
25
Di sisi lain, terdapat pula Retur SP2D yang disebabkan karena system error. Pada tahun
2019 ditetapkan PMK Nomor 183/PMK.05/2019 tentang Pengelolaan Rekening Pengeluaran
Milik Kementerian Negara/Lembaga. PMK tersebut sebagai landasan dalam restrukturisasi
rekening di Kementerian Negara/Lembaga yang bertujuan untuk menyederhanakan (simplifikasi)
pengelolaan rekening pengeluaran dengan lebih efektif, efisien, dan akuntabel. Simplifikasi
tersebut akan mempermudah monitoring dan pengendalian rekening oleh BUN yang dapat
dilakukan secara host to host dan realtime yang bermuara pada optimalisasi atas saldo kas pada
rekening pengeluaran. Struktur rekening pengeluaran milik Kementerian Negara/Lembaga terdiri
dari rekening induk (rekening giro) pada tingkat eselon I dan rekening virtual (VA) pada tingkat
satuan kerja. Implementasi restrukturisasi rekening ini bekerja sama dengan Bank Umum,
diantaranya Bank Himbara (BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN) dan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Dalam perjalananya terdapat beberapa kendala sistem yang kemudian menyebabkan terjadinya
Retur SP2D.
Rekening Supplier
Account Cr Unavailable Rekening Sudah
Tahun Tidak Aktif/Salah/
Not Found VA Data Ditutup
Tidak Ditemukan
2020 38 16 6 -
Per 30 Juni 2021 368 107 97 49
26
4.1.3 Penyelesaian Retur SP2D
Setelah menguraikan tren keterjadian dan penyebab Retur SP2D, bagian selanjutnya
akan mendeskripsikan tren penyelesaian Retur SP2D dalam lima tahun terakhir. Kecepatan
penyelesaian Retur SP2D juga perlu mendapatkan perhatian karena berdampak pada durasi idle
cash di Rekening Retur. Semakin cepat penyelesaian Retur SP2D, pengendapan kas pada
Rekening Retur akan semakin singkat.
2019 2020
7% 11%
11%
9%
15% 11%
67% 68%
27
Pada tabel 12 dipetakan penyelesaian Retur SP2D berdasarkan 4 kategori durasi waktu
penyelesaian, yaitu (i) sampai dengan 10 hari kerja, (ii) 11 hari kerja sampai dengan 15 hari kerja,
(iii) 16 hari kerja sampai dengan 20 hari kerja, dan (iv) lebih dari 20 hari kerja. Kategori durasi
penyelesaian Retur SP2D tersebut sesuai dengan formula pada manual IKU “Indeks Efektivitas
Pengeluaran Negara” di KPPN dan Direktorat PKN. Sebagaiman ditunjukkan pada tabel 12 dan
gambar 4, dalam lima tahun terakhir kinerja penyelesaian Retur SP2D semakin baik dari tahun
ke tahun, kecuali di tahun 2017. Tren tersebut direfleksikan pada persentase penyelesaian Retur
SP2D dengan durasi sampai dengan 10 hari kerja yang semakin besar dari tahun ke tahun. Pada
gambar 4 ditunjukan dengan chart warna biru yang semakin besar porsinya. Kinerja penyelesaian
Retur SP2D terendah terjadi pada tahun 2017, di mana sebagian besar Retur SP2D diselesaikan
dengan durasi di atas 20 hari kerja.
Tabel 13. Penyetoran Dana Retur SP2D ke Kas Negara Tahun 2020 – 2021
Sebelum
Tahun Normal % % Terlambat % Jumlah
Waktunya
2020 938 81% 88 8% 134 12% 1.160
Per 30 Juni 2021 96 64% 44 29% 11 7% 151
Sebagaimana telah dijelaskan di bagian sebelumnya, apabila sampai dengan hari kerja
terakhir minggu ketiga bulan berikutnya sejak tanggal surat pemberitahuan Retur SP2D
KPA/Satker tidak menyampaikan surat ralat/perbaikan rekening untuk pembayaran kembali,
maka KPPN dapat melakukan penyetoran dana Retur SP2D ke Kas Negara dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan Penyetoran Dana Retur SP2D kepada Kuasa PA/Satker. Penyetoran dana
Retur SP2D dilakukan dengan ketentuan KPPN telah memastikan data supplier rekening
penerimaan penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara sudah terdaftar di SPAN. Tabel 13
menyajikan data penyetoran dana Retur SP2D ke Kas Negara pada tahun 2020 dan s 2021 (per
30 Juni 2021). Pada tahun 2020, terdapat penyetoran sebanyak 1.160 Retur SP2D ke Kas
Negara, dengan komposisi 928 (81 persen) disetorkan normal, 88 (8 persen) disetorkan sebelum
waktunya, dan 134 (12 persen) disetorkan terlambat. Sementara itu, dalam semester I 2021
tercatat sudah terjadi 151 penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara, dengan sebaran 96 (64
persen) disetor normal, 44 (29 persen) disetorkan sebelum waktunya, dan 11 (7 persen)
disetorkan terlambat. Berdasarkan data tersebut, tentunya perlu dicermati kenaikan persentase
penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara yang dilakukan sebelum waktunya, yaitu hari kerja
terakhir minggu ketiga bulan berikutnya sejak tanggal surat pemberitahuan Retur SP2D.
28
Peningkatan tersebut berpotensi menambah beban kerja Direktorat PKN, ketika dana Retur
SP2D dimintakan pembayaran kembali oleh Satker.
Atas dana Retur SP2D yang telah disetor ke Kas Negara, KPA/Satker dapat mengajukan
permintaan pembayaran kembali (SPPK)dana Retur SP2D ke KPPN. Setelah dilakukan
pengujian, KPPN akan menyampaikan surat penerusan permintaan pembayaran kembali kepada
Dit. PKN dilampiri dengan SPPK dan dokumen pendukungnya. Berdasarkan surat penerusan
permintaan pembayaran kembali tersebut, Dit. PKN akan melakukan proses pembayaran
kembali mulai dari diterbitkannya SKTB dan SKKSPN, SPP-PP, dan SPM-PP. Kemudian
berdasarkan SPMPP tersebut, KPPN akan menerbitkan SP2D.
Setelah mendapatkan gambaran tren keterjadian dan penyelesaian Retur SP2D dalam
lima tahun terakhir, bagian selanjutnya akan mendeskripsikan kebijakan dan system mitigasi
Retur SP2D. Deskripsi kebijakan dan system mitigasi Retur SP2D sekaligus dihubungkan dengan
kesimpulan yang telah dirumuskan dari analisis data Retur SP2D sebelumnya untuk digunakan
29
sebagai dasar perumusan rekomendasi perbaikan dan pengembangan kebijakan serta sistem
mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D di masa mendatang.
Berbagai upaya mitigasi Retur SP2D telah dilakukan selama lima tahun terakhir. Langkah
generik dilakukan dengan penetapan Perdirjen Perbendaharaan Nomor 9/PB/2018 tentang Tata
Cara Penyelesaian Retur Surat Perintah Pencairan Dana. Peraturan ini mencabut:
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2016 – 2020), keterjadian Retur SP2D
mengalami tren penurunan. Pada periode tahun 2016 – 2017, persentase Retur SP2D masih di
atas 1 persen, sedangkan pada periode 2018 – 2020 persentase Retur berhasil dikendalikan
dengan capaian di bawah 1 persen. Sementara itu, berdasarkan data penyelesaian Retur SP2D,
dalam lima tahun terakhir kinerja penyelesaian Retur SP2D semakin baik dari tahun ke tahun.
Perbaikan kinerja tersebut direfleksikan pada persentase penyelesaian Retur SP2D dengan
durasi sampai dengan 10 hari kerja yang semakin besar dari tahun ke tahun.
30
Capaian progresif tersebut juga didukung dengan upaya-upaya lanjutan, baik dari sisi
mitigasi maupun penyelesaian Retur SP2D. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain:
IKU ini ditetapkan pada tahun 2020 yang harus dikawal oleh Direktorat PKN dan KPPN.
Efektivitas pengelolaan pengeluaran kas diwujudkan melalui penyaluran dana APBN yang tepat
waktu, tepat jumlah, dan tepat penerima. Ketepatan penerima dalam penyaluran dana APBN
dapat diukur dari Retur SP2D yang semakin berkurang. Berdasarkan prinsip efektivitas
pengelolaan pengeluaran kas tersebut dirumuskan dua komponen IKU, yaitu: (i) akurasi
penerbitan SP2D dan (ii) Kecepatan Penyelesaian Retur SP2D. Formula masing-masing
komponen yaitu:
∑ penerima pada SP2D yang diterbitkan - ∑ penerima pada SP2D yang diretur oleh BO x 100%
∑ penerima pada SP2D yang diterbitkan
a. Indeks 4 jika jumlah penerima dibanding dengan jumlah penerima yang diretur dibagi total jumlah
penerima antara 90% - 100%
b. Indeks 3 jika jumlah penerima dibanding dengan jumlah penerima yang diretur dibagi total jumlah
penerima antara 80% - 89%
c. Indeks 2 jika jumlah penerima dibanding dengan jumlah penerima yang diretur dibagi total jumlah
penerima antara 70% - 79%
d. Indeks 1 jika jumlah penerima dibanding dengan jumlah penerima yang diretur dibagi total jumlah
penerima dibawah 70%
Keterangan:
n SP2D-P I1 = jumlah SP2D Pengganti dengan kategori indeks 1
n SP2D-P I2 = jumlah SP2D Pengganti dengan kategori indeks 2
n SP2D-P I3 = jumlah SP2D Pengganti dengan kategori indeks 3
n SP2D-P I4 = jumlah SP2D Pengganti dengan kategori indeks 4
∑n SP2D-P = total jumlah SP2D Pengganti
31
Penetapan IKU tersebut turut mendorong perbaikan pengendalian Retur SP2D.
Komponen IKU akurasi SP2D berdampak pada peningkatan upaya mitigasi Retur SP2D,
sehingga menurunkan keterjadian Retur SP2D. Sementara itu, komponen IKU kecepatan
penyelesaian retur SP2D berdampak pada peningkatan kinerja penyelesaian Retur SP2D.
Namun demikian, terdapat permasalahan yang kemudian timbul, khususnya dengan adanya
komponen IKU kecepatan penyelesaian Retur SP2D. Sebagaimana diuraikan sebelumnya,
terdapat kecenderungan kenaikan persentase penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara yang
dilakukan sebelum waktunya. Langkah ini tentunya tidak sejalan dengan ketentuan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 9/PB/2018 yang mengatur batas waktu penyetoran Retur SP2D pada
hari kerja terakhir minggu ketiga bulan berikutnya. Berdasarkan konfirmasi dari beberapa KPPN,
penyetoran sebelum waktunya tersebut didorong oleh kekhawatiran capaian target IKU
kecepatan penyelesaian Retur SP2D sebesar 3,15. Sehingga jika Retur SP2D tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu 15 hari kerja, maka akan dilakukan penyetoran ke Kas Negara
sebelum waktunya. Fenomena ini tentunya perlu diselaraskan agar di satu sisi kinerja
penyelesaian Retur SP2D tetap terjaga dan di sisi lain tetap sesuai dengan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 9/PB/2018. Terdapat dua alternatif solusi yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan, yaitu:
32
Indeks kecepatan penyelesaian retur SP2D:
Indeks 4 = SP2D Pengganti diterbitkan 1 s.d. 10 hari kerja sejak notifikasi retur di OMSPAN
Indeks 3 = SP2D Pengganti diterbitkan 11 s.d. hari kerja terakhir minggu ketiga bulan berikutnya
Indeks 2 = Retur SP2D disetor ke Kas Negara
Indeks 1 = Retur SP2D terlambat disetor/disetor sebelum waktunya ke Kas Negara
Kebijakan mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D yang telah dijalankan yaitu melalui nota
dinas monitoring penyelesaian Retur SP2D yang dilaksanakan setiap bulan. Dalam monitoring
bulanan ini memuat unsur evaluasi dan mitigasi Retur SP2D. Evaluasi direfleksikan dengan
penyajian data-data berikut:
a. Transaksi Retur SP2D yang telah melewati batas waktu Penyetoran Dana Retur SP2D;
b. Penyelesaian Retur SP2D di atas 10 hari kerja;
c. Transaksi Retur SP2D dengan nilai di atas Rp1.000.000.000 (satu milyar rupiah) yang belum
diselesaikan.
Sementara itu, unsur mitigasi Retur SP2D ditegaskan pada poin-poin sebagai berikut:
a. KPPN agar meningkatkan ketelitian dalam proses Penyelesaian Retur SP2D, terutama terkait
batas waktu Penyetoran Dana Retur SP2D;
b. Untuk mengantisipasi terjadinya retur, KPPN agar memberikan edukasi terhadap satuan kerja
dalam mengajukan tagihan untuk memastikan hal-hal berikut ini:
i. Satker agar melakukan pengecekan kebenaran nomor rekening dengan memintakan
salinan rekening koran atau salinan buku tabungan dan mencocokan dengan dokumen
tagihan;
ii. Satker agar memastikan status rekening tersebut aktif dengan meminta surat keterangan
aktif dari pihak bank; dan
iii. Satker agar melakukan pengecekan melalui internet banking apakah nomor rekening
tersebut sudah benar dan statusnya aktif.
c. KPPN agar mengoptimalkan penggunaan menu Validasi Rekening pada Aplikasi OM SPAN
dan meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian Retur SP2D;
Selanjutnya, telah diuraikan pula data pengembalian penerimaan Retur SP2D yang
disetor ke Kas Negara. Rata-rata penyelesaian SPPK sampai dengan penerbitan SPM-PP
membutuhkan waktu 81,39 hari. Proses penyelesaian SPPK sampai dengan SPM-PP paling
cepat diselesaikan dalam 14 hari, sedangkan penyelesaian SPPK sampai menjadi SPM-PP
paling lama diselesaikan dalam 139 hari. Berdasarkan deskripsi data tersebut terlihat bahwa
proses penyelesaiaan SPPK memakan waktu yang lama. Sementara norma waktu
penyelesaiaan tagihan sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
33
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah 17 hari kerja.
Norma tersebut dihitung sejak tanggal timbulnya hak tagih sampai dengan diterbitkannya SP2D,
sedangkan rata-rata waktu penyelesaian SPPK yang mencapai 81,39 tersebut belum tuntas
sampai dengan penerbitan. Kondisi ini menunjukkan penyelesaian pengembalian penerimaan
Retur SP2D yang disetor ke Kas Negara masih belum efisien dari sisi waktu penyelesaian.
Berdasarkan hasil kaian Adrianto (2021), terdapat beberapa kendala pengembalian penerimaan
retur SP2D yang telah disetor ke kas negara yaitu:
a. Kewenangan penerbitan SPP dan SPM-PP berada di Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
memperpanjang rentang koordinasi, sehingga menyebabkan proses memakan waktu yang
lama.
b. Belum ada SOP dalam proses verifikasi dokumen SPPK sampai penerbitan SPM-PP,
sehingga prosesnya tidak dapat dilakukan secara optimal.
c. Penyediaan informasi mengenai SPPK yang telah di proses SPM-PP dan kepastian waktu
penyaluran kembali dana retur SP2D masih belum memadai.
34
Gambar 5. Alur Mekanisme Validasi Rekening OMSPAN
Mekanisme validasi rekening dijelaskan pada Gambar 5 dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Satker menyampaikan data rekening dalam template file excel atau BCSR kepada petugas
FO Validator KPPN;
2. Petugas FO Validator KPPN melakukan validasi rekening dengan mengupload file BCSR atau
file excel dari satker ke aplikasi OM SPAN;
3. Petugas FO Validator KPPN menginformasikan hasil validasi rekening kepada satker;
4. Satker menindaklanjuti hasil validasi rekening, sebagai berikut:
a. Jika hasil atas validasi rekening masih salah, maka data rekening agar diperbaiki sesuai
kode referensi pada hasil validasi.
b. Jika hasil atas validasi rekening sudah benar, maka data rekening dapat diteruskan ke
dalam proses penerbitan SP2D.
Tentunya pengembangan validasi rekening OMSPAN saat ini masih terbatas pada Bank
Himbara saja, sedangkan Rekening Penerima tidak hanya di Bank Himbara saja, sehingga masih
terdapat potensi terjadinya Retur SP2D. Selain itu, validasi rekening OMSPAN masih belum
mencakup rekening virtual. Untuk lebih mengoptimalkan mitigasi Retur SP2D, dapat ditempuh
dengan pengembangan validasi rekening pada Bank Penerima lainnya dan juga pada rekening
virtual.
35
Alternatif pengembangan lainnya yaitu menambah menu validasi rekening pada aplikasi
satker, yaitu aplikasi SAS/SAKTI. Sebagian besar Retur SP2D disebabkan oleh kesalahan input
data supplier (nama atau nomor rekening), yang dilakukan manual pada saat pembuatan SPM.
Dengan penambahan menu validasi rekening pada aplikasi SAS/SAKTI, akan semakin
meminimalisir potensi Retur SP2D. Validasi ini terkoneksi dengan sistem manajemen rekening
nasabah di perbankan.
Dalam perjalanannya, terdapat beberapa Retur SP2D pada rekening virtual yang
jumlahnya cenderung meningkat. Meskipun persentasenya relatif kecil yaitu 0,20 persen (2020)
dan 5,27 persen (2021), penanganan Retur SP2D pada rekening virtual ini perlu mendapatkan
perhatian khusus, karenan penyebab Retur SP2D yang tidak standar. Pemetaan Retur SP2D
pada rekening virtual mencakup isu, hasil penelusuran, dan solusi adalah sebagai berikut:
36
Tabel 16. Pemetaan Retur SP2D pada Rekening Virtual
37
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kajian ini bertujuan mendiskripsikan keterjadian dan penyelesaian Retur SP2D dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, diikuti dengan perumusan alternatif solusi dalam upaya
mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2016 – 2020), keterjadian Retur SP2D
mengalami tren penurunan. Dari persentase keterjadian Retur SP2D, yaitu perbandingan
antara frekwensi Retur SP2D dan jumlah penerima, maka dapat dilihat bahwa persentase
keterjadian Retur SP2D semakin mengecil. Periode tahun 2016 – 2017, persentase Retur
SP2D masih di atas 1 persen, sedangkan pada periode 2018 – 2020 persentase Retur
berhasil dikendalikan dengan capaian di bawah 1 persen. Tren penurunan ini didukung
dengan data-data keterjadian Retur dalam lima tahun terakhir berdasarkan pemetaan KPPN,
rekening bank, dan Kementerian Negara/Lembaga. Retur SP2D sebagian besar disebabkan
karena Rekening Supplier Tidak Aktif/Salah/Tidak Ditemukan. Variasi penyebab Retur SP2D
tersebut pada dasarnya disebabkan karena kesalahan manajemen data supplier di Satker
dan KPPN yang mencakup penginputan atau update data supplier. Selain itu, perlu
diperhatikan pula pecenderungan kenaikan Retur SP2D pada rekening virtual. Sejak tahun
2020, jumlah dan persentase Retur SP2D pada rekening virtual meningkat dari 0,20 persen
menjadi 5,27 persen. Kenaikan ini tentunya perlu dimitigasi untuk meminimalisir Retur SP2D
sejalan dengan tujuan restrukturisasi rekening untuk pengelolaan kas yang optimal, efektif,
efisien, dan akuntabel.
2. Dalam lima tahun terakhir kinerja penyelesaian Retur SP2D semakin baik dari tahun ke tahun.
Capaian progresif ini direfleksikan dengan persentase penyelesaian Retur SP2D dengan
durasi sampai dengan 10 hari kerja yang semakin besar dari tahun ke tahun. Penetapan IKU
Efektivitas Pengelolaan Pengeluaran Kas turut mendorong perbaikan pengendalian Retur
SP2D. Di sisi lain, perlu dicermati kenaikan persentase penyetoran Retur SP2D ke Kas
Negara yang dilakukan sebelum waktunya, yaitu hari kerja terakhir minggu ketiga bulan
berikutnya sejak tanggal surat pemberitahuan Retur SP2D. Kecenderungan kenaikan
penyetoran Retur SP2D ke Kas Negara sebelum waktunya ini didorong oleh kekhawatiran
KPPN dalam mencapai target IKU Kecepatan Penyelesaian Retur SP2D. Dengan demikian
38
perlu dipertimbangkan kembali penyelarasan formula dan indeks IKU Kecepatan
Penyelesaian Retur SP2D dengan ketentuan penyelesaian Retur SP2D pada Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 9/PB/2018.
3. Beberapa upaya mitigasi dan penyelesaian Retur SP2D dari sisi peraturan, kebijakan, dan
sistem yang telah berjalan berdampak cukup efektif dalam meminimalisir Retur SP2D dan
meningkatkan kinerja penyelesaian Retur SP2D. Penetapan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor 9/PB/2018 mendorong simplifikasi, efektivitas, dan efisiensi penyelesaian Retur
SP2D. Sementara itu, penetapan IKU Efektivitas Pengelolaan Pengeluaran Kas turut
mendorong perbaikan pengendalian Retur SP2D. Komponen IKU akurasi SP2D berdampak
pada peningkatan upaya mitigasi Retur SP2D, sehingga menurunkan keterjadian Retur
SP2D. Sementara itu, komponen IKU kecepatan penyelesaian retur SP2D berdampak pada
peningkatan kinerja penyelesaian Retur SP2D. Upaya lainnya dijalankan melalui mitigasi dan
penyelesaian Retur SP2D melalui nota dinas monitoring penyelesaian Retur SP2D setiap
bulan. Dalam monitoring tersebut memuat unsur evaluasi dan mitigasi Retur SP2D. Dari sisi
sistem, telah diupayakan pula mitigasi Retur SP2D melalui pengembangan menu validasi
rekening pada OMSPAN dan implementasi restrukturisasi rekening milik Kementerian
Negara/Lembaga. Pengembangan sistem mitigasi Retur SP2D perlu terus dilakukan untuk
meminimalkan faktor human error dan system error sehingga menekan terjadinya Retur
SP2D.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan kajian di atas, dalam rangka mitigasi dan peningkatan kinerja
penyelesaian Retur SP2D, dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
39
b. Pengembangan modul monitoring penyelesaian SKTB, SKKSPN dan SPM-PP di
OMSPAN;
c. Pengembangan menu validasi rekening pada aplikasi SAS/SAKTI yang terkoneksi
dengan sistem manajemen data rekening nasabah.
d. Sinkronisasi data rekening virtual antara dashboard dengan core system di perbankan.
40
DAFTAR REFERENSI
Andrews, Lorraine, et.al. (2012). Classic Grounded Theory to Analyze Secondary Data: Reality
and Reflections. The Grounded Theory Review. Volume 11, Issue 1.
Daga, R. dan Renaldy. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Retur Surat Perintah
Pencairan Dana (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan PerbendaharaanNegara Makassar
I). Jurnal Mirai Management e-ISSN: 2597 – 4084, Volume 4 No. 2.
Johnston, Melissa P. (2014). Secondary Data Analysis: A Method that which a Time Has Come.
Quantitative and Qualitative Methods in Library (QQML) 3.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2014). Reformasi Pengelolaan Kas di Indonesia:
Dari Administrasi Kas Menuju Pengelolaan Kas Secara Aktif. Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
102/PMK.05/2020 tentang Pengelolaan Rekening Milik Bendahara Umum Nega. Negara
Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
183/PMK.05/2019 tentang Pengeloaan Rekening Pengeluaran Milik Kementerian
Negara/Lembaga. Negara Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan
PMK Nomor 178/PMK.05/2021. Negara Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor Per- 9/PB/2018 tentang Tata Cara Penyelesaian Retur Surat
Perintah Pencairan Dana. Negara Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor Per- 58/PB/2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data
Kontrak dalam Sistem Perbendaharaan Negara. Negara Republik Indonesia.
41