Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Sejarah Agama Kristiani/Teologi Marcelino/NIM 220102023

Pertemuan I
8 September 2022
Pertemuan ini berfokus pada karakter umum komunitas kristiani abad-abad
pertama. Sumber utama yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Visi
Historis (Eddy Kristiyanto, OFM) dan Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Eddy
Kristiyanto, OFM). Berikut beberapa pokok pembahasan:
Pokok pembahasan pertama adalah tiga tahap perkembangan Gereja, yaitu
ekspansi, diakui, dan merumuskan diri. Pertama, ekspansi, komunitas kristiani
mengalami perkembangan dari wilayah Palestina (Yerusalem), ke kota-kota Hellenis
(Yunani) dan Syria, hingga sampai di Kota Roma. Kedua, diakui, di luar Palestina
mereka menerima atau melakukan pengakuan. Dari sisi positif, mereka diterima
sebagai bagian dari perkembangan masyarakat. Namun, dari sisi negatif, mereka
juga menerima pertentangan, konflik, bahkan penganiayaan. Ketiga, merumuskan
diri, jemat perdana berusaha mencari jati dirinya ketika ada ketidakpahaman akan
iman Kristen. Misal, bagaimana masuk kembali ke komunitas ketika sudah
menyangkal iman waktu penganiayaan,
Prof. Eddy menambahkan bahwa pada waktu itu wilayah kekristenan dibagi
menjadi dua, yaitu Pars Occidentalis (wilayah barat) dan Pars Orientis (wilayah
timur). Sebagian besar wilayah terdapat di bagian barat, yaitu Yerusalem, Anthiokia,
Aleksandria, dan Konstantinopel. Di wilayah timur hanya Roma. Oleh karena itu
terdapat 5 pusat Kristen dengan ciri terdapat uskup yang memimpin jemaat.
Pokok pembahasan kedua adalah antinomi. Antinomi adalah situasi
konfliktual antara 2 dalil yang sepertinya bertentangan, tetapi masing-masing
dibenarkan eksistensinya dengan alasan yang sah dan valid. Antinomi pertama
adalah Partikularitas - Universalitas. Ciri kristiani dikatakan partikularitas karena
jemaat hanya di wilayah Palestina yang masuk dalam kebudayaan, periode, dan
latar belakang tertentu yakni Yahudi. Selain itu, dikatakan universalitas karena
jemaat melampaui tapal batas dari Palestina dan keyahudian kepada segala
bangsa, kapan saja, di mana saja, dan apapun status serta golongannya.
Contoh komunitas yang menyatakan segi partikularitas adalah Komunitas
Eseni. Pada abad ke-18 ditemukan Dead Sea Scrools yang diindikasikan berasal
dari komunitas ini. Tradisi mereka mengatakan bahwa Raja Adil akan datang. Maka,
mereka perlu mempersiapkan diri dengan berlaku tapa dan membaca kitab suci.
Yohanes Pembaptis diyakini ada kaitannya dengan komunitas ini. Kemudian, Prof.
1
Jurnal Sejarah Agama Kristiani/Teologi Marcelino/NIM 220102023

Eddy menjelaskan bahwa ketika Bait Allah yang merupakan jantung kepercayaan
Yahudi dihancurkan pada tahun 70 oleh Kekaisaran Romawi, muncul pemakluman
untuk ke luar dari Palestina. Oleh karena itu, terlihatlah sisi universalitas Gereja.
Setelah itu, Prof. Eddy menjelaskan tentang buku The Didache. Tulisan ini
bukan goresan para rasul. Buku ini berisi tentang ajaran Kristus kepada umat
melalui para rasul. Tulisan ini mendukumentasikan kebiasaan jemaat pada abad ke-
1

Pertemuan II
15 September 2022
Pertemuan kali ini berfokus pada antinomi-antinomi dalam Gereja. Sumber
utama yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Visi Historis (Eddy
Kristiyanto, OFM) dan Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Eddy Kristiyanto, OFM).
Berikut beberapa pokok pembahasan:
Antinomi kedua, yaitu Yuridis - Karismatis. Ciri Kristiani yang yuridis membuat
orang percaya bahwa kekuasaan dan otoritas berasal dari Allah. Hanya hierarki
yang memegang otoritas tersebut (teokrasi) dengan prinsip kolegialitas. Di sisi yang
lain, ciri karismatis menyatakan bahwa Roh Kudus juga memberikan karisma
kepada orang-orang tertentu yang tidak masuk dalam hierarki Gereja.
Kenyataannya, yang dikatakan hierarki (uskup, presbiter, diakon) tidak lebih
berbobot daripada awam yang tulus mencari Allah seperti dalam buku Pastor
Hermas. Namun, dalam perjalanan sejarah, pada akhir abad ke-2, yang karismatis
seperti kalah dari kelembagaan.
Antinomi yang ketiga, Orang Berdosa - Orang Terpilih. Orang berdosa adalah
mereka yang cacat melanggar ketentuan Allah. Hal yang dipermasalahkan dalam
antinomi ini adalah apakah mereka yang telah menyangkal iman tetap bagian dari
komunitas. Sebaliknya, jemaat dikatakan orang terpilih (kudus) karena Allah telah
membuka selubungnya. Selanjutnya, pada abad ke-1 terdapat 3 dosa besar, yaitu
berzinah, murtad, dan membunuh. Perihal pendosa ada 2 kasus, yaitu Novasius
(didukung Kalikstus) dan Novasianus (dibantu Hipolitus dan Tertulianus). Novasius
beranggapan bahwa komunitas harus radikal dengan mengucilkan pendosa.
Sebaliknya, Novasianus bersikap penuh belas kasih terhadap pendosa. Sebagian
besar orang, terkhususnya di Roma dan Eropa Utara memilih cara Novasianus
karena mereka tidak pernah merasakan penganiayaan, ketimbang mereka yang di
2
Jurnal Sejarah Agama Kristiani/Teologi Marcelino/NIM 220102023

Afrika Utara. Oleh karena itu, berkembanglah tata cara Sakramen Pengakuan Dosa
bagi yang ingin kembali hidup suci.
Antinomi keempat, Ortodoks - Heterodoks. Ciri Kristiani yang ortodoks yakin
bahwa kebenaran yang Yesus wartakan dialirkan melalui Para Rasul dalam Kitab
Suci, Tradisi, dan Magisterium hingga saat ini. Sebaliknya, ciri heterodoks
menyatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan adanya keragaman interpretasi
dalam Gereja. Maka, zaman Kekristenan abad-1 terdapat banyak bidaah, seperti
Gnostisisme, Montanisme, Manicheisme, Subordinasianisme, Modalisme, dan
Patripasianisme. Aliran sesat tersebut harus dibedakan dengan skisma. Bidaah
menyangkut ajaran, sementara skisma menyangkut disiplin.
Antinomi kelima, Inkarnatoris - Eskatologis. Dalam inkarnatoris, komunitas
menghayati imannya dan terlibat sepenuhnya di dunia ini (dimensi kekinian).
Sementara, dimensi eskatologis, komunitas mengarahkan pandangan dan harapan
ke masa depan saat Kristus datang untuk kedua kalinya (dimensi esok). Ada
pengikut Agustinus yang mengatakan bahwa kita tidak perlu hidup di dunia ini, tetapi
dunia esok. Sementara, dalam Didache, pada surat kepada Diognetus dikatakan
bahwa jemaat turut serta dalam semua kewajiban warga negara di dunia ini. Oleh
karena itu terdapat 2 dalil ini dalam jemaat.
Sebagai resume, komunitas yang sehat adalah komunitas yang menjaga
keseimbangan antinomi, sehingga tidak ekstrem dan tidak statis.

Pertemuan III
3 Oktober 2022
Pertemuan kali ini berfokus pada rekonstruksi pola relasi Gereja dan
kekaisaran. Sumber utama yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Visi
Historis (Eddy Kristiyanto, OFM) dan Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Eddy
Kristiyanto, OFM). Berikut beberapa pokok pembahasan:
Pokok pembahasan pertama adalah penganiayaan terhadap jemaat Kristen.
Kis 5:17; Kis 6:8; Kis 21:27 adalah contoh gamblang penganiayaan yang dilakukan
oleh para pemuka agama dalam Yudaisme. Namun, perlu diperhatikan terdapat 2
pola penganiayaan terhadap jemaat saat itu, yaitu pola horizontal dan vertikal.
Penganiayaan bercorak horizontal adalah penganiayaan yang dilakukan oleh antar
warga itu sendiri tetapi tetap ada orang yang memprovokasi hal tersebut. Selain itu,
penganiayaan yang bercorak vertikal adalah penganiayaan yang dipimpin dan

3
Jurnal Sejarah Agama Kristiani/Teologi Marcelino/NIM 220102023

diprakarsai oleh kekaisaran. Penganiayaan terjadi secara bergelombang,


maksudnya tidak semua kaisar melakukan penganiayaan.
Pokok pembahasan kedua adalah bentuk-bentuk dan alasan persekusi.
Persekusi yang terjadi pada orang Kristen hadir dalam berbagai bentuk, misalnya
pengadilan tanpa pembela, vonis mati, diusir dari kediaman (pembuangan),
penghancuran sarana peribadatan, penyiksaan atau penyesahan (cambuk),
penyiksaan harta milik, dan sebagainya. Mereka dianiaya karena dianggap sebagai
agama baru yang aneh. Selain itu, agama Kristen dianggap religio illicita yang berarti
agama yang tidak sah dan harus dimusnahkan. Setelah itu, agama Kristen dianggap
interes politis dan non karena ada tuduhan bahwa orang-orang Kristen akan
melakukan makar pada pemerintah yang sah.
Pokok pembahasan ketiga adalah katakombe dan tipe-tipe orang Kristen.
Katakombe adalah makam orang Kristen (bukan tempat ibadah) yang berada di
bawah tanah pada abad ke-1 sampai 3 Kekristenan. Makam ini berada di luar
tembok Kota Roma. Kemudian, ada beberapa tipe orang Kristen. Pertama, Apologet,
mereka adalah orang terpelajar yang membela iman dengan berdebat atau menulis
buku. Kedua, martir, mereka yang membela iman sampai mati. Ketiga, murtad,
mereka yang meninggalkan iman kristiani. Keempat, confessor atau pengaku iman,
mereka yang menderita seperti martir, tetapi tidak sampai mati. Confessor inilah
yang disebut sebagai orang kristiani sejati karena mempertahankan imannya saat
masih hidup.
Pokok pembahasan keempat adalah seputar Konstantinus Agung.
Penganiayaan pada jemaat Kristen berhenti sejak Konstantinus mengeluarkan Edict
Milan (ditelorkan di Milan). Maklumat ini merupakan maklumat toleransi beragama.
Maklumat ini membuat semua agama termasuk Kristen bebas beribadah.
Konstantinus menganggap bahwa politik persekusi hanya membuat semakin
merambatnya kekristenan. Hal ini dikarenakan ada ungkapan, ”Sanguis martyriorum
semens ecclesiarum”, berarti darah para martir membuat semakin bertumbuhnya
iman Gereja. Maklumat ini berbeda dengan Maklumat Tesalonika oleh Theodosius I.
Maklumat Milan ini menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak
positf diantaranya, persekusi diakhiri, eksistensi kristianitas resmi diakui,
penghargaan terhadap kemanusiaan, toleransi terhadap perbedaan, dst. Sebaliknya,
dampak negatif maklumat ini, diantaranya terjadi kristenisasi bertahap, relaksasi
moral & hilangnya militansi heroik, munculnya superioritas Kristen atas kepercayaan
4
Jurnal Sejarah Agama Kristiani/Teologi Marcelino/NIM 220102023

lain, dan hierarki menyibukkan diri bukan dengan reksa pastoral rohani. Selain itu,
maklumat ini kemudian membuat pola pelayanan Gereja sama dengan negara yang
sangat piramidal.

Anda mungkin juga menyukai