Anda di halaman 1dari 3

Peraturan Pemerintah No.

37 Tahun 2010 tentang Bendungan

Dalam Pasal 1 PP No.37 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Bendungan adalah bangunan
yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung
limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Pemilik
bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau badan
usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan
beserta waduknya dan Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh
Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik
bendungan untuk menyelenggarakan pembangunan bendungan. Pembngunan bendungan
dalam peraturan tersebut dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air meliputi beberapa
tahpan diantaranya :

a. persiapan pembangunan;
b. perencanaan pembangunan;
c. pelaksanaan konstruksi; dan
d. pengisian awal waduk.

Dijelaskan bahwa pembangunan bendungan untuk pengelolaan sumber daya air


disusun berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan. Dalam hal rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan belum ditetapkan, pembangunan bendungan disusun berdasarkan ketersediaan
dan kebutuhan air pada wilayah sungai dan rencana tata ruang pada wilayah sungai yang
bersangkutan. Dalam rangka pembangunan bendungan diperlukan izin penggunaan sumber
daya air sedangkan Bendungan penampung limbah tambang (tailing) yang tidak memerlukan
sumber daya air dan bendungan penampung lumpur tidak memerlukan izin penggunaan
sumber daya air. Izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh Menteri untuk penggunaan
sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah
sungai strategis nasional, gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota dan bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota.

Dalam perencanaannya pembangunan bendungan meliputi studi kelayakan,


penyusunan desain dan studi pengdaan tanah. Perencanaan pembangunan bendungan disusun
dengan memperhtikan kondisi sumber daya air, keberadan masyarakat, benda bersejarah,
daya dukung lingkungan hidup dan rencana tata ruang wilayah. Untuk perencanaan
pembangunan bendungan penampung limbah tambang (tailing), kegiatan studi kelayakan dan
studi pengadaan tanah dapat merupakan bagian dari studi kelayakan dan studi pengadaan
tanah kegiatan usaha. Dalam hal studi kelayakan dan studi pengadaan tanah kegiatan usaha
tidak mencakup studi kelayakan dan studi pengadaan tanah untuk bendungan, harus dilakukan
studi kelayakan dan studi pengadaan tanah khusus untuk bendungan. Studi kelayakan
didahului dengn pra-studi kelayakan dan harus disertai dengan studi analisis mengenai
dampak lingkungan. Studi kelayakan dituangkan dalam dokumen analisis kondisi topografi
untuk tapak rencana bendungan, jalan akses, quarry dan borrow area, penyimpanan material,
tempat pembuangan galian, dan daerah genangan, Analisis geologi yang berkaitan dengan
tapak bendungan, lokasi material bahan bendungan dan daerah genangan, Analisis hidrologi
daerah tangkapan air, Analisis kependudukan di daerah tapak bendungan dan rencana
genangan serta daerah penerima manfaat bendungan, Aanalisis sosial, ekonomi, dan budaya
pada daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah penerima manfaat
bendungan, Analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk umur layan bendungan, dan
lingkungan untuk setiap alternatif rencana bendungan, Rencana bendungan yang paling layak
dipilih, Pra-desain bendungan yang paling layak dipili dan Rencana penggunaan sumber daya
air. Studi kelayakan dilakukan mellui kegiatan survey untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai topografi, kondisi geologi, hidrologi, hidroorologi, tutupan vegetasi, erositivitas,
kependudukan, sosial, ekonomi, dan budaya. Selanjutnya mengenai penyusunan desain
persyaratan administratif meliputi dokumen permohonan persetujuan desain, identitas
Pembangun bendungan dan izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dan dalm studi pengadaan tanah paling sedikit memuat lokasi tanah
yang diperlukan, peta dan luasan tanah, status dan kondisi tanah dan rencana pembiayaan.

Selama pelaksanaan konstruksi, Pembangun bendungan harus menyiapkan dokumen


rencana pengisian awal waduk rencana pengelolaan bendungan rencana pembentukan unit
pengelola bendungan dan rencana tindak darurat. Dalam penyusunan rencana pengelolaan
bendungan harus dilakukan pertemuan konsultasi publik. Rencana pengelolaan bendungan
dan hasil pertemuan konsultasi publik dibahas dalam wadah koordinasi pengelolaan sumber
daya air di wilayah sungai bersangkutan untuk mendapatkan pertimbangan. Rencana
pengelolaan bendungan yang telah mendapatkan pertimbangan ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pedoman Teknis Pengembangan Embung Pertanin Direktorat Irigasi Pertanian

Organisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan embung meliputi tingkat pusat dibentuk tim
Pembina pusat kegiatan untuk melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, menyusun
pedoman teknis pengembangan embung dan melaksanakan pembinaan dan pengendalian dari
tahap persipan, pelaksnaan, bimbingan dan evaluasi kegitan embung pertanian. Tingkat
provinsi ditugaskan untuk menyusun petunjuk pelaksanan sebagai penjabaran dari pedoman
teknis yang disesuikan kondisi setempat. Selnjutnya tingkat kabupaten/kota dengan tugas
menyusun petunjuk teknis sesuai dengan kondisi tempat, menetapkan tim teknis, menetapkan
calon penerima bantuan dan melaksanakan pembimbingan. Dan pada tingkat kecamatan
dengan tugas yaitu mengidentifikasi dan memverivikasi CPCL penerima bantuan kegiatan dan
mengusulkam CPCL kepada tim teknis.

Dalam segi pendanaan, sumber dana diperoleh dari APBN untuk kegitan fisik
pengembangan embung pertanian, kegiatan SID, pembinaan, monitoring dan evaluasi dan
dapat dibiayai dari dana pendukung/sharing yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota dan
sumber dana selanjutnya adalah dana swadaya masyarakat. Biaya digunakan diantaranya
terbagi untuk 2 tahap yaitu tahap persiapan meliputi biaya untuk tenaga kerja pada
pekerjaan pembersihan lahan dan dana untuk pelaksanaan konstruksi meliputi biaya untuk
belanja/material seperti pasir, semen, besi, batu, pintu, geomembran, sewa alat serta
tenaga pelaksana konstruksi.

Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat ketentuan kegiatan meliputi standar teknis


pengembangan embung yang menjelaskan harus tersedianya sumber air yang dapat ditampung
baik berup aliran permukan dan mata air, jika sumber berasal dari aliran permukiman maka
pada lokasi tersebut harus terdapat daerah tangkapan air dan volume embung yang
dilaksanakan minimal 500m3. Dalam pengembangan dam parit debit sungai yang dibendung
minimal 5 liter/detik dan luas lahan usaha tani yang dapat diairi minimal 25 ha. dan
pengembangan long storage harus tersedianya sumber air yang dapat di tamping antara lain
dari aliran permukiman dan saluran irigasi. Kemiringan saluran lebih kecil dari 3%, luas lahan
usaha tani yang dapat diairi minimal 25 ha dan volume long storage yang dilaksanakan
minimal 500m3. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan pengembangan embung pertanian
dilaksanakan secara padat karya/sakelola yang melibatkab partisipasi kelompok
tani/gapoktan/P3A setempat mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan
pemeliharaan yang dibimbing petugas dinas pertanian dan instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai