Anda di halaman 1dari 8

1 Pengertian Bahan Instruksional

Menurut Arsyad (2005) bahan ajar atau instruksional adalah pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar tersebut berisi materi
pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan kepada siswa. Sedangkan menurut
Sanjaya (2008), bahan instruksional atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Sanjaya (2008) juga menjelaskan bahwa bahan instruksional merupakan salah satu bagian dari
sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang
diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran. Dengan kata lain bahan instruksioanl adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional
yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar
peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan
tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum
berorientasi pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat
mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap
(Harjanto, 2008).

2 Bentuk-bentuk Kegiatan Instruksional

1 ) Sistem Pembelajaran Mandiri Bentuk kegiatan instruksional yang pertama adalah kegiatan
pengajar sebagai fasilitator sedangkan siswa belajar sendiri. Bentuk kegiatan instruksional ini
disebut pula belajar mandiri (independent learning). Dalam belajar mandiri siswa menggunakan
bahan belajar yang didesain secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung pada
kehadiran pengajar. Jenis bahan belajar tersebut dapt berupa salah satu atau kombinasi dari
program media, bahan cetak, film, kaset audio, program radio, slide, program video, televisi,
computer dan lain-lain. Pengajar bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa ,
memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa , dan untuk
menyelenggarakan tes. Biasanya mereka disebut tutor atau fasilitator. Kegiatan instruksional
seperti ini tampak dalam system pendidikan jarak jauh seperti di SMP Terbuka, Universitas
Terbuka, dan program belajar jarak jauh pada lembaga Pengembangan Perbankan.

Untuk bentuk kegiatan mandiri, pengembang instruksional harus mengembangkan bahan belajar
mandiri yang biasanya disebut modul. Termasuk didalamnya bahan belajar yang akan digunakan
siswa , petunjuk untuk tutor, tes, dan petunjuk untuk siswa. Disamping digunakan pada system
belajar jarak jauh, bahan belajar mandiri dapat pula digunakan dalam kelas biasa. Dalam hal
seperti itu peranan tutor dalam mengontrol kemajuan siswa dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi haruslah dilakukan secara intensif dan individual. Tanpa
memberikan perhatian yang besar terhadap peranan tutor atau fasilitator tersebut, penggunaan
bahan belajar mandiri di dalam kelas akan kehilangan makna. Penggunaan bentuk kegiatan
instruksional Belajar Mandiri mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

a. Biaya pengajarannya tidak mahal, karena dapat diikuti sejumlah besar siswa .

b. Mahasiswa dapat maju menurut kecepatan masing-masing

c. Bahan belajar dapat di review untuk direvisi secara bertahap, bagian demi bagian, untuk
mengatasi hal-hal yang membingungkan atau kurang jelas dari siswa .

d. Mahasiswa mendapat umpan balik secara teratur dalam proses belajarnya, karena telah
terintegrasi dalam bahan belajar yang dipelajarinya.

Tetapi, bentuk kegiatan instruksional Belajar Mandiri ini mempunyai kekurangan sebagai
berikut:

a. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.

b. Menuntut disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada
umumnya dan siswa yang masih belum matang pada khususnya.

c. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus-menerus memantau
proses belajar siswa , memberi motivasi dan konsultasi secara individual setiap waktu siswa
membutuhkannya. Ketekunan seperti itu tidak selalu dimiliki oleh fasilitator yang telah biasa
menjadi pengajar, bukan karena sulitnya cara melaksanakan tugas pada umumnya. Bentuk
kegiatan Belajar Mandiri ini tepat digunakan bila:

a. Didesak kebutuhan menampung sejumlah besar siswa dalam satu periode tertenu yang tidak
mungkin diatasi dengan bentuk pengajaran regurel atau konvensional.

b. Kekurangan tenaga pengajar untuk berfungsi sebagai pengajar regular.

c. Tersedia sejumlah tenaga pengembang instruksional yang mampu mengembangkan atau


memproduksi bahan instruksional.

d. Kemampuan dan karakteristik siswa sangat heterogen sehingga tidak mungkin deberi
pelajaran secara kelasikal.

.2) Sistem Pembelajaran Tatap Muka

Bentuk kegiatan instruksional tatap muka menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal
bertindak sebagai penyaji bahan instruksional yang dikompilasi, sedangkan peserta didik belajar
dari pengajar dan bahan kompilasi tersebut. Kegiatan instruksional ini berlangsung dengan
menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus bertindak sebagai
penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun, kecuali garis-
garis besar isi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada permulaan pelajaran, beberapa
transparansi, lembaran kertas yang berisi gambar, bagan, dan formulir-formulir isian yang
digunakan dalam latihan selama proses pengajaran. siswa mengikuti kegiatan instruksional
tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan
mengajarkan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Bahan-bahan yang perlu dibuat oleh
pengembang instruksional berbentuk :

a. Program pengajaran yang berisi:

1) Deskripsi singkat isi pelajaran;

2) Topik dan jadwal pelajaran untuk setiap pertemuan (bila terdiri dari lebih dari satu kali
pertemuan)

3) Tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa


4) Cara pemberian nilai hasil belajar siswa.

Bahan tersebut dibagikan kepada siswa pada permulaan pelajaran.

b. Bahan-bahan transparansi, gambar, bagan, formulir isian, dan lain-lain. Bahan ini
dikumpulkan atau dibagikan kepada siswa selama proses pengajaran berlangsung

c. Strategi instruksional dan tes yang telah dikembangkan untuk digunakan oleh pengajar.
Strategi instruksional tersebut acapkali diganti dengan garis-garis besar program pengajaran
(GBPP) dan satuan acara pengajaran (SAP). Keduanya lebih popular bagi kalangan pengajar di
Indonesia, baik pada tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi..
Suparman, M.Atwi (2012) mengungkapkan beberapa keuntungan penggunaan bahan
pembelajaran kompilasi sebagai berikut :

1. Biaya pengembangannya relatif efisien.

2. Bahan kompilasi mudah disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang
dapat diperoleh dari internet.

Sedangkan kekurangan bahan pembelajaran kompilasi adalah :

1. Bahan belajar yang kebetulan ada di lapangan belum tentu sesuai benar dengan tujuan
instruksional.

2. Karena bahan tersebut diambil dari berbagai sumber, maka konsistensi antara bagian yang
satu dengan yang lain belum tentu tercermin.

3. Karena bahan kompilasi tidak didesain khusus untuk pembelajaran, penggunaannya belum
tentu mudah bagi peserta didik.

.3 Sistem Pembelajaran Kombinasi

Pembelajaran kombinasi merupakan gabungan system pembelajaran mandiri dengan tatap muka.
Dalam kegiatan belajar mengajar dimungkinkan sebagian materi dengan pembelajaran mandiri
kemudian dengan pembelajaran tatap muka. Pendekatan instruksional yang berbeda akan
berbeda pula bentuk bahan instruksionalnya. Jika menggunakan pendekatan instruksional
pembelajaran mandiri bentuk bahan instruksionalnya menggunakan modul instruksional seperti
yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh. Begitu juga pendekatan instruksional pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran kombinasi menggunakan bahan instruksional kompilasi
(Suparman, M.Atwi : 2012).

3 Macam-macam Pengembangan Bahan Instruksional Menurut Suparman (2004), ada tiga


macam pengembangan bahan instruksional, yaitu pengembangan bahan belajar mandiri,
pengembangan bahan pengajaran konvensional dan pengembangan bahan model Pengajar Bahan
dan Siswa (PBS).

1. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri Bahan belajar mandiri dikembangkan bila dalam
pelaksanaan kegiatan instruksional mahasiswa belajar secara mandiri tanpa tergantung kepada
kehadiran pengajar. Bahan instruksional tersebut adalah gurunya. Bahan belajar mandiri
mempunyai empat ciri pokok, yaitu:

a. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga
tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain;

b. Dapat dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Dalam
bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh terus maju ke bagian berikutnya
dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama atau bahan yang lain.
Mahasiswa yang mampu belajar dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu
mahasiswa lain yang lebih lambat. Sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa
tertinggal dan memburu kecepatan mahasiswa yang lebih cepat;

c. Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya;

d. Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan
latihan, tes atau kegiatan praktik. Mahasiswa belajar tidak sekedar membaca buku,
mendengarkan kaset audio/radio, melihat program video atau televisi. Untuk memproduksi
bahan belajar mandiri, pendesain instruksional dengan bantuan strategi instruksional melakukan
langkah-langkah berikut ini:

a. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan
relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan-bahan tersebut
berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media udiovisual;
b. Mengadaptasikan bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri dengan
mengikuti startegi instruksional yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang
sesuai, pengembang instruksional harus mulai menulis bahan belajar sendiri;

c. Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi instruksional; d.
Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut: 1) Bahasa
yang sederhana dan relevan Sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan
bahasa yang mudah dan konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam bidang
pengetahuan yang bersangkutan. 2) Bahasa yang komunikatif Bahasa yang digunakan dalam
modul disusun dengan bahasa yang mencerminkan pembicaraan langsung dari seorang pengajar
atau pelatih kepada seorang mahasiswa yang membacanya atau mendengarnya. 3) Desain fisik
Desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak, harus artistik, rapi,
menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat. Sedangkan desain fisik yang noncetak
harus jelas bila didengar atau dilihat gambarnya, baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya
maupun kemudahan dalam menyimpannya.

2 Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional

Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya karena yang menjadi poin pokok
kegiatan instruksional ini adalah pengajar dan bahan-bahan pengajaran. Pengajar menyajikan isi
pelajaran dengan urutan, metode dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi instruksional.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengembangkan bahan pengajaran konvensional:

a. Menulis deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh subkomponen
D (Deskripsi Singkat) pada strategi instruksional untuk seluruh TIK;

b. Menulis topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen D dan waktu
yang dibutuhkan pengajar pada strategi instruksional;

c. Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharapakan dilakukan mahasiswa. Daftar
tersebut meliputi seluruh Latihan (L) yang terdapat dalam strategi instruksional;

d. Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.


3 Pengembangan Bahan PBS Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengembangan bahan
PBS, yaitu:

1. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan
relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan tersebut
berbentuk media cetak dan audiovisual;

2. Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada U (Uraian) yang terdapat dalam strategi
instruksional;

3. Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup dengan
penyajian pengajar;

4. Menyusun program pengajaran;

5. Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan instruksional yang dibagikan kepada


mahasiswa.

6. Menyusun bahan lain yang berupa transparansi, gambar, bagan dan lain-lain.

4 Penyusunan Pengembangan Bahan Instruksional

Prosedur pengembangan bahan instruksional. Ada beberapa langkah dalam mengembangkan


bahan ajar yaitu:

1. Menganalisis kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku-perilaku umum yang


dibuat dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU);

2. Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku umum dari TIU


menjadi perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan dimiliki
oleh siswa;

3. Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku-perilaku khusus yang


sudah dimiliki oleh siswa;
4. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang diperoleh dari perilaku-perilaku
khusus yang diharapkan dan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki siswa.

Anda mungkin juga menyukai