Anda di halaman 1dari 5

1.

Muduo
a. Arti Kata Muduo
Muduo berasal dari kata Duo yang artinya genta dan Mu artinya kayu. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa genta adalah pemukul dari kayu. Dalam aktivitas
sehari-hari, muduo dapat dikatakan sebagai genta/lonceng. Genta
merupakan lonceng yang bahannya terbuat dari logam dan cara
memainkannya adalah dengan dipukul menggunakan alat pemukul yang
terbuat dari kayu. Pada mulanya, Muduo atau Genta berbentuk klintingan
yang biasanya dapat dijumpai di atas kereta dan saat berjalan dapat berbunyi
dengan sendirinya. Namun, selanjutnya, muduo digunakan oleh kaisar-kaisar
untuk menyampaikan berita, maklumat, dan peringatan kepada rakyat.
Muduo yang biasanya ada di sekolah dinamakan dengan “Genta
Pembangunan”.
b. Sejarah Muduo
Dalam sejarahnya, muduo memiliki sejarah yang sangat tua. Berdasarkan
literatur, bukti sejarah menunjukkan bahwa muduo telah ada sejak 4000
tahun yang lalu. Adapun bukti-bukti peninggalan sejarah yang menjelaskan
tentang muduo/genta diantaranya yaitu :
a. Dalam kitab Shi Jing III.IV.II.3 : “Tiap tahun pada bulan pertama musi,
semi, juru penerang dengan membunyikan genta berlidah kayunya
menyampaikan maklumat”, dibunyikan muduo yang merupakan sarana
untuk menyampaikan maklumat raja.
b. Dalam Kitab Li Ji (bagian Yue Li): “Tiga hari sebelum cuaca buruk, kilat
halilintar menyambar, dibunyikan Mu Duo dengan tujuan untuk
menyampaikan berita dan memberi peringatan kepada rakyat.
c. Dalam kitab Zhou Li dijelaskan bahwa Jin Duo dibunyikan untuk urusan
militer sedangkan Mu Duo dibunyikan untuk urusan sipil yang mana pada
bagian lidahnya terbuat dari bahan logam.
d. Raja Wen Wang menggunakan Mu Duo dimanfaatkan sebagai sarana
pemanggil rakyat beribadah bersembahyang kehadirat Tian di Bei Tang.
Sumber : https://bit.ly/409SJko

c. Gelar Nabi Kongzi sebagai Muduo


Pada tanggal 22 Desember, tepatnya pada hari besar persembahyangan
Dangzhi, umat Konghucu melaksanakan sembahyang kepada Tian saat jarak
matahari dalam lintasan terjauhnya berada di garis balik selatan khatulistiwa.
Sembahyang yang dilakukan oleh umat Konghucu sebagai ucapan rasa
syukur dan harapan biasa disebut dengan sembahyang Dongzhi. Pada hari
persembahyangan zaman Dinasti Zhou sekitar tahun 497 sm, Nabi Kongzi
mengambil keputusan untuk meninggalkan negara Lu termasuk semua yang
ia miliki di negara Lu. Tujuan Nabi Kongzi meninggalkan negara Lu adalah
untuk menyebarkan agamanya ke berbagai negeri. Alasan yang mendasari
kepergian Nabi Kongzi dari negara Lu adalah karena pada saat itu Raja
Negeri Lu (Lu Ding Gong) sudah tidak lagi mendengarkan nasihat-
nasihatnya.
Pengembaraan Nabi Kongzi ke berbagai negeri adalah pencarian raja
yang mau menerapkan ajaran-ajarannya agar menciptakan keharmonisan
Agung. Peringatan Hari Muduo atau Genta bagi umat Konghucu juga disebut
dengan hari sembahyang besar Dongzhi yang merupakan perjalanan Nabi
Kongzi dalam upayanya untuk menyebarkan ajarannya. Dalam perjalanan
Nabi Kongzi mengelilingi ke berbagai negeri diikuti oleh murid-muridnya untuk
mengajak dunia kembali ke Jalan Suci (Dao) yang kemudian kembali lagi ke
Negeri Lu sekitar tahun 484 SM. Selama perjalanan 13 tahun itulah yang
mengukuhkan ke-Nabi-an Nabi Kongzi di Negeri Lu. Dalam Kitab Si Shu
bagian Lunyu Bab III ayat 24 dituliskan bahwa:”Sudah lama dunia ingkar dari
Dao (Jalan Suci), kini Tian (Tuhan Yang Maha Esa) mengutus dan menjadi
Guru (Kongzi) sebagai Muduo Tuhan (Genta Rohani Tuhan).” Orang suci di
perbatasan negeri Yi meyakinkan para murid Nabi untuk tidak khawatir dan
gelisah yaitu dengan menegaskan bahwa Nabi Kongzi sebagai Muduo Tuhan
tanpa alasan apapun.
Berdasarkan sejarah muduo tersebut, Nabi Kongzi dinobatkan sebagai
raja tanpa mahkota yang diistilahkan dengan Su Wang yang merupakan
penyempurnaan dari Maha Karya Dinasti Zhou (Rangkaian wahyu dan kitab
wahyu Yijing). KItab Suci tersebut merupakan Genta Rohani Tuhan yang
bertujuan untuk hal-hal berikut ini.
a. Membawa dan memberikan Firman Tian yang ditujukan kepada umat
manusia.
b. Memberi peringatan dan pertanda bagi umat manusia akan Dia.
c. Memimpin dan memandu kehidupan rohani umat manusia untuk selalu
takwa kepada-Nya sebagai Zhong Shi semesta.
Nabi Kongzi sebagai Genta Rohani Tuhan dengan diimani oleh umat
Konghucu yang berhubungan dengan fungsi dan makna Muduo.
Perbedaannya terletak pada firman yang dibawakan oleh Nabi Kongzi adalah
Firman Tuhan bukan Firman Raja.
2. Perayaan Imlek

https://bit.ly/3kDf8X0
Hari raya Imlek merupakan tahun baru berdasarkan penanggalan Cina
yang dirayakan oleh orang Tionghoa. Perayaan Imlek memiliki beberapa
tradisi yang dirayakan setiap tahun. Tradisi-tadisi perayaan Imlek di seluruh
dunia berbeda-beda namun memiliki makna masing-masing. Tradisi di
Indonesia ketika perayaan Imlek, antara lain sebagai berikut.

1. Menyalakan Petasan dan Kembang Api


Orang Tionghoa dulu menyalakan petasan untuk mengusir nian atau
monster pemakan manusia. Hal ini karena petasan menghasilkan suara
ledakan yang keras, sehingga dapat mengusir nian dari pemungkiman
warga. Berdasarkan kepercayaan tersebut, setiap perayaan Imlek
terdapat tradisi menyalakan petasan dan kembang api untuk
memeriahkan perayaan imlek. Menyalakan petasan dan kembang api
juga dianggap sebagai simbol untuk mengusir nasib buruk di tahun baru
kalender Cina.
2. Barongsai
Salah satu perayaan Imlek yaitu pertunjukan Barongsai. Pertunjukan ini
tidak hanya ada di Indonesia, namun juga banyak dilakukan oleh
masyarakat Tionghoa. Menurut kepercayaan Tionghoa, barongsai adalah
menggambarkan simbol kebahagian, tarian singa yang dilakukan
dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.
3. Saling Memberikan Angpao
Tradisi dalam perayaan Imlek, salah satunya dengan saling memberikan
angpao. Angpao adalah amplop berwarna merah yang memiliki ornament
emas. Angpao tersebut berisi sejumlah uang. Anggota keluarga yang
sudah menikah akan memberikan angpao kepada anggota keluarga yang
masih kecil atau belum menikah. Namun, bagi anggota keluarga yang
belum menikah dilarang untuk memberikan angpao, hal ini agar anggota
keluarga tersebut tidak kesulitan dalam menemukan jodoh. Makna dari
pemberian angpao ini merupakan simbol agar rezeki seseorang terus
mengalir dan membawa keberuntungan bagi yang memberikan angpao.
4. Perjamuan Keluarga Besar
Pada saat perayaan Imlek, anggota keluarga besar akan melakukan
perjamuan atau makan-makan bersama. Pertemuan keluarga besar ini,
biasanya menggunakan dress code yang berwarna merah. Pada
perjamuan ini, anggota keluarga saling mengucapkan momen Imlek. Hal
ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dengan seluruh anggota
lainnya.
Makanan yang disajikan dalam perjamuan keluarga besar biasanya
seperti mie goreng, dumpling, lumpia, ikan, sup delapan bentuk, kue
mangkok, kue keranjang, dan makanan lainnya.
5. Sembahyang
Biasanya sembahyang dilakukan satu hari sebelum perayaan Imlek.
Sembahyang dilakukan untuk para leluhur yang sudah meninggal. Para
leluhur disajikan makanan dan dinyalahkan dupa dan lilin.

Anda mungkin juga menyukai