Anda di halaman 1dari 13

Success Story of Susiana Dewi

MENUJU DESA STBM

PUSKESMAS BUNGKAL
KABUPATEN PONOROGO
A. Gambaran umum Puskesmas Bungkal
Puskesmas Bungkal merupakan salah satu Puskesmas dari 31 Puskesmas yang
ada di Kabupaten Ponorogo yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Ponorogo,
Wilayah Kerja Puskesmas Bungkal mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah timur : Kecamatan Sambit
Sebelah utara : Kecamatan Jetis
Sebelah barat : Kecamatan Slahung
Sebelah selatan : Kecamatan Ngrayun
Luas wilayah Kecamatan Bungkal 40,090 km2 dengan ketinggian antara 120 meter sampai
dengan 199 meter di atas permukaan laut. Wilayah desa di wilayah Puskesmas Bungkal
merupakan daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Desa dengan dataran rendah ada 17
desa sedangkan datran tinggi ada 2 desa.
Peta wilayah kerja Puskesmas Bungkal

Wilayah kerja Puskesmas meliputi 19 desa yaitu :


1. Desa Bungkal 11. Desa Ketonggo
2. Desa Bancar 12. Desa Bekare
3. Desa Bedi Kulon 13. Desa Nambak
4. Desa Bedi Wetan 14. Desa Belang
5. Desa Padas 15. Desa Pager
6. Desa Bungu 16. Desa Kalisat
7. Desa Sambilawang 17. Desa Koripan
8. Desa Kupuk 18. Desa Munggu
9. Desa Kwajon 19. Desa Pelem
10. Desa Kunti
Jumlah penduduk Kecamatan Bungkal berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ponorogo Tahun 2022 adalah sebagai berikut :
NO KECAMATA JML JML KK JML JML JML
N PENDUDUK RW RT RUMAH
1 Bungkal 35.640 14.214 63 125 10.837
Sumber : BPS Kab Ponorogo Tahun 2022
B. Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu prioritas utama dalam kehidupan


masyarakat.Sanitasi merupakan bentuk pelayanan publik yang berada di bidang
kesehatan. Maka, sebagai bentuk untuk mewujudkan sanitasi yang baik dan demi
mengimplementasikan target SDGs tahun 2030. Salah satu program dibidang sanitasi
lingkungan adalah STBM atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat .
STBM menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
STBM terdiri dari 5 pilar meliputi
1. Pilar 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan
2. Pilar 2 Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Pilar 3 Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga
4. Pilar 4 Pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pilar 5 Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Pelaksanaan program STBM di mulai dari Pilar pertama yaitu Stop BABS yang
merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya untuk memutuskan mata
rantai kontaminasi manusia terhadap air baku minum, makan dan lainnya .
Berikut data pilar 1 STBM stop buang air besar sembarangan

Sumber : Program Kesehatan lingkungan Puskesmas Bungkal Th 2017 s/d 2020

Pelaksanaan 5 pilar STBM dilanjutkan pada pilar ke 2 , 3 , 4 dan 5. Kegiatan


dimulai dari pendataan 12 desa . Adapun hasil pendataan atau survey STBM pada
Tahun 2020 sebagaimana table dibawah ini .
PROSENTASE 5 PILAR STBM PUSKESMAS BUNGKAL TAHUN 2020

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

JML KK
JML
NO KECAMATAN YG DI
KK OD
SURVEY TIDAK
BELUM TERTUTU OD TIDAK TIDAK TIDAK
AMAN LAYAK SHARING LAYAK P TERBUKA CTPS PAMRT PAMRT PSRT PSRT PLCRT PLCRT
CTPS

1 BUNGKAL 13851 6481 0,10 99,4 0,1 0,4 0 0 60 40 57,7 42,3 29,8 70,2 22,2 77,8
Dari table di atas menunjukkan bahwa pilar 4 yaitu pengelolaan
sampah rumah tangga (29,2 %) dan pilar 5 pengelolaan limbah cair rumah
tangga (22,2 %) capaian masih sangat rendah .
Permasalahan yang dihadapi pada pilar tersebut adala sebagai
berikut :
1. Geografis : daerah pedesaan lahan masih luas
2. Mitos/budaya/kebiasaan
3. Tokoh kunci
4. Kemampuan finansial masyarakat
5. Rendahnya komitmen pemerintah desa yang fokusnya masih pada
pembangunan insfrastruktur
6. Kurangnya dukungan regulasi terkait dengan program STBM
7. Program STBM hanya menjadi tanggungjawab bidang
kesehatan/sanitarian

C. Permasalahn
Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development
goals/SDGs) Tahun 2030 pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan
masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi. Hal ini sejalan
dengan RPJMN target nasional yaitu peningkatan akses kepada layanan air
minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan dan peningkatan
implementasi promosi kesehatan dan pemberdayaan bagi
masyarakat .Sebagai indikatornya adalah tercapainya 100% layanan
sanitasi (air limbah domestik, sampah domestik, drainase lingkungan), yang
berarti 85% populasi akan terlayani sesuai dengan standar layanan, dan
15% populasi akan terlayani sesuai dengan kebutuhan dasar. STBM sebagai
pendekatan dan paradigm baru pembangunan sanitasi di Indonesia
mengedapankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM
untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan, memberdayakan hidup
bersih dan sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan.
Pelaksanaan STBM harus melibatkan berbagai lini dari lintas sektoral,
karena program STBM bukan hanya menjadi tanggungjawab bidang
kesehatan saja.
D. Kebijakan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun 2014 tentang STBM
Instruksi Bupati Ponorogo No 4 Tahun 2014 tentang Gerakan Percepatan
Desa Open Defication Free ( Desa ODF ) Dalam rangka mewujudkan
Kabupaten Ponorogo bebas dari buang air besar sembarangan

E. TUJUAN
1. Mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Perubahan perilaku sesuai dengan komponen peningkatan kebutuhan
sanitasi khususnya pada 5 pilar STBM yang berdampak terhadap
peningkatan kesehatan warga berupa penurunan kasus penyakit
berbasis lingkungan

F. ANALISA
Kekuatan : 1. Kerja sama dengan Lintas Sektor baik Camat maupun
pihak
Desa
2. Kerjasama lintas program
3. Kekompakan seluruh karyawan Puskesmas Babadan
Peluang : Pemberdayaan Masyarakat yang efektif
Kelemahan : Terbatasnya dana
Hambatan : Kebiasaan masyarakat tidak berperilaku hidup bersih dan
sehat

G. STRATEGI
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah program
Pemerintah Indonesia untuk mengedukasi dan mensosialisasikan kepada
masyarakat untuk mampu membudayakan hidup bersih dan sehat. Melalui
STBM masyarakat dipicu untuk berperilaku hidup higienis dan sanitasi.
Penyelenggaraan program STBM memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara
mandiri sehingga taraf hidup sehat masyarakat meningkat;
2. Mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan;
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat; dan
4. Meningkatkan akses air minum, air bersih, dan sanitasi dasar.
Berdasarkan hasil pendataan oleh kader Kesling pilar STBM yang
masih rendah adalah pilar 4 ( 29,2 % ) dan pilar 5 yaitu pengelolaan
limbah cair rumah tangga (22,2 % ). Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan pemicuan. Pemicuan merupakan salah satu strategi untuk
pemberdayaan masyarakat dalam menyelesaikan masalah sanitasi
lingkungannya. Hasil pemicuan meupakan intervensi dari permasalah STBM
yaitu masyarakat akan mengelola sampah dengan benar dan membuat
resapan atau juglangan untuk limbah dengan kearifan lokal agar tidak
terbebani dengan mengeluarkan biaya namun air limbah tidak lagi
mencemari lingkungan .

Pembinaan 5 Pilar STBM Bekerjasama dengan Penyuluh KB


Kec. Bungkal
Pertemuan intervensi pilar STBM Pembuatan Peta STBM ( seluruh rumah dengan 5
pilar STBM) dengan 5 kotak menggambarkan
berdasarkan pemetaan
warna merah berarti pilar yang belum dilaksanakan

Inovasi dalam percepatan desa STBM sebagai berikut :

1. MENABUNG EMAS
Menabung emas adalah inovasi pilar ke 4 STBM dengan mendirikan
Bank Sampah. Saat ini sudah ada 4 desa yang mempunyai Bank
Sampah. Satu diantaranya yaitu Bank Sampah Desa Nambak telah
bekerja sama dengan Pegadaian Cabang Ponorogo. Hasil dari penjualan
sampah di koordinir oleh pengurus Bank Sampah untuk ditabungkan di
Pegadaian dan ditukar emas. Dengan demikian apabila sampah
dikelola dengan benar dapat menambah perekonomian disamping
dapat menurangi pencemari lingkungan. Selain itu manfaat Bank
sampah adalah :
a) Mengurangi penumpukan sampah
Mengumpulkan sampah plastik dan menyetorkannya ke bank
sampah dapat mengurangi penumpukan sampah secara efektif.
b) Mencegah pencemaran lingkungan
Gerakan memilah sampah dan menyetorkan ke bank sampah dapat
memberikan kontribusi untuk mencegah pencemaran lingkungan
akibat sampah yang tidak bisa terurai.
c) Berfungsi sebagai sosial ekonomi masyarakat
Dengan adanya bank sampah dapat mendorong tumbuhnya niat
masyarakat dalam mengelola sampah secara tepat dengan cara
memilah dan mengolah sampah. Sehingga menumbuhkan rasa cinta
dan peduli akan lingkungan. Selain itu, dengan adanya bank sampah
juga dapat membantu perekonomian masyarakat. Sebab, bank
sampah memberikan peluang pekerjaan serta memberikan
penghasilan tambahan.

Pemilahan sampah oleh pengurus Bank Group WA Menabung Emas dari


sampah
Sampah Desa Nambak

2. LIMBAT MAPAN
(Peduli Limbah Agar Lingkungan Sehat Dan Aman)

Pelaksanaan inovasi dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.


1. Perencanaan inovasi
2. Perencanaan dimulai dengan pertemuan musyawarah perangkat desa,
tokoh masyarakat dan kader kesling. Hasil pertemuan , akan
menggerakkan masyarakat dikoordinir oleh kepala dusun masing-masing
lalu oleh ketua RT

Pertemuan pembahasan inovasi ‘ LIMBAT MAPAN ‘ yang dihadiri Kasi


Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Bungkal yang di unggah di Instagram
Puskesmas Bungkal untuk menjadi motivasi desa yang lain

3. Pelaksanaan
Sebelum dilakukan inovasi perangkat desa mensosialisasikan lewat RT
melalui arisan RT, Yasinan dan sosial media. Pelaksanaan inovasi LIMBAT
MAPAN dengan saling membantu dan bergotong royong membuat
resapan. Kader Kesling memantau masyarakat yang belum membuat
resapan. Ketua RT bekerjasama dengan kader kesling dan
mengkoordinasikan pelaksanaan gotong royong.
Gotong royong pembuatan resapan limbah cair rumah tangga
menggunakan genting bekas

Gotong royong pembuatan resapan limbah cair rumah tangga


menggunakan genting bekas

4. Monitoring
Monitoring di lakukan oleh Kader Kesling. Tugas dari kader kesling adalah
selain mencatat dan melaporkan pada ketua dusun juga mengedukasi
masyarakat yang belum membuat resapan.
Diharapkan dengan inovasi LIMBAT MAPAN ini dapat mempercepat akses
pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Monitoring pembuatan resapan oleh kader kesling

Dengan inovasi LIMBAT MAPAN ini mampu mempercepat capaian pilar ke-5
STBM
Pemberdayaan masyarakat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat
menunjukkan bahwa sanitasi adalah masalah bersama dan diselesaikan secara
bersama-sama juga.
Melalui strategi ini Desa Nambak berhasil meraih juara I Desa STBM di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2022. Dan strategi ini akan dikembangkan di desa-
desa lainnya.

Penerimaan Piagam Penghargaan Desa STBM pada Kepala Desa dan


Ketua PKK Desa Nambak
PROSENTASE 5 PILAR STBM PUSKESMAS BUNGKAL TAHUN 2022

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

JML JML KK YG
NO KECAMATAN DI SURVEY
KK TIDAK
BELUM OD OD TIDAK TIDAK TIDAK
AMAN LAYAK SHARING LAYAK TERTUTUP TERBUKA CTPS PAMRT PAMRT PSRT PSRT PLCRT PLCRT
CTPS

1 BUNGKAL 13851 6481 O,6 96,9 2,5 0,28 0 0 73,7 26,3 86 14 46,8 53,2 48,2 51,8

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pendataan Tahun 2022 ada peningkatan capaian dari masing-masing pilar terutama pilar 4 dan pilar 5. Sedangkan
Desa STBM di wilayah Kecamatan Bungkal berjumlah 2 desa. Inovasi diatas akan dikembangkan ke desa yang lain untuk percepatan Desa STBM . Komitmen
dari pemerintah desa, kecamatan , Puskesmas menjadi kunci keberhasilan terwujudnya Desa STBM. Perlu waktu untuk merubah perilaku hidup sehat demi
tercapainya lingkungan sehat.

Anda mungkin juga menyukai