Anda di halaman 1dari 13

04

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN


PRODUKSI

Oleh:
ROYANDO CIBRO
NIM. 2106110572

Asisten:
ALICIA VIRAS NILAROSARI
MUTIARA RIYANTO PUTRI

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
REVIEW JURNAL

Judul Perbandingan Keakuratan Hasil Peramalan Produksi


Bawang Merah Metode Holt-Winters Dengan
Singular Spectrum Analysis (SSA)
Volume dan halaman Vol. 03 No. 01, Hal: 13-22
Nama jurnal Jurnal Matematika
Tahun 2017
Penulis Yogo Aryo Jatmiko, Rini Luciani Rahayu, dan
Gumgum Darmawan
Reviewer Royando Cibro
Permasalahan Meningkatnya permintaan akan bawang merah terus
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan
antara ketiga metode tersebut dilakukan dengan
melihat perbandingan keakuratan dan keandalan
hasil ramalan, untuk mengukur ketepatan peramalan
digunakan Mean Absolute Percentage Error
(MAPE), untuk mengukur keandalan hasil
peramalan dilakukan dengan tracking signal, dan
untuk meneliti perkembangan produksi bawang
merah dari waktu ke waktu dapat digunakan metode
Holt-Winters dan metode Singular Spectrum
Analysis (SSA).
Sumber data Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari
data SUSENAS Badan Pusat Statistik (BPS) yang
merupakan data konsumsi bawang merah secara
nasional per kapita per tahun pada maret 2015 dan
Data Bappenas yang merupakan data permintaan
bawang merah pada tahun 2012.
Metode penelitian Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Metode Holt-Winters.
Objek penelitian Objek yang menjadi penelitian pada jurnal ini adalah
permintaan dan tingkat konsumsi bawang merah di
Indonesia.
Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitan jurnal menunjukkan
bahwa hasil keakuratan peramalan dari metode Holt-
Winters sebesar 13,469%. Sedangkan metode
rekuren sebesar 15,625 % dan metode vektor sebesar
14,295 %. Ketiga metode peramalan tersebut,
termasuk ke dalam kategori peramalan akurat.
Namun, hasil pengujian menunjukkan metode Holt-
Winters memiliki MAPE lebih kecil dibandingkan
metode rekuren dan metode vektor. Dengan
demikian, peramalan produksi bawang merah
Indonesia lebih akurat jika menggunakan metode
Holt- Winters.
Kelebihan penelitian Kelebihan penelitian jurnal ini adalah mampu
menjelaskan metode Holt-Winters Additif, algoritma
SSA, peramalan SSA, Mean Absolute Percentage
Error (MAPE), dan Tracking Signal dengan jelas,
pengambilan kesimpulan pada jurnal ini mampu
menjawab semua tujuan penelitian, pemaparan
dalam tabel, grafik, maupun digambar dibuat dengan
sangat jelas, dan terdapat kesesuaian antara tujuan
dan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
jurnal tersebut.
Kekurangan penelitian Kekurangan penelitian jurnal ini adalah penggunaan
istilah asing yang hanya berlaku pada bidang tertentu
saja, sehingga membuat pembaca kalangan umum
merasa kesulitan memahami arti dari istilah tersebut.
Diskusi/Rekomendasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam jurnal
ini ditujukan agar diharapkan komoditas bawang
merah sangat penting untuk diteliti
perkembangannya, khususnya permintaan dan
konsumsi bawang merah di Indonesia.
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

PERBANDINGAN KEAKURATAN HASIL PERAMALAN


PRODUKSI BAWANG MERAH METODE HOLT-WINTERS
DENGAN SINGULAR SPECTRUM ANALYSIS (SSA)

Yogo Aryo Jatmiko1, Rini Luciani Rahayu2, Gumgum Darmawan3


Prodi Magister Statistika Terapan, Universitas Padjajaran, Bandung1,2,3
yj29289@gmail.com1, al.ashry1211@gmail.com2, gumstat@gmail.com3

Abstrak
Metode Holt-Winters digunakan untuk memodelkan data dengan pola musiman, baik mengandung
trend maupun tidak. Terdapat dua metode peramalan dalam Singular Spectrum Analysis (SSA),
yaitu metode rekuren (R-forecasting) dan metode vektor (V-forecasting). Metode rekuren
melakukan kontinuasi secara langsung (dengan bantuan LRF), sedangkan metode vektor
berhubungan dengan L-continuation. Perbedaan metode tentunya memberikan perbedaan dalam
keakuratan hasil ramalan. Untuk melihat perbedaan antara ketiga metode tersebut dilakukan dengan
melihat perbandingan keakuratan dan keandalan hasil ramalan. Untuk mengukur ketepatan
peramalan digunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dan untuk mengukur keandalan
hasil peramalan dilakukan dengan tracking signal. Aplikasi dilakukan pada produksi bawang merah
Indonesia periode Januari 2006-Desember 2015. Peramalan kedua metode di SSA menggunakan
window length L=39 dan grouping r=8. Dengan nilai α = 0.1, β= 0.001 dan γ=0.5, metode Holt-
Winters additive memberikan hasil yang lebih baik dengan MAPE 13,469% dibanding metode SSA.

Kata kunci: Holt-Winters, MAPE, R-forecasting, SSA, V-forecasting

Abstract
The Holt-Winters method is used to model data with seasonal patterns, whether trends or not.
There are two methods of forecasting in Singular Spectrum Analysis (SSA), namely recurrent
method (R-forecasting) and vector method (V-forecasting). The recurrent method performs
continuous continuation (with the help of LRF), whereas the vector method corresponds to the L-
continuation. Different methods of course make a difference in the accuracy of forecast results.
To see the difference between the three methods is done by looking at the comparison of accuracy
and reliability of forecast results. To measure the accuracy of forecasting used Mean Absolute
Percentage Error (MAPE) and to measure the reliability of forecasting results is done by tracking
signal. Applications are done on Indonesian red onion production from January 2006 to December
2015. Forecasting of both methods in SSA uses window length L = 39 and grouping r = 8. With
α = 0.1, β = 0.001 and γ = 0.5, Holt-Winters additive method gives better result with MAPE
13,469% than SSA method.

Keywords: Holt-Winters, MAPE, R-forecasting, SSA, V-forecasting

1. Pendahuluan menjadi produk bawang goreng [1].


Bawang merah merupakan salah satu Berdasarkan data Food and Agriculture
komoditas penting bagi masyarakat Indonesia Organization (FAO) tahun 2010-2015,
dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia menempati urutan keempat sebagai
Selain untuk konsumsi, bawang merah juga negara eksportir bawang merah di dunia setelah
merupakan salah satu komoditas ekspor. New Zealand, Perancis dan Belanda.
Bawang merah tidak hanya diekspor dalam Berdasarkan data SUSENAS Badan Pusat
bentuk sayuran segar, tetapi juga setelah diolah Statistik (BPS), konsumsi bawang merah secara
nasional per kapita per tahun pada maret 2015

13
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

sekitar 2,64 kilogram. Sedangkan sebulan metode peramalan Holt-Winters model additive
sekitar 0,22 kilogram, dan per minggu 52 gram dan metode R-forecasting dan V-forecating
per kapita. Hal tersebut menyebabkan dalam SSA untuk meramalkan produksi bawang
permintaan akan bawang merah terus merah, kemudian hasil ketiga metode tersebut
meningkat seiring dengan perkembangan akan dibandingkan dengan mengukur ketepatan
jumlah penduduk. Data Bappenas menunjukkan peramalannya dengan menggunakan MAPE.
permintaan bawang merah pada tahun 2012
mencapai 904 ribu ton mengalami peningkatan 2. Kajian Teori
pada tahun 2015 menjadi 963,4 ribu ton. Hal ini 2.1 Metode Holt-Winters
menyatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak
terlepas akan kebutuhan bawang merah setiap Metode Holt-Winters ini digunakan untuk
harinya, dikarenakan bawang merah merupakan mengatasi permasalahan adanya trend dan
penyedap pokok bagi pangan di Indonesia. indikasi musiman [15]. Metode ini merupakan
Dari keterangan di atas diketahui bahwa gabungan dari metode Holt dan metode Winters
bawang merah merupakan komoditas yang [3]. Titik berat metode ini adalah pada nilai
penting untuk diteliti perkembangannya. Untuk level (α), kemiringan slope (β), maupun efek
meneliti perkembangan produksi bawang merah musiman (γ). Parameter nilai level (α),
dari waktu ke waktu dapat digunakan metode kemiringan slope (β), maupun efek musiman (γ)
Holt-Winters dan metode Singular Spectrum berada diantara nilai 0 dan 1. Nilai-nilai yang
Analysis (SSA). mendekati 0 berarti bahwa pengaruh pembobot
Metode Holt-Winters dapat digunakan relatif kecil pada nilai pengamatan terbaru
untuk data time series yang mengandung trend ketika membuat perkiraan nilai-nilai masa
dan musiman [15]. Metode ini mempunyai dua depan [4]. Peramalan dengan metode ini pada
metode yakni metode perkalian musiman umumnya tidak selalu harus memenuhi kaidah-
(Multiplicative Seasonal Method) dan metode kaidah deret waktu seperti signifikansi
penambahan musiman (Additive Seasonal autokorelasi dan stasioneritas.
Method). Model multiplicative digunakan
apabila terdapat kecenderungan atau tanda 2.2 Metode Singular Spectrum Analysis
bahwa pola musiman bergantung pada ukuran (SSA)
data. Dengan kata lain, pola musiman membesar
seiring meningkatnya ukuran data. Sedangkan Singular Spectrum Analysis (SSA) dikenal
model additive digunakan jika kecenderungan sebagai metode yang powerful untuk analisis
tersebut tidak terjadi. deret waktu. SSA adalah teknik analisis deret
SSA adalah teknik analisis deret waktu dan waktu dan peramalan yang menggabungkan
peramalan yang menggabungkan unsur analisis unsur analisis klasik time series, multivariate
klasik time series, multivariate statistics, statistics, multivariate geometric, dynamical
multivariate geometric, dynamical systems, dan systems, dan signal processing [8].
signal processing. Terdapat dua metode Tujuan utama dari SSA yaitu menguraikan
peramalan dalam SSA, yaitu metode rekuren serial aslinya menjadi sejumlah kecil komponen
(R-forecasting) dan metode vektor (V- yang dapat diidentifikasi seperti tren, periodik,
forecasting). Metode rekuren adalah metode dan noise, kemudian diikuti oleh rekontruksi
dasar yang sering digunakan karena relatif lebih dari serial aslinya [5]. SSA merupakan sebuah
mudah [2]. Metode vektor merupakan hasil metode yang sangat berguna untuk
modifikasi dari metode rekuren. Perbedaan memecahkan masalah: (i) menemukan tren dari
antara R-forecasting dan V-forecasting adalah resolusi yang berbeda; (ii) smoothing; (iii)
peramalan dengan R-forecasting melakukan ekstraksi komponen musiman; (iv) ekstraksi
kontinuasi secara langsung (dengan bantuan simultan untuk siklus dengan periode kecil dan
LRF), sedangkan peramalan dengan V- besar; (v) ekstraksi perioditas dengan amplitudo
forecasting berhubungan dengan L- yang bervariasi; (vi) ekstraksi simultan untuk
continuation. Hal ini menyebabkan dalam tren dan perioditas yang kompleks; (vii)
approximate continuation-nya biasanya mendeteksi change-point [2]. Memecahkan
memberikan hasil yang berbeda [2][7]. ketujuh masalah tersebut adalah kapabilitas
Dengan kelebihan dan kemudahan metode dasar dari SSA. Untuk mencapai kapabilitas
Holt-Winters dan SSA, penulis menggunakan
14
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

tersebut, tidak perlu mempertimbangkan model dimana semua elemen pada anti diagonalnya
parametrik dari time series. bernilai sama.

3. Metode Penelitian b. Singular Value Decomposition (SVD)


Langkah kedua dalam dekomposisi adalah
3.1 Metode Holt-Winters Additif
membuat Singular Value Decomposition (SVD)
Model musiman aditif cocok untuk dari matriks lintasan. Misalkan 𝜆1 , … , 𝜆𝐿 adalah
prediksi data time series yang dimana amplitudo eigenvalue dari matriks S dimana 𝐒 = XXT
atau ketinggian pola musimannya tidak dengan urutan menurut 𝜆1 ≥ ⋯ ≥ 𝜆𝐿 ≥ 0 dan
tergantung pada rata-rata level atau ukuran data 𝑈1 , … , 𝑈𝐿 adalah eigenvector dari masing-
[6]. masing eigenvalue. Rank dari matriks X dapat
Level:
ditunjukkan dengan d = max{𝑖, 𝜆𝑖 > 0}. Jika
𝑆𝑡 = 𝛼(𝑌𝑡 − 𝐼𝑡−𝐿 ) + (1 − 𝛼)(𝑆𝑡−1 + 𝑏𝑡−1 ) 𝑿𝑻 𝑼𝒊
dinotasikan 𝑽𝒊 = untuk i = 1,..., d, maka
Trend: √𝝀𝒊
SVD dari matriks lintasan adalah sebagai
𝑏𝑡 = 𝛽(𝑆𝑡 − 𝑆𝑡−1 ) + (1 − 𝛽)𝑏𝑡−1
berikut:
Seasonal: 𝐗 = 𝑿𝟏 + 𝑿𝟐 + ⋯ + 𝑿𝒅
𝐼𝑡 = 𝛾(𝑌𝑡 − 𝑆𝑡 ) + (1 − 𝛾)𝐼𝑡−𝐿
= 𝑈1 √𝜆1 𝑉1𝑇 + 𝑈2 √𝜆2 𝑉2𝑇 + ⋯ + 𝑈𝑑 √𝜆𝑑 𝑉𝑑𝑇
Forecast:
= ∑𝒅𝒊=𝟏 𝑈𝑖 √𝜆𝑖 𝑉𝑖𝑇 (2)
𝐹𝑡+𝑚 = 𝑆𝑡 + 𝑏𝑡 𝑚 + 𝐼𝑡−𝐿+𝑚
Matriks X terbentuk dari eigenvector Ui,
3.2 Algoritma SSA
singular value √𝜆𝑖 dan komponen utama 𝑉𝑖𝑇 .
3.2.1 Dekomposisi Ketiga elemen pembentuk SVD ini disebut
Pada dekomposisi terdapat dua tahap yaitu dengan eigentriple.
Embedding dan Singular Value Decomposition Konsep dasar pada tahap ini adalah
(SVD). Parameter yang memiliki peran penting mendapatkan barisan matriks dari matriks S,
dalam dekomposisi adalah Window Length (L) dimana pada masing-masing matriks dalam
[11]. barisan tersebut mengandung eigenvector Ui,
a. Embedding singular value √𝜆𝑖 dan komponen utama 𝑉𝑖𝑇
yang menggambarkan karakteristik pada
Langkah pertama dalam SSA adalah
masing-masing matriks dalam barisan tersebut.
embedding, dimana data deret waktu 𝐹 =
(𝑓0 , 𝑓1 , … , 𝑓𝑁−1 ) dengan panjang N dan tidak 3.2.2 Rekontruksi
terdapat data missing ditransformasi ke dalam
matriks lintasan berukuran L x K. Matriks Dalam tahap rekontruksi terdapat dua
Lintasan ini merupakan matriks dimana semua langkah yang harus dilakukan, yaitu langkah
elemen pada anti diagonalnya bernilai sama. Grouping kemudian dilanjutkan dengan
𝑓0 𝑓1 … 𝑓𝐾−1 pembentukan deret rekontruksi berdasarkan
𝑓 𝑓 … 𝑓𝐾 hasil yang diperoleh pada langkah diagonal
𝑋𝑖𝑗 = [ 1 2 ⋱ ] (1) averaging.
⋮ ⋮ ⋮
𝑓𝐿−1 𝑓𝐿 … 𝑓𝑁−1 a. Grouping
Pada tahap ini diperlukan penentuan Pada langkah akan dilakukan
parameter window length dengan syarat 2 < pengelompokan hasil dekomposisi matriks
𝑁
𝐿 < . Dalam penentuan window length ini lintasan yang berukuran L x K dengan tujuan
2
harus dipertimbangkan kemungkinan bahwa untuk memisahkan kompononen aditif SVD ke
data memiliki komponen periodik. Sampai saat dalam beberapa sub kelompok, yaitu tren,
ini penentuan window length masih dengan cara musiman, periodik dan noise. Setelah itu
trial and error. menjumlahkan matriks dalam setiap kelompok.
Konsep dasar pada tahap embedding ini Hasil yang diperoleh berupa representasi dari
adalah melakukan pemetaan yang mentransfer matriks lintasan sebagai jumlah dari beberapa
data deret waktu F satu dimensi ke dalam multi matriks resultan.
dimensi 𝐗 𝟏 , 𝐗 𝟐 , … , 𝐗 𝑲 sehingga didapatkan Matriks lintasan 𝑿𝒊 akan dipartisi ke dalam
output sebuah matriks yaitu matriks Hankel m subset disjoin 𝐼1 , 𝐼2 , … , 𝐼𝑚 . Misalkan 𝐼 =
15
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

{𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑝 } adalah matriks resultan 𝑿𝑰 dengan b. Diagonal Averaging


indeks 𝑖1 , 𝑖2 , … , 𝑖𝑝 sesuai dengan kelompok 𝐼 Setelah melakukan grouping, tahap
yang dapat didefiniskan sebagai 𝑿𝑰 = 𝑿𝒊𝟏 + selanjutnya akan dilakukan transformasi dari
𝑿𝒊𝟐 + ⋯ + 𝑿𝒊𝒑 . Kemudian 𝑿𝑰 disesuaikan hasil pengelompokan 𝑿𝑰𝒊 ke dalam deret baru
dengan kelompok 𝑰 = {𝐼1 , 𝐼2 , … , 𝐼𝑚 }. Maka, dengan panjang N. Tujuan dari tahap ini adalah
𝐗 = 𝑿𝟏 + 𝑿𝟐 + ⋯ + 𝑿𝒅 dapat diekspansi mendapatkan singular value dari komponen-
menjadi X = 𝑿𝑰𝟏 + 𝑿𝑰𝟐 + ⋯ + 𝑿𝑰𝒎 . komponen yang telah dipisahkan, kemudian
Pada tahap singular value decomposition akan digunakan dalam peramalan. Hasil pada
telah didapatkan eigenvalue yang tahap ini merupakan matriks F.
menggambarkan karakteristik untuk setiap 𝑓11 𝑓21 … 𝑓𝐾
kolom pada matriks 𝑺 = 𝑋𝑋𝑇 . Eigenvalue ini 𝑓 𝑓 … 𝑓
𝐅 = [ 21 22 ⋱ 𝐾+1 ] (3)
direpresentasikan oleh eigenvector. Oleh karena ⋮ ⋮ ⋮
itu bahan dasar pengelompokan pada tahap 𝑓𝐿 𝑓𝐿+1 … 𝑓𝑁
grouping adalah eigenvector. Eigenvector pada Diagonal average dirumuskan sebagai berikut:
masing-masing kolom pada matriks lintasan 1 𝑘
∑ 𝑓∗ untuk 1 ≤ 𝑘 ≤ 𝐿∗
akan dilakukan ekstraksi terhadap pola 𝑘 𝑚=1 𝑚,𝑘−𝑚+1
komponen seriesnya. Ekstrasi pertama 1 ∗
𝑔𝑘 = ∑𝐿 −1 𝑓 ∗ untuk 𝐿∗ < 𝑘 ≤ 𝐾 ∗ +1
dilakukan terhadap pola tren, kemudian 𝐿∗ −1 𝑚=1 𝑚,𝑘−𝑚+1
1 ∗
dilakukan ekstraksi dilakukan terhadap pola ∑𝑁−𝐾 +1 𝑓 ∗
𝑁−𝑘+1 𝑚=𝑘−𝐾+1 𝑚,𝑘−𝑚+1
musiman dengan menggunakan analisis
spektral. Eigenvector yang mengikuti pola untuk𝐾 ∗ + 1 < 𝑘 ≤ 𝑁
musiman dengan periode kurang dari 12 maka
Dimana 𝐿∗ = min(𝐿, 𝐾) dan 𝐾∗ =
digolongkan pada kelompok musiman,
sedangkan eigenvecktor yang megikuti pola max(𝐿, 𝐾). Persamaan diatas jika diaplikasikan
musiman dengan periode lebih dari 12 akan ke dalam matriks resultan 𝑿𝒊𝒎 akan membentuk
(𝑘) (𝑘)
digolongkan pada kelompok siklik. Kemudian deret 𝑌̃ (𝑘) = (𝑦̃1 , … , 𝑦̃𝑁 ). Oleh karena itu,
eigevector yang tidak mengikuti musiman atau deret asli akan didekomposisi menjadi jumlah
siklik atau tren akan digolongkan sebagai noise dari m deret.
[9]. 𝑦𝑛 = ∑𝑚 𝑘=1 𝑦 ̃𝑛 (𝑘) (4)
Metode untuk mengekstra tren pada SSA
diantaranya dengan menggunakan pendekatan
naïve [8][9]. Tujuan dari pendekatan naive ini 3.3 Peramalan SSA
untuk mengkonstruksi tren dari beberapa Terdapat dua metode peramalan dalam
komponen awal Singular Value Decomposition. SSA, yaitu metode rekuren (R-forecasting) dan
Hal ini dikarenakan eigenvalue merupakan metode vektor (V-forecasting). Metode rekuren
kontribusi dari komponen Singular Value adalah metode dasar yang sering digunakan
Decomposition yang bersesuaian ke dalam karena relatif lebih mudah [2]. Metode vektor
bentuk time series. Tren biasanya mencirikan merupakan hasil modifikasi dari metode
bentuk time series, dimana eigenvalue dari tren rekuren. Dalam peramalan SSA, model
lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya, dibangun dengan bantuan Linear Rekuren
yang berarti bahwa tren adalah komponen Formula (LRF). Bentuk polynomial sebagai
dengan nomor urutan yang terkecil. berikut:
Dalam mengekstraksi pola musiman 𝑑

digunakan metode analisis spektral. Metode 𝑥𝑖+𝑑 = ∑ 𝑟𝑘 𝑥𝑖+𝑑−𝑘


spektral ini dapat digunakan untuk mendeteksi 𝑘=1
masing-masing eigenvector apakah memiliki untuk,
pola musiman atau tidak. Jika masing-masing
1≤𝑖 ≤𝑁−𝑑
eigenvector memiliki pola musiman kemudian
ditentukan perioditas musimannya. Kelompok Perbedaan antara R-forecasting dan V-
eigenvector yang memiliki periode yang sama forecasting adalah peramalan dengan R-
akan dikelompokkan menjadi satu kelompok. forecasting melakukan kontinuasi secara
langsung (dengan bantuan LRF), sedangkan
peramalan dengan V-forecasting berhubungan

16
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

dengan L-continuation. Hal ini menyebabkan b. Algoritma Peramalan Metode Vektor


dalam approximate continuation-nya biasanya SSA (V-forecasting)
memberikan hasil yang berbeda [2]. Metode vektor merupakan modifikasi dari
Kedua metode peramalan tersebut, metode rekuren. Algoritma peramalannya
memiliki dua tahapan umum yaitu, diagonal adalah sebagai berikut:
averaging dan continuation. Pada metode R- 1. Setelah tahapan SVD pada algoritma awal,
forecasting, diagonal averaging digunakan matriks lintasan telah membentuk matriks
untuk memperoleh rekontrusksi dan Hankel H, tahap selanjutnya adalah
continuation dilakukan dengan LRF.
menghitung matriks 𝚷. Matriks 𝚷 adalah
Sedangkan pada V-forecasting, kedua tahap
matriks operator linier dari proyeksi
digunakan dalam urutan kebalik, yaitu
ortogonal ℝ𝐿−1 → ℒ𝑟∇ .
peramalan vektor dilakukan terlebih dahulu,
𝑇
kemudian diagonal averaging memberikan 𝚷 = 𝐯 ∇ (𝐯 ∇ ) + (1 − 𝑣 2 )ℜℜ𝑇 (7)
nilai ramalan. Untuk mendapatkan M periode ke
dengan 𝐯 ∇ = [𝑃1∇ , … , 𝑃𝑟∇ ]
depan, metode V-forecasting menggunakan
prosedur M+L-1 langkah. Tujuannya untuk 2. Hitung operator linier untuk R-forecasting
melihat kesesuaian variasi di bawah M langkah, 𝚷𝑋∆
𝑃(𝑣) 𝑋 = [ 𝑇 ] (8)
sehingga metode ini memiliki L-1 langkah ℜ 𝑋∆
tambahan. 𝑋∆ merupakan vektor yang berisi L-1
komponen akhir dari vektor X
a. Algoritma Peramalan Metode Rekuren
3. Hitung nilai 𝑍𝑖
SSA (R-forecasting)
𝑋̂𝑖 untuk i= 1,..., K
Algoritma peramalan dengan R-
forecasting adalah sebagai berikut: 𝑍𝑖 = 𝑃(𝑣) 𝑍𝑖−1 untuk i= K+1,..., K+M+L-1
1. Penaksiran koefisien LRF (𝑟1 , 𝑟2 , … , 𝑟𝑑 ) 4. Hitung diagonal averaging dari matriks
digunakan eigenvector yang diperoleh dari 𝐙 = [𝐙𝟏 , … , 𝐙𝐊+𝐌+𝐋−𝟏 ]. Diagonal
langkah Singular Value Decomposition. averaging yang diperoleh memiliki deret
Dengan 𝑃 = (𝑝1 , 𝑝2 , … , 𝑝𝐿−1 , 𝑝𝐿 )𝑇 ,𝑃𝑉̅ = 𝑔0 , … , 𝑔𝑁+𝑀+𝐿−1 .
(𝑝1 , 𝑝2 , … , 𝑝𝐿−1 )𝑇 , 𝜋𝑖 komponen 5. M nilai baru hasil peramalan metode
terakhir dari vektor (𝑝1 , 𝑝2 , … , 𝑝𝐿−1 , 𝑝𝐿 ), vektor adalah 𝑔𝑁 , … , 𝑔𝑁+𝑀+1 .
dan 𝑣 2 = ∑𝐿−1 2
𝑖=1 𝜋𝑖 maka koefisien LRF
(vektor R) dapat dihitung dengan
3.4 Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
persamaan:
1
Salah satu ukuran untuk membandingkan
ℜ = (𝑟𝑙−1 , … , 𝑟1 ) = ∑𝐿−1 𝜋 𝑃𝑉̅ (6) akurasi ramalan adalah MAPE, yang dirumuskan
1−𝑣 2 𝑖=1 𝑖 𝑖
2. Dalam metode rekuren ini, deret waktu sebagai berikut:
𝐻
yang digunakan adalah deret hasil 1 𝑒ℎ
rekontruksi yang diperoleh dari hasil 𝑀𝐴𝑃𝐸 = ( ∑ | |)
𝐻 𝑍𝑇+ℎ
diagonal averaging, kemudian ditentukan ℎ=1
1 𝐻 𝑍 −𝑍̂
M buah titik baru untuk ramalan. Sehingga = ( ∑ℎ=1 | 𝑇+ℎ 𝑇+ℎ|) × 100% (9)
𝐻 𝑍𝑇+ℎ
akan terbentuk deret hasil peramalan, yaitu
𝐺𝑁+𝑀 = (𝑔1 , … , 𝑔𝑁+𝑀 ) berdasarkan Dimana:
rumus dibawah ini: H: Banyaknya observasi yang diramalakan
𝑥̃𝑖 untuk i = 0, ..., N (outsample)
𝐿−1
𝑔𝑖 = ∑𝑗=1 𝑟𝑖 𝑔𝑖−1 untuk i = N + 1, ..., N+M T: Banyaknya observasi yang diuji (insample)
Dimana 𝑔𝑁+1 , … , 𝑔𝑁+𝑀 adalah hasil
ramalan dari SSA.

17
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

Data

Identifikasi

Pembentukan
matriks
Decompositio Haenkel
n
Singluar Value
Decompositio
n (SVD)

Tidak Grouping Tidak


Reconstructio
n
Diagonal
Averaging

Evaluasi
Peramalan

Ukuran Ketepatan Uji Keandalan


Peramalan? Peramalan?

Ya Peramalan Ya

Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian Gambar 2. Plot dan ACF Produksi Bawang
Merah Indonesia Januari 2006-Desember 2015

3.5 Tracking Signal


Tracking signal merupakan ukuran 4.1 Identifikasi Data
toleransi yang dapat digunakan untuk Berdasarkan plot data produksi bawang
menentukan kemungkinan digunakannya hasil merah Indonesia dari bulan Januari 2006 hingga
peramalan tersebut yang memperkirakan apabila Desember 2015, produksi bawang merah di
pola dasar berubah. Nilai-nilai tracking signal Indonesia memiliki fluktuasi yang tajam [12],
berada diluar batas yang diterima, yaitu ± 5 maka [13], [14]. Hal ini terlihat dari turun naiknya
model peramalan harus ditinjau kembali dan produksi bawang merah dengan ekstrim. Pada
akan dipertimbangkan model baru [10]. Dengan plot ini pola musiman tidak nampak dengan
perhitungan sebagai berikut: jelas, namun bila dilihat dari ACFnya nampak
jelas bahwa data produksi bawang memiliki
∑𝑛
1 𝑒𝑛 pola musiman.
𝑇𝑟𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 = |𝑒𝑛| (10)
∑𝑛
1 Selain dengan melihat plot dan ACF,
𝑛
identifikasi data musiman dilakukan dengan
4. Hasil dan Pembahasan analisis spektral. Dari hasil perhitungan analisis
spektral menunjukkan bahwa data memiliki
Pada bagian ini akan dilakukan peramalan
produksi bawang merah Indonesia dengan pola musiman dengan periode 12. Periode inilah
metode Holt-Winters dan Singular Spectrum yang akan digunakan dalam perhitungan SSA.
Analysis. Pada perhitungannya menggunakan
program R versi 3.3.2. Peramalan dalam SSA 4.2 Peramalan Produksi Bawang Merah
dilakukan dalam 2 metode yaitu R-forecasting Indonesia dengan Metode Holt-Winters
dan V-forecasting kemudian ketiga metode Di dalam metode Holt-Winters terdapat
tersebut dibandingkan ketepatan dan keandalan tiga parameter, yaitu level (α), trend (β), dan
peramalannya. Untuk mengukur ketepatan efek musiman (γ). Dalam penelitian ini akan
peramalannya digunakan Mean Absolute digunakan metode Holt-Winters additif. Dengan
Percentage Error (MAPE) dan untuk mengukur menggunakan software R 3.3.2 diperoleh nilai α
keandalannya dengan tracking signal. = 0.1, β= 0.001 dan γ=0.5 yang memiliki
MAPE terkecil. Pada Gambar 3 terlihat bahwa
nilai fitted dan nilai observed (aktual) hampir
mendekati dan mengikuti pola yang sama. Hal
ini menunjukkan metode Holt-Winters layak
digunakan untuk data produksi bawang merah
Indonesia.

18
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167
Component norms

10^6.5

10^6.0

norms
10^5.5

10^5.0

0 10 20 30 40

Gambar 3. Holt-Winters Method for Produksi Index

Bawang Merah Indonesia Gambar 4. Plot Eigenvalue

4.3 Peramalan Produksi Bawang Merah Tahap selanjutnya, yaitu SVD yang akan
Indonesia dengan Singular Spectrum menghasilkan 39 eigentriple dari matriks 𝐒 =
Analysis 𝐗𝑿𝑻 . Eigentriple ini terdiri dari singular value,
Dalam proses Singular Spectrum Analysis eigenvector, dan principal component. Nilai
terdapat dua langkah, yaitu Dekomposisi dan eigentriple ini digunakan untuk memisahkan
Rekontruksi. Dekomposisi terdiri Embedding komponen, sehingga komponen ini dapat
dan Singular Value Decomposition (SVD). dikelompokan. Hal ini dapat dilihat pada
Sedangkan tahap Rekontruksi terdiri dari gambar 4.
Grouping dan Diagonal Averaging. Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui
Pada proses embedding menentukan nilai banyaknya grouping, langkah selanjutnya
𝑁 adalah melakukan identifikasi komponen-
window length (L), dengan 2 < 𝐿 < . Melalui
2 komponen. Berdasarkan gambar 5, eigenvector
Trial dan Error dilakukan pemilihan nilai L
pertama memiliki pola tren, eigenvector 2 dan 3
dengan sofware R dengan nilai MAPE
diidentifikasi sebagai pola siklik. Eigenvector
minimum. Nilai L=39 memiliki nilai MAPE
4-21 menunjukkan pola musiman, sedangkan
minimum sehingga diperoleh matriks lintasan
sisanya dianggap noise. Untuk melakukan
yaitu matriks Hankel C berdimensi 39 x 39,
identifikasi visual komponen periodik, tidak
seperti berikut :
dapat ditentukan hanya dengan melalui plot
𝐶0 𝐶1 … 𝐶38 saja, namun akan dilakukan melalui pengujian
𝐶 𝐶 … ⋮
𝐶39𝑥39 = [ 1 2 ⋱ ] musiman dengan analisis spektral.
⋮ ⋮ 𝐶75 Dari informasi eigentriple yang terbentuk,
𝐶38 … 𝐶75 𝐶76 dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 group yaitu
… trend, siklis, season1, season2, season3, season
48884 40983 39997 4, dan season 5, serta noise. Untuk melihat
40983 34691 … ⋮
𝐶39𝑥39 =[ ⋱ ] keterpisahan komponen-komponen, dapat
⋮ ⋮ 104847 dilihat pada gambar 5. Dari gambar 6, besarnya
39997 … 104847 92480 korelasi ditunjukkan oleh gradasi warna dari
warna muda hingga tua. Semakin tua warnanya
Selanjutnya mendapat nilai K=N-L+1, sehingga semakin tinggi korelasinya. Dari matriks diatas
pada proses Singular Value Decomposition terlihat bahwa tren, siklik dan season 2 tidak
(SVD) akan membuat matriks dengan ordo berkorelasi dengan komponen lainnya, season 4
LxK. Salah satu unsur pada tahap ini adalah dan season 5 menunjukkan adanya korelasi
adanya nilai singular value yang merupakan antar komponen, namun korelasi tersebut tidak
akar kuadrat eigenvalue. terlalu dalam. Sehingga, group yang terbentuk
dianggap sudah baik.

19
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

Gambar 5. Eigenvectors Gambar 7. Outsample, Hasil Ramalan Holt-Winters,


R-forecasting dan V-forecasting
W-correlation matrix

Selanjutnya akan dilihat keakuratan hasil


Season5
peramalan dengan menggunakan nilai MAPE.
Season4 Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa hasil
Season3
keakuratan peramalan dari metode Holt-Winters
sebesar 13,469%. Sedangkan metode rekuren
Season2
sebesar 15,625 % dan metode vektor sebesar
Season1 14,295 %. Kriteria MAPE menurut [10] yaitu,
Siklik
(i) <10 % peramalan sangat akurat, (ii) 10-20 %
peramalan akurat, (iii) 20-50% peramalan
Trend
cukup akurat, (iv) <50% kurang akurat.
Trend Siklik Season1 Season2 Season3 Season4 Season5 Menurut MAPE kriteria Lewis, ketiga metode
peramalan tersebut, termasuk ke dalam kategori
Gambar 6. Matrik W-Correlation peramalan akurat. Namun, hasil pengujian
menunjukkan metode Holt-Winters memiliki
4.4 Perbandingan Peramalan dengan MAPE lebih kecil dibandingkan metode
Metode Holt-Winters, Metode Rekurren rekuren dan metode vektor. Dengan demikian,
SSA dan Metode Vektor SSA peramalan produksi bawang merah Indonesia
lebih akurat jika menggunakan metode Holt-
Gambar 7 menyajikan grafik outsample Winters.
dan hasil ramalan produksi bawang merah
Indonesia untuk 12 bulan ke depan dengan Tabel 1. Keakuratan Hasil Ramalan
menggunakan metode R-forecasting dan V- Metode Peramalan MAPE
forecasting. Outsample dengan garis hitam,
hasil ramalan metode Holt-Winters dengan Rekuren (R-Forecasting) 15.625
garis warna hijau, hasil ramalan R-forecasting
dengan garis merah dan hasil ramalan V- Vektor (V-Forecasting) 14.295
forecasting dengan garis biru. Dari gambar
tersebut, terlihat bahwa peramalan produksi
Holt-Winters 13.469
bawang merah Indonesia untuk 12 bulan ke
depan dengan metode Holt-Winters dan metode Dari Gambar 8 menunjukkan tracking
rekuren (R-forecasting) serta metode vektor (V- signal hasil peramalan produksi bawang merah
forecasting), terdapat sedikit perbedaan. Jika 12 bulan terakhir dengan menggunakan metode
dibandingkan dengan data outsample, hasil Holt-Winters, metode R-forecasting dan metode
ramalan metode Holt-Winters lebih mendekati V-forecasting. Besarnya nilai-nilai tracking
nilai dari outsample. signal dari 12 periode waktu yang diramalkan
berada pada batas toleransi yang bisa diterima,
yaitu ±5 (Bovas dan Ledolter, 1983). Ini
20
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

menunjukkan bahwa metode peramalan masih 5. Kesimpulan


bisa digunakan untuk meramalkan M waktu ke Berdasarkan fenomena data produksi
depan. bawang merah Indonesia dapat disimpulkan
bahwa data produksi bawang merah Indonesia
merupakan data musiman dengan periode 12.
Hasil trial dan error menghasilkan window
length = 39. Hasil MAPE menunjukkan bahwa
metode R-forecasting dan V-forecasting serta
Holt-Winters menghasilkan peramalan dengan
kategori akurat, namun Holt-Winters lebih akurat
dibandingkan R-forecasting dan V-forecasting.
Uji keandalan melalui tracking signal
menunjukkan bahwa metode peramalan masih
bisa digunakan untuk meramalkan M waktu ke
Gambar 8. Tracking Signal Holt-Winters, R- depan. Produksi bawang Merah pada tahun 2016
forecasting dan V-forecasting
akan mencapai puncaknya pada bulan Januari
2016 dan pada bulan Maret 2016 saat bawang
Berdasarkan tabel 2, dengan metode Holt- merah mengalami produksi terendah dalam
Winters produksi bawang Merah pada tahun setahun. Pada bulan Maret produksi bawang
2016 akan mencapai puncaknya pada bulan merah mengalami kekurangan sebesar 18 ribu
Januari 2016. Metode tersebut meramalkan ton, sedangkan pada bulan Januari mengalami
bulan Maret 2016 saat bawang merah surplus sebesar 53 ribu ton. Selain bulan Maret,
mengalami produksi terendah dalam setahun. pada bulan Februari dan Desember juga
Pada bulan Maret produksi bawang merah mengalami kekurangan masing-masing sekitar 9
mengalami kekurangan sebesar 18 ribu ton. ribu ton dan 4 ribu ton, namun pada bulan-bulan
Namun pada bulan Januari mengalami surplus yang lain mengalami surplus, sehingga
sebesar 53 ribu ton. Selain bulan maret, pada kebutuhan bawang merah untuk satu tahun masih
bulan Februari dan Desember juga mengalami bisa terpenuhi.
kekurangan masing-masing sekitar 9 ribu ton
dan 4 ribu ton, namun pada bulan-bulan yang Referensi
lain mengalami surplus, sehingga kebutuhan
bawang merah untuk satu tahun masih bisa [1] Latarang, Burhanuddin, dkk. Pertumbuhan
terpenuhi. Dan Hasil Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk
Tabel 2. Hasil Ramalan Produksi Bawang Merah Kandang, Journal Agroland 13(3), September
Tahun 2016 dengan Metode Holt-Winters (2006) 265-269
Hasil Ramalan [2] Golyandina N., Nekrutkin, V., Zhigljavsky A.
Bulan Analysis of Time Series Structure: SSA and
(dalam ton)
Related Techniques. Chapman & Hall/crc
Januari 133752.63
(2001)
Februari 71609.98
[3] Croux, C., Gelper, S. & Fried, R.
Maret 62206.55
Computational aspects of robust Holt-Winters
April 83141.05 smoothing based on M-estimation. Appl Math
Mei 91047.23 (2008) 53: 163.
Juni 116373.16 [4] Coghlan, Avril. A Little Book of R For Time
Juli 112312.77 Series Release 0.2. Parasite Genomics Group,
Agustus 118085.74 Wellcome Trust Sanger Institute, Cambridge,
U.K. (2017)
September 98538.70
Oktober 97892.98 [5] Hassani, Hossein. Singular Spectrum
Analysis: Methodology and Comparison.
November 82314.93
Journal of Data Science 5 (2007) 239-257
Desember 76112.33
21
JURNAL MATEMATIKA “MANTIK”
Vol. 03 No. 01. Mei 2017.
ISSN: 2527-3159 E-ISSN: 2527-3167

[6] Montgomery, D. C, Introduction to Time


Series Analysis and Forecasting, 2nd Edition,
2008
[7] Sakinah, A.M.. Perbandingan Stabilitas Hasil
Peramalan Suhu dengan R-Forecasting dan
V-Forecasting SSA untuk Long-Horizon.
Tesis. Universitas Padjadjaran, Bandung.
2012.
[8] Golyandina N., Zhigljavsky A.. Singular
Spectrum Analysis for Time Series. New
York: Springer (2013)
[9] Darmawan, G., Hendrawati T., Arisanti R.,
Model Auto Singular Spectrum Untuk
Meramalkan Kejadian Banjir di Bandung dan
Sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika
UNY 2015. November (2015) 457-462,
Yogyakarta
[10] Amalia, S.N. Peramalan Singular Spectrum
Analysis dengan Missing Data. Tesis.
Universitas Padjadjaran, Bandung. 2016.
[11] Darmawan, G.Identifikasi Pola Data Curah
Hujan Pada Proses Grouping dalam Metode
Singular Spectrum Analysis. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY 2016.
November (2016) 127-132, Yogyakarta
[12] Kementerian Pertanian. Outlook Bawang
Merah 2013. Diambil dari
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-
outlook/260-outlook-komoditas-bawang-
merah-2013 pada tanggal 5 Maret 2017
[13] Kementerian Pertanian. Outlook Bawang
Merah 2015. Diambil dari
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-
outlook/76-outlook-hortikultura/356-
outlook-bawang-merah-2015 pada tanggal 5
Maret 2017
[14] Kementerian Pertanian. Outlook Bawang
Merah 2016. Diambil dari
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-
outlook/76-outlook-hortikultura/426-
outlook-bawang-merah-2016 pada tanggal 5
Maret 2017
[15] Suwandi, Adi, dkk.. Peramalan Data Time
Series Dengan Metode Penghalusan
Eksponensial Holt-Winter. Jurnal Universitas
Hassanudin, Makasar. 2014.

22

Anda mungkin juga menyukai