Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN DATA iKLIM UNTIJK

EVALUASI KEKERINGAN DENGAN


MENGGUNAKAN INDEKS PAlMER
Oleh : Sudibyakto •

ABSTRACT

Tbe aim of this research was to evaluate the drought severity using the Palmer's
· Drought Index. Tbe study area covers from the coastal area, low land area, aruJ. the
Central java. Data used in this study were mean monthly rainfall dan temperatt(re in
the period of 1972 to 1976, and soil wateravalibility. Rainfall data was derived from 69
stations. Tbe water galance concept of two soil/ayers was used in the prediction of the
droughness.
Tbe results show that in the forested area with clayed soil the drought severity was
lately after a month eith no rainfall. However, the correlation coefficient ( r) of rainfall
and drought index was higher than a lagcorrelation coefficient (rL). The feasibility of
drought index should be verifwd by using the agricultural production of rainfed areas
and the flooded areas.

INTISARI

Tujuan penelitian ini ialah mengevaluasi tingkat kekeringan di daerah Kedu


Selatan, ]awa Tengah dengan menggunakan Indeks Palmer, dengan harapan agar
dapat diperoleh gambaran hubungan antara curah hujan dan indeks kekeringan.
Data yang digunakan adalah curah hujan dan suhu udara rataan bulanan selama 5
tahun (antara 1972 dan 1976) dan air tanah yang tersedia pada kedua lapisan tanah
atas. Data hujan diambil dari 69 stasiun penakar hujan biasa. Data klimatologi
diperoleh dari stasiun Sempor dan basil akhir berupa Peta Indeks kekeringan.

Hasil flerhitungan indeks kekeringan atas data hujan di suatu lokasi menimbulkan
indeks yang terlalu basab atau terlalu kering dari keadaan normalnya untuk di suatu
tempat. Hubungan dua deret waktu antara hujan dan indek kekeringan menunjukkan
bahwa daerah yang berhutan dengan kondisi tanahnya berupa tanah liat, timbulnya
kekeringan mengalami kemunduran setelah beberapa bulan tidak terjadi hujan.

Forum Geografi No. 12Th. VII I J u 1i 1993 11


Sebag~n besar-koeftsien korelasi (r) menunjukkan nilai yang lebtb besar darlpada
koe.fisien korelasi-lag (rL), kecuali di daerab yang mempunyat kawasan butan cukup
luas.
..
Ke~yakan P_eta Indeks kekeringan dapat dtkaitkan dengan penunman produksi
pertantan (padt ladang) dan peristiwa banjiryangpernab terjadi di daerab penelitian.

PENDAHUWAN berganti dan bahkan selalu mengancam


beberapa daerah di Indonesia.
Latar Belakang Kekeringan yang terjadi tahun 1972
khususnya di daerah Kedu Selatan
Manfaat basil analisis data cuaca sebagai akibat berkurangnya curah
iklim terutama di bidang pertanian hujan masih belum dapat diketahui
akhir-akhir ini semakin dirasakan tingkat kekeringannya. Palmer (1965)
rnanfaatnya di Indonesia sehubungan telah mencoba memanfaatkan data iklim
dengan usaha mencapai kecukupan berupa curah hujan, suhu udara, dan
pangan bagi penduduk. Iklim seperti kelengasan t?-11ah sebagai peubah
halnya dengan laban harus dipandang penduga tingkat kekeringan di suatu
sebagai salah satu sumberdaya, tetapi wilayah yang selanjutnya disebut Indeks
iklim merupakan salah satu sumberdaya kekeringan (Drought Index).
alam yang sukar untuk dirnanipulasi Indeks Kekeringan ini dapat
(Rijks; 1979). digunakann sebagai salah satu ukuran
Dari beberapa faktor penentu basil untuk menentukan perubahan tingkat
tanarnan, cuaca dan iklim merupakann kekeringan pada suatu daerah. Metode
faktor yang belum dapat dikendalikan. tersebut yang menggunakan prinsip
Manusia hingga saat ini hanya rnampu neraca air telah digunakan meluas di
mengusahakan penyesuaian ke - Amerika Serikat dan di beberapa
giatannya terhadap faktor ini kawasan dunia. Hasil yang dilaporkan
(Chambers, 1979). Lebih jauh Rijk (1979) penunjukkan keadaan yang tidak terlalu
menyatakan bahwa sifat cuaca dan iklim menyimpang dari keadaan sebenamya
di daerah tropika, fluktuasinya akan (Hounam et at, 1975).
berpengaruh langsung pada produksi Memperhatikan uraian di atas, telah
pertanian. dilakukan suatu penelitian untuk
Salah satu unsur terpenting dalam mengevaluasi sebaran tingkat
pencirian iklim suatu daerah adalah air, kekeringan yang pernah terjadi di
ia merupakan sumberdaya alam yang daerah Kedu Selatan, Jawa Tengah
bersumber pada hujan. Menyadari dengan menggunakan Indeks Palmer.
bahwa agihan hujan selalu tidak pernah Daerah ini meliputi tiga zone, morfologi,
merata di setiap tempat dan waktu, yaitu zone beting pantai, zone dataran
maka akan terjadi perbedaan tingkat pantai, dan daerah lereng selatan
kekeringan antara satu tempat dengan pegunungan Serayu. Perbedaan
tempat lainnya. topografi lokal, elevasi, jarak dari laut,
Banjir dan kekeringan sebagai akibat jenis tanah, dan perbedaan vegetasi
perubahan musim merupakan dua (penggunaan lahan) akan mencirikan
kejadian alam yang kejadiannya silih

12 Forum Geografi No. 12Th. VII I J u I i 1993 -


1

suatu tempat berbeda tingkat ke- berskala 1: 250.000, peta iklim, dan
keringannya terhadap tempat lainnya. peta jaringan poligon Thiessen.

Pengolahan data sebagian


Tujuan dan Manfaat Penelitian dikerjakan bantuan komputer. Selain itu
diperlukan pula data air tersedia
Tujuan penelitian ini antara lain ialah: (availability water) dari setiap tanah
1. Mengevalusai kekeringan di daerah yang mempunyai perbedaan tekstur
Kedu Selatan dengan menggunakan tanah dan vegetasi.
lndeks Palmer.
2. Memperoleh gambaran hubungan Metode Penelitian
antara curah hujan dan Indeks
Kekeringan. Data curah hujan, suhu udara, dan
Hasil penelitian ini diharapkan air tariah tersedia sebagai masukan
berguna bagi usaha pengembangan pertama pada komputer. Program
pertanian di daerah Kedu Selatan dan komputer meliputi tiga tahap
dapat pula dijadikan bahan perhitungan, yaitu (1) perhitungan
pertimbangan untuk pembuatan Peta neraca air, (2) perhitungan koefisien
Indeks kekeringan di Indonesia. Dengan "iklim", dan (3) perhitungan i,rldeks
melihat Peta Indeks kekeringan dapat kekeringan. ~
diketahui lebih cepat daerah-daerah Setiap stasiun hujan mewakili luasan
yang kekurangan air maupun yang daerah tertentu yang dibatasi oleh
kelebihan air. poligon, sedangkann suhu udara
digunakan untuk menghitung
BAHAN DAN METODE evapotranspirasi potensial metode
Thomthwaite. Pendugaan air tersedia
Data dan Pera.latan dalam tanah didekati dengan cara
sebagai berikut:
]enis data yang diperlukan dalam 1. Tampalkan tiga peta yang berskala
penelitian ini adalah: sama dengan urutan dari bawah ke
1. Curah hujan dan suhu udara rataan atas adalah peta penggunan lahan,
bulanan selama 5 tahun peta tanah dan peta jaringan
(1972-19760. Data hujan diperoleh poligon,
dari 69 stasiun yang tersebar di 2. Menghitung luas setiap bentuk
daerah penelitian, sedang data suhu penggunaan lahan pada suatu
udara diperoleh dari stasiun poligon dengan memper -
Sempor. tirnbangkan tekstur tanahnya,
2. Jenis tanah (terutama tekstur tanah) 3. Berdasarkan tekstur tanah, maka
dan penggunaan lahan. dapat ditentukan air tanah tersedia
3. Sistem pola tanam dan data (satuan mm/m) . Dengan
produksi pertanian. memperhitungkan setiap ke-
4. Elevasi dan letak lintang setiap dalaman lapisan tanah, maka air
stasiun penakar hujan. tersedia pada masing-masing
5. Ber00gai peta, antara lain ialah peta lapisan tanah dapat diketahui
topografi berskala 1: 50.000, peta (satuan dalam mm).
tanah dan peta penggunaan lahan

Forum Geografi No. 12Th. VII I J u 1 i 1993 13


Dasar Pemikiran metode Palmer koefisien korelasinya. Menurut
Konsep neraca air digunakan oleh Panofsky dan Brier 0958) rumus yang
Palmer untuk menentukan indeks diguakan adalah korelasi-silang
kekeringan. Dalam analisisnya Palmer (cross-correlations) atau dengan lag
menggunakan model dua lapisan tanah. cross-correlations.
Parameter yang dimasukkan adalah Rumus yang digunakan adalah:
curah hujan, evapotranspirasi potensial,
da air tanah tersedia. Nilai potensial juga P (t) . XC (t) -YID. X"W
diperlukan bagi limpasan (runofO, r = -----------------------------------
pegisian lengas tanah (recharge), dan sp. SX
kehilangan air (loss). Hasil perhitungan dan
neraca air digunakan untuk men~ntukan Pt . X t + L - P (tO . X (t)
keempat koefisien bulanan, yaitu rL =
koefisien evapotranspirasi ( a ), sp. SX
koefisien "recharge" ( p ), koefisien
limpasan ( Y ), kefisien ... /3 .se" ( S ), dan ada pun:
karakteristik iklim ( K ). r : koefisien ,korelasi
Sedangkan konsep yang mendasari rl : koefisie,n korelasi-lag
batasan kekeringan adalah bahwa curah P(tO : curah hujan pada waktu ke-t
hujan yang dibutuhkan untuk mencapai X(t) : indek kekeringan pada waktu ke-t
keadaan normal pada suatu periode Xt+ L : indeks kekeringan pada waktu ke
tertentu di suatu tempat ditentukan oleh t+L
rataan "iklim" dan kondisi cuaca selama sp : simpangan baku data curah hujan
dan sebelum periode yang telah sx : simpangan baku data indeks
ditentukan. Perbedaan nilai antara curah kekeringan
hujan teratur dan basil perhitungan
digunakan sebagai ukuran Verifikasi Peta Indeks
penyimpangan dari keadaan normal Kekeringan
(Palmer 1%5). Veritifikasi (pengujian) Peta Indeks
Kekeringan yang dihasilkan dilakukan
Metode Penggambaran terhadap data produksi pertanian
Peta Indeks Kekeringan pada (khususnya produksi padi ladang)
bulan-bulan tertentu dibuat berdasarkan maupun peristiwa banjir dan serangan
nilai (indeks) kekeringan dari 69 statiun. hama-penyakit tanaman yang pernah
Penarikan garis "iso-kekeringan" disebut terjadi di daerah peneltian.
dengan metode interpolasi linear. Pada
daerah-daerah yang bergelombang,
penggambarannya dilakukan dengan BASIL DAN PEMBAHASAN
mempertimbangkan faktor topografi
dan faktor lingkungan fisik lainnya. Pola Indeks kekeringan

Secara umum kekeringan yang


Hubungan antara Curah Hujan terjadi pada tahun 1972 mencapai
dan Indeks Kekeringan puncaknya pada bulan Oktober dan
Keeratan hubungan antara kedua Nopember. Curah hujan menurun
peubah terse but di atas ditunjukkan oleh

14 Forum Geografi No. 12Th. VII I J u 1 i 1993


r.ur ~h llu j;tn
.,
-- - ---·-·------------------- ------ ----

Gambar 1.
Hubungan antara Curah Hujan dan Indeks Kekeringan antara Tahun
1972-1976 (a) Stasiun Mirit dan (b Stasiun Kuwarasan

jumlahnya mulai Februari dan bahkan


tidak terajdi hujan terus-menerus selama Pada gambar la dan lb di atas
4 bulan. Hal ini mengakibatkan indeks nampak ada kecenderungan yang
kekeringan mencapai nilai negatip hampir sama antara fluktuasi curah
terbesar (terkering). Bila nilai indeks hujan dan indeks kekeringan. Korelasi
kekeringan nol dianggap sebagai kedua pubah tersebut dihitung dengan
keadaan normal, maka indeks keadaan rumus korelasi . silang. Pada gambar
basah atau keadaan kering mencapai tersebut juga terlihat bahwa pengaruh
maksimum terjadi di Wadaslintang yaitu curah hujan pada waktu ke-t barn akan
sebesar + 75 (Nopember 1975) dan -26 nampak pengaruhnya terhadap indeks
(Nopember 1972). kekeringan pada waktu ke t+ 1. Dengan
Untuk mengetahui pengaruh curah mengambil asumsi tenggang waktu
hujan terhadap inde~s kekeringan, (time-lag) paling lama di daerah
diibuatkan suatu grafik fluktuasi curah penelitian satu bulan, maka dalam
hujan dan indeks kekeringan di perhitungan dilakukan terhadap jumlah
beberapa stasiun terpilih dari tahun 1972 clara N-1. Gejala kemunduran pengaruh
hingga 1976. Gambaran ini merupakan tersebut dijumpai di daerah Somogede,
dua deret berkala (time series) yang yaitu kekeringan yang terjadi akhir
dapat dihitung koefisien korelasinya. tahun 1973 dan akhir tahun 1976. Dalam
Salah satu contoh disajikan pada gambar kasus seperti ini korelasinya dihitung
la dan lb. dengan rumus lag cross-correlations.
Selanjutnya untuk mengetahui korelasi
yang tertinggi antara r dan rL dapat
dilihat pada Tabel 1.

Forum Geografi No. 12 Tb. Vll I J u I i 1993 15


Tabell.
Koefisien Korelasi antara Curah Hujan
dan Indeks Kekeringan di Beberapa
Stasiun di Kedu Selatan

Nama Stasiun r rL

Wawas/Mirit 0.57 0,55


Kuwarasan 0.65 0,54
Jrakah 0,48 0,43
Somogede ... 0,56* 0,61•
Wadaslintang 0,66 0,54
Sapuran 0,72 0,71

• rL > r

Sebagian besar nilai r selalu lebih Kalau serangan hama dan penyakit
tinggi daripada nilai rL, kecuali di dapat di atasi dengan memberikan
Somogede. Hal ini berarti bahwa insektisida dan pestisida, kebanjiran
kekeringan yang terjadi di Somogede dapat diatasi dengan membuat saluran
timbulnya lebih lambat dibandingkan drainase, rnaka irigasi dilakukan untuk
dengan daerah-daerah lainnya. Peranan mengatasi kekurangan air. Namun
hutan dalam menjaga kelestarian air dari dalam prakteknya sistem irigasi ini tidak
waktu ke waktu nampak nyata sekali. dapat menjangkau seluruh daerah yang
Hutan di Somogede seluas 71 persen -membutuhkan air, sehingga masih
sedangkan daerah lainnya kurang dari terdapat daerah pertanian laban kering
50 persen, bahkan di beberapa tempat seluas 934,81 km2 atau kira-kira 33
tidak dijumpai hutan. persen luas dari daerah penelitian.
Salah, satu faktor yang dapat
Verifikasi Indeks Kekeringan dijadikan sebagai indikator kekeringan
Kekeringan yang pernah terjadi di daerah ini adalah menurunnya
tahun 1972 hampir dijumpai di seluruh produksi pertanian khususnya produksi
daerah penelitian. Williams dan josep padi ladang. Fluktuasi peroduksi padi
(1975) menyatakan bahwa salah satu ladang tahun 1969 hingga 1975 disajikan
faktor menurunnya produksi tanaman pada Tabel 2.
disebabkan oleh kekeringan. Namun
tidaklah selalu demikian, masih banyak
faktor yang mempengaruhinya ,
misalnya serangan hama/ penyakit,
banjir (genangan), maupun malapetaka
yang tak diduga sebelumnya.

16 Forum Geografi No. 12Th. VII I J u I i 1993


Tabel 2. Luas Panen, Rataru1 Produksi, dan Produksi
Padi Ladang di Kabupaten Kebumen da~
Purworejo dari Tahun 1969-1975a)

Tahun Kabupaten Kebumen Kebupaten.Purworejo

Luc.s Rataan Froduksi Luas Rataa11 Froduksi


Pan en Produksi Par1en Produksi
(ha) ( k~1/ha) ( kr'"7) (ha) (kw/ha) (ln<l)

1968 2.611 16,40 42 .820 6~~


vv 16,40 10.381
1970 4.722 16,76 79 .141 821 16,76 13 .760
1971 3.602 16,16 58.183 --861 19 , 08 16.423
1872 1.663 1!3,05 31. 682*) 647 17.24 11.154*)
1973 .5.833 20,56 119.925 601 25,28 15.191
1874 2.318 19,68 4.5 . 610 522 22,73 11 .870
1975 2.304 26,78 6.1.. 710 403 22,06 8.880
,.
------------ - --- ---- --- ----- - -- ---- -- -~--- --- - ------- ~ ---
a)- Dinas Pertanian Kab. Kebumen dan Kab. Furworej o
- Biro Pusat Stat istik, Jakarta
*) T~rjadi penur-unan produksi

Penurunan produksi padi ladang KESIMPUIAN


tahun 1972 diduga disebabkan oleh
kekeringan yang meluas di dae rah Hasil penggambaran dua deret
penelitian. Hal ini dapat dilihat pada waktu (curah · hujan dan indeks
Gambar 2. Sedangkan penurunan kekeringan ) menunjukkan
produksi padi ladang tahun 1974 dan kecenderungan fluktuasi yang hampir
1975 diduga sebagai akibat kelebihan air sama. Daerah-daerah yang sebagian
(banjir). Meskipun penurunan produksi besar wilayahnya tertutup hutan akan
padi ladang di Purworejo tidak setajam mengakibatkan kemundura n waktu
yang terjadi di KebumeQ. timbulnya kekeringan. Namun koefisien
Proyek Serbaguna Kedu Selatan korelasi kedua cubah tersebut untuk
(Proyek Karangsambung) pernah nilai r selalu lebih tinggi daripada rL,
memetakan daerah genangan banjir kecuali di daerah Somogede.
tanggal 23 Nopember 1974 Clihat Hasil verifikasi Peta Inde ks
Gambar 3). Kejadian ini dapat pula kekeringan dapat dikaitkan dengan data
dijadikan petunjuk bahwa penurunan produksi pertanian (padi ladang) dan
peroduksi pa~i ladang kemungkinan perisitiwa banjir yang pernah terjadi.
disebabkan oleh banjir yang melanda
daerah ~rsebut.

Forum Goografi No. 12 Tb. VII I J u 1 i 1993 17


DAFfAR PUSTAKA

Chambers, R.E. , Kisdarto, dan M. Bl. de Rozari. 1979. Tboughtonagroclimatological


classiftcation. Makalah No. 22 dalam Simposium Meteorologi Pertanian, Bogor.,
Haunam, C.E. et. al. 1975. Drought and Agriculture . Technical Note No. 138. WHO
No. 392m Geneva.
Palmer, W.C. 1965. Meteorological Drought. Research Paper No. 45 . US-Weather
Bureau. Washington D.C.
Panofsky, H. A. and G .W. Brier. 1958. Some Applications of Statistics to
Meteorology. University Park, Pennsylvania.
Rijks, ].Q. 1979. Agrometeorology for Agriculture with Minimum RainfaU.
Makalah dalam Simpsium Metee>rologi Pertanian, Bogor.
Sudibyakto. 1985. Evaluasi Kekeringan di Daerah kedu Selatan, jawa Tengah Dengan
menggunakan indeks Palmer. Tesis magister Sains. Fakultas Pascasarjana
IPB, Bogor.

18 Forum Geografi No. 12Th. VII I J u I i 1993

Anda mungkin juga menyukai