Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK I

I. Nomor Percobaan : IV (Empat)


II. Nama Percobaan : Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam
III. Tujuan Percobaan :
Mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi
(III) dan meramalkan ion tembaga yang dihasilkan.
IV. Dasar Teori
Stoikiometri adalah pembelajaran kuantitatif dari reaktan dan produk dari
suatu reaksi kimia.Satuan dari reaktan (atau produk) adalah mol, gram, liter atau
satuan lainnya, kita gunakan mol untuk menghitung jumlah dari produk yang
terbentuk dalam reaksi. Hal ini disebut dengan cara mol, yang dimana berarti
koefisien stoikiometri dalam suatu perhitungan kimia dapat diinterpretasikan
dengan jumlah mol dari setiap zat (Chang, 2008).
Jumlah dari reagen yang merupakan pembatas yang ada pada reaksi
menentukan jumlah yang akan terbentuk dari suatu reaksi, jumlah yang akan
terproduksi jika seluruh raegen yang melimitasi beraksi.Jumlah teori adalah
jumlah maksimum yang dapat didapatkan dari suatu reaksi secara prediksi yang
berdasarkan perhitungan matematis. Namun, hanya secara teori, ada banyak hal
yang membuat jumlah produksi yang sebenarnya akan berbeda dari jumlah secara
teori, biarpun reaksi yang terjadi, terjadi dengan sempurna (Chang, 2008).
Stoikiometri adalah aspek penting dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal
dari bahasa Yunani “stoicheon” yang berarti “unsur” dan “metron”, yang artinya
“untuk menghitung”.Arti sesungguhnya dari stoikiometri mengarah pada
perhitungan persamaan kimia dan rumus.Reaksi stoikiometri biasanya digunakan
untuk memperkirakan jumlah reaktan untuk menghasilkan produk atau bisa
ditafsirkan dengan cara lain, dimana jumlah produk yang diharapkan dan jumlah
yang sesungguhnya sebanding dengan reaktan, sejak informasi tentang hubungan
struktur antara reaktan dan produk dibutuhkan. Oleh karena itu, definisi
stoikiometri dideskripsikan sederhana sebagai alat untuk memahami keadaan dan
kekuatan massa atom dan juga hukum konversi massa(Wahab, 2016).
Nama yang dahulu digunakan uintuk besi (III) adalah ferric. Besi (III) florida,
klorida dan bromida dibuat dengan mencampurkan Fe dengan senyawa halogen.
Dalam fase padat, FeCl3 mengambil latticenamun pada fase gas mengandung
molekul yang berlainan, dimer dibawah 970 K dan monomer diatas 1020 K. FeCl 3
anhidrat membentuk hijau gelap higroskopis atau kristal hitam, akan terlarut
dalam air untuk membentuk larutan asam yang sangat kuat yang dimana hidrat
oranye coklat FeCl3.6H2O dapat dikristalkan.Triklorida sangat berguna dalam
kimia Fe (III) dan FeCl3 anhidrat dan FeBr3, digunakan sebagai katalis asam lewis
dalam mensintesis organik. FeBr3 anhidrat berpotensi menjadi cairan bewarna
merah coklat dan dapat terlarut dalam air. Struktur patannya mengadopsi struktur
BiI3, namun dalam fase gas, dimer molekul muncul. Besi (III) iodida
terdekomposisi, namun dalm kondisi inert yang dapat dituliskan dalam reaksi
berikut:
2FeI3 → 2FeI2 + I2
2Fe(CO)4I2 + I2 → 2FeI3 + 8CO
(Housecroft dan Sharpe, 2005).
Unsur transisi sering didefinisikan sebagai kelompok yang dimana unsur
unsurnya memiliki kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian . Namun, untuk maksud
praktis, yang akan dipandang sebagai unsur transisi adalah unsur yang memiliki
kulit kulit d dan f yang akan terisi sebagian juga dalam senyawa penting manapun
(Cotton dan Wilkinson, 1989).
Unsur transisi semuanya adalah logam, kebanyakan berupa logam-logam
keras yang menghantar panas dan listrik yang baik. Mereka membentuk banyak
senyawaan bewarna dan paramagnetik, karena kulit-kulitnya akan terisi sebagian.
Ion ferro [Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air,
dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ untuk analisis
volumetrik, dan sebagai zat pengkombinasi dalam pengukuran magnetik.
Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning
coklat bila dibiarkan di udara terbuka (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Tembaga merupakan logam yang kuat, lunak dan lentur, bewarna kemerahan
dan berada pada peringkat kedua dalam kemampuannya menghantarkan listrik
dan panas setelah perak.Tembaga banyak digunakan dalam banyak campuran
logam seperti kuningan dan dapat bercampur dengan emas.Logam ini hanya
teroksidasi sedikit di udara yang sering menghasilkan lapisan hidrokso karbonat
dan hidrokso sulfat yang bewarna kuning (Cotton dan Willkinson, 1930).
Tembaga bereaksi dengan oksigen pada saat merah membara atau pada
temperatur yang lebih tinggi untuk memberikan CuO atau Cu 2O, jika dengan
sulfur menjadi Cu2S atau suatu bentuk nonstoikiometri dari unsur ini.Tembaga
diserang oleh halogen namun tidak berpengaruh oleh asam lemah yang tidak
mengoksidasi atau yang tidak mengkompleksasi dalm keadaan tidak ada
oksigen.Tembaga terlarut dalam asam nitrat dan asam sulfat secara langsung
dengan kehadiran oksigen.Juga terlarut dalam larutan amonia, larutan ammonium
karbonat atau larutan kalium sianida dengan kehadiran oksigen.Tembaga juga
terlarut dalam larutan asam yang mengandung thiourea, yang dimana
menstabilkan tembaga sebagai suatu kompleks.Larutan asam thiourea juga
digunakan sebagai pelarut endapan tembaga dalam boiler (Cotton dan Willkinson,
1930).
Metode analisa secara titrasi menggunakan dasar berupa reaksi kimia seperti:
aA + tT → produk dimana, molekul a dari analit A beraksi dengan molekul t
dari reagen T. Reagen T disebut titran dan ditambahkan secara perlahan,
umumnya melalui buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui.
Penambahan titran dilanjutkan sampai jumlah dari T ekuivalen dengan A yang
telah ditambahkan, dan disebut dengan titik ekuivalen.Untuk mengetahui kapan
penambahan titran harus dihentikan dapat digunakan senyawa yang disebut
indikator, yang dimana bereaksi ketika terjadi penambahan titran yang berlebih
yang ditunjukkan oleh adanya perubahan warna.Perubahan warna ini mungkin
dapat dan juga tidak terjadi tepat pada titik ekuivalen, maka dari itu disebut titik
akhir.Titik akhir diharapkan benar-benar mendekati titik ekuivalen.Dengan
menggunakan suatu indikator yang tepat, dapat didapatkan titik equivalen dan
titik akhir yang benar-benar saling mendekati (Underwood dan Day, 1991).
Reaksi kimia yangbiasa dapat digunakan sebagai dasar dari titrasi antara lain,
titrasi asam-basa, titrasi oksidasi-reduksi, titrasi pengendapan dan titrasi
kompleksiometri. Untuk menjalankan suatu titrasi, reaksi harus memenuhi
beberapa syarat, diantaranya: reaksi harus berjalan sesuai dengan reaksi kimia
yang telah diketahui dan tidak ada reaksi sampingan, konstanta kesetimbangan
reaksi reaksi harus sangat besar atau berakhir pada titik ekuivalen, harus ada cara
untuk menentukan titik akhir atau ketika titik ekuivalen telah tercapai dan reaksi
diharapkan berjalan dengan cepat (Underwood dan Day, 1991).
Standarisasi larutan kalimum permanganat dalam titrasi permanganometri
menggunakan natrium oksalat seperti yang dikatakan oleh R.S. Mc Bride. Dalam
prosedur ini natrium oksalat dilarutkan dalam asam sulfat encer sebnyak 250 mL
dan dititrasi dalam suhu awal 80-90 °C dan suhu akhir tidak kurang dari 60 °C.
Dikatakan bahwa larutan harus diaduk secara terus menerus dan permanganat
tidak boleh ditambahkan terlalu cepat melebihi 10 atau 15 mL per menitnya dan
setiap tetes pada volume 1 mL terakhir harus ditambahkan setetes demi setetes
sampai setiap tetes berubah warna sepenuhnya(Fowler and Bride, 1935).
Menurut I.M. Kolthoff, prosedur yang digunakan oleh Mc bride yang diatas
dapat digunakan, hanya saja oleh I.M. Kolthoff tidak disebutkan kecepatan dalam
penambahan permanganat dalam titrasi hanya saja penambahan harus dilakukan
secara perlahan. Dikatakan bahwa analit terpengaruh oleh kecepatan dalam
penambahan permanganat, terutama pada saaat analit dalam kondisi panas(Fowler
and Bride, 1935).
Pengoksidasian oleh permanganat bergantung pada kesiapan yang dimana
mangan akan berubah menjadi senyawa mangan dengan valensi yang lebih
rendah.Dalam anion permanganat, MnO4-, mangan memiliki valensi positif
sebanyak 7. Umumnya, dalam larutan asam, permanganat akan tereduksi menjadi
kation mangan bivalen, sesuai dengan hilangnya lima muatan positif, atau
menerima lima elektron:
l

- 2+ + 2+ 2+
Mn O 4 + 5 Fe + 8H → Mn +5 Fe +2 H2 O
l

(Treadwell, 1916).
Keakurasian dari standarisasi bergantung pada kualitas dari reagen dan
instrumen yang digunakan.Contohnya, dalam titrasi asam-basa, jumlah dari analit
berhubungan dengan jumlah absolut dari titran yang digunakan dalam analisa
stoikiometri antara titran dan analit.Jumlah titran yang digunakan merupakan
tanda dari konsentrasi titran.Sehinga keakurasian analisa titrimetri dapat tidak
lebih baik dari keakurasian dari yang mana konsentrasi dari titran yang diketahui
(Harvey, 2000).
Reagen yang digunakan sebagai standar dikelompokkan menjadi dua, standar
primer dan standar sekunder.Reagen primer dapar digunakan untuk menyediakan
suatu standar yang mengandung jumlah analit yang diketahui secara akurat.
Contohnya, sampel yang ditimbang secara akurat sebanyak 0,01250 g K 2Cr2O7
benar-benar mengandung 4,149 × 10-4 mol K2Cr2O7. Jika sampel yang sama
dimasukkan dalam labu takar 250 mL dan diencerkan, konsentrasi dari larutan ini
akan benar-benar 1,700 × 10-3 M. Suatu reagen primer harus memiliki
stoikiometri yang diketahui, kemurnian yang diketahui dan stabil dalam masa
penyimpanan yang panjang, baik dalam bentuk padatan atau larutan. Karena
sulitnya membentuk tingkat hidrasi, bahkan setelah pengeringan, material yang
terhidrasi biasanya tidak dapat dikatakan sebagai reagen primer .Reagen yang
tidak memenuhi kriteria dari reagen primer dikatakan sebagai reagen
sekunder.Kemurnian dari reagen sekunder dalam bentuk padat atau konsentrasi
standar yang dibuat dari reagen sekunder harus ditentukan menggunakan reagen
primer (Harvey, 2000).
Istilah oksidasi, dalam pengertian tersempit, menyatakan bahwa terjadinya
pengambilan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa. Sehingga, besi (II) oksida,
pada saat dipanaskan di udara, akan beubah menjadi besi (III) oksida dan
reaksinya disebut sebagai reaksi reduksi oksidasi . Namun, karena besi (III)
klorida memiliki kesamaan dengan besi (II) klorida yang sehingga membuat besi
(III) oksida dengan besi (II) oksida, membuat perubahan besi (II) klorida menjadi
besi (III) klorida disebut oksidasi, biarpun tidak selalu oksigen akan terlibat dalan
proses reaksi sama sekali (Treadwell, 1916).
Oksidasi adalah peningkatan valensi dari suatu unsur yang mengarah ke arah
positif, reduksi adalah peningkatan pada valensi dari suatu unsur yang mengarah
ke arah negatif.Oksidasi melibatkan muatan positif atau hilangnya muatan negatif
dan reduksi melibatkan hilangnya muatan positif atau meningkatnya muatan
negatif (Treadwell, 1916).
Kelarutan menjadi fundamental yang penting dalam jumlah besar dari disiplin
saintek dam aplikasi secara praktek.Kelarutan sering dikatakan sebagai salah satu
dari karakteristik senyawa, yang berarti kelarutan sering digunakan sebagai salah
satu faktor untuk mendeskripsikan suatu senyawa.Untuk mengindikasi kepolaran
suatu senyawa sebagai panduan untuk pengaplikasian suatu senyawa.Kelarutan
suatu senyawa berguna dalam memisahkan campuran.Sebagai contoh, untuk
memisahkan garan dan silika, dapat dilakukan dengan melarutkan garam dalam
suatu pelarut polar, seperti air dan menyaring silika yang tidak larut dalam
air.Beberapa campuran ionik dapat larut dalam air, hal tersebut dapat terjadi
karena ada interaksi muatan positif dan muatan negatif .Sebagai contoh ion positif
garam berinteraksi dengan oksigen dari air dan juga ion negatif berinteraksi secara
parsial pula dengan atom positif hidrogen dari air (Singsodiya, 2013).
Antara iya atau tidak, jika suatu logam akan terlarut dalam suatu asam yang
dapat megoksidasi bergantung pada aktivitas dari logam dan asam yang
mengoksidasi, konsentrasinya, dan sifat dari produk yang terbentuk. Karena
oksidasi pada dasarnya merupakan reaksi molekuler, semakin kecil konsentrasi
dari air yang ada, yang dimana mengionisasi asam, semakin besar aktivitas
oksidator. Semua logam dalam deret volta, sampai dengan perak dapat teroksidasi
dalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (Noris, 1921).
Dengan kehadiranudara, larutan asam melarutkan beberapa jenis logam yang
tidak diserang oleh asam-asam pada saat ketidakhadiran oksigen.Ada
kemungkinan dimana logam akan teroksidasi terlebih dahulu oleh oksigen dan
membentuk suatu oksida yang kemudian akan larut dalam kehadiran suatu asam.
Contohnya tembaga yang dimana berada dibawah hidrogen dalam deret volta,
tidak akan beraksi dengan asam encer, namun ketika oksigen hadir, akan berubah
menjadi garam. Tembaga bereaksi dengan asam asetat encer dengan kehadiran
udara, garam basa akan terbentuk, yang dimana tidak terlarut dalam air, yang
digunakan sebagai pewarna dengan nama vedigris. Timah, yang berada pada deret
volta tingkat rendah, berada dekat hidrogen, hanya sedikit terserang oleh asam
ener, namun ketika ada oksigen, timah akan larut (Noris, 1921).

Anda mungkin juga menyukai