Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adeline Holysunday Maria Watania

NIM : 17081106018

Jurusan : Sosiologi

TUGAS SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN

ANALISIS MASALAH KEPENDUDUKAN DI KOTA BATAM

A. Latar Belakang

Peningkatan kependudukan di Kota Batam tidak dapat dipungkiri lagi mengingat Kota Batam
merupakan salah satu Kota yang berkembang pesat di Indonesia. Kota Batam juga turut memberi
kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Nasional. Posisinya yang sangat dekat dengan negara industri
seperti Singapura dan Malaysia membuat kawasan ini sangat berpotensi untuk menampung luapan
ekonomi dari Negara yang sudah tergolong maju tersebut. Nilai ekonomis kawasan ini sudah tak
terbantahkan sejak dikembangkan secara terencana oleh pemerintah melalui BP kawasan. BP Kawasan
merupakan lembaga yang dibentuk berdasarkan Kepres No. 41 tahun 1973 untuk mengembangkan
Batam agar dapat bersaing dengan Negara lain se-asia. Inilah salah satu yang menjadi alasan masyarakat
untuk bermigrasi ke Kota Batam.

Pernikahan pendatang di Kota Batam turut meyumbang angka kependudukan di Kota Batam
yang mulai padat saat ini. Dengan meningkatnya kependudukan di Kota Batam menyebabkan timbulnya
masalah sosial di Kota Batam. Hal ini akan berdampak lebih buruk lagi jika tidak diupayakan
pengendaliannya. Pendidikan kependudukan di Kota Batam dinilai sangat penting untuk mencegah
terjadinya kesejangan sosial serta untuk menekan angka peningkatan penduduk di Kota Batam sehingga
pembangunan di Kota Batam dapat merata. Terbukanya wawasan masyarakat Kota Batam tentang
Keluarga Sejahtera melalui pendidikan kependudukan diharapkan dapat menunjang Batam sebagai kota
industri di Indonesia mengingat keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas penduduk
dan bukan oleh ketersediaan sumber daya alam.

B. Masalah- Masalah yang Dihadapi Kota Batam

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Kota Batam menyebabkan munculnya masalah-masalah yang


dapat menganggu pembangunan Kota Batam sebagai salah satu kota yang berpotensi di Indonesia.
Masalah – masalah tersebut adalah :

1. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, tampak penumpukkan tertinggi terjadi pada usia 25 - 29
sebanyak 94142 berjenis kelamin laki-laki dan 96750 perempuan kemudian penumpukan usia tertinggi
kedua terdapat pada usia 0 – 4 tahun yakni sebanyak 87875 berjenis kelamin laki-laki dan 82391 berjenis
kelamin perempuan. Penumpukkan penduduk dengan usia 0 – 4 tahun dapat menimbulkan masalah
yakni :
 Aspek Ekonomi
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan
yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah adanya
rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada
usia muda ( 0 - 4 tahun), akan mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang
mental ( mental retardation ). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
 Aspek Pendidikan
Usia 0 – 4 tahun membutuhkan pendidikan yang ekslusif untuk menunjang masa depan.
Melihat kondisi seperti ini, Batam memerlukan instansi pendidikan dalam jumlah yang banyak
untuk dapat menampung penduduk berusia sekolah sehingga pendidikan anak usia dini dapat
terjamin.

Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang telah berusia 10 Tahun ke atas. Terdiri dari yang
sudah bekerja maupun yang belum bekerja ( BPS 1994, 30). Penduduk yang tergolong amgkatan kerja
dikenal dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut umur mengikuti pola huruf "U"
terbalik. Angkatan rendah pada usia-usia muda karena sekolah, kemudian naik sejalan kenaikan umur
sampai mencapai 25 -29 tahun, kemudian turun secara perlahan pada umur-umur berikutnya (antara
lain karena pensiun).

Batam memiliki KK terbanyak dari daerah yang lain di Kepulauan Riau yakni sebanyak 227.259.
Angka kesempatan kerja yang merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan
angkatan kerja pada tahun 2012 cukup tinggi yaitu sekitar 92,80%. Ini berarti angka penganguran kurang
lebih hanya 7,20 % berdasarkan grafik 1.2. Kemungkinan meningkatnya jumlah pengangguran di Kota
Batam dapat terjadi sewaktu – waktu. Disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pihak
Perusahaan asing yang pernah terjadi di tahun 2011, beberapa perusahaan memutuskan hubungan
kerja sebanyak 3.615 Karyawan.

Rendahnya kualitas pendidikan di Kota Batam juga dapat terlihat jelas pada grafik 1.2 dimana
kebanyakan penduduk Kota Batam hanya memiliki ijazah tamat SLTA, padahal Batam merupakan Kota
industry yang haus akan SDM yang memiliki pendidikan tinggi untuk menunjang suksesnya kerja sama
antar perusahaan asing.

Masalah yang timbul akibat keadaaan ini adalah :

 Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan
lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja
atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak
lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
 Aspek Jenis Kelamin
Penduduk berusia produktif berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki sehingga fertilisasi diprediksikan akan lebih meningkat.
 Aspek Pendidikan
Rendahnya pendidikan di Kota Batam terlihat dengan banyaknya penduduk yang hanya
memiliki ijazah SLTA akan berdampak kepada jumlah pengangguran akibat tidak sesuainya
kemampuan yang dimiliki dengan kebutuhan lapangan pekerjaan
2. Masalah Kemacetan
Tidak dipungkiri lagi macet merupakan pemandangan yang lumrah di beberapa arus jalan di
Kota Batam terutama di jam – jam pergi dan pulang kerja ataupun sekolah yakni pada pagi hari dan
sore hari menjelang malam. Seperti di Jalan Bunga raya dan Batam center. Kemacetan ini
disebabkan oleh melunjaknya kendaraan yang digunakan oleh masyarakat Batam sementara ruas
jalan tidak cukup untuk menampung banyaknya volume kendaraan yang ada. Kemacetan juga
terjadi akibat tidak sesuainya pengaturan lampu rambu lalu lintas di titik kemacetan tersebut.

3. Krisis Air

Jika pertambahan penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun, kemungkinan persediaan
air di Kota Batam tidak cukup dan mengakibatkan terjadinya krisis air yang secara terus menerus di
Kota Batam. Kondisi ini disebabkan oleh kapasitas waduk - waduk yang terdapat di Kota Batam tidak
memadai. Waduk yang ada di Kota Batam hanya sanggup memasok air bersih sekitar satu juta
warga.

4. Penumpukan Sampah
Meningkatnya penduduk disuatu wilayah otomatis akan menambah jumlah sampah yang
dihasilkan dari barang, makanan ataupun minuman yang telah digunakan atau dikonsumsi. Sampah
yang menumpuk dapat terlihat jelas di daerah Batu Aji, Tanjung Pantun dan Bengkong. Suasana
daerah yang kotor serta banyak sungai-sungai yang beralih fungsi menjadi “tong sampah”
masyarakat setempat. Sampah yang dihasilkan oleh Industri juga tak dipungkiri membanjiri Kota
Batam mulai dari limbah kertas HVS hingga limbah-limbah hasil produksi Industri lainnya

Anda mungkin juga menyukai